Anda di halaman 1dari 1

Beberapa kasus kekerasan pada TKI :

1. Nama : Erwiana sulistyaningsih


Tempat Asal : Kabupaten Ngawi
Tanggal Lahir : 7 Januari 1991 (27 Tahun)
Uraian singkat terkait kasus kekerasan yang dialami Erwiana sulistyaningsih:
Erwiana bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Hongkong, dalam kurun waktu 8 bulan
(masa kerjanya) ia mendapat berbagai kekerasan fisk dan psikologis dari majikannya yang
bernama Law Wan-tung, beberapa bentuk kekerasan yang diterima erwiana seperti dipaksa tidur
di lantai, bekerja 21 jam per hari, tidak di izinkan libur, hanya diberikan makan satu kali sehari, 2
buah roti serta 1 botol air mineral untuk sehari, dipukul, dicakar dan ditampar pada bagian wajah,
serta dihantam pada bagian gigi yang menyebabkan beberapa gigi erwiana patah, serta berbagai
kekerasan fisik pada bagian tubuh lainnya. Karena tidak mendapatkan penanganan medis sama
sekali luka-luka yang dialami erwiana semakin parah. Erwiana sempat mencari diagen tenaga kerja
dan Konsulat Jendral Republik Indonesia (KJRI) Hongkong, namun usahanya tersebut tidak
membuahkan suatu hasil yang berarti. Selang 8 bulan majikan erwiana memutuskan untuk
memulangkan erwiana ke Indonesia, ia memberi Erwi uang sebesar $70HKD dan mengancam
akan membunuh keluarga erwiana jika ia buka suara terkait penyiksaan yang dialaminya.
Sesampainya diindonesia ia tetap nekat menceritakan pada keluarganya terkait penyiksaan yang
telah dialaminya selama di Hongkong, Dengan dukungan banyak pihak, keadilan akhirnya datang.
pengadilan Hong Kong menjatuhkan hukuman 6 Tahun penjara pada Mantan Majikan Erwiana
pada jumat 27 Februari 2015 yang lalu, erwiana juga masuk kedalam 100 orang paling
berpengaruh versi majalah Times, selain itu ia juga mendapatkan beasiswa dari salah satu
Universitas ternama di Yogyakarta.

2. Nama : Satinah
Tempat Asal : Desa Kalisidi, Ungaran , Jawa tengah
Uraian singkat terkait kasus kekerasan yang dialami Satinah :
Satinah tersandung kasus pembunuhan majikannya sendiri yang bernama Muhamed Al
Mosaemeri, saat bekerja di Arab Saudi sebagai pembantu rumah tangga, insiden tersebut terjadi
pada 18 september 2007, latar belakang satinah melakukan pembunuhan tersebut karena ia
berusaha membela diri dari kekerasan fisik yang diterima dari majikannya tersebut, akibat kejadian
ini ia sempat di beri vonis hukuman pancung, namun pihak keluarga majikan meminta uang
kerugian sebesar 21 milyar, dikarenakan jumlah yang besar proses pembayaran uang kerugian
tersebut menjadi panjang, banyak masyarakat yang bersimpati dan bergerak membantu satinah,
hal ini juga didukung peran pemerintah Indonesia dalam mengajukan permintaan maaf serta
negosiasi uang kerugian yang harus dibayar oleh satinah. Setelah anggaran pemerintah dan
penggalangan dana telah mencapai angka 21 Milyar, alhasil satinah terbebas dari hukuman
pancung dan dipulangkan ke Indonesia pada 2 September 2015

Anda mungkin juga menyukai