Anda di halaman 1dari 6

PRAKTIKUM 4

PENGOLAHAN LIMBAH KOTORAN SAPI DENGAN MENGGUNAKAN


EFFECTIVE MICROORGANISM-4 (EM-4)

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Capaian Pembelajaran Umum:
Setelah melaksanakan praktikum ini mahasiswa mampu untuk melakukan pengolahan
limbah kotoran sapi dengan menggunakan effective microorganism 4 (EM4).
Capaian Pembelajaran Khusus:
Setelah melaksanakan pembelajaran ini mahasiswa mampu untuk:
1. Menjelaskan prinsip pengolahan limbah kotoran sapi menggunakan mikroorganisme dan
zat yang dihasilkan.
2. Membuat neraca massa dari biogas yang dihasilkan.

B. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui teknik pengolahan limbah kotoran sapi menggunakan mikroorganisme
2. Mengetahui zat yang dihasilkan dari proses penguraian limbah menggunakan
mikroorganisme.
3. Dapat membuat neraca massa dari biogas yang dihasilkan

4. TEORI
Pengolahan Limbah Kotoran Sapi
Peningkatan produksi ternak secara tidak langsung tersebut juga menimbulkan ekses
(dampak) negatif. Diantaranya adalah limbah yang dihasilkan dari ternak itu sendiri. Limbah
ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti usaha
pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan produk ternak, dan sebagainya.
Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair seperti feses, urine, sisa makanan,
embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen, dan lain-lain. Semakin
berkembangnya usaha peternakan, limbah yang dihasilkan semakin meningkat.
Peternakan dituding sebagai penyumbang pemanasan global hingga 30 %, karena limbah
dari peternakan selain baunya yang dapat menggangu lingkungan sekitar juga dapat
menghasilkan gas metana tinggi sehingga menimbulkan pencemaran udara. Limbah ternak
yang sebagian orang beranggapan miring karena jijik dan kotor namun banyak sekali manfaat
apabila dikelola dengan benar. Disadari atau tidak, limbah peternakan ini selain mengganggu
lingkungan sekitar, juga dapat menimbulkan bibit penyakit bagi manusia. Oleh sebab itu,
pengolahan limbah ternak harus ditingkatkan. Limbah kotoran ternak bisa diurai dan
tentunya akan ada mikroorganisme dari penguraian yang terjadi. Karena limbah kotoran
ternak merupakan limbah organik maka penggunaan mikroba dalam mengolah limbah
organik dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu menjadikannya pupuk organik dan
menjadikannya biogas.

Produksi biogas
Limbah-limbah organik dan peternakan yang diuraikan oleh bakteri kelompok metanogen
dapat menghasilkan biogas yang sebagian besar berupa metana. Biogas (metana) dapat
terjadi dari penguraian limbah organik yang mengandung protein, lemak dan karbohidrat.
Penguraian ini dilakukan untuk fermentasi oleh bakteri anaerob sehingga bejana yang
digunakan untuk fermentasi limbah ini harus ditutup. Ada tiga tahap dalam pembuatan
biogas, yaitu sebagai berikut:
1. Tahap pertama adalah reduksi senyawa organik yang komplek menjadi senyawa yang
lebih sederhana oleh bakteri hidrolitik. Bakteri hidrolitik ini bekerja pada suhu antara 30-
40oC untuk kelompok mesophilik dan antara 50-60oC untuk kelompok termophilik.
Tahap pertama ini berlangsung dengan pH optimum antara 6 sampai 7.
2. Tahap kedua adalah perubahan senyawa sederhana menjadi asam organik yang mudah
menguap seperti asam asetat, asam butirat, asam propionat dan lain-lain. Dengan
terbentuknya asam organik maka pH akan terus menurun, namun pada waktu yang
bersamaan terbentuk buffer yang dapat menetralisir pH. Di sisi lain untuk mencegah
penurunan pH yang drastis maka perlu ditambahkan kapur sebagai buffer sebelum tahap
pertama berlangsung. Bakteri pembentuk asam-asam organik tersebut diantaranya
adalah Pseudomonas, Flavobacterium, Escherichia dan Aerobacter.
3. Tahap ketiga adalah konversi asam organik menjadi metana, karbondioksida dan gasgas
lain seperti hidrogen sulfida, hidrogen dan nitrogen. Konversi ini dilakukan oleh bakteri
metan, seperti Methanobacterium omelianskii, Methanobacterium sohngenii,
Methanobacterium suboxydans, Methanobacterium propionicum, Methanobacterium
formicium, Methanobacterium ruminantium, Methanosarcina barkeril,Methanococcus
vannielli dan Methanococcus mazei. Bakteri metana ini sangat sensitif terhadap
perubahan suhu dan pH, oleh karenanya kedua parameter ini harus dikendalikan dengan
baik. PH optimum adalah antara 7, 0-7, 2, sedangkan pada pH 6,2 bakteri metana akan
mengalami keracunan.

Bakteri-bakteri yang terlibat dalam ketiga tahap tersebut pada umumnya telah terdapat
dalam limbah bahan-bahan organik, tetapi untuk meningkatkan kinerja produksi biogas maka
perlu ditambahkan bakteri metanogen yang telah direkayasa. Secara lebih ringkas, dapat
dinyatakan bahwa bakteri yang berperan dalam perombakan bahan organik dalam produksi
biogas ada dua macam, yaitu bakteri pembentuk asam dan bakteri pembentuk gas metan.
Bakteri pembentuk asam merombak bahan organik dan menghasilkan asam lemak. Proses ini
dilakukan oleh bakteri-bakteri Pseudomonas, Flavobacterium, Alkaligenes, Escherichia, dan
Aerobacter. Selanjutnya asam lemak ini akan dirombak oleh bakteri metan dan menghasilkan
gas bio (sebagian besar menghasilkan gas metan). Bakteri-bakteri tersebut adalah
Methanobacterium, Methanosarchina dan Methanococcus. Disamping itu juga ada bakteri
lain yang memanfaatkan unsur sulfur (S) dan membentuk H2S yaitu bakteri Desulvovibrio.
Proses produksi biogas biasanya dilakukan secara semi sinambung (substrat dimasukkan
satu kali di dalam selang waktu tertentu), tetapi untuk mendapatkan kemungkinan metode
produksi optimal, sistem banch (substrat hanya dimasukkan sekali saja) juga dapat
digunakan. Kecepatan produksi biogas dalam sistem batch mula-mula akan naik sehingga
mencapai kecepatan maksimum dan akhirnya akan turun lagi ketika sejumlah besar bahan
telah dirombak. Fermentasi atau perombakan tersebut adalah proses mikrobiologik yang
merupakan himpunan proses metabolisme sel. Fermentasi bahan organik ini dapat terjadi
dalam keadaan aerobik maupun anaerobik. Untuk proses fermentasi aerobik akan
menghasilkan gas-gas amonia (NH3) dan karbondioksida (CO2). Proses dekomposisi
anaerobik dari bahan organik akan menghasilkan gas bio. Proses produksi gas bio ini juga
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, diantaranya adalah suhu, pH, total padatan, dan rasio
C/N.
a. Suhu
Terdapat dua selang suhu optimum untuk produksi biogas, yaitu selang mesofilik (30-
40oC) dan selang termofilik (50-60oC). Secara umum, pada suhu yang lebih tinggi
didapatkan produksi biogas yang lebih tinggi pula.
b. pH
PH optimum untuk memproduksi biogas adalah netral. Di kedua sisi pH netral tersebut,
maka akan muncul gangguan dalam produksi biogas.
c. Total padatan
Kandungan total padatan yang mampu mendukung produksi biogas yang optimal adalah
antara 7-9%. Kandungan padatan yang lebih tinggi atau lebih rendah akan menimbulkan
gangguan terhadap produksi biogas.
d. Rasio C/N
Rasio C/N substrat yang optimum untuk produksi biogas adalah berkisar 25: 1 dan 30: 1.
Besaran rasio C/N yang terlalu tinggi akan menaikkan kecepatan perombakan tetapi
buangannya (sludge) akan mempunyai kandungan nitrogen yang tinggi. Substrat dengan
rasio C/N yang terlalu rendah akan menyiasakan banyak nitrogen yang akan berubah
menjadi amonia dan meracuni bakteri. Pencampuran limbah pertanian dengan kotoran
ternak akan merubah rasio C/N untuk produksi gas yang lebih baik.

EM4 (Effective Microorganism 4)


Produk EM4 merupakan bakteri fermentasi bahan organik tanah menyuburkan tanaman
dan menyehatkan tanah. Terbuat dari hasil seleksi alami mikroorganisme fermentasi dan
sintetik di dalam tanah yang dikemas dalam medium cair. EM4 dalamkemasanberadadalam
kondisi istirahat (dorman). Sewaktu diinokulasikan dengan cara menyemprotkannya ke
dalam bahan organik dan tanah atau pada batang tanaman, EM4
akanaktifdanmemfermentasi bahan organik (sisa-sisa tanaman, pupuk hijau, pupuk kandang,
dll.) yang terdapat dalam tanah. Hasil fermentasi bahan organik tersebut adalah berupa
senyawa organik yang mudah diserap langsung oleh perakaran tanaman misalnya gula,
alkohol, asam amino, protein, karbohidrat, vitamin dan senyawa organik lainnya.
Pemberian bahan organik ke dalam tanah tanpa inokulasi EM4
akanmenyebabkanpembusukanbahan organik yang terkadang akan menghasilkan unsur
anorganik sehingga akan menghasilkan panas dan gas beracun yang dapat mengganggu
pertumbuhan tanaman. Selain mendekomposisi bahan organik di dalam tanah, EM4 juga
merangsangperkembanganmikroorganisme lainnya yang menguntungkan untuk
pertumbuhan tanaman, misalnya bakteri pengikat nitrogen, bakteri pelarut fosfat dan
mikoriza. Mikoriza membantu tumbuhan menyerap fosfat di sekilingnya. Ion fosfat dalam
tanah yang sulit bergerak menyebabkan tanah kekurangan fosfat.
Dengan EM4 hifemikorizadapatmeluas dari misellium dan memindahkan fosfat secara
langsung kepada inang dan mikroorganisme yang bersifat antagonis terhadap tanaman. EM4
jugamelindungitanamandari serangan penyakit karena sifat antagonisnya terhadap patogen
yang dapat menekan jumlah patogen di dalamtanah atau pada tubuh tanaman.
5. BAHAN DAN ALAT
Bahan
Kotoran sapi
Gula
EM4
Aquadest
Air kran
Alat
Gelas ukur 1 L
Selang
Gelas beker 500 Ml
Gelas beker 100 mL
Erlenmeyer
Bak plastic
Sendok sungu
Neraca analitik
Pengaduk
Statif dan klem
Sumbat karet

6. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Sebanyak 250 gram limbah kotoran sapi kering ditimbang dan dimasukkan dalam
erlenmeyer kemudian dilarutkan dengan 250 mL aquadest.
2. Larutan mikroorganisme dibuat dengan mencampurkan 5 mL EM-4, 25 mL aquadest dan
25 gram gula pasir, kemudian larutan campuran diaduk.
3. Larutan mikroorganisme didiamkan 1 hari.
4. Larutan mikroorganisme yang telah dibuat pada langkah nomor 3 dicampurkan ke dalam
limbah yang telah dilarutkan, lalu campuran diaduk.
5. Limbah yang telah dicampurkan dengan larutan mikroorganisme dipasangi sumbat karet
berselang.
6. Ujung selang dimasukkan ke dalam gelas ukur yang telah berisi air (Posisi gelas ukur
terbalik di dalam bak plastic yang berisi air).
7. Dipastikan sistem dalam keadaan anaerob (jangan sampai ada bagian yang terbuka)
8. Percobaan dihentikan ketika gas yang dihasilkan telah konstan (tidak ada penambahan
volume).
9. Gas yang dihasilkan diukur volumenya.
10. Data yang diperoleh dicatat dan dibuat neraca massanya.

7. TABEL PENGAMATAN
HARI Ke- Tinggi Gas
4
6
8
11
13

8. DAFTAR PUSTAKA
Putra, Rizky A. 2016. Petunjuk Praktikum Biogas. Yogyakarta: STTN-BATAN

Anda mungkin juga menyukai