Anda di halaman 1dari 24

March 22

Rekayasa
Hidrologi
2014
Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan oleh air.
Peristiwa banjir timbul jika air menggenangi daratan
Makalah
yang biasanya kering. Banjir
Disusun oleh

Muhammad Nur Khusyeni 13.11.1001.7311.026

Dhevita Putri Darmawan 13.11.1001.7311.084

Angga Alfiannur 13.11.1001.7311.204

Risnawati 13.11.1001.7311.342

Rosmaya 13.11.1001.7311.184

JURUSAN S1 TEKNIK SIPIL


UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA
2014

Page ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan Makalah ini dapat diselesaikan.

Makalah ini disusun untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah / Soft skill Geologi Rekayasa
dengan judul ”Banjir” di Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda.

Terima kasih disampaikan kepada dosen mata kuliah Geologi Rekayasa yang telah
membimbing dan memberikan kuliah demi lancarnya tugas ini.

Demikianlah Makalah ini disusun semoga bermanfaat, agar dapat memenuhi tugas mata
kuliah Geologi Rekayasa.

Samarinda, 22 Maret 2013

Penyusun

Page i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii

BAB 1...................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan.....................................................................................................................2
1.3 Batasan Masalah..........................................................................................................................2

BAB 2...................................................................................................................3
2.1 Pengertian....................................................................................................................................3
2.2 Penyebab Terjadinya banjir..........................................................................................................4
2.3 Mekanisme Perusakan...............................................................................................................10
2.4. Kajian Bahaya...........................................................................................................................11
2.5 Gejala dan Peringatan Dini........................................................................................................12
2.6 Parameter Bahaya Banjir...........................................................................................................12
2.7 .Komponen yang Terancam.......................................................................................................12
2.8 Strategi Mitigasi dan Upaya Pengurangan Bencana...................................................................14

BAB 3.................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................18
3.2 Saran...................................................................................................................................18

Daftar Pustaka.....................................................................................................19

Page ii
Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
“Banjir”

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wilayah Indonesia terletak di daerah iklim tropis dengan dua musim yaitu panas
dan hujan dengan ciri-ciri adanya perubahan cuaca, suhu dan arah angin yang cukup
ekstrim. Kondisi iklim seperti ini digabungkan dengan kondisi topografi permukaan dan
batuan yang relatif beragam, baik secara fisik maupun kimiawi, menghasilkan kondisi
tanah yang subur. Sebaliknya, kondisi itu dapat menimbulkan beberapa akibat buruk bagi
manusia seperti terjadinya bencana hidrometeorologi seperti banjir, Gerakan tanah,
kebakaran hutan dan kekeringan. Seiring dengan berkembangnya waktu dan
meningkatnya aktivitas manusia, kerusakan lingkungan hidup cenderung semakin parah
dan memicu meningkatnya jumlah kejadian dan intensitas bencana hidrometeorologi
banjir, Gerakan tanah dan kekeringan yang terjadi secara silih berganti di banyak daerah
di Indonesia.

Sumber : BMG
Ditinjau dari karakteristik geografis dan geologis wilayah, Indonesia adalah salah
satu kawasan rawan bencana banjir. Sekitar 30% dari 500 sungai yang ada di Indonesia
melintasi wilayah penduduk padat. Lebih dari 220 juta penduduk, sebagian adalah miskin

Page 1
Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
“Banjir”

dan tinggal di daerah rawan banjir. Pada umumnya bencana banjir tersebut terjadi di
wilayah Indonesia bagian barat yang menerima curah hujan lebih tinggi dibandingkan
dengan di bagian Timur.
Berdasarkan kondisi morfologis, penyebab banjir adalah karena relief bentang
alam Indonesia yang sangat bervariasi dan banyaknya sungai yang mengalir diantaranya.
Daerah rawan banjir tersebut diperburuk dengan penggundulan hutan atau perubahan tata-
guna lahan yang tidak memperhatikan daerah resapan air. Perubahan tata guna lahan yang
kemudian berakibat menimbulkan bencana banjir, dapat dibuktikan antara lain di daerah
perkotaan sepanjang pantai terutama yang dialiri oleh sungai. Penebangan hutan secara
tidak terkontrol juga menyebabkan peningkatan aliran air (run off) pemukiman yang
tinggi dan tidak terkendali, sehingga menimbulkan banjir bandang dan kerusakan
lingkungan di daerah satuan wilayah sungai. Oleh karena itu, pada makalah ini akan di
bahas mengenai bencana banjir, faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya banjir serta
metode meminimalisir dan mengantisipasi bencana banjir yang terjadi khususnya di
Samarinda.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dari pembuatan makalah ini yaitu sebagai salah satu indikator penilaian
(tugas) yang diberikan oleh dosen mata kuliah Geologi Rekayasa yang terkait dengan
Bencana Alam Geologi.
Tujuan pembuatan makalah ini yaitu untuk menambah pengetahuan mengenai
Bencana Alam Geologi khususnya mengenai “Bencana Alam Banjir”.

1.3 Batasan Masalah


Makalah ini membahas mengenai Bencana Alam Banjir yang terkait dengan
pengertian, atau faktor penyebab terjadinya bencana banjir, serta metode meminimalisir
dan mengantisipasi bencana banjir yang terjadi.

Page 2
Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
“Banjir”

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan oleh air. Peristiwa banjir timbul jika
air menggenangi daratan yang biasanya kering. Banjir pada umumnya disebabkan oleh air
sungai yang meluap ke lingkungan sekitarnya sebagai akibat curah hujan yang tinggi.
Kekuatan banjir mampu merusak rumah dan bangunan. Air banjir juga membawa lumpur
berbau yang dapat menutup segalanya setelah air surut. Banjir adalah hal yang rutin.
Setiap tahun pasti datang. Banjir, sebenarnya merupakan fenomena kejadian alam "biasa"
yang sering terjadi dan dihadapi hampir di seluruh negara-negara di dunia, termasuk
Indonesia.

Dari data diatas memungkinkan terjadinya banjir pada hari-hari tertentu

Page 3
Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
“Banjir”

Gambar 1. Kenampakan Banjir di Daerah Samarinda ( Simpang Empat Mall Lembuswana )

Banjir sudah temasuk dalam urutan bencana besar, karena meminta korban besar.
Secara umum ada dua pengertian mengenai banjir. Pertama, banjir didefinisiskan sebagai
aliran air sungai yang tingginya melebihi muka air normal sehingga meluap dari palung
sungai menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah disisi sungai. Aliran air
limpasan tersebut yang semakin meninggi, mengalir dan melimpas muka tanah yang
biasanya tidak dilewati aliran air; kedua, banjir didefinisikan sebagai gelombang aliran air
berjalan kearah hilir sistem sungai yang berinteraksi dengan kenaikan muka air dimuara
akibat badai.

2.2 Penyebab Terjadinya banjir

Pada umumnya banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi diatas normal,
sehingga sistem pengaliran air yang terdiri dari sungai dan anak sungai alamiah serta
sistem saluran drainase dan kanal penampungan banjir buatan yang ada tidak mampu
menampung akumulasi air hujan tersebut sehingga meluap. Kemampuan/daya tampung
sistem pengaliran air dimaksud tidak selamanya sama, tetapi berubah akibat sedimentasi,
penyempitan sungai akibat fenomena alam dan ulah manusia, tersumbat sampah
hambatan lainnya. Penggundulan hutan di daerah tangkapan air hujan (catchment area)
juga menyebabkan peningkatan debit banjir karena debit/pasokan air yang masuk ke
dalam sistem aliran menjadi tinggi sehingga melampaui kapasitas pengaliran dan menjadi
pemicu terjadinya erosi pada lahan curam yang menyebabkan terjadinya sedimentasi di
sistem pengaliran air dan wadah air lainnya. Disamping itu berkurangnya daerah resapan
air juga berkontribusi atas meningkatnya debit banjir. Pada daerah permukiman dimana
telah padat dengan bangunan sehingga tingkat resapan air kedalam tanah berkurang, jika

Page 4
Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
“Banjir”

terjadi hujan dengan curah hujan yang tinggi sebagaian besar air akan menjadi aliran air
permukaan yang langsung masuk ke dalam sistem pengaliran air sehingga kapasistasnya
terlampaui dan mengakibatkan banjir.

PRAKIRAAN CURAH HUJAN MARET 2014

PRAKIRAAN SIFAT HUJAN APRIL 2014

Page 5
Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
“Banjir”

PRAKIRAAN CURAH HUJAN BULAN MEI 2014

Page 6
Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
“Banjir”

Gambar 3 : Curah Hujan & Sifat Hujan Bulan Mei 2013

Gambar 4 : Potensi Banjir Wilayah Samarinda

Pusat Studi Pembangunan Kalimantan Timur (PSPKT) menyatakan sering


terjadinya banjir di Kota Samarinda walau hanya 4 hingga 5 jam diguyur hujan,
disebabkan tiga faktor yakni :

Page 7
Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
“Banjir”

 Sistem saluran drainase (parit) di Samarinda tidak memadai karena saat ini
sudah banyak yang tertutup oleh pembuatan bangunan yang tidak pada
tempatnya, sehingga terjadi genangan air dalam jumlah besar yang
menyebabkan banjir.
 Penyebab banjir kedua, adalah menipisnya hutan kota yang berada di
Samarinda. Saat ini potensi hutan sudah mulai berkurang karena banyak
yang digusur menjadi pemukiman dan lainnya, sehingga dapat menjadi
dampak buruk bagi masyarakat luas.
 Sedangkan penyebab banjir ketiga, adalah banyaknya pertambangan
batubara yang ada di kota. Pada zaman penjajahan Belanda, Samarinda
sudah dirancang sebagai kota yang bebas banjir, yakni dengan
memperhatikan kondisi sungai dan membangun kanal-kanal seperti di
Amsterdam, Belanda yang lahan kotanya lebih rendah dari permukaan laut.
Tapi sekarang banyak sungai kecil dan kanal di Samarinda yang tidak
berfungsi, hal ini terjadi karena adanya pelebaran jalan yang tidak disertai
dengan perbaikan drainase.

Gambar 5: Lahan Bekas Tambang yang sudah di Tinggalkan

1.Sempaja 2. Lambung Mangkurat

Page 8

3. Bengkuring 4.UNTAG Samarinda Tercinta


Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
“Banjir”

Gambar 6. Bencana Banjir di Samarinda


Untuk Negara tropis, berdasarkan sumber airnya, air yang berlebihan tersebut
dapat dikategorikan dalam empat kategori:
Banjir yang disebabkan oleh hujan lebat yang melebihi kapasitas penyaluran sistem
pengaliran air yang terdiri dari sistem sungai alamiah dan sistem drainase buatan
manusia.
Banjir yang disebabkan meningkatnya muka air di sungai sebagai akibat pasang laut
maupun meningginya gelombang laut akibat badai.
Banjir yang disebabkan oleh kegagalan bangunan air buatan manusia seperti
bendungan, bendung, tanggul, dan bangunan pengendalian banjir.
Banjir akibat kegagalan bendungan alam atau penyumbatan aliran sungai akibat
runtuhnya/longsornya tebing sungai. Ketika sumbatan/bendungan tidak dapat
menahan tekanan air maka bendungan akan hancur, air sungai yang terbendung
mengalir deras sebagai banjir bandang. Contoh kasus banjir bandang jenis ini terjadi
pada banjir di Bohorok, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara.

Page 9
Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
“Banjir”

Gambar 7. Sketsa melintang/Profil Sungai Keterkaitannya dengan Banjir

2.3 Mekanisme Perusakan

Pada umumnya banjir yang berupa genangan maupun banjir bandang bersifat
merusak. Aliran arus air yang cepat dan bergolak (turbulent) meskipun tidak terlalu dalam
dapat menghanyutkan manusia, hewan dan harta benda. Aliran air yang membawa
material tanah yang halus akan mampu menyeret material yang lebih berat sehingga daya
rusaknya akan semakin tinggi. Air banjir yang pekat ini akan mampu merusakan pondasi
bangunan, pondasi jembatan dan lainnya yang dilewati sehingga menyebabkan kerusakan
yang parah pada bangunan‐bangunan tersebut, bahkan mampu merobohkan bangunan dan
menghanyutkannya.
Pada saat air banjir telah surut, material yang terbawa banjir akan diendapkan dan
dapat mengakibatkan kerusakan pada tanaman, perumahan serta timbulnya wabah
penyakit. Banjir bandang (flash flood) biasanya terjadi pada aliran sungai yang
kemiringan dasar sungainya curam. Aliran banjir yang tinggi dan sangat cepat, dapat
mencapai ketinggian lebih dari 12 meter (Banjir Bahorok, 2003) limpasannya dapat

Page
10
Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
“Banjir”

membawa batu besar/bongkahan dan pepohonan serta dapat merusak/menghanyutkan apa


saja yang dilewati namun cepat surut kembali. Banjir semacam ini dapat menyebabkan
jatuhnya korban manusia (karena tidak sempat mengungsi) maupun kerugian harta benda
yang besar dalam waktu yang singkat. Berikut ini disajikan grafik yang menggambarkan
perbandingan jumlah kejadian bencana alam dan jumlah rumah rusak di Indonesia akibat
bencana alam geologi.

Grafik 1. Jumlah Kejadian Bencana di Indonesia (2002-2006)

Grafik 2. Jumlah Rumah Rusak Akibat Bencana di Indonesia (2002-2006)

Berdasarkan grafik diatas, maka kita dapat melihat bahwa bencana banjir
merupakan bencana alam yang sering terjadi di wilayah Indonesia dan tidak sedikit

Page
11
Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
“Banjir”

mengakibatkan terjadinya kerusakan infrastuktur seperti bangunan, rumah dan prasarana


umum lainnya.

2.4. Kajian Bahaya

Diperlukam kajian atas kejadian banjir yang telah terjadi sebagai data historis dan
empiris yang dapat dipakai untuk menentukan tingkat kerawanan dan upaya antisipasi
banjir suatu daerah. Kajian tersebut diantaranya mencakup :
1. Rekaman atau catatan kejadian bencana yang telah terjadi memberikan indikasi
awal akan datangnya banjir dimasa yang akan datang atau dikenal dengan banjir
periodik (tahunan, lima tahunan, sepuluh tahunan, lima puluh tahunan atau seratus
tahunan).
2. Pemetaan topografi yang menunjukkan kontur ketinggian sekitar daerah
aliran/sungai yang dilengkapi dengan estimasi kemampuan kapasitas system
hidrologi dan luas daerah tangkapan hujan (catchment area) serta “plotting”
berbagai luas genangan yang pernah terjadi.
3. Data curah hujan sangat diperlukan untuk menghitung kemungkinan kelebihan
beban atau terlampauinya kapasitas penyaluran sistem pengaliran air baik system
sungai maupun sistem drainase.

2.5 Gejala dan Peringatan Dini

Datangnya banjir diawali dengan gejala‐gejala sebagai berikut :


1. Curah hujan yang tinggi pada waktu yang lama merupakan peringatan akan datangnya
bencana banjir di daerah rawan bencana banjir.
2. Tingginya pasang laut yang disertai badai mengidikasikan akan datangnya bencana
banjir beberapa jam kemudian terutama untuk derah yang dipengaruhi pasang surut.

2.6 Parameter Bahaya Banjir

Parameter atau tolak ukur ancaman/bahaya dapat ditentukan berdasarkan :


1. Luas genangan (km², hektar)
2. Kedalaman atau ketinggian air banjir (meter)

Page
12
Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
“Banjir”

3. Kecepatan aliran (meter/detik, km/jam)


4. Material yang dihanyutkan aliran banjir (batu, bongkahan, pohon, dan benda keras
lainnya)
5. Tingkat kepekatan air atau tebal endapan lumpur (meter, centimeter)
6. Lamanya waktu genangan (jam, hari, bulan)

2.7 .Komponen yang Terancam

Bencana banjir mengakibatkan kerugian berupa korban manusia dan harta benda,
baik milik perorangan maupun milik umum yang dapat mengganggu dan bahkan
melumpuhkan kegiatan sosial‐ekonomi penduduk. Uraian rinci tentang korban manusia
dan kerusakan harta benda dan prasarana umum diuraikan berikut ini :
1) Manusia
 Jumlah penduduk yang meninggal dunia.
 Jumlah penduduk yang hilang
 Jumlah penduduk yang luka‐luka
 Jumlah penduduk yang mengungsi

2) Prasarana Umum
 Prasarana trasportasi yang tergenang, rusak dan hanyut, diantaranya : jalan,
jembatan dan bangunan lainnya; terminal bus, jalan akses dan kompleks
pelabuhan.
 Fasilitas sosial tergenang, rusak dan hanyut diantaranya : sekolah, rumah ibabadah,
pasar, gedung pertemuan, Puskemas, Rumah Sakit, Kantor Pos, dan fasilitas sosial
lainnya;
 Fasilitas pemerintahan, industri‐jasa, dan fasilitas strategis lainnya: kantor Instansi
pemerintah, komplek industri, komplek perdangangan, instansi listrik, pembangkit
listrik, jaringan distribusi gas, instansi telekomunikasi yang tergenang, rusak dan
hanyut serta dampaknya, misal berapa lama fasilitasfasilitas terganggu sehingga
tidak dapat memberikan layanannya.

Page
13
Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
“Banjir”

 Prasarana pertanian dan perikanan: sawah beririgasi dan sawah tadah hujan yang
tergenang dan puso (penurunan atau kehilangan produksi), tambak, perkebunan,
ladang, gudang pangan dan peralatan pertanian dan perikanan yang tergenang
(tergenang lebih dari tiga hari dikategorikan rusak) dan rusak (terjadi penurunan
atau kehilangan produksi) karena banjir.
 Prasarana pengairan: bendungan, bendung, tanggul, jaringan irigasi, jaringan
drainase, pintu air, stasion pompa, dan sebagainya.

3) Harta Benda Perorangan


 Rumah tinggal yang tergenang, rusak dan hanyut
 Harta benda (aset) diantaranya modal barang produksi dan perdagangan, mobil,
perabotan rumah tangga, dan lainnya yang tergenang, rusak dan hilang
 Sarana pertanian‐peternakan‐perikanan : peternakan unggas, peternak hean berkaki
empat, dan ternaknya yang mati dan hilang. Perahu, dermaga dan sarana perikanan
yang rusak dan hilang.

2.8 Strategi Mitigasi dan Upaya Pengurangan Bencana

Strategi mitigasi bencana banjir secara umum dapat dibagi menjadi tiga kegiatan
yaitu upaya mitigasi non struktural, struktural serta peningkatan peran serta masyarakat.
1. Upaya Mitigasi Non Struktural
 Pembentukan “Kelompok Kerja” (POKJA) yang beranggotakan dinas instansi
terkait (diketuai Dinas Pengairan/Sumber Daya Air) di tingkat kabupaten/kota
sebagai dari Satuan Pelaksana (SATLAK) untuk melaksanakan dan menetapkan
pembagian peran dan kerja atas upaya‐upaya nonfisik penanganan mitigasi
bencana banjir diantara anggota POKJA dan SATLAK, diantaranya inspkesi,
pengamatan dan penelusuran atas prasarana dan sarana pengendalian banjir yang
ada dan langkah yang akan diuraikan pada uraian selanjutnya.
 Merekomendasikan upaya perbaikan atas prasarana dan sarana pengendalian banjir
sehingga dapat berfungsi sebagaimana direncanakan.

Page
14
Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
“Banjir”

 Memonitor dan mengevaluasi data curah hujan, banjir, daerah genangan dan
informasi lain yang diperlukan untuk meramalkan kejadian banjir, daerah yang
diidentifikasi terkena banjir serta daerah yang rawan banjir.
 Menyiapkan peta daerah rawan banjir dilengkapi dengan “plotting” rute
pengungsian, lokasi pengungsian sementara, lokasi POSKO, dan lokasi pos
pengamat debit banjir/ketinggian muka air banjir di sungai penyebab banjir.
 Mengecek dan menguji sarana sistem peringatan dini yang ada dan mengambil
langkah‐langkah untuk memeliharanya dan membentuknya jika belum tersedia
dengan sarana yang paling sederhana sekalipun.
 Melaksanakan perencanaan logistik dan penyediaan dana, peralatan dan material
yang diperlukan untuk kegiatan/upaya tanggap darurat, diantaranya dana
persediaan tanggap darurat; persediaan bahan pangan dan air minum; peralatan
penangulangan (misalnya movable pump, dumb truck, dll); material
penanggulangan (misalnya kantong pasir, terucuk kayu/bambu, dll); dan peralatan
penyelamatan (seperti perahu karet, pelampung, dll).
 Perencanaan dan penyiapan SOP (Standard Operation Procedure)/Prosedur Operasi
Standar untuk kegiatan/tahap tanggap darurat yang melibatkan semua anggota
SATKORLAK, SATLAK dan POSKO diantaranya identifikasi daerah rawan
banjir, identifikasi rute evakuasi, penyediaan peralatan evekuasi (alat transportasi,
perahu,dll), identifikasi dan penyiapan tempat pengungsian sementara seperti
peralatan sanitasi mobile, penyediaan air minum, bahan pangan, peralatan daput
umum, obat‐obatan dan tenda darurat.
 Pelaksanaan Sistem Informasi Banjir, dengan diseminasi langsung kepada
masyarakat dan penerbit penjelasan kepada press dan penyebar luasan informasi
tentang banjir melalui media masa cetak maupun elektronik yaitu station TV dan
station radio.
 Melaksanakan pelatihan evakuasi untuk mengecek kesiapan masyarakat SATLAK
dan peralatan evakuasi, dan kesiapan tempat pengungsian sementara beserta
perlengkapannya.
 Mengadakan rapat‐rapat koordinasi di tingkat BAKORNAS, SATKORLAK,
SATLAK, dan POKJA Antar Dinas/instansi untuk menentukan beberapa tingkat
dari resiko bencana banjir berikut konsekuensinya dan pembagian peran diantara
instansi yang terkait, serta pengenalan/diseminasi kepada seluruh anggota

Page
15
Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
“Banjir”

SATKORLAK, SATLAK, dan POSKO atas SOP dalam kondisi darurat dan untuk
menyepakati format dan prosedur arus informasi/laporan.
 Membentuk jaringan lintas instansi/sektor dan LSM yang bergerak dibidang
kepedulian terhadap bencana serta dengan media masa baik cetak maupun
elektronik (stasion TV dan radio) untuk mengadakan kempanye peduli bencana
kepada masyarakat termasuk penyaluran informasi tentang bencana banjir
 Melaksanakan pendidikan masyarakat atas pemetaan ancaman banjir dan resiko
yang terkait serta pengunaan material bangunan yang tahan air/banjir.

2. Upaya Mitigasi Struktural


 Pembangunan tembok penahan dan tanggul disepanjang sungai, tembok laut
sepanjang pantai yang rawan badai atau tsunami akan sangat membantu untuk
mengurangi bencana banjir pada tingkat debit banjir yang direncanakan.
 Pengaturan kecepatan aliran dan debit air permukaan dari daerah hulu sangat
membantu mengurangi terjadinya bencana banjir. Beberapa upaya yang perlu
dilakukan untuk mengatur kecepatan air dan debit aliran air masuk kedalam sistem
pengaliran diantaranya adalah dengan reboisasi dan pembangunan system
peresapan serta pembangunan bendungan/waduk.
 Pengerukan sungai, pembuatan sudetan sungai baik secara saluran terbuka maupun
tertutup atau terowongan dapat membantu mengurangi terjadinya banjir.

3. Peran serta Masyarakat


Masyarakat baik sebagai individu maupun masyarakat secara keseluruhan dapat
berperan secara signifikan dalam manajemen bencana banjir yang bertujuan untuk
memitigasi dampak dari bencana banjir. Peranan dan tangung jawab masyarakat dapat
dikategorikan dalam dua aspek yaitu aspek yaitu aspek penyebab dan aspek
partisipasipatif. Aspek penyebab, jika beberapa peraturan yang sangat berpengaruh atas
factor-faktor penyebab banjir dilaksanakan atau dipatuhi akan secara signifikan akan
mengurangi besaran dampak bencana banjir, faktor‐faktor tersebut adalah :
 Tidak membuang sampah/limbah padat ke sungai, saluran dan sistem drainase,
 Tidak membangun jembatan dan atau bangunan yang menghalangi atau
mempersempit palung aliran sungai,
 Tidak tinggal dalam bantaran sungai

Page
16
Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
“Banjir”

 Tidak menggunakan dataran retensi banjir untuk permukiman atau untuk hal‐
hal lain diluar rencana peruntukkannya.
 Menghentikan penggundulan hutan di daerah tangkapan air,
 Menghentikan praktek pertanian dan penggunaan lahan yang bertentangan
dengan kaidah‐kaidah konservasi air dan tanah, dan
 Ikut mengendalikan laju urbanisasi dan pertumbuhan penduduk.

Aspek partisipatif, dalam hal ini partisipasi atau kontribusi dari masyarakat dapat
mengurangi dampak bencana banjir yang akan diderita oleh masyarakat sendiri,
partisipasi yang diharapkan mencakup :
 Ikut serta dan aktif dalam latihan‐latihan (gladi) upaya mitigasi bencana banjir
misalnya kampanye peduli bencana, latihan kesiapan penanggulangan banjir
dan evakuasi, latihan peringatan dini banjir dan sebagainya;
 Ikut serta dan aktif dalam program desain & pembangunan rumah tahan banjir
antara lain rumah tingkat, penggunaan material yang tahan air dan gerusan air;
 Ikut serta dalam setiap tahapan konsultasi publik yang terkait dengan
pembangunan prasarana pengendalian banjir dan upaya mitigasi bencana
banjir;
 Mengadakan gotong – royong pembersihan saluran drainase yang ada
dilingkungannya masing‐masing.

Page
17
Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
“Banjir”

Gambar 8 : Peta Resiko Bencana Banjir Daerah Kalimantan Timur


BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 Banjir merupakan suatu proses alamiah yang merupakan salah satu bencana alam
geologi yang sering terjadi pada wiyalah indonesia Khususnya daerah Samarinda
berupa tergenangnya daratan oleh massa air baik dalam jumlah besar maupun
kecil.
 Secara umum terjadinya banjir disebabkan oleh 2 hal yakni faktor alamiah dan
faktor manusia dan kegiatannya. faktor alamiah berupa tingginya curah hujan
pada daerah tertentu dan waktu tertentu menyebabkan berlebihnya massa air
dalam suatu sistem drainase. Sedangkan faktor manusia dan kegiatannya meliputi

Page
18
Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
“Banjir”

pembangunan sistem drainase yang kurang baik, tersumbatnya sistem drainase


akibat tumpukan sampah, pembangunan yang tidak mempertimbangkan kondisi
hidrologi, penebangan hutan liar tanpa disertai proses reboisasi, Pertambangan
dan lain-lain.
 Bencana alam banjir dapat diminimalisir dengan mengurangi faktor-faktor
penyebab banjir.
 Strategi mitigasi dan penanganan bencana banjir secara umum dapat dibagi
menjadi tiga kegiatan yaitu upaya mitigasi non struktural, struktural serta
peningkatan peran serta masyarakat.

3.2 Saran

Untuk menambah pengetahuan tentang bencana banjir, faktor penyebab serta upaya
mitigasinya, sebaiknya banyak membaca literatur-literatur yang lebih variatif yang
berkaitan dan relevan tentang bencana banjir.

Daftar Pustaka

http://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/Depan.bmkg

http://kehidupan-disamarinda.blogspot.com/2008/12/pemukiman-sekitar-sungai-karang-mumus.html

http://www.antarakaltim.com/print/5858/pspkt-banjir-di-samarinda-disebabkan-tiga-faktor

http://id.scribd.com/document_downloads/direct/50774470?
extension=doc&ft=1366726445&lt=1366730055&user_id=77908958&uahk=Ieg8sDftXYW24
CcdJP9s+T86pJo

http://tholib.thoriqul-ulum.com/wp-content/blogs.dir/5/files/tambang-batubara/dsc_1132.jpg

Page
19
Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
“Banjir”

http://www.untag-smd.ac.id/files/DSC_2446%20%5BDesktop%20Resolution%5D.jpg

http://3.bp.blogspot.com/-
XcZ1ZgoyE84/UNuLMp512YI/AAAAAAAABJw/KtpOa4jmnnU/s1600/Banjir+Simpang+Sempa
ja+Samarinda.jpg

http://i472.photobucket.com/albums/rr87/borneo2009/BanjirBengkuring2_zps91384bcb.jpg

http://1.bp.blogspot.com/-
bOFnLlkn6y8/UQuLgvwI6rI/AAAAAAAABYU/ocOrPis94ac/s1600/Banjir+Lambung+Samarin
da+29+1+2013.jpg

Page
20

Anda mungkin juga menyukai