Abstract
Permasalahan dalam penelitian didasarkan pada kenyataan bahwa ada fluktuasi
perbedaan yang tajam pada profitabilitas di Bursa Efek Indonesia sehingga
memunculkan adanya fenomena gap, dimana diketahui ada inkonsistensi pengaruh
variabel struktur modal, pertumbuhan, capital expenditure, dan insentif manajer
terhadap profitabilitas dan dampaknya pada nilai perusahaan.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bura Efek Indonesia sesuai publikasi Indonesian capital market directory (ICMD).
Pemilihan sampel perusahaan manufaktur karena perusahaan manufaktur merupakan
perusahaan terbanyak di Bursa Efek Indonesia. Jumlah populasi sebanyak 151
perusahaan manufaktur. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data time series
dan cross section (pooling data), dan berdasarkan kriteria teknik sampling tersebut di
atas, maka jumlah sampel yang memenuhi kriteria sebanyak 26 perusahaan. Teknik
analisis menggunakan regressi berganda dan sobel test.
Adanya keterbatasan data dalam penelitian ini lebih ditekankan pada generalisasi hasil
penelitian hanya pada perusahaan manufaktur dan hasil penelitian nilai adjusted R
square pada perusahaan manufaktur yang rendah, dimana pada perusahaan manufaktur
mempunyai nilai adjusted R square 39,9% sehingga generalisasi hanya pada obyek yang
diteliti. Disarankan untuk penelitian yang akan datang agar memperluas obyek penelitian
yaitu seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI, tidak hanya pada satu industri saja.
Selain itu juga perlu menambah variabel mikro ekonomi (suku bunga, inflasi, jumlah
saham beredar) (Benston et al., 2003) yang mempengaruhi profitabilitas agar hasil
penelitian ini menjadi lebih sempurna sehingga nilai adjusted R square menjadi lebih
besar.
PENDAHULUAN
jenis yaitu rasio yang menunjukkan profitabilitas mengharapkan berapa besar tingkat kembalian
dalam kaitannya dengan penjualan (profitabilitas yang bakal diterima, sehingga ROA sangat
penjualan) dan rasio yang menunjukkan bermanfaat bagi investor, hal ini sesuai dengan
profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi teori profitabilitas yaitu kemampuan perusahaan
(profitabilitas investasi). Profitabilitas penjualan dalam menghasilkan laba, semakin besar laba
dirumuskan berdasarkan margin laba kotor dan maka akan tercapai tujuan perusahaan yaitu
margin laba bersih (Mocviociov, et al 2010). kemakmuran pemegang saham.
Tesis ini menggunakan variabel dependen ROA Rasio yang meningkat menunjukkan
– Return on Asset, oleh karena itu dasar teori bahwa kinerja manajemen meningkat dalam
yang dipergunakan adalah teori rentabilitas atau mengelola sumber dana pembiayaan operasional
profitabilitas. Pada dasarnya konsep teori secara efektif untuk menghasilkan laba bersih
rentabilitas ingin mengungkap pengaruh (profitabilitas meningkat). Jadi dapat dikatakan
kebijakan-kebijakan penjualan dan investasi bahwa selain memperhatikan efektivitas
terhadap laba (Weston dan Copeland, 1999). manjemen dalam mengelola investasi yang
Dengan dasar itu maka lahirlah Du Pont System dimiliki perusahaan, investor juga memperhati-
yang menjelaskan hubungan penjualan, aktiva, kan kinerja manajemen yang mampu mengelola
dan laba bersih terhadap tingkat rentabilitas atas sumber dana pembiayaan secara efektif untuk
investasi yang dilakukan (ROA). menciptakan laba bersih.
ROA yang semakin besar menunjukkan Fluktuasi profitabilitas relatif kecil, namun
profitabilitas semakin baik, karena tingkat terjadi permasalahan pada pergerakan rasio-
kembalian (return) semakin besar. Return on rasio yang mempengaruhi profitabilitas yang
asset (ROA) merupakan perkalian antara faktor tidak sesuai dengan pergerakan profitabilitas itu
net profit margin dengan perputaran aktiva. Net sendiri. Fenomena yang terjadi dalam kurun
profit margin menunjukkan kemampuan waktu tahun 2009 – 2011 dalam kaitannya
memperoleh laba dari setiap penjualan yang dengan profitabilitas dengan faktor-faktor yang
diciptakan oleh perusahaan, sedangkan mempengaruhinya adalah seperti terlihat pada
perputaran aktiva menujukkan seberapa jauh Tabel 1.1
perusahaan mampu menciptakan penjualan dari Fenomena data dari variabel struktur
aktiva yang dimilikinya. Apabila salah satu dari modal, pertumbuhan aset, capital expenditure,
faktor tersebut meningkat (atau keduanya), maka ROA dan nilai perusahaan menunjukkan
ROA juga akan meningkat (Suad Husnan,1998). pergerakan yang tidak konsisten yang
ROA menunjukkan hubungan laba memunculkan adanya feneomena gap dalam
perusahaan dengan seluruh sumber daya yang penelitian ini.
ada. Di mana laba perusahaan yang digunakan Permasalahan dalam penelitian ini juga
adalah laba bersih, ar tinya sudah didukung karena adanya research gap pengaruh
memperhitungkan biaya bunga dan pajak variabel independen terhadap ROA, dimana: (1)
perusahaan. ROA digunakan oleh bankers, in- Kusumajaya (2011) menyatakan bahwa DER
vestor dan analis bisnis untuk menilai bagaimana mempunyai pengaruh positif dan signifikan
pemanfaatan sumber daya perusahaan dan terhadap ROA; sedangkan King dan Santor
kekuatan keuangannya. Disamping itu juga (2007) menyatakan bahwa DER berpengaruh
didasarkan pada alasan investor atau pemodal signifikan negatif terhadap ROA; (2) Francis et
yaitu seberapa besar laba bersih yang diperoleh al., (2011) menyatakan bahwa pertumbuhan
perusahaan, sehingga investor dapat perusahaan mempunyai pengaruh positif
terhadap ROA, sedangkan King dan Santor, dan Amit (2004) menunjukkan bahwa capital
(2007) menunjukkan bahwa per tumbuhan expenditure tidak mempunyai hubungan positif
berpengaruh negatif terhadap ROA; (3) terhadap nilai perusahaan, Namun demikian hasil
Anuchitworawong (2000) menunjukkan bahwa yang berbeda ditunjukkan oleh penelitian yang
capital expenditure mempunyai hubungan negatif dilakukan oleh Sudiyatno et al., (2012) yang
terhadap ROA, Namun demikian hasil yang menyatakan capital expenditure mempunyai
berbeda ditunjukkan oleh penelitian yang pengaruh positif signifikan terhadap nilai
dilakukan oleh Sudiyatno et al., (2012) yang perusahaan; (4) Lilling, (2006) menunjukkan
menyatakan capital expenditure mempunyai bahwa insentif manajer berpengaruh positif
pengaruh positif signifikan terhadap ROA; (4) terhadap nilai perusahaan; sedangkan Graham
Cao et al., (2010) dan Sudiyatno et al., (2012) dan Campbell, (2002) menyatakan bahwa
menunjukkan bahwa insentif manajer insentif manajer berpengaruh negatif terhadap
berpengaruh positif terhadap ROA; sedangkan nilai perusahaan, dan (5) Uchida, (2006)
Graham dan Campbell, (2002) menyatakan menunjukkan bahwa ROA berpengaruh positif
bahwa insentif manajer berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan; sedangkan Sudiyatno
terhadap ROA. et al., (2012) menyatakan bahwa ROA
Research gap yang menunjukkan berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.
pengaruh variabel independen terhadap nilai Berdasarkan penelitian-penelitian
perusahaan dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) sebelumnya di atas maka dalam penelitian ini
Uchida (2006) menyatakan bahwa DER digunakan variabel penelitian seperti struktur
mempunyai pengaruh positif dan signifikan modal, pertumbuhan perusahaan, capital expen-
terhadap nilai perusahaan; sedangkan diture, insentif manajer, profitabilitas, dan nilai
Chowdhury dan Chowdhury (2010) menyatakan perusahaan. Perbedaan mendasar dengan
bahwa DER berpengaruh signifikan negatif penelitian sebelumnya adalah penggunaan
terhadap nilai perusahaan; (2) Francis et al., profitabilitas sebagai variable intervening
(2011) menyatakan bahwa per tumbuhan endogen. Digunakan variabel profitabilitas
perusahaan mempunyai pengaruh positif sebagai variable intervening endogen guna untuk
terhadap ROA, sedangkan Kusumajaya, (2011) mengetahui apakah profitabilitas dapat
menunjukkan bahwa pertumbuhan berpengaruh memperkuat atau memperlemah pengaruh
negatif terhadap nilai perusahaan; (3) Villalonga struktur modal, pertumbuhan perusahaan, capi-
tal expenditure, dan insentif manajer terhadap profitabilitas yang meliputi struktur modal,
nilai perusahaan. pertumbuhan, capital expenditure, dan insentif
Keempat variabel yaitu struktur modal, manajer serta bagaimana pengaruhnya terhadap
pertumbuhan perusahaan, capital expenditure nilai perusahaan pada perusahaan-perusahaan
dan insentif manajer sebelumnya belum pernah manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indo-
diteliti secara bersama-sama dalam nesia periode 2009-2011.
pengaruhnya terhadap nilai perusahaan dengan Permasalahan dalam penelitian
memasukkan variabel profitabilitas sebagai didasarkan pada kenyataan bahwa ada fluktuasi
variabel interveining. perbedaan yang tajam pada profitabilitas di Bursa
Profitabilitas dijadikan sebagai variabel in- Efek Indonesia sehingga memunculkan adanya
tervening karena profitabilitas bukan merupakan fenomena gap seperti yang dijelaskan pada Tabel
tujuan perusahaan, tujun perusahaan adalah 1.1. Dari Tabel 1.1 dapat diketahui inkonsistensi
kemakmuran pemegang saham, dimana pengaruh variabel struktur modal, pertumbuhan,
bagaimana perusahaan tersebut mampu capital expenditure, dan insentif manajer
berkembang dengan memberikan suatu value bagi terhadap profitabilitas dan dampaknya pada nilai
perusahaan dalam memberikan kemakmuran bagi perusahaan.
pemegang saham. Perusahaan yang berkembang Berdasarkan research problem dapat
dimana mendatang, memerlukan pengelolaan dijabarkan pertanyaan penelitian adalah sebagai
investasi yang tepat dalam bentuk kinerja yang berikut:
baik guna mendapatkan nilai perusahaan yang 1. Bagaimanakah pengaruh struktur modal
menguntungkan. terhadap profitabilitas-perusahaan manu-
Beberapa penelitian sebelumnya juga faktur yang terdaftar pada BEI ?
menunjukkan hasil yang berbeda (research gap) 2. Bagaimanakah pengaruh pertumbuhan peru-
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi sahaan terhadap profitabilitas-perusahaan
profitabilitas dan dampaknya pada nilai manufaktur yang terdaftar pada BEI ?
perusahaan, yaitu penelitian-penelitian tentang 3. Bagaimanakah pengaruh capital expenditure
pengaruh struktur modal (Uchida, 2006; dan perusahaan terhadap profitabilitas-perusa-
Chowdhury dan Chowdhury, 2010), haan manufaktur yang terdaftar pada BEI ?
per tumbuhan (Francis et al., 2011; dan 4. Bagaimanakah pengaruh insentif manajer
Kusumajaya, 2011), capital expenditure terhadap profitabilitas-perusahaan manu-
(Villalonga dan Amit, 2004; dan Sudiyatno et al., faktur yang terdaftar pada BEI ?
2012), dan insentif manajer (Graham dan 5. Bagaimanakah pengaruh struktur modal
Campbell, 2002; dan Lilling, 2006) terhadap perusahaan terhadap nilai perusahaan
profitabilitas dan dampaknya pada nilai manufaktur yang terdaftar pada BEI ?
perusahaan memberikan hasil yang berbeda- 6. Bagaimanakah pengaruh per tumbuhan
beda. Fenomena yang terjadi atas faktor-faktor perusahaan terhadap nilai perusahaan
yang mempengaruhi profitabilitas dan manufaktur yang terdaftar pada BEI ?
dampaknya pada nilai perusahaan juga 7. Bagaimanakah pengaruh capital expenditure
menunjukkan hubungan yang tidak terpola. perusahaan terhadap nilai perusahaan
Namun bagaimana pengaruh profitabilitas manufaktur yang terdaftar pada BEI ?
terhadap nilai perusahaan perlu dilakukan 8. Bagaimanakah pengaruh insentif manajer
penelitian lanjutan. Penelitian ini akan terhadap nilai perusahaan manufaktur yang
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi terdaftar pada BEI ?
yang pada akhirnya berpengaruh pada pendanaan, sehingga keberhasilan dalam pro-
profitabilitas. Total aset dipilih sebagi ukuran gram ini sangat mendukung keberhasilan dalam
growth dengan mempertimbangkan nilai aset program pemilihan pembiayaan. Kebijakan ini
relatif stabil dibandingkan nilai market capital- sejalan dengan teori investasi, yaitu
ized dan penjualan (Shudarmadji, 2007). dimaksudkan untuk memperluas kesempatan
Kusumajaya (2011) menemukan bahwa usaha, dan ini hanya dapat dibenarkan jika
pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif profitabilitas yang tercermin melalui profitabilitas
dan signifikan terhadap profitabilitas. Hubungan baik. Oleh karena itu, sejalan dengan kebijakan
pertumbuhan perusahaan dan profitabilitas pendanaan, kebijakan dalam capital expenditure
didukung oleh teori signalling, dan dijustifikasi dimaksudkan untuk meningkatkan profitabilitas.
oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Menur ut Amadi (2005) dalam
Francis et al (2011). penelitiannya yang bertajuk Capital Expenditure
Berdasarkan penjelasan teoritis tersebut And Long-run Profitabillity menemukan
di atas, maka dapat diajukan Hipotesis 2 sebagai hubungan positif yang sangat signifikan terhadap
berikut : profitability. Hubungan capital expenditure dan
H2 = Pertumbuhan perusahaan berpengaruh profitabilitas didukung oleh teori pecking order,
positif terhadap profitabilitas dan dijustifikasi oleh penelitian terdahulu yang
perusahaan-perusahaan manufaktur dilakukan oleh Sudiyatno et al (2012).
yang terdaftar pada BEI Berdasarkan penjelasan penelitian-
penelitian sebelumnya di atas, maka dapat
2.1.3. Pengaruh Capital Expenditure diajukan Hipotesis 3 sebagai berikut :
Terhadap Profitabilitas H3 = Capital expenditure berpengaruh positif
Capital expenditure merupakan terhadap profitabilitas perusahaan-
pengeluaran uang untuk pembiayaan modal perusahaan manufaktur yang terdaftar
jangka panjang yang hasilnya baru akan pada BEI
diperoleh pada beberapa tahun kemudian.
Pengeluaran uang tersebut meliputi pengeluaran 2.1.4. Pengaruh Insentif Manajer Terhadap
uang antara lain untuk pembelian aktiva tetap, Profitabilitas
biaya pengelolaan limbah, biaya promosi, dan Broussard, Bauchenroth dan Pilotte
biaya penelitian dan pengembangan. Capital (2004), menyatakan bahwa ada hubungan
expenditure termasuk dalam wilayah kebijakan antara insentif CEO (Chief Executive Officer),
investasi, dan di arahkan untuk pengembangan free cash flow, dan investasi. Pernyataan
atau perluasan usaha agar perusahaan tetap tersebut mengindikasikan adanya sensitivitas
eksis dalam menghadapi setiap persaingan. terhadap insentif manajer (pay-performance)
Untuk menghasilkan profitabilitas sesuai dapat mengurangi kepelikan masalah agensi
dengan yang diharapkan, capital expenditure terhadap free cash flow. Seperti dikemukakan
harus didukung dengan manajemen aktiva yang oleh Jensen (1986), konflik antara manajer dan
baik, termasuk pengelolaan-pengelolaan pemilik akan tinggi pada perusahaan yang free
sumberdaya yang terkait. Usaha-usaha ini baru cash flow-nya besar.
akan bisa dilihat hasilnya setelah beberapa tahun Pada perusahaan dengan free cash flow
kemudian, karena ini menyangkut investasi besar konflik antara manajer dan pemilik akan
jangka panjang. Kebijakan dalam capital expen- menjadi tinggi, karena manajer akan berusaha
diture tidak akan terlepas dari kebijakan menggunakan uang kas tersebut untuk investasi
bukan dibagikan sebagai cash dividend kepada yang sama, EBIT tidak dipengaruhi oleh biaya
pemilik. Untuk mengurangi konflik tersebut, hutang. Hasil tersebut menunjukkan kondisi-
manajer diberi kompensasi berupa bonus saham kondisi dimana struktur modal tidak relevan, MM
agar manajer juga terlibat dalam kepemilikan juga memberikan petunjuk agar srtuktur modal
sehingga agency conflict dapat dikurangi. menjadi relevan sehingga akan mempengaruhi
Seperti dijelaskan dalam agency theory, Byrd, nilai perusahaan (Brigham dan Houston, 2001).
Parrino dan Pritsch (1998), menyatakan bahwa Pada tahun 1963 MM menerbitkan
pengendalian terhadap agency conflict dapat makalah lanjutan yang melemahkan asumsi tidak
dilakukan dengan beberapa mekanisme, antara ada pajak perseroan. Peraturan perpajakan
lain: compensation, stock ownership, the board memperbolehkan pengurangan bunga sebagai
of directors, the managerial labor market, the beban, tetapi pembayaran deviden kepada
market for corporate control, blockholders and pemegang saham tidak dapat dikurangi. Hasil
activist investor, serta debt and dividends. penelitain mendorong perusahaan untuk
Bambang Sudiyatno (2011) dalam menggunakan hutang dalam struktur modal.
penelitiannya menemukan bahwa insentif Kesimpulan ini diubah oleh Miller ketika
manajer berpengaruh positif dan signifikan memasuki efek dari pajak perseroan. Miller
terhadap profitabilitas yang tercermin melalu berpendapat bahwa investor bersedia menerima
profitabilitas (ROA). Pemberian bonus saham pengembalian atas saham sebelum pajak yang
kepada manajer dapat memotivasi manajer untuk relatif rendah dibandingkan dengan pengem-
bekerja lebih baik, sehingga profitabilitas balian atas obligasi sebelum pajak (Brigham dan
meningkat. Hubungan insentif manajer dan Houston, 2001).
profitabilitas didukung oleh teori agency, dan Hasil-hasil MM yang tidak relavan juga
dijustifikasi oleh penelitian terdahulu yang tergantung pada asumsi tidak adanya biaya
dilakukan oleh Sudiyatno et al (2012). kebangkrutan. Perusahaan yang bangkrut
Berdasarkan penjelasan teoritis tersebut mempunyai biaya hukum dan akutansi yang
di atas, maka dapat diajukan Hipotesis 4 sebagai tinggi, dan mereka juga sulit untuk menahan
berikut : pelanggan, pemasok dan karyawan. Bahkan
H4 = Insentif manajer berpengaruh positif kebangkr utan sering memaksa suatu
terhadap profitabilitas perusahaan- perusahaan melikuidasi atau menjual hartanya
perusahaan manufaktur yang terdaftar dengan harga dibawah harga seandainya
pada BEI perusahaan beroprasi. Biaya yang terkait
dengan kebangkrutan, yaitu: 1) profitabilitas
2.1.5. Pengaruh Struktur Modal Terhadap terjadinya, 2) biaya-biaya yang timbul bila
Nilai Perusahaan kesulitan keuangan akan muncul. Perusahaan
Pada tahun 1958 Modigliani dan Miller yang labanya lebih labil, bila semua hal lain
(MM) menunjukkan bahwa nilai suatu sama, mengadapi biaya kebangkrutan yang
perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur lebih besar sehingga harus lebih sedikit hutang
modal, bukti tersebut dengan berdasarkan daripada perusahaan yang stabil (Brigham dan
serangkaian asumsi antara lain, tidak ada biaya Houston, 2001).
broker (pialang), tidak ada pajak, tidak ada Teori trade-off dari laverage adalah teori
kebangkrutan, para investor dapat meminjam yang menjelaskan bahwa struktur modal yang
dengan tingkat suku bunga yang sama dengan optimal ditemukan dengan menyeimbangkan
perseroan, semua investor mempunyai informasi manfaat dari pendanaan dengan hutang
yang cepat maka semakin besar kebutuhan dana perkembangan yang baik.
untuk ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk Stulz (1990) menemukan bukti bahwa
pembiayaan mendatang maka semakin besar perusahaan yang menghadapi kesempatan
keinginan perusahaan untuk menahan laba. Jadi pertumbuhan yang rendah, maka rasio hutang
perusahaan yang sedang tumbuh sebaiknya berhubungan secara positif dengan nilai
tidak membagikan laba sebagai deviden tetapi perusahaan. Sedangkan perusahaan yang
lebih baik digunakan untuk ekspansi. Potensi menghadapi kesempatan pertumbuhan yang
pertumbuhan ini dapat diukur dari besarnya tinggi, maka rasio hutang berhubungan secara
biaya penelitian dan pengembangan. Semakin negatif dengan nilai perusahaan. Oleh karena itu,
besar R&D cost-nya maka berarti ada prospek pengaruh hutang terhadap nilai perusahaan
perusahaan untuk tumbuh (Sartono, 2001). sangat tergantung pada keberadaan kesempatan
Kallapur dan Trombley (1999) Realisasi pertumbuhan. Penelitian yang dilakukan oleh
pertumbuhan perusahaan diukur dengan nilai Sriwardany (2006) membuktikan bahwa
per tumbuhan perusahaan yang meliputi pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh
per tumbuhan aktiva dan ekuitas. Aktiva positif terhadap harga perubahan saham, hal ini
perusahaan menunjukkan keputusan pengunaan berar ti bahwa informasi tentang adanya
dana atau keputusan investasi pada masa lalu. pertumbuhan perusahaan akan direspon positif
Aktiva didefinisikan sebagai sumber daya yang oleh investor, sehingga akan meningkatkan harga
mempunyai potensi memberikan manfaat saham. Senada dengan Sriwardany, Kusumajaya
ekonomis pada perusahaan dimasa yang akan (2011) menemukan bahwa per tumbuhan
datang. Sumber daya yang mampu perusahaan berpengaruh positif dan signifikan
menghasilkan aliran kas masuk (cash inflow) terhadap nilai perusahaan. Hubungan
atau mengurangi kemampuan kas keluar (cash pertumbuhan perusahaan dan nilai perusahaan
outflow) bisa disebut sebagai aktiva. Sumber didukung oleh teori signalling, dan dijustifikasi
daya tersebut akan diakui sebagai aktiva oleh penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
perusahaan memperoleh hak penggunaan aktiva Francis et al (2011)
tersebut sebagai hasil transaksi atau pertukaran Berdasarkan penjelasan teoritis tersebut
pada masa lalu dan manfaat ekonomis masa di atas, maka dapat diajukan Hipotesis 6 sebagai
mendatang bisa diukur, dikuanlifikasikan dengan berikut :
tingkat ketepatan yang memadai. H6 = Pertumbuhan perusahaan berpengaruh
Pertumbuhan adalah dampak atas arus positif terhadap nilai perusahaan
dana perusahaan dari perubahan operasional manufaktur yang terdaftar pada BEI
yang disebabkan oleh per tumbuhan atau
penurunan volume usaha (Helfer t, 1997). 2.1.7. Pengaruh Capital Expenditure
Pertumbuhan perusahaan sangat diharapkan oleh Terhadap Nilai Perusahaan
pihak internal maupun eksternal perusahaan, Manajer sebagai agen yang ditunjuk oleh
karena pertumbuhan yang baik memberi tanda pemilik (principal) untuk menjalankan
bagi perkembangan perusahaan. Dari sudut perusahaan seperti dijelaskan dalam agency
pandang investor, pertumbuhan suatu perusahaan theory (Jensen dan Meckling, 1976), dalam
merupakan tanda perusahaan memiliki aspek praktiknya dapat menyimpang dari keinginan
yang menguntungkan, dan investor pun akan pemilik. Manajer akan berusaha untuk
mengharapkan tingkat pengembalian (rate of re- mengembangkan per usahaan melalui
turn) dari investasi yang dilakukan menunjukkan kebijakan-kebijakan yang diambilnya, terutama
pada saat dia dihadapkan pada suatu pilihan 2.1.8. Pengaruh Insentif Manajer Terhadap
investasi. Pilihan investasi sebenarnya Nilai Perusahaan
merupakan opsional manajer dari peluang Beberapa pendapat telah mendukung
investasi, dan ini akan tergantung pada kebijakan kompensasi eksekutif sebagai salah satu
manajer. Manajer memiliki dua pilihan, yaitu instrumen untuk mengendalikan perusahaan.
menerima atau menolak investasi, dan ini sangat Agency theory menjelaskan bahwa untuk
tergantung pada ketersediaan pendanaan serta mengendalikan agency conflict dapat dilakukan
manajer dalam menghadapi risiko. dengan memberikan kompensasi kepada
Pilihan untuk menerima investasi, berarti manajer. Kompensasi yang diberikan dapat
manajer harus menyiapkan dana untuk berupa gaji, bonus, tunjangan kesehatan atau
membiayai investasi tersebut. Pengeluaran dana fasilitas-fasilitas lainnya untuk menunjang
untuk membiayai investasi ini merupakan bagian kegiatan manajer dalam mengelola perusahaan.
dari capital expenditure yang manfaatnya baru Bonus saham adalah salah satu insentif
akan diperoleh setelah beberapa tahun yang dapat diberikan kepada manajer sebagai
kemudian. Terlepas dari sumber dana yang bentuk kompensasi agar manajer mau bertindak
digunakan untuk membiayai capital expenditure sesuai dengan keinginan pemilik. Insentif
ini, maka jika suatu investasi sudah dipilih berarti manajer dalam bentuk bonus saham akan
ada harapan dari investasi tersebut untuk membawa konsekuensi bagi manajer, yaitu
menambah kekayaan pemilik. Hal ini disebabkan meningkatnya kepemilikan oleh manajer (insider
karena investasi yang dipilih adalah investasi ownership). Meningkatnya kepemilikan oleh
yang memberikan NPV positif, dan semakin manajer akan mendorong manajer bertindak
besar nilai NPV, semakin besar pula tambahan lebih rasional dalam mengambil keputusan,
kekayaan untuk pemilik. karena manajer sebagai pemilik akan ikut
McConnel & Muscarella (1985), menanggung konsekuensi dari keputusannya.
menyatakan bahwa investasi positif Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa
mempengaruhi nilai perusahaan. Artinya jika hipotesis biaya agensi dari utang (Jensen dan
investasi ditingkatkan, maka nilai perusahaan Meckling, 1976), menyatakan bahwa
akan meningkat. Mengingat bahwa pengeluaran kompensasi manajerial tergantung tidak hanya
biaya untuk keperluan investasi adalah bagian pada hubungan keagenan antara pemilik dan
dari capital expenditure, maka berarti capital manajer, tetapi juga pada kebutuhan untuk
expenditure juga positif mempengaruhi nilai mengurangi konflik antara pemilik dan kreditor
perusahaan. Hubungan capital expenditure dan berkenaan dengan kebijakan investasi. Jadi,
nilai perusahaan didukung oleh teori pecking insentif manajer dapat mengurangi masalah
order, dan dijustifikasi oleh penelitian terdahulu keagenan (Jensen dan Meckling, 1976), yaitu
yang dilakukan oleh Sudiyatno et al (2012) dengan menurunnya konflik kepentingan antara
Berdasarkan penjelasan teoritis tersebut manajer dengan pemilik, dan antara manajer
di atas, maka dapat diajukan Hipotesis 7 sebagai sebagai pemilik dengan kreditor. Manajer akan
berikut : lebih memperhatikan kepentingan pemilik
H 7 = Capital expenditure perusahaan dimana manajer sebagai bagian dari pemilik.
berpengaruh positif terhadap nilai Oleh karena itu, maka semakin besar insentif
perusahaan manufaktur yang terdaftar yang diberikan kepada manajer, akan semakin
pada BEI rendah konflik yang terjadi antara manajer dan
pemilik. Hubungan insentif manajer dan nilai
perusahaan didukung oleh teori agency, dan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
dijustifikasi oleh penelitian terdahulu yang perusahaan. Hubungan profitabilitas melalui
dilakukan oleh Lilling (2006) profitabilitas dan nilai perusahaan didukung oleh
Berdasarkan penjelasan teoritis tersebut teori signalling, dan dijustifikasi oleh penelitian
di atas, maka dapat diajukan Hipotesis 8 sebagai terdahulu yang dilakukan oleh Uchida (2006)
berikut : Berdasarkan penjelasan teoritis tersebut
H8 = Insentif manajer berpengaruh positif di atas, maka dapat diajukan Hipotesis 9 sebagai
terhadap nilai perusahaan manufaktur berikut :
yang terdaftar pada BEI H 9 = Profitabilitas berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan manufaktur
2.1.9. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai yang terdaftar pada BEI
Perusahaan
Kebijakan dividen seper ti dijelaskan 2.1.10. Peranan Profitabilitas Memoderasi
dalam teori pensignalan atau signaling theory Hubungan Antara Struktur Modal Dan
(Leyland & Pyle, 1977), menyatakan bahwa Nilai Perusahaan
manajer diasumsikan cenderung mempertahan- Menurut Horne dan Wachowicz (2001)
kan kebijakan dividen pada tingkat tertentu, tujuan perusahaan adalah meningkatkan nilai
karena dividen akan direspon oleh investor luar per usahaan. Untuk meningkatkan nilai
sebagai signal yang disampaikan oleh perusahaan ini, perusahaan dituntut untuk
perusahaan. Brook, Charlton, dan Hendershoot menghasilkan laba pada setiap kegiatan
(1998), menyatakan bahwa dividen tinggi dapat operasinya. Tingkat kemampuan perusahaan
digunakan sebagai signal peningkatan aliran kas dalam menghasilkan laba ini dapat tercermin
pada masa datang. Mengacu dari teori tersebut, dalam Return on Asset (ROA) perusahaan. ROA
maka profitabilitas yang di wakili oleh merupakan cerminan seberapa baik kinerja suatu
profitabilitas (ROA) juga dapat dipakai untuk perusahaan melalui hasil implementasi kebijakan
merespon investor luar sebagai signal informasi strategis perusahaan dalam usaha meningkatkan
tentang adanya aliran kas pada masa datang, nilai perusahaan pada tujuan utamanya.
karena ROA diperoleh dari laba bersih sesudah Profitabilitas dalam penelitian ini akan di
pajak yang digunakan sebagai dasar perhitungan uji peranannya sebagai variabel intervening, hal
aliran kas bersih. ini dikarenakan profitabilitas bukan merupakan
Profitabilitas akan dipandang sebagai tujuan perusahaan, tujuan perusahaan adalah
barometer keberhasilan perusahaan dalam kemakmuran pemegang saham, dimana
menerapkan kebijakan yang telah diambilnya. bagaimana perusahaan tersebut mampu
Jadi, jika profitabilitas yang di tunjukan oleh rasio berkembang dengan memberikan suatu value
profitabilitas baik, yang ditunjukan oleh besarnya bagi perusahaan dalam memberikan
ROA, maka investor luar akan meresponnya kemakmuran bagi pemegang saham.
dengan menanamkan investasinya pada Per usahaan yang berkembang dimasa
perusahaan. Hal ini dapat mendorong harga mendatang, memerlukan pengelolaan investasi
pasar saham perusahaan naik, dan dengan yang tepat dalam bentuk kinerja yang baik guna
naiknya harga pasar saham perusahaan berarti mendapatkan nilai per usahaan yang
nilai perusahaan juga naik. Sesuai dengan hasil menguntungkan.
penelitian Sudiyatno (2010) yang mengungkap- Kusumajaya (2011) dalam penelitiannya
kan bahwa profitabilitas melalui ROA menemukan bahwa profitabilitas berperan
sebagai variabel intervening yang memediasi pembiayaan modal jangka panjang yang hasilnya
hubungan antara struktur modal dengan nilai baru akan dirasakan manfaatnya pada beberapa
perusahaan. tahun kemudian. Capital expenditure termasuk
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dalam wilayah kebijakan investasi yang
dapat diajukan Hipotesis 10 sebagai berikut : diarahkan untuk pengembangan atau perluasan
H10 = Profitabilitas memoderasi hubungan usaha guna mempersiapkan perusahaan dalam
antara struktur modal dan nilai rangka menghadapai setiap persaingan dalam
perusahaan. lingkungan bisnis.
Capital expenditure sebagai bentuk
2.1.11. Peranan Profitabilitas Memoderasi kebijakan investasi akan dinilai berjalan dengan
Hubungan Antara Pertumbuhan baik apabila mampu meningkatkan profitabilitas,
Perusahaan Dan Nilai Perusahaan dalam hal ini dapat dikaitkan dengan tingkat
Asset merupakan aktiva yang digunakan profitabilitas perusahaan yang meningkat.
untuk aktivitas operasional perusahaan. McConnel & Muscarella (1985), menyatakan
Pemanfaatan aktiva ini secara maksimal akan bahwa investasi positif mempengaruhi nilai
berimplikasi terhadap profitabilitas. Semakin perusahaan. Artinya jika investasi ditingkatkan,
besar asset diharapkan semakin besar hasil maka nilai perusahaan akan meningkat.
operasional yang dihasilkan oleh perusahaan. Mengingat bahwa pengeluaran biaya untuk
Sesuai dengan temuan Kouser et al (2011) dalam keperluan investasi adalah bagian dari capital
penelitiannya bahwa peningkatan pertumbuhan expenditure, maka berarti capital expenditure
asset berimplikasi postif terhadap peningkatan juga positif mempengaruhi nilai perusahaan.
profitabilitas. Berdasarkan penjelasan di atas, maka
Peningkatan asset yang diikuti dapat diajukan Hipotesis 12 sebagai berikut :
peningkatan hasil operasi akan semakin H12 = Profitabilitas memoderasi hubungan
menambah kepercayaan investor terhadap antara capital expenditure dan nilai
perusahaan. Hal ini didasarkan pada keyakinan perusahaan.
kreditor atas dana yang ditanamkan kedalam
perusahaan dijamin oleh besarnya asset yang 2.1.13. Peranan Profitabilitas Memoderasi
dimiliki perusahaan, Robert Ang (1997). Hubungan Antara Insentif Manajerial
Berdasarkan penjelasan di atas, maka Dan Nilai Perusahaan
dapat diajukan Hipotesis 11 sebagai berikut : Broussard, Bauchenroth dan Pilotte
H11 = Profitabilitas memoderasi hubungan (2004), menyatakan bahwa ada hubungan
antara pertumbuhan perusahaan dan antara insentif CEO (Chief Executive Officer), free
nilai perusahaan. cash flow, dan investasi. Berkaitan dengan hal
itu, konflik antara manajer dan pemilik akan tinggi
2.1.12. Peranan Profitabilitas Memoderasi pada perusahaan yang free cash flow-nya besar,
Hubungan Antara Capital Expenditure Jensen (1986). Konflik ini muncul akibat dari
Perusahaan Dan Nilai Perusahaan kecender ungan para manajer untuk
Capital expenditure merupakan menggunakan uang kas tersebut untuk
pengeluaran uang dalam rangka pembelian kebutuhan investasi perusahaan dengan tujuan
aktiva tetap, biaya pengelolaan limbah, biaya meningkatkan profitabilitas. Pada lain sisi pemilik
promosi, dan biaya R&D (Research and Devel- perusahaan menginginkan uang kas tersebut
opment). Pengeluaran ini termasuk dalam bentuk dibagikan dalam bentuk cash dividend. Sebagai
jalan untuk mengurangi agency conflict tersebut, H13 = Profitabilitas memoderasi hubungan
saham bonus diberikan terhadap para manajer antara insentif manajer dan nilai
agar para manajer terlibat dalam kepemilikan perusahaan.
perusahaan.
Penanganan terhadap agency conflict 2.2. Kerangka Pemikiran Teoritis
bertujuan untuk membuat manajer lebih fokus Kerangka pemikiran teoritis pelitian ini
dalam menjalankan tugasnya sebagai agen, hal dapat di gambarkan pada gambar 2.1.
ini dapat meningkatkan profitabilitas, karena
manajer sudah tidak dihadapkan lagi pada 2.3. Hipotesis Penelitian
masalah keagenan. Oleh karena itu, semakin Berdasarkan pengembangan hipotesis
tinggi insentif yang diterima oleh manajer akan yang bersumber pada kajian pustaka dan hasil
meningkatkan profitabilitas. Profitabilitas yang penelitian-penelitian sebelumnya, maka hipotesis
baik dapat tercermin melalui profitabilitasnya, penelitian adalah sebagai berikut:
yang selanjutnya dapat meningkatkan nilai 1) Struktur modal berpengaruh positif terhadap
perusahaan di mata investor. profitabilitas perusahaan-perusahaan
Sudiyatno (2010) dalam penelitiannya manufaktur yang terdaftar pada BEI
menemukan bahwa profitabilitas memediasi
2) Per tumbuhan perusahaan berpengaruh
hubungan antara insentif manajer dalam
positif terhadap profitabilitas perusahaan-
mempengaruhi nilai perusahaan.
perusahaan manufaktur yang terdaftar
Berdasarkan penjelasan di atas, maka
pada BEI
dapat diajukan Hipotesis 12 sebagai berikut :
3) Capital expenditure berpengaruh positif Data yang digunakan dalam penelitian adalah
terhadap profitabilitas perusahaan- data time series dan cross section (pooling
perusahaan manufaktur yang terdaftar pada data), dan berdasarkan kriteria teknik sampling
BEI tersebut di atas, maka jumlah sampel yang
4) Insentif manajer berpengaruh positif terhadap memenuhi kriteria sebanyak 26 perusahaan.
profitabilitas perusahaan-perusahaan Teknik analisis menggunakan regressi berganda
manufaktur yang terdaftar pada BEI dan sobel test.
5) Struktur modal perusahaan berpengaruh
positif terhadap nilai perusahaan manufaktur
IV. PEMBAHASAN
yang terdaftar pada BEI
6) Per tumbuhan perusahaan berpengaruh 4.1. Pengujian Hipotesis
positif terhadap nilai perusahaan manufaktur Analisis regresi dilakukan setelah melalui
yang terdaftar pada BEI pengujian penyimpangan terhadap asumsi klasik
7) Capital expenditure perusahaan berpengaruh di atas yang menurut Algifari (1997) bahwa
positif terhadap nilai perusahaan manufaktur penyimpangan asumsi klasik yang sangat
yang terdaftar pada BEI berpengaruh terhadap pola perubahan variabel
8) Insentif manajer berpengaruh positif terhadap dependen adalah multikolinearitas, heteros-
nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar kedastisitas, dan autokorelasi. Sedangkan
pada BEI penyimpangan asumsi klasik lainnya sedikit atau
9) Profitabilitas berpengaruh positif terhadap bahkan tidak berpengaruh terhadap pola
nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar perubahan variabel dependen. Berdasarkan hasil
pada BEI pengujian asumsi klasik tersebut menunjukkan
bahwa model penelitian yang digunakan telah
10)Profitabilitas memoderasi hubungan antara
memenuhi persyaratan analisis regresi.
struktur modal dan nilai perusahaan.
Sesuai output SPSS versi 11.5 bahwa
11)Profitabilitas memoderasi hubungan antara keempat variabel independen tersebut (struktur
per tumbuhan perusahaan dan nilai modal, pertumbuhan perusahaan, capital expen-
perusahaan. diture, dan insentif manajer) secara bersama-
12)Profitabilitas memoderasi hubungan antara sama berpengaruh terhadap profitabilitas seperti
capital expenditure dan nilai perusahaan. ditunjukkan pada tabel 4.1.
13)Profitabilitas memoderasi hubungan insentif Dari hasil perhitungan diperoleh nilai F
manajer dan nilai perusahaan. sebesar 10,990 dan nilai signifikansi sebesar
0,000. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari
III. METODE PENELITIAN tingkat kepercayaan yang digunakan 5%, berarti
Populasi dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan variabel-
seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar variabel struktur modal, per tumbuhan
di Bura Efek Indonesia sesuai publikasi Indone- perusahaan, capital expenditure, dan insentif
sian capital market directory (ICMD). Pemilihan manajer secara bersama-sama terhadap variabel
sampel perusahaan manufaktur karena profitabilitas atau dengan kata lain model layak
perusahaan manufaktur merupakan perusahaan (goodness of fit).
terbanyak di Bursa Efek Indonesia. Jumlah Sedangkan pengaruh kelima variabel
populasi sebanyak 151 perusahaan manufaktur. independen (struktur modal, per tumbuhan
sisanya sebesar 70,4% dijelaskan oleh sebab- Dari tabel 4.5, diketahui besarnya nilai
sebab lain diluar model. Besarnya nilai Adjusted koefisien regressi dari masing-masing variabel
R2 dapat dijelaskan pada Tabel 4.3. struktur modal, pertumbuhan perusahaan, capi-
Nilai koefisien determinasi (Adjusted R2) tal expenditure, dan insentif manajer masing
sebesar 0,399 atau 39,9% hal ini berarti hanya masing-masing sebesar 0,206; 0,042; 0,301;
39,9% variasi nilai perusahaan yang bisa dan 0,177, sehingga dapat disusun persamaan
dijelaskan oleh variasi dari kelima variabel bebas regresi linier berganda sebagai berikut:
yaitu: struktur modal, pertumbuhan perusahaan,
capital expenditure, insentif manajer dan Profitabilitas = 0,206 Struktur Modal +
profitabilitas. sedangkan sisanya sebesar 60,1% 0,042 Pertumbuhan + 0,301 Capital
dijelaskan oleh sebab-sebab lain diluar model. Expenditure + 0,177 Insentif Manajer
Besarnya nilai Adjusted R2 dapat dijelaskan pada
Tabel 4.4. Sementara itu secara parsial pengaruh
Sementara itu secara parsial pengaruh dari kelima variabel independen tersebut
dari keempat variabel independen (struktur terhadap nilai perusahaan ditunjukkan pada
modal, pertumbuhan perusahaan, capital expen- tabel 4.6.
diture, dan insentif manajer) tersebut terhadap Dari tabel 4.6 diketahui besarnya nilai
profitabilitas ditunjukkan pada tabel 4.5. koefisien regressi dari masing-masing variabel
struktur modal, pertumbuhan perusahaan, capi- Dari hasil persamaan regresi linier
tal expenditure, dan insentif manajer dan berganda tersebut di atas dapat dianalisis
profitabilitas masing masing-masing sebesar sebagai berikut:
0,244; 0,013; 0,154; 0,069 dan 0,322, sehingga
dapat disusun persamaan regresi linier berganda 1. Uji Hipotesis 1: Pengaruh Struktur Modal
sebagai berikut: terhadap Profitabilitas
Dari hasil perhitungan uji secara parsial
Nilai Perusahaan = 0,244 Struktur Modal diperoleh nilai t hitung sebesar (2,525) dan nilai
+ 0,013 Pertumbuhan + 0,154 Capital signifikansi sebesar 0,013. Karena nilai
Expenditure + 0,069 Insentif Manajer + signifikansi lebih kecil dari 5% maka hipotesis
0,322 Profitabilitas (H1) diterima, yang berarti terdapat pengaruh
signifikan antara variabel perubahan struktur signifikansi sebesar 0,000. Karena nilai
modal terhadap variabel perubahan profitabilitas. signifikansi lebih kecil dari 5% maka hipotesis
Strategi investasi yang berdasarkan kepemilikan (H3) diterima yang berarti terdapat pengaruh
modal dari dalam perusahaan (modal sendiri) signifikan antara variabel capital expenditure
memiliki hubungan positif terhadap profitabilitas dengan variabel profitabilitas. Kebijakan dalam
perusahaan, ar tinya jika perusahaan capital expenditure tidak akan terlepas dari
memperoleh hasil yang lebih besar dari dana kebijakan pendanaan, sehingga keberhasilan
yang dipinjam daripada yang harus dibayar dalam program ini sangat mendukung
sebagai bunga, maka hasil pengembalian berupa keberhasilan dalam program pemilihan
profit untuk para pemilik akan meningkat. Hal ini pembiayaan.
menunjukkan bahwa peningkatan struktur modal Untuk menghasilkan profitabilitas sesuai
akan menambah modal perusahaan, hal ini dengan yang diharapkan, capital expenditure
memberikan keleluasaan bagi manajer harus didukung dengan manajemen aktiva yang
perusahaan untuk menempatkan assetnya pada baik, termasuk pengelolaan-pengelolaan
proyek investasi yang menguntungkan yang sumberdaya yang terkait. Usaha-usaha ini baru
mengakibatkan meningkatnya percepatan akan bisa dilihat hasilnya setelah beberapa tahun
profitabilitas. kemudian, karena ini menyangkut investasi
jangka panjang. Kebijakan dalam capital expen-
2. Uji Hipotesis 2: Pengaruh Pertumbuhan diture tidak akan terlepas dari kebijakan
terhadap Profitabilitas pendanaan, sehingga keberhasilan dalam pro-
Dari hasil perhitungan uji secara parsial gram ini sangat mendukung keberhasilan dalam
diperoleh nilai t hitung sebesar (0,592) dengan program pemilihan pembiayaan. Kebijakan ini
nilai signifikansi sebesar 0,555. Karena nilai sejalan dengan teori investasi, yaitu
signifikansi lebih besar dari 5% maka hipotesis dimaksudkan untuk memperluas kesempatan
(H2) ditolak, yang berar ti tidak terdapat usaha, dan ini hanya dapat dibenarkan jika
pengaruh signifikan antara variabel pertumbuhan profitabilitas yang tercermin melalui profitabilitas
perusahaan dengan variabel profitabilitas. baik. Oleh karena itu, sejalan dengan kebijakan
Growth mempengaruhi profitabilitas, melalui aset pendanaan, kebijakan dalam capital expenditure
yang dimiliki sehingga berpengaruh terhadap dimaksudkan untuk meningkatkan profitabilitas.
produktivitas dan efesiensi perusahaan yang Kebijakan ini sejalan dengan teori investasi, yaitu
pada akhirnya berpengaruh pada profitabilitas. dimaksudkan untuk memperluas kesempatan
Total aset dipilih sebagi ukuran growth dengan usaha, dan ini hanya dapat dibenarkan jika
mempertimbangkan nilai aset relatif stabil profitabilitas perusahaan meningkat. Oleh karena
dibandingkan nilai market capitalized dan itu, sejalan dengan kebijakan pendanaan,
penjualan. Hal ini bahwa menunjukkan kebijakan dalam capital expenditure
peningkatan pertumbuhan perusahaan tidak dimaksudkan untuk meningkatkan profitabilitas
berdampak pada besar kecilnya profitabilitas perusahaan.
perusahaan.
4. Uji Hipotesis 4: Pengaruh Insentif Manajer
3. Uji Hipotesis 3: Pengaruh Capital Expendi- terhadap Profitabilitas
ture terhadap Profitabilitas Dari hasil perhitungan uji secara partial
Dari hasil perhitungan uji secara partial diperoleh nilai t hitung sebesar (2,452) dan nilai
diperoleh nilai t hitung sebesar (3,672) dan nilai signifikansi sebesar 0,015. Karena nilai
signifikansi lebih kecil dari 5% maka hipotesis per usahaan untuk menahan laba. Jadi
(H4) diterima yang berarti terdapat pengaruh perusahaan yang sedang tumbuh sebaiknya
signifikan positif antara variabel insentif manajer tidak membagikan laba sebagai deviden tetapi
dengan variabel profitabilitas. Ada hubungan lebih baik digunakan untuk ekspansi. Potensi
antara insentif CEO (Chief Executive Officer), free pertumbuhan ini dapat diukur dari besarnya
cash flow, dan investasi. Pernyataan tersebut biaya penelitian dan pengembangan. Semakin
mengindikasikan adanya sensitivitas terhadap besar R&D cost-nya maka berarti ada prospek
insentif manajer (pay-performance) dapat perusahaan untuk tumbuh. Hal ini menunjukkan
mengurangi kepelikan masalah agensi terhadap bahwa peningkatan pertumbuhan perusahaan
free cash flow. Hal ini menunjukkan bahwa tidak berdampak pada besar kecilnya nilai
Pemberian bonus saham kepada manajer dapat perusahaan.
memotivasi manajer untuk bekerja lebih baik,
sehingga profitabilitas perusahaan meningkat. 7. Uji Hipotesis 7: Pengaruh Capital Expen-
diture terhadap Nilai Perusahaan
5. Uji Hipotesis 5: Pengaruh Struktur Modal Dari hasil perhitungan uji secara parsial
terhadap Nilai Perusahaan diperoleh nilai t hitung sebesar (2,135) dan nilai
Dari hasil perhitungan uji secara parsial signifikansi sebesar 0,041. Karena nilai
diperoleh nilai t hitung sebesar (2,775) dan nilai signifikansi lebih kecil dari 5% maka hipotesis
signifikansi sebesar 0,006. Karena nilai (H7) diterima, yang berarti terdapat pengaruh
signifikansi lebih kecil dari 5% maka hipotesis signifikan antara variabel capital expenditure
(H5) diterima, yang berarti terdapat pengaruh terhadap variabel nilai perusahaan. Hal ini
signifikan antara variabel struktur modal terhadap menunjukkan bahwa percepatan perubahan aset
variabel nilai perusahaan. nilai perusahaan akan tidak berdampak pada besar kecilnya percepatan
meningkat jika perusahaan memilih tidak ada perubahan nilai perusahaan. Pilihan untuk
hutang pada struktur modal pada perusahaan. menerima investasi, berar ti manajer harus
Hubungan insentif manajer dan nilai perusahaan menyiapkan dana untuk membiayai investasi
didukung oleh teori pecking order, dan tersebut. Pengeluaran dana untuk membiayai
dijustifikasi oleh penelitian terdahulu yang investasi ini merupakan bagian dari capital ex-
dilakukan oleh Uchida (2006). penditure yang manfaatnya baru akan diperoleh
setelah beberapa tahun kemudian. Terlepas dari
6. Uji Hipotesis 6: Pengaruh Pertumbuhan sumber dana yang digunakan untuk membiayai
terhadap Nilai Perusahaan capital expenditure ini, maka jika suatu investasi
Dari hasil perhitungan uji secara parsial sudah dipilih berarti ada harapan dari investasi
diperoleh nilai t hitung sebesar (0,177) dengan tersebut untuk menambah kekayaan pemilik. Hal
nilai signifikansi sebesar 0,860. Karena nilai ini disebabkan karena investasi yang dipilih
signifikansi lebih besar dari 5% maka hipotesis adalah investasi yang memberikan NPV positif,
(H6) ditolak, yang berar ti tidak terdapat dan semakin besar nilai NPV, semakin besar pula
pengaruh signifikan antara variabel pertumbuhan tambahan kekayaan untuk pemilik.
perusahaan dengan variabel nilai perusahaan.
Pertumbuhan perusahaan yang cepat maka 8. Uji Hipotesis 8: Pengaruh Insentif Manajer
semakin besar kebutuhan dana untuk ekspansi. terhadap Nilai Perusahaan
Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan Dari hasil perhitungan uji secara parsial
mendatang maka semakin besar keinginan diperoleh nilai t hitung sebesar (2,046) dan nilai
Pengaruh mediasi yang ditunjukkan oleh signifikan atau tidak, diuji dengan sobel test.
perkalian koefisien (p1 dan p2) sebesar 0,131 Perhitungan sobel test melalui standard error,
signifikan atau tidak, diuji dengan sobel test. perhitungan Standar error dari koefisien indirect
Perhitungan sobel test melalui standard error, effect (Sp2p3)
perhitungan Standar error dari koefisien indirect
effect (Sp2p3)
Berdasarkan hasil S p2p3 maka dapat
dihitung nilai t statistik pengaruh mediasi dengan
rumus sebagai berikut:
investasi ini merupakan bagian dari capital 10.Profitabilitas memediasi pengaruh capital
expenditure yang manfaatnya baru akan expenditure terhadap nilai perusahaan,
diperoleh setelah beberapa tahun kemudian. dimana capital expenditure mampu
Terlepas dari sumber dana yang digunakan mempengaruhi nilai per usahaan jika
untuk membiayai capital expenditure ini, perusahaan tersebut mempunyai orientasi
maka jika suatu investasi sudah dipilih berarti yang besar pada kebijakan dividennya.
ada harapan dari investasi tersebut untuk
11.Profitabilitas memediasi pengaruh insentif
menambah kekayaan pemilik.
manajer terhadap nilai perusahaan, dimana
7. Pada persamaan kedua, dengan nilai beta insentif manajer mampu mempengaruhi nilai
sebesar 0,069, perusahaan yang keempat perusahaan jika perusahaan tersebut
perlu memprioritaskan insentif manajer, mempunyai orientasi yang besar pada
dimana manajer perusahaan manufaktur juga kebijakan dividennya.
perlu menambah jumlah insentif manajer
apabila ingin mengembangkan perusahaan 5.3. Keterbatasan Penelitian
karena dengan pemberian bonus saham Adanya keterbatasan data dalam penelitian
kepada manajer dapat memotivasi manajer ini lebih ditekankan pada generalisasi hasil
untuk bekerja lebih baik, sehingga penelitian hanya pada perusahaan manufaktur dan
profitabilitas perusahaan meningkat. hasil penelitian nilai adjusted R square pada
perusahaan manufaktur yang rendah, dimana
8. Profitabilitas memediasi pengaruh struktur
pada perusahaan manufaktur mempunyai nilai ad-
modal terhadap nilai perusahaan, dimana
justed R square 39,9% sehingga generalisasi
struktur modal mampu mempengaruhi nilai
hanya pada obyek yang diteliti.
perusahaan jika perusahaan tersebut
mempunyai orientasi yang besar pada
5.4. Agenda Penelitian Mendatang
kebijakan dividennya.
Disarankan untuk penelitian yang akan
9. Profitabilitas memediasi pengaruh datang agar memperluas obyek penelitian yaitu
pertumbuhan perusahaan terhadap nilai seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI, tidak
perusahaan, dimana per tumbuhan hanya pada satu industri saja. Selain itu juga
perusahaan mampu mempengaruhi nilai perlu menambah variabel mikro ekonomi (suku
perusahaan jika perusahaan tersebut bunga, inflasi, jumlah saham beredar) (Benston
mempunyai orientasi yang besar pada et al., 2003) yang mempengaruhi profitabilitas
kebijakan dividennya. agar hasil penelitian ini menjadi lebih sempurna
sehingga nilai adjusted R square menjadi lebih
besar.
DAFTAR REFERENSI
Aggarwal, R.K and Samwick, A.A, 2003a, Why Do Managers Diversity Their Firms? Agency
Reconsidered, Journal of Finance, 58, pg. 71-118.
Aggarwal, R.K and Samwick, A.A, 2003b, Performance Incentives within Firms: The Ef-
fect of Managerial Resposibility, The Journal of Finance, Vol. LVIII, No. 4, pg.
1613-1649.
Aggarwal, R.K and Samwick, A.A, 2003c, McIntire School of Commerce University of
Virginia Charlottsville, VA 22903, E-mail Rajesh.Aggarwal@virginia.edu, Empire-
Builders and Shirkers: Investment, Firm Performance, and Managerial Incentives.
Agarwal, V., Daniel, N.D., and Naik, N.Y, 2005, Georgia State University, Robinson College
of Business, 35, Broad Street, Suite 1221, Atlanta GA 30303, E-mail
vagarwal@gsu.edu (Vikas) and nav@gsu.edu (Naveen), Role Managerial Incen-
tives, Flexibility, and Ability: Evidence from Perdormance and Money Flows in
Hedge Funds.
Agus Sartono, 1995, Manajemen Keuangan : Teori dan Aplikasi, Penerbit BPFE UGM
Yogyakarta.
Al Farouque, O., Tony van Zijl., Dunstan, K., and Karim, W, 2005, University of Auck-land
Business School (Tamaki Division), Private Bag 92019, Auckland, New Zealand,
Email: keitha.dunstan@vuw.ac.nz, School of Accounting and Commercial Law,
Victoria University of Wellington, PO Box 600, Wellington, New Zealand, http://
www.accounting-research.org.nz, A Simultaneous Equations Approach to
Analysing the Relationship Between Ownership Structure and Performance in
Bangladesh.
Amadi, Confidence, 2005, Capital Expenditure and Long-Run Pofitability : Evidence From
The Paper and Forest Products Industry, Proceedings of The Academy of Ac-
counting and Financial Studies vol. 10 number 2, Las Vegas.
Anuchitworawong, C, 2004, Institute of Economic Research Hitotsubhasi University 2-1
Naka, Kunitachi, 186-8603, Tokyo, E-mail: cei*info@ier.hit*u.ac.jp, Ownership-
based Incentives, Internal Corporate Risk and Firm Performance.
Baskin, J, 1989, An Empirical Investigation of The Pecking Order Hypothesis, Financial
Management, Spring.
Bathala C.T., K.P. Moon, and R.P. Rao, 1994, Managerial Ownership, Debt Policy, and
Institutional Holdings: An Agency Perpective, Financial Managemen Journal, 23,
pg. 38-50.
Bhattacharya, U; Daouk, H; and Welker, M, 2003, The World Price of Earnings Opacity, The
Accounting Review, Vol. 78, No. 3, July, Pg. 641-678.
Biddle, G. C., R.M. Bauen & J.S Wallace (1996), Does EVA Beat Earnings?. Evidence on
Associations with Stock Returns and Firm Values, Journal of Accounting and
Economics 2, pg. 301-336.
Binsar Bitler, M. P., Moskowitz, T. J and Jorgensen, A. V, 2005, Testing Agency Theory with
Entrepreneur Effort and Wealth, The Journal of Finance, LX:2, p. 539-576.
Brailsford, T.J., Oliver, B.R., and Pua, S.L.H, 2002, On The Relation Between Ownership
Structure and Capital Structure, Accounting and Finance, 42, pg. 1-26.
Brealey, R.A., Myers, S.C, 1991, Principle of Corporate Finance, Fourth Edition, Interna-
tional Edition, McGraw-Hill, Inc.
Brigham, Eugene F., and Houston Joel F, 1998, Fundamentals of Financial Management,
Eight Edition, The Dryden Press, Orlando.
Cao, Jerry; Qigui Liu; dan Garry Gang Tian, (2010); “Venture capital and executive incen-
tives in China,” Singapore Management University.
Chowdhury, Anup dan Suman Paul Chowdhury, (2010), “Impact of capital structure on
firms value: evidence from Bangladesh,” Bussiness and Economic Horizons.
Clay, Darin G, 2001, Instituional Ownership, CEO Incentive, and Firm Value, Dissertation
of Doctor of Philosophy The University of Chicago, Chicago, Illinois.
Claude, et al, 1996, Political Risk, Economic Risk, and Financial Risk, Financial Analysis
Journal, Nov-Dec, pg. 29-45.
Coles, J.L., Daniel, N.D., and Neveen, L, 2004, Department of Finance W.P. Carey School
of Business Arizona State University, E-mail Jeffrey.Coles@asu.edu, Department
of Finance Robinson College of Business Georgia State University, E-mail
nav@gsu.edu, and E-mail lalitha@gsu.edu, Managerial Incentives and Risk-Tak-
ing.
Cooper, D, R., and C.W., Emory, 1996, Business Research Methods, 5th Edition, Richard
D. Irwin, Inc., USA.
Crutchley, C., and Hansen, 1989, A Test of The Agency Theory or Managerial Ownership,
Corporate Leverage and Corporate Dividend, Financial Managemen Journal,
18, pg.
De Motta, Adolfo, 2003, Managerial Incentives and Internal Capital Markets, The Journal
of Finance, Vol. LVIII, No. 3, page 1193-1220.
Dodd, J.L, and Chen, S, 1996, EVA: A New Panacea?, B & E Review/July-Sept. 1996, pg.
26-28.
Francis, Bill; Iftekhar Hasan dan Zenu Sharma, (2011), “Leverage and growth: effect of the
options,” Bank of Finland Research.
McConnel, J.J and C.J Muscarella (1985), Corporate Capital Expenditure Decision and the
Market Value of the Firm, Journal of Financial Economic 14, pg. 399-422.
Mehran, H, 1995, Executive Compensation Structure, Ownership and Firm Performance,
Journal of Financial Economics 38, pg. 163-184.
Milbourn, Todd T, 1996 “The Executive Compensation Puzzle: Theory and Evidence” IFA
Working Paper No. 235, London Business School.
Modigliani, F and Miller, M., 1963, Corporate Income Taxses and The Cost of Capital: A
Correction, American Economic Review, 53, June, pg. 433-443.
Myers, Stewart C, 1984, The Capital Structure Puzzle, Journal of Finance, 39: 3, July,
pg. 575-592.
Myers, Stewart C, and Nicholas S. Majluf, 1984, Corporate Financing and Investment
Decesions when Firms Have Information that Investors Do Not Have, Journal of
Financial Economics, 13, pg. 187-221.
Nirmalasari, Astuti, 2010, Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan
Yang Dimediasi Oleh Profitabilitas Sebagai Variabel Interveining, Tesis, Universi-
tas Diponegoro Semarang.
Oka Kusumajaya, Dewa Kadek, 2011, Pengaruh Struktur Modal dan Pertumbuhan
Perusahaan Terhadap Profitabilitas dan Nilai Perusahaan Pada Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia, Tesis, Universitas Udayana Bali.
Pasternack, D and Rosenberg, M, 2002, Department of Finance and Statistics Swedish
School of Economics and Business Administration 00101 Helsinki, E-mail:
publ@shh.fi, and internet: http://www.shh.fi/services/biblio/papers/index.htm, The
Impact of Stock Option Incentives on Investment and Firm Value.
Penman, S.H, 2003, Financial Statement Analysis and Security Valuation. Second Edition,
McGraw Hill.
Sudiyatno, Bambang, 2010, Peran Profitabilitas Dalam Menentukan Pengaruh Faktor Fun-
damental Makroekonomi Risiko Sistematis dan Kebijakan Perusahaan Terhadap
Nilai Perusahaan, Desertasi, Universitas Diponegoro Semarang.
Sudiyatno, Bambang; Ellen Puspitasari; dan Andi Kartika, 2012, “The companys policy,
firm performance and firm value: an empirical research on Indonesian stock ex-
change,” American International Journal of contemporary Research.
Titman, S. & Wessels, R, 1988, “The Determinants of Capital Structure Choise”, Journal
of Finance, 43(1), pg. 1-19.
Uchida, Konari, 2006, Faculty of Economics and Business Administration, The University
of Kitakyushu 4-2-1, Kitagata, Kokuraminamiku, Kitakyushu 802-8577 JAPAN,
E-mail address: k_uchida@kitakyu-u.ac.jp Agency Costs of Debt and the Rela-
tionship Between Firm Performance and Managerial Ownership: Evidence from
Japan.
Villalonga, B., and Amit, R, 2004, Harvard Business School Soldiers Field Boston, MA
02163, E-mail: bvillalonga@hbs.edu. The Warton School University of Pennsyl-
vania 3620 Loust walk Philadelphia, PA 19104, E-mail: amit@wharton.upenn.edu,
How Do Family Ownership, Management, and Control Affect Firm Value?.
Wen-Chung Guo, 2006, Stock Bonus Compensation and Firm Performance in Taiwan,
Taiwan Economic Journal.
Weston, J.F dan Copeland, T.E, 1992, Manajemen Keuangan Edisi Kedelapan (Edisi revisi),
Penebit Binarupa Aksara, Jakarta.