Anda di halaman 1dari 6

Ferry Unardi, Mengibarkan Traveloka dari

Titik Nol
Posted on April 1, 2014 by Fardil Khalidi
0000

Berkecimpung di dunia bisnis yang bernafaskan cashless society memang menjanjikan potensi
crowded besar. Hal inilah yang telah lama dibidik oleh Ferry Unardi, seorang young
entrepreneur jebolan Purdue University, yang juga sempat menjajal atmosfer kerja di Microsoft.
Melalui Traveloka, sebuah penyedia layanan tiket pesawat online, Ferry pelan – pelan
membangun sistem e-commerce perusahaannya, dengan berbekal pengetahuan serta
pengalamannya selama mendulang ilmu di Amerika. Bagaimana sepak terjang Ferry
mengibarkan bendera Traveloka mulai dari titik nol sampai beromset miliaran rupiah per bulan?
Simak liputannya bersama reporter SWA Online, Ahmad Fardil Khalidi.

Bisa diceritakan singkat tentang background Anda?

Saya Ferry Unardi lahir di Padang 16 January 1988. Setelah lulus SMA saya melanjutkan kuliah
ke Amerika tepatnya di Purdue University. Saya mengambil program Computer Science and
Engineering dan lulus pada tahun 2008.

Setelah lulus saya sempat bekerja di perusahaan Microsoft di kota Seattle, di mana saat itu saya
bekerja sebagai Software Engineer kurang lebih selama 3 tahun. Setelah itu saya melanjutkan
jenjang master (MBA) di Harvard Business School selama 1 semester.
Awalnya tertarik di dunia e-commerce itu bagaimana?

Saya sempat memperhatikan perkembangan dunia Internet di Indonesia dan perubahannya cukup
cepat. Tiba – tiba terbesit sebuah naluri di mana saya tertantang untuk mencoba terjun di dunia
ini. Kemudian saya ajak teman saya, orang Indonesia juga yang kebetulan pernah satu kantor di
Microsoft, yakni Derianto Kusuma dan Albert untuk menggarap bisnis ini, yang kemudian kami
namakan Traveloka.

Karena emang background kami mirip jadi kami sering discuss soal ini. Kemudian setelah
beberapa lama dilaunch, dapat menghire beberapa rekan kerja lagi. Awalnya pada saat itu
hanya sekitar 20 – 30 orang saja, namun seiring dengan berkembangnya traffic hingga saat ini
kami telah mempekerjakan sekitar 100 orang, termasuk itu marketing, IT, finance, human
resource, dll

Traveloka kan merupakan e-commerce di bidang agency tiket pesawat, kenapa memilih
bidang tersebut?

Jadi gini, selama 8 tahun di Amerika, terbang dari Amerika ke Indonesia itu sudah jadi bagian
dari aktivitas saya. Ya karena kan saya juga mesti mengunjungi tanah air di kala libur kuliah.
Selain itu kan gak seterusnya saya menetap di sini. iSaya juga mesti rekreasi d beberapa tempat,
termasuk tanah air. Oleh karena itu saya sering bersinggungan dengan urusan tiket pesawat.

Nah sayangnya pada saat itu saya sering mengalami kesulitan dalam mencari tiket pesawat yang
sesuai dengan keinginan saya. Let say gini, saya dari Indianapolis mau ke Padang, itu susah
sekali. Saya cuma bisa dapat tiket untuk ke Jakarta. Tetapi untuk ke Padang, saya mesti beli dulu
di Jakarta. Itu pertama.

Yang kedua, ketika saya cari tiket pesawat di Indonesia lewat website – website penyedia
layanan tiket pesawat, saya sering mengalami putus informasi. Artinya sampai terjadi deal itu
susah banget, entah karena websitenya yang tiba – tiba error, atau tidak ada follow up lebih
lanjut dari agennya.

Nah, di sini saya lihat ada sebuah peluang emas jika kita bisa mengolah sistem ini dengan lebih
baik. Artinya kita kuatkan dari segi websitenya mulai dari maintenance, layout, dan fitur –
fiturnya. Ditambah lagi kita kuatkan juga di segi layanannya, lalu buka customer officer selama
24 jam.

Tahun berapa Traveloka didirikan? Dan bagaimana proses terbentuknya?

Pada saat itu saya bersama kedua rekan saya mulai sepakat untuk menggarap bisnis ini pada
Maret 2012. Tapi launching secara resminya sendiri baru ada di bulan oktober 2012. Bisa
dibilang selama 6 bulan itu kita baru menyiapkan core businessnya.

Kebetulan, karena background saya engineer, rekan saya juga engineer, sehingga sangat pas buat
mengembangkan sistemnya, mulai dari analisis e-commercenya, sistem enterprisenya, coding
dan sebagainya. Totally, kita bener – bener mengadalkan skill, tidak ada investor / perusahan yg
pada saat itu bantu. Kami buat programnya dari scratch, dan setelah 6 bulan baru kita buka
(public beta).

Untuk pasarnya sendiri, saat itu bagaimana?

Saya bisa bilang begini, untuk pasar pada saat itu kami sangat optimis bisa masuk. Soalnya
berdasarkan pengalaman pribadi hampir tidak ada website yang menyediakan layanan
penerbangan dengan lengkap. terus metode pembayaran yang trustworthed juga belum banyak.
Ditambah lagi, untuk pusat informasi interaktif 24 jam dimana jika ada konsumen yang ingin
bertanya seputar informasi penerbangan, dan bisa disupport oleh bagian customer servicenya, itu
juga belum banyak.

Nah kita melihat ini sebuah potensi yang bagus dengan menggabungkan faktor – faktor tersebut.
Kita juga memiliki pengalaman di bidang teknologi, jadi artinya apabila dalam menjalankan
sistem ini ada error, kita bisa langsung tahu. Inilah yang mungkin tidak dimiliki company lain.

Untuk pembelian tiket di Traveloka, kan menggunakan e-payment? Itu mekanismenya


seperti apa?

Ya benar, 100% transaksi kita menggunakan e-payment, baik itu lewat transfer via bank, atau via
kartu kredit. Disini pastinya kami mengikuti undang – undang ITE dimana security adalah
prioritas utama kami, dan kita make sure banget bahwa transaksi ini benar – benar secure.

Untuk mekanisme pembayarannya seperti pada umumnya, kita sajikan fitur booking online
lengkap dengan prosedur serta petunjuk buat para calon pembeli. Mulai dari persetujuan, entry
data, serta validasi pembayaran, semua lengkap kita sajikan dalam website tersebut. Hanya saja
kita berikan limit kepada para calon pembeli yang sudah menentukan pilihannya, untuk segera
transfer dalam kurun waktu tertentu.

Beberapa perusahaan yang menjalankan tren cashless society ada tendensi untuk
melakukan penipuan bermodus online, bagaimana Anda menanggapi hal tersebut?

Jika disinggung soal cyber crime, kita tekankan itu adalah hal yang sia – sia. Namun bagi kami,
kita kembalikan lagi, untuk apa kita melakukan hal yang justru merugikan kita, lagi pula
aturannya juga sudah sangat ketat, ditambah lagi itu bisa merusak trust di kalangan konsumen
kita. Jika pun itu terjadi sayang banget bisnis yang sudah kita angkat selama dua tahun dan
leading di Google Search Engine tiba – tiba ditutup.

Dengan kata lain management di sini kita bisa tekankan untuk tidak memiliki wewenang
sedikitpun mengetahui data – data kritikal para konsumen, kecuali nama, alamat, tanggal lahir
karena itu memang perlu untuk konfirmasi ke pihak maskapainya.

Untuk tantangannya sendiri di e-payment bagaimana?

Tantangannya sendiri terletak pada perubahan harga tiket pesawat yang terjadi antara satu hari ke
hari yang lain. Artinya hari ini beli harganya sekian, besok bisa jadi lebih mahal atau lebih
murah. Oleh karena itu dalam sistem kita, setiap pengunjung yang sudah setuju dengan tiket
yang akan mereka beli, kita berikan waktu untuk transaksi. Setelah proses transfer selesai, tim
CSO kita akan memverifikasi mereka beberapa data, seperti nama, tgl lahir, alamat, dan kode
validasi, untuk kemudian kita lanjutkan transaksi ke maskapainya. Nah ini mesti dilakukan
maksimal 30 menit. Karena jika lebih dari itu, khawatirnya harga tiket sudah berubah.

Awalnya untuk meyakinkan konsumen agar transaksi itu seperti apa?

Memang awalnya bisa dibilang tidak ada metode secara langsung untuk meyakinkan konsumen
agar transaksi ke kita. Yang kita lakukan adalah mengejar traffic. Artinya kita kerenkan dulu
kualitas websitenya, mulai dari layoutnya, fiturnya, hingga informasinya. Kemudian kita juga
mainkan SEO, di mana untuk beberapa kata kunci penting seperti ‘Tiket Pesawat Murah’ , ‘tiket
pesawat’, dan ‘agen tiket pesawat’ kita harus leading.

Nantinya setelah semakin banyak pengunjung yang mampir, semakin banyak pula peluang orang
– orang yang jadi transaksi dengan kita. Kemudian kembali lagi ke security tadi, kita pastikan
transaksi ini berhasil dan mereka dapat terbang sesuai dengan keinginannya. Akhirnya ada kesan
positif yang bisa mereka tinggalkan untuk kita. Let say untuk penerbangan berikutnya mereka
transaksi lewat kita atau jika ada teman yang ingin terbang mereka akan rekomendasikan kita.

Asumsi persentase pengunjung yang jadi transaksi berapa persen?

Persentasenya 2 – 5% per hari. Untuk saat ini kita sudah memiliki rata – rata pengunjung berada
di kisaran 20 ribuan per hari. Itu bisa dicek di alexa.com.

Untuk profitnya sendiri bagaimana? Adakah data spesifik yang bisa dishare?

Wah maaf sekali untuk data spesifik kita gak bisa share. Tapi yang jelas maskapai memberikan
share profitnya ke kita itu sebesar 5% dari total tiket pesawat. Dan itu fix.

Bisa diceritakan bagaimana awalnya bisa menjalin kerja sama dengan maskapai lokal
seperti Citilink, AirAsia, Lion Air, Garuda, dll?

Awal launching, sama sekali tidak ada maskapai yang bekerja sama dengan kita. Kita hanya
menjual seperti tangan ke dua saja atau reseller, tanpa ada komisi yang mereka berikan. Namun
seiring dengan kemajuan traffic website kita, maskapai – maskapai tersebut mulai melirik,
kemudian akhirnya mereka bekerja sama dengan kita, di mana setiap transaksi kita diberikan
share profit sebesar 5%. Dan tentu saja simbiosis mutualisme toh? Saya dapat share nya,
maskapai2 tersebut dapat crowd nya.

Bagaimana mekanisme pemasarannya?

Saat ini pemasaran kita mengandalkan social network, yakni website dan juga twitter. Untuk ke
depannya kita juga bakal coba masuk ke televisi.

Apa ekspektasi Anda untuk tahun 2014 ini?


Ekspektasi ke depan tentu akan banyak maskapai yang bekerja sama dengan kami. tidak hanya
lokal, tapi juga internasional, dalam skala yang luas lagi seperti Eropa, Timur Tengah, Amerika,
Australia. Kemudian akan coba merambah ke pariwisata seperti hotel atau biro perjalanan.
(EVA)

Ferry Unardi
Building Traveloka.com

Greater Jakarta Area, Indonesia Internet

Current 1. Traveloka.com

1. Harvard Business
Education School

Experience

CEO & Co-Founder


Traveloka.com
March 2012 – Present

Education

Harvard Business School


Master of Business Administration (MBA)
2011 – 2013
Purdue University
Bachelor of Science (B.S.), Mathematics and Computer Science
2004 – 2008

Anda mungkin juga menyukai