Anda di halaman 1dari 13

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang
“Hubungan Penerapan Discharge Planning Terhadap Kepuasan Pasien di Ruang
Rawat Inap Dewasa Kelas III Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung” telah
dilaksanakan pada tanggal 02 Mei sampai dengan 02 Juni 2018. Responden pada
penelitian ini adalah pasien rawat inap dewasa kelas III berjumlah 78 responden.
Pengukuran dilakukan satu kali setelah 3 hari di rawat atau dinyatakan boleh
pulang oleh dokter. Hasil pengukuran penerapan discharge planning
didokumentasikan pada lembar observasi dan kuesioner. Analisa data penelitian
ini menggunakan Chi Square dengan tingkat kemaknaan α < 0,05 terdapat
hubungan penerapan discharge planning terhadap kepuasan pasien di ruang rawat
inap dewasa kelas III Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung.

4.1 Hasil Penelitian


1. Analisis Univariat

1) Gambaran penerapan discharge planning di ruang rawat inap dewasa


Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Penerapan Discharge Planning di Rumah
Sakit Muhammadiyah Kota Bandung

Discharge planning Jumlah Persentase (%)

Tidak baik 22 35,9

Baik 56 64.1

Jumlah 78 100,0
Sumber : Data Primer 2018
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 78 orang
responden yang dilakukan penelitian, sebagian besar responden mengatakan
penerapan discharge planning termasuk kategori baik.

48
49

2) Gambaran kepuasan pasien di ruang rawat inap dewasa


Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kepuasan pasien di ruang rawat inap
dewasa kelas III Rumah Sakit Muhammadiyah Kota Bandung

Kepuasan Pasien Jumlah Persentase (%)


Tidak Puas 22 28,2
Puas 56 71,8

Jumlah 78 100,0
Sumber : Data Primer 2018
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 78 orang
responden yang dilakukan penelitian, sebagian besar responden mengatakan
Puas.

2. Analisis Bivariat
3) Hubungan Penerapan Discharge Planning Terhadap Kepuasan Pasien
di Ruang Rawat Inap Dewasa Kelas III Rumah Sakit Muhammadiyah
Kota Bandung
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Penerapan Discharge Planning Terhadap
Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap Dewasa Kelas III
Rumah sakit Muhammadiyah Bandung

Discharge Kepuasan Pasien P


Planning Total %
Value
Tidak Puas % Puas %

Tidak baik 17 60,7 11 39,3 28 100,0


0,000
Baik 5 10,0 45 90,0 50 100,0

Jumlah 22 28,2 56 71,8 78 100,0

Sumber : Data Primer 2018.

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa, hasil uji Chi-Square


diperoleh p-value 0,000 (p0,05) yang berarti bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara penerapan discharge planning terhadap kepuasan pasien di
ruang rawat inap dewasa kelas III Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung.
50

4.2 Pembahasan

1. Gambaran Penerapan Discharge Planning di Ruang Rawat Inap


Kelas III Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 78 responden yang
dilakukan penelitian, terdapat sebagian besar responden mengatakan penerapan
discharge planning termasuk kategori tidak baik yaitu sebanyak 22 responden
(35,9%) sedangkan kategori baik yaitu sebanyak 56 orang responden (64,1%).
Discharge Planning dalam penelitian ini adalah penilaian/perasaan persepsi
dan harapan yang diperoleh responden terhadap pelayanan kesehatan sebelum
dan sesudah pulang. Asumsi peneliti bahwa hampir sebagian besar responden
mengatakan baik dalam pemberian penerapan discharge planning berupa
pemberian informasi kesehatan. Responden yang mengatakan baik dalam
penerapan discharge planning oleh perawat maupun dokter yang bersangkutan
adalah responden yang mendapatkan informasi kesehatan berupa informasi
waktu kontrol, cara minum obat, terapi dirumah dan beberapa perubahan gaya
yang harus dilakukan. Dan tidak menutup bahwa pasien kelas III tidak
diberikan discharge planning yang sesuai dan yang seharusnya diberikan,
tetapi pemberian pelaksanaan discharge planning itu sendiri belum maksimal
dan banyak tidak diberi penjelasan kepada pasien dan keluarga pasien baik
sebelum atau sesudah pasien pulang. Maka, dilihat dari hasil penelitian tersebut
ada beberapa responden yang mengatakan tidak baik dan tidak puas saat
diberikan penerapan discharge planning terutama di ruang rawat inap dewasa
kelas III.

Hasil analisis, didapatkan penerapan discharge planning kepada


pasien di ruang rawat inap kelas III masuk dalam kategori baik, terlihat dari
data ada sebanyak 64,1%. Sebagaimana diketahui bahwa penerapan
discharge planning dilakukan sejak awal pasien masuk sampai akhirnya
51

perencanaan pasien pulang. Menurut Vivi Yosafianti (2010), bahwa discharge


planning/ perencanaan pemulangan pasien adalah proses sistematis yang
bertujuan menyiapkan pasien meninggalkan rumah sakit untuk melanjutkan
program perawatan yang berkelanjutan dirumah atau diunit perawatan
komunitas. Program perencanaan pemulangan pada dasarnya merupakan
program pemberian pendidikan kesehatan kepada pasien yang meliputi
nutrisi, aktifitas/latihan, obat-obatan dan instruksi khusus yaitu tanda dan
gejala penyakit pasien. Pasien yang akan pulang jika dipersiapkan dengan
baik, maka tidak akan mengalami hambatan dalam melanjutkan program
pengobatan dan rehabilitasi, serta akan mencapai tingkat kesehatan yang lebih
baik.

Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan Suratun, dkk (2011),


didapatkan data bahwa responden mengatakan pelaksanaan pendidikan
kesehatan Discharge Planning pasien yang menilai baik sebanyak 50%. Hal
ini dikarenakan pendidikan kesehatan discharge planning sudah dilakukan,
namun pelaksanaannya sebagai besar perawat yang memberikan pendidikan
kesehatan tidak menggunakan media yang mewadahi seperti lembar balik,
leaflet. Perencanaan pemulangan (Discharge planning) merupakan program
pemberian pendidikan kesehatan kepada pasien yang bertujuan untuk
menyiapkan pasien meninggalkan rumah sakit untuk melanjutkan program
perawatan yang berkelanjutan di rumah. Pendidikan kesehatan di RS
Persahabatan telah dilakukan tetapi pada pelaksanaannya belum maksimal,
sedangkan hasil survei kepuasan pasien yang dirawat terhadap pelayanan
kesehatan sebesar 77,1% hasil tersebut masih rendah jika dibandingkan
dengan standar minimal pelayanan rumah sakit (Depkes RI, 2007:12) Hasil
analisis menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan discharge planning
mempunyai hubungan yang bermakna dengan kepuasan pasien.

Menurut Herniyatun, dkk (2009), bahwa pendidikan kesehatan atau


discharge planning persiapan pasien pulang bertujuan untuk memberikan
pengetahuan dan keterampilan yang penting kepada pasien dan keluarganya
52

untuk memenuhi kebutuhan keperawatan berkelanjutan yang akan dilakukan


di rumah. Dan menurut Devi Harliana (2012), Discharge planning bertujuan
untuk memperpendek jumlah hari rawatan, mencegah risiko kekambuhan,
meningkatkan perkembangan kondisi kesehatan pasien dan menurunkan
beban perawatan pada keluarga. Oleh karena itu diharapkan kepada perawat
untuk melaksanakan semua proses pelaksanaan discharge planning secara
komprehensif mulai dari seleksi pasien, pengkajian, intervensi, hingga
implementasi dan evaluasi. Selain itu, perawat juga perlu menerapkan strategi
4C yaitu Communication, Coordination, Collaboration dan Continual
Reassesment untuk menjamin terjadinya kontinuitas perawatan pasien di
rumah.

Kesimpulan dari semua hasil penelitian bahwa penerapan


discharge planning itu sendiri sangatlah penting dari proses penyembuhan
atau pelaksanaan keperawatan selama pasien dirawat di rumah sakit, karena
dengan adanya discharge planning berupa informasi kesehatan selama
dirawat maupun selama terapi dirumah akan sangat membantu penyembuhan
pasien itu sendiri dan dapat mengurangi kekambuhan pasien kembali lagi ke
rumah sakit dan dapat melakukan perawatan sendiri dirumah setelah
diberikan penerapan discharge planning yang baik selama di rumah sakit.
Oleh karena itu, hendaknya rumah sakit menerapkan penerapan discharge
planning dengan terstruktur dan baik sehingga dapat menimbulkan pelayanan
keperawatan yang maksimal.

2. Gambaran Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap Dewasa Kelas III


Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari 78 orang
responden yang dilakukan penelitian, sebagian responden mengatakan Tidak
puas yaitu sebanyak 22 orang responden (28,2%) dan 56 orang responden
mengatakan Puas (71,8%). Kepuasan pasien dalam penelitian ini adalah
tingkat perasaan seseorang setelah pasien menerima pelayanan kesehatan dari
53

rumah sakit tempat mereka dirawat dan dibandingkan dengan pelayanan


kesehatan yang mereka harapkan. Asumsi peneliti bahwa sebagian responden
mengatakan tidak puas dan puas terhadap pelayanan keperawatan yang
diterimanya selama dirawat di rumah sakit tersebut. Dan bahwa komunikasi
dan pemberian pendidikan kesehatan oleh perawat kepada pasien merupakan
salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam memenuhi kepuasan pasien
terhadap pelayanan keperawatan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
juga bahwa kepuasan pasien itu sendiri merupakan reaksi afeksi dan dinamis
yang berhubungan dengan perasaan kenyamanan, keramahan, kecepatan
pelayanan serta pemberian informasi tentang kesehatan yang dibutuhkan
berupa penerapan discharge planning itu sendiri. Pelayanan keperawatan
merupakan pelayanan utama pada suatu rumah sakit, dimana salah satu aspek
pelayanan keperawatan yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan
keperawatan dan kepuasan pasien adalah pemberian pendidikan kesehatan
berupa discharge planning pada pasien.
Hasil analisis, didapatkan pada 78 orang responden yang dilakukan
penelitian, sebagian responden mengatakan Tidak puas yaitu sebanyak 22
orang responden (28,2%) dan 56 orang responden mengatakan puas (71,8%).
Kepuasan pasien diperoleh setelah pasien menerima pelayanan kesehatan dari
rumah sakit tempat mereka dirawat dan dibandingkan dengan pelayanan
kesehatan yang mereka harapkan. Pelayanan kesehatan yang berasal dari
rumah sakit termasuk ke dalam pelayanan keperawatan, dan penelitian ini
menjelaskan pelayanan keperawatan yang dimaksud adalah pemberian
pendidikan kesehatan berupa discharge planning pada pasien pulang.
Menurut Herniyatun, dkk (2009), menyatakan bahwa ada banyak
faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien itu sendiri, kepuasan pasien
diukur berdasarkan dimensi kepuasan pasien yaitu; keandalan, ketanggapan,
kepedulian, jaminan dan bukti langsung. Hasil uji statistik rata-rata kepuasan
pasien terhadap pelayanan keperawatan pada dimensi pelayanan keperawatan
(pendidikan tentang nutrisi, aktifitas, tanda dan gejala dan program terapi)
pada kelompok intervensi dan kontrol terdapat perbedaan yang bermakna
54

tingkat kepuasan pasien dengan p value yang sama yaitu 0,0001 dengan < α =
0,05. Kepuasan pasien terhadap pendidikan kesehatan persiapan pasien
pulang tentang nutrisi, aktifitas, tanda gejala dan program rujukan serta
tentang program terapi lebih tinggi secara bermakna daripada kepuasan
pasien yang tidak diberikan pendidikan kesehatan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Wahyuni (2013) mendefinisikan kepuasan merupakan respon seseorang
terhadap dipenuhinya kebutuhan dan harapan. Respon tersebut merupakan
penilaian seseorang terhadap pelayanan pemenuhan kebutuhan dan harapan,
baik pemenuhan yang kurang ataupun pemenuhuan yang melebihi kebutuhan
dan harapan. Menurut Wulandari (2015) Pasien baru akan merasa puas
apabila kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya sama atau melebihi
harapannya dan sebaliknya ketidakpuasan atau perasaan kecewa pasien akan
muncul apabila kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya itu tidak sesuai
dengan yang diharapannya. Berdasarkan apa yang disebutkan diatas
pengertian kepuasan pasien dapat dijabarkan sebagai berikut. Kepuasan
pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari
knerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien
membandingkannya dengan apa yang diharapkannya.
Maka dari itu kesimpulan dari semua penelitian yang sudah
dilakukan bahwa kepuasan sangat penting dalam meningkatkan kualitas
pelayanan di rumah sakit, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
kepuasan seseorang dalam pelayanan termasuk dalam pelayanan kesehatan
maupun keperawatan. Dan dalam penelitian ini kepuasan banyak terpengaruhi
dari perawat itu sendiri yang menunjukkan sikap bersedia dan segera
merespon kebutuhan pasien akan informasi tentang kesehatan (dimensi
ketanggapan). Selain itu kemampuan, pengetahuan, kesopanan dan sifat
dapat dipercaya yang ditunjukkan oleh perawat pada saat melakukan
pelayanan keperawatan bisa meningkatkan kepuasan pasien (dimensi
jaminan). Perawat juga menunjukkan sikap penuh perhatian kepada pasien,
melayani dengan ramah dan menarik, memahami aspirasi pasien, dan
55

berkomunikasi dengan baik dan benar (dimensi kepedulian). Selain itu


perawat juga menggunakan media dan alat peraga yang tepat dalam
memberikan pendidikan kesehatan (dimensi bukti langsung). Oleh sebab itu
semua dimensi tersebut harus selalu diperhatikan oleh perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan sehingga dapat meningkatkan kepuasan
pasien.

3. Hubungan Penerapan Discharge Planning Terhadap Kepuasan Pasien


di Ruang Rawat Inap Dewasa Kelas III Rumah Sakit Muhammadiyah
Bandung.
Hasil uji statistik analisis bivariat diperoleh p-value <0,000 yang
berarti terdapat hubungan antara penerapan discharge planning terhadap
kepuasan pasien di ruang rawat inap dewasa kelas III dikarenakan p-value
0,05. Asumsi peneliti bahwa penerapan discharge planning yang baik dan
maksimal ketika dilakukan oleh perawat akan mempengaruhi kepuasan pasien
tersebut dikarenakan isi dari discharge planning tersebut berupa pemberian
informasi kesehatan, waktu kontrol, cara minum obat serta dosis nya, terapi
saat di rumah dan hal hal apa saja yang dapat membuat komplikasi dari suatu
penyakit, maka dari itu sangat diperlukan adanya penyampaian informasi
kesehatan ini dengan format discharge planning yang akan dijelaskan oleh
perawat secara jelas singkat dan padat. Hal ini pun berkaitan dengan
terciptanya kepuasan dari pasien itu sendiri karena baik dari segi pelayanan
keperawatan berupa discharge planning maupun dari segi pelayanan kesehatan
yang ada di rumah sakit. Dan beberapa responden ada yang mengatakan cukup
puas sampai puas terhadap adanya penerapan discharge planning yang
dilakukan dari awal pasien masuk rumah sakit sampai akhirnya pulang dari
rumah sakit, karena hal inilah pasien dapat terjauh dari komplikasi atau
kembali nya di rawat karena kekambuhan dari suatu penyakit. Jadi, pentingnya
penerapan discharge planning ini dalam pelayanan keperawatan sehingga
adanya kepuasan pada pasien setelah di rawat di rumah sakit sehingga tidak
adanya kekambuhan ataupun komplikasi.
56

Menurut Muhammad Rofi’i (2013), Discharge planning adalah


suatu rencana pulang pada pasien yang ditulis di kertas yang merupakan tujuan
dari perencanaan perawatan pasien (National Council of Social Service/NCSS,
2006). Discharge planning pasien dapat memberikan motivasi untuk mencapai
kesembuhan pasien (Moran, et al., 2005), dapat memberikan dampak terhadap
pemendekan lama perawatan pasien di rumah sakit, menurunkan anggaran
kebutuhan rumah sakit, menurunkan angka kekambuhan, dan memungkinkan
intervensi rencana pulang dilakukan tepat waktu (Swanburg, 2000). Discharge
planning pasien dapat menjalin kerjasama dengan penyedia pelayanan
keperawatan yang lebih lanjut (Potter & Perry, 2005). Discharge planning
dapat meningkatkan kepuasan pasien (Shepperd, et al., 2010). Discharge
planning pasien dapat meningkatkan pengetahuan, memiliki kepedulian untuk
mengelola perawatan, mengetahui tentang obat-obatan, dan mengetahui tanda-
tanda bahaya yang menunjukkan potensial komplikasi (Kleinpell, 2004).

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa bahwa dari 28 orang


responden (100,0%) yang mengatakan penerapan discharge planning yang
tidak baik, dengan tingkat kepuasan pasien berada pada kategori tidak puas
yaitu sebanyak 35,9%, dan dari 50 orang responden (100,0%) yang
mengatakan penerapan discharge planning baik, dengan tingkat kepuasan
pasien berada pada kategori puas yaitu sebanyak 90%. Hasil uji Chi-Square
diperoleh p-value <0,000 (p0,05) yang berarti bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara penerapan discharge planning terhadap kepuasan pasien di
ruang rawat inap dewasa kelas III, ini menunjukkan adanya rasa puas terhadap
pelayanan keperawatan berupa informasi kesehatan sebelum dan sesudah
pasien pulang

Menurut Cyunthia Hardivianty (2017), bahwa discharge planning


yang berhasil dilaksanakan dengan baik maka kepulangan pasien dari rumah
sakit tidak akan mengalami hambatan serta dapat mengurangi hari atau lama
perawatan dan mencegah kekambuhan, namun sebaliknya bila discharge
planning yang tidak dilaksanakan dengan baik dapat menjadi salah satu faktor
57

yang memperlama proses penyembuhan yang akan mengalami kekambuhan


dan dilakukan perawatan ulang.

Menurut Herniyatun, Nurlaila & Sudaryani, (2009), Keberhasilan


penerapan sebuah proses pelayanan kesehatan keperawatan dipengaruhi oleh
diri pribadi perawat dan diri pribadi pasien, oleh karena itu, perawat memegang
peran penting dalam kepuasan pasien sebagai pemberi layanan kesehatan
(Potter & Perry, 2005). Pasien yang mengalami kepuasan terhadap layanan
kesehatan cenderung mematuhi rencana pengobatan yang diberikan (Pohan,
2006). Tingginya angka kepuasan pada pasien yang mendapat program
pendidikan kesehatan persiapan pulang menunjukkan bahwa perawat telah
melakukan pendidikan kesehatan persiapan pasien pulang sesuai dengan
dimensi penilaian kepuasan pasien.

Menurut Wiwien Simbala, dkk (2013), bahwa Kepuasan pasien dilihat


dari penggabungan secara menyeluruh unsur – unsur dari dimensi kualitas
pelayanan yakni, ketanggapan, kehandalan, jaminan, empati dan bukti
langsung. Hasil penelitian berdassarkan kepuasan pasien diperoleh sebanyak
82 (82%) responden puas dengan pelayanan keperawatan. Artinya secara
keseluruhan kepuasan pasien mempunyai nilai yang baik. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan Solikhah (2008) tentang hubungan kepuasan pasien
dengan minat pasien dalam pemanfaatan ulang pelayanan pengobatan. Hasil
penelitian menunjukkan kepuasan pasien terhadap kualitas pelayanan perawat
yaitu sebesar 82,5%. Kepuasan pasien didapatkan dari kualitas pelayanan yang
baik dari rumah sakit. Penggabungan yang baik dari unsur – unsur dimensi
kualitas pelayanan perawat dapat menghasilkan pasien yang merasa puas.
Kepuasan yang sudah baik seharusnya dipertahankan dan ditingkatkan menjadi
lebih baik lagi sehingga dapat memenuhi standar kepuasan pasien rawat inap ≥
90%.

. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Vivi


Yosafianti (2010), bahwa dari hasil penelitian ini menjelaskan pelayanan
58

keperawatan yang dimaksud adalah pemberian pendidikan kesehatan persiapan


pasien pulang. Dan hasil penelitian menunjukkan rata-rata kepuasan pasien
setelah dilakukan pemberian pendidikan kesehatan persiapan pasien pulang
tentang nutrisi sebesar 94,77%, sedangkan yang tidak diberikan pendidikan
kesehatan sebesar 69,04% dengan nilai p = 0,0001. Dengan demikian
pemberian pendidikan kesehatan persiapan pasien pulang tentang nutrisi
berpengaruh terhadap kepuasan pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
rata-rata kepuasan pasien setelah dilakukan pendidikan kesehatan persiapan
pasien pulang tentang aktivitas sebesar 93,09%, dan pada kelompok yang tidak
diberikan pendidikan kesehatan sebesar 66,41% dengan nilai p = 0,0001. Hal
ini menunjukkan adanya pengaruh pemberian pendidikan kesehatan persiapan
pasien pulang terhadap kepuasan pasien tentang dalam pelayanan keperawatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kepuasan pasien setelah
dilakukan pendidikan kesehatan persiapan pasien pulang tentang obat-obatan
sebesar 93,43% dan pada kelompok yang tidak diberikan pendidikan kesehatan
sebesar 73,45% dengan nilai p = 0,0001. Hal ini berarti terdapat pengaruh
pemberian pendidikan kesehatan persiapan pasien pulang terhadap kepuasan
pasien tentang pelayanan keperawatan. Kepuasan pasien terhadap pelayanan
keperawatan yaitu pendidikan kesehatan persiapan pasien pulang tentang
nutrisi lebih tinggi secara bermakna daripada kepuasan pasien yang tidak
diberikan pendidikan kesehatan, dimana program ini diharapkan pasien dan
keluarga memiliki persepsi yang baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa
pentingnya pemberian informasi kesehatan berupa penerapan discharge
planning terhadap pasien yang akan pulang dari rumah sakit sehingga
menimbulkan kepuasan pasien dalam segi pelayanan keperawatan yang
diberikan ole perawat maupun dokter dan terapis lainnya.

Sedangkan ada beberapa responden yang mengatakan tidak baik


dalam penerapan discharge planning yang dilakukan penelitian di Rumah Sakit
Muhammadiyah Bandung, diantaranya bahwa pelaksanaan discharge planning
tidak dilakukan dari awal pasien masuk rumah sakit yang seperti seharusnya
59

dan kebanyakan hanya dilakukan pada saat pasien akan pulang dan tidak
adanya estimasi pemulangan pasien atau berapa hari lama nya pasien yang
akan di rawat nantinya. Dan kebanyakan pelaksanaan discharge planning
hanya sekilas diterapkan belum terstruktur sebagaimana mestinya, sehingga
kepuasan pasien pun berpengaruh dalam pelayanan keperawatan seperti
pelaksanaan discharge planning itu sendiri. Pelayanan keperawatan yang baik
dan maksimal serta peran perawat yang didalam nya dapat emmepengaruhi
kepuasan pasien selama di rumah sakit.

Maka kesimpulan dari beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan


bahwa, penerapan discharge planning itu sendiri sangatlah penting dalam
proses penyembuhan pasien dan dapat mengurangi lama nya perawatan
dirumah sakit sehingga dapat menekan biaya operasional selama dirawat dan
dapat juga mengurangi komplikasi yang terjadi saat di rumah nanti. Dan dari
pelayanan keperawatan tersebut perawat ikut andil dalam pelaksanaannya baik
dari sikap maupun profesional seorang perawat dapat mempengaruhi kepuasan
pasien itu sendiri selama di rawat dirumah sakit.

4. Temuan yang Didapatkan Selama Penelitian di Rumah Sakit


Muhammadiyah Bandung
Selama penelitian yang dilakukan di rumah sakit tersebut maka
didapatkan sebagian besar responden antusias sangat diwawancarai dan bersedia
mengajukan pendapatnya tentang pelayanan keperawatan selama di rawat di
rumah sakit tersebut, bahwa penerapan discharge planning itu sendiri sudah
diterapkan tetapi dalam pengisian format discharge planning perawat masih
bingung apakah format tersebut diisi oleh perawat atau dokter yang bertugas di
awal pasien masuk sehingga kebanyakan perawat hanya mengisi format pesanan
pulang pasien, karena didalam format discharge planning terdapat estimasi
perencanaan pasien pulang yang seharusnya dokter yang mengisi.
60

5. Kendala yang Didapatkan Selama Peneltian di Rumah Sakit


Muhammadiyah Bandung
Kendala yang didapatkan pada saat penelitian adalah dimana pasien yang
akan dilakukan discharge planning baik di awal kedatangan pasien di rumah sakit
atau setelah pengurusan administrasi selesai membuat pemberian informasi
kesehatan hanya dilakukan sekilas seperti hanya diberikan informasi tentang
waktu kontrol, cara minum obat dan apa saja kegiatan yang dilarang saat
perawatan dirumah nanti. Dan saat akan dilakukan wawancara serta pengisian
kuesioner kebanyakan responden cepat-cepat segera pulang dengan alasan sudah
dijemput oleh keluarga dan tidak sempat mengemukakan pendapatnya secara
jelas.

Anda mungkin juga menyukai