Anak laki-laki, usia 3 tahun dibawa ke IGD Rumah Sakit di USA.
Anak laki-laki tersebut
mengalami kecelakaan mobil dengan keluarganya dan mengalami patah tulang femur. Kondisi anak sadar, kesakitan dan lemah. Hb 7.5 (10.5–12.7) dan Ht 27 (31.7–37.7). Tatalaksana yang diperlukan adalah operasi secepatnya dan transfusi darah. Keluarganya yang lain dalam keadaan sadar penuh dan luka-luka. Keluarga menolak untuk transfusi darah, karna mereka penganut Jehovah
INDIKASI MEDIS (Budi, ranti, anton, uray, wimpy)
Mengenai semua hal yang berhubungan dengan masalah medik pasien, riwayat penyakit, diagnosis ~ Prinsip beneficence dan nonmaleficence Apakah termasuk penyakit akut, kronik, kritis, gawat darurat dan dapat sembuh Pada kasus tersebut termasuk ke dalam kasus kegawatdaruratan. Kejadian gawat darurat dapat diartikan sebagai keadaan dimana seseorang membutuhkan pertolongan segera karena apabila tidak mendapatkan pertolongan dengan segera maka dapat mengancam jiwanya atau menimbulkan kecacatan permanen. Keadaan gawat darurat yang sering terjadi di masyarakat antara lain keadaan seseorang yang mengalami henti napas, henti jantung, tidak sadarkan diri, kecelakaan, cedera, misalnya patah tulang, kasus stroke, kejang, keracunan, dan korban bencana. Unsur penyebab kejadian gawat darurat antara lain karena terjadinya kecelakaan lalu lintas, penyakit, kebakaran maupun bencana alam. Kasus gawat darurat karena kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab kematian utama di daerah perkotaan. Arief, M., Kuspuji, T & Rakhim, S. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-3. Jakarta: Media Aesculapus, 2007. Tujuan dari tatalaksana Adapun tujuan dari penatalaksanaan tersebut adalah untuk mengurangi perdarahan. Kemungkinan keberhasilan tatalaksana Luka yang terjadi akibat benturan benda keras pada kasus kecelakaan dapat mengakibatkan robeknya pembuluh darah yang bermanifestasi pada perdarahan. Perdarahan hebat yang terus-menerus tanpa adanya usaha untuk menghentikan perdarahan tersebut dapat berakibat fatal bagi organ-organ vital. Shock merupakan salah satu manifestasi dari perdarahan tersebut. Apabila penderita ini agar tidak segera diatasi akan mengakibatkan gagal beberapa organ-organ vital dalam tubuh seperti jantung, ginjal dan ke otak akan berakibat kematian sel- sel di otak. Penderita dapat menjadi cacat akibatnya atau bahkan kematian. Pendapat ini menekankan pentingnya tindakan pertolongan pertama dengan segera. Makin lamban tindakan yang efektif sesuai keadaan korban, maka akan makin tinggi pula risiko kematian dan kecacatan. Keberhasilan tindakan pertolongan pertama pada korban gawat darurat bergantung paada beberaapa hal, tidak hanya bergantung pada obat-obatan dan alat-aat canggih. Tetapi tergantung kecepatan dan kualitas dari usaha pertolongan yang dilakukan. Selain itu juga bergantung dari beberapa faktor, seperti : a. Penyebab kecelakaan b. Jenis trauma c. Jenis kelainan yang dialami korban d. Keadaan umum korban saat ditemukan oleh penolong Tetapi pada dasarnya kecepatan dan kualitas dari usaha pertolongan pertama merupakan faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan dari usaha pertolongan pada korban gawat darurat. Kecepatan yang dimaksud meliputi kecepatan diketahuinya keadaan korban, kecepatan dilakukannya pertolongan pertama, serta kecepatan dalam meindahkan korban ke fasilitas medis yang lebih lengkap guna mendapatkan bantuan lebih lanjut. Sedangkan kualitas dari usaha pertolongan pertama meliputi kemampuan untuk mengetahui kondisi korban dan memberikan pertologan pertama dengan tepat sesuai dengan kondisi korban. Jimmy. Prinsip Pertolongan Penderita Gawat Darurat Prarumah Sakit dan Transportasinya. Journal Article: 2010 Pada kasus fraktur untuk mengembalikan struktur dan fungsi tulang secara cepat maka perlu tindakan operasi dengan imobilisasi.Proses penyambungan tulang menurut Apley dibagi dalam 5 fase. Fase hematoma terjadi selama 1- 3 hari. Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma di sekitar dan di dalam fraktur. Tulang pada permukaan fraktur, yang tidak mendapat pesediaan darah akan mati sepanjang satu atau dua milimeter. Fase proliferasi terjadi selama 3 hari sampai 2 minggu. Dalam 8 jam setelah fraktur terdapat reaksi radang akut disertai proliferasi dibawah periosteum dan didalam saluran medula yang tertembus ujung fragmen dikelilingi jaringan sel yang menghubungkan tempat fraktur. Hematoma yang membeku perlahan-lahan diabsorbsi dan kapiler baru yang halus berkembang dalam daerah fraktur. Fase pembentukan kalus terjadi selama 2-6 minggu. Pada sel yang berkembangbiak memiliki potensi untuk menjadi kondrogenik dan osteogenik jika diberikan tindakan yang tepat selain itu akan membentuk tulang kartilago dan osteoklas. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan fraktur antara lain: usia pasien, banyaknya displacement fraktur, jenis fraktur, lokasi fraktur, pasokan darah pada fraktur, dan kondisi medis yang menyertainya. Sjamsuhidayat, de Jong. BUKU AJAR ILMU BEDAH EDISI 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG. 2011 Bucholz RW, Heckman JD, Court-Brown CM. Rockwood & Green's Fractures in Adults, 6th Edition. USA: Maryland Composition. 2006. p80-331 Sehingga pada kasus dapat dikatakan bahwa kemungkinan keberhasilan dalam tatalaksana akan baik apabila kecepatan dan kualitas saat pertolongan pertamanya baik serta faktor-faktor dalam penyembuhan frakturnya juga mendukung. Rencana cadangan apabila terjadi kegagalan terapi Tindakan reposisi dengan cara manipulasi diikuti dengan imobilisasi. Hal ini dilakukan pada fraktur dengan dislokasi fragmen yang berarti seperti pada fraktur radius distal. Reposisi dengan traksi dilakukan terus-menerus selama masa tertentu, misalnya beberapa minggu, kemudian diikuti dengan imobilisasi. Tindakan ini dilakukan pada fraktur yang bila direposisi secara manipulasi akan terdislokasi kembali dalam gips. Cara ini dilakukan pada fraktur dengan otot yang kuat, misalnya fraktur femur. Sjamsuhidayat, de Jong. BUKU AJAR ILMU BEDAH EDISI 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG. 2011 Nayagam S. Principles of Fractures. Dalam: Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Apley’s System of Orthopaedics and Fractures Ninth Edition. London: Hodder Education. 2010. Bagaimana bahaya pada pasien dapat dicegah Dengan melakukan pertolongan pertama secepatnya, yaitu berupa: 1. Pembalutan yang bertujuan: a. Menutupi luka b. Mencegah pendarahan c. Mengurangi gerakan yang dapat menimbulkan bertambahnya luka Jenis pembalut: pembalut kain segitiga/mitela, pambalut kasa dan pembalut cepat. 2. Pembidaian yang bertujuan: a. Mencegah pergeseran tulang yang patah b. Memberikan istirahat pada anggota badan yang patah c. Mengurangi rasa sakit d. Mempercepat penyembuhan Syarat bidai: berbentuk pipih, ringan dan panjangnya minimal melewati dua persendian. Risiko medik apabila tatalaksana tidak dilakukan atau dihentikan Perdarahan, shock, dan infeksi. KUALITAS HIDUP PASIEN (Uray, wimpy deni, ranti, fadhil, putri) Jabarkan kualitas hidup pasien dari sisi pasien ~ Prinsip beneficence, nonmaleficence & respect for autonomy ➜Apa pandangan pasien tentang hidupnya kualitas hidupnya
➜Apa pandangan tenaga kesehatan mengenai kualitas hidup pasien
➜Apa kemungkinan yang terjadi dengan atau tanpa tatalaksana, untuk kembali ke kehidupan normal? ? ➜Apakah ada defek fisik, mental dan atau sosial yang mungkin terjadi jika tatalaksana berhasil dilakukan Ya, setelah operasi dilakukan defek fisik yang mungkin terjadi adalah adanya perubahan bentuk kaki korban sebagai akibat pertumbuhan tulang yang kurang tepat. Mental pasien juga akan terpengaruh karenan kejadian yang ditimpanya tentu akan menjadi trauma bagi sang korban. Defek sosial juga akan turut dirasakan karena perbedaan fisik yang dialami akan berpengaruh terhadap respon pada lingkungan sekitarnya. > Apakah ada bias yang dapat mengurangi penilaian tenaga kesehatan terhadap kualitas hidup pasien? ➜Apakah kondisi pasien sekarang atau nanti, mungkin akan dinilai sebagai hidup yang tidak diinginkan Selalu ada kemungkinan tersebut terhadap kasus fraktur yang parah karena dapat menyebabkan defek pada korban secara fisik, sehingga dapat menurunkan kualitas hidupnya. ➜Apakah ada kemungkinan untuk tidak melakukan tatalaksana? Ya, karena meninjau kembali bahwa keluarga pasien penganut Jehovah yang tidak memperbolehkan adanya transfusi darah, sedangkan operasi yang harus dilakukan pada kasus membuthkan tranfusi darah mengingat karena rendahnya nilah Hb dan Ht korban. ? ➜Apakah ada tatalaksana paliatif dan lebih nyaman? Tidak.