Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PELAYANAN INFORMASI OBAT

“PENGGUNAAN OBAT SECARA SUBLINGUAL DAN BUKAL”

Disusun Oleh :

1. Maria Teresa B (1820364033)


2. Mariana Kristiani (1820364034)
3. Miraziza Amanda (1820364035)
4. Muh. Deni Kurniawan (1820364036)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


UNIVERSITAS SETIABUDI
SURAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

Obat dapat diberikan melalui banyak rute yang berbeda untuk menghasilkan efek
farmakologis sistemik. Metode yang paling umum dari pemberian obat adalah melalui
per oral di mana obat ditelan dan memasuki sirkulasi sistemik terutama melalui
membran usus kecil. Rute pemberian obat secara oral adalah metode yang paling
penting untuk menghasilkan efek sistemik. Rute parenteral tidak secara rutin digunakan
untuk pemberian obat secara sendiri. Besar kemungkinan bahwa setidaknya 90% dari
semua obat yang digunakan untuk menghasilkan efek sistemik diberikan melalui rute
oral.
Rute oral adalah rute yang paling umum digunakan dari pemberian obat untuk obat
yang rentan terhadap usus dan metabolisme hati dan juga untuk obat yang
menyebabkan efek samping pada saluran gastrointestinal. Untuk menghindari kerugian
tersebut, berbagai bentuk sediaan mukoadhesif diberikan melalui rute yang berbeda
selain oral, misalnya bukal, nasal dan vaginal (Gupta, 2011).
Mukosa bukal merupakan tempat pilihan untuk kerja obat sistemik dan lokal.
Mukosa memiliki pasokan darah yang banyak (Roychowdhory, 2011), relatif
permeabel, kuat dibandingkan dengan jaringan mukosa lain dan lebih toleran terhadap
potensi alergen yang memiliki kecenderungan kurang menyebabkan iritasi atau
kerusakan ireversibel. Terdapat beberapa masalah utama yang terkait dengan terapi
obat melalui rongga mulut, yang meliputi eliminasi cepat obat karena aksi pembilasan
air liur atau konsumsi bahan makanan. Hal ini dapat menyebabkan kebutuhan dari
frekuensi dosis distribusi obat tidak seragam dalam air liur pada saat pelepasan dari
sistem penghantaran padat atau setengah padat, yang dapat mengakibatkan beberapa
daerah rongga mulut tidak menerima efek terapeutik obat secara merata dan
mempengaruhi penerimaan pasien dalam hal rasa dan ‘mouth feel’ (Madhav, 2012).
Masalah tersebut dapat diatasi dengan melakukan formulasi sistem penghantaran obat
melalui rute bukal, dimana BDDS ini memiliki sejumlah keunggulan termasuk bypass
saluran pencernaan dan first pass effect di hati. Lapisan mukoadhesif adalah bentuk
sediaan yang dapat menyimpan dan melepaskan obat secara langsung ke dalam struktur
biologis.
BAB II
ISI

A. Tablet Bukal
Penghantaran obat bukal dapat didefinisikan sebagai penghantaran obat melalui
mukosa bukal untuk mendapatkan aksi farmakologis untuk pengobatan lokal/sistemik.
Penghantaran obat bukal adalah metode yang menarik dari penghantaran obat
berkelanjutan karena beberapa alasan. Pertama karena perbedaan karakteristik
permeabilitas rongga mulut, dimana mukosa bukal relatif kurang permeabel dan tidak
dapat memberikan jendela penyerapan yang cepat. Kedua adalah mukosa bukal
memiliki otot polos yang luas dan mukosa yang relatif tidak bergerak yang bertujuan
untuk membuat permukaan luas yang diinginkan untuk sistem yang kuat. Dengan
demikian mukosa bukal lebih pas untuk aplikasi penghantaran obat berkelanjutan,
pengiriman molekul lipofilik, dan obat peptida. Mukosa bukal manusia merupakan
barier yang sangat efisien; sifat barier ini menyebabkan kesulitan untuk penghantaran
bukal dari agen terapeutik. Penghantaran mukosa bukal bertujuan untuk meningkatkan
bioavailabilitascontrolled drug delivery systems (CDDS) yang bervariasi dan
mukoadhesif untuk menempati tempat yang tepat (kemampuan suatu objek untuk
melekat pada membran mukus).
Keuntungan BDDS yaitu: memiliki penerimaan pasien yang tinggi dibandingkan
dengan pemberian obat dengan rute non-oral lainnya, meningkatan kepatuhan pasien
karena mengurangi rasa sakit yang berhubungan dengan injeksi, pemberian obat
berkelanjutan, aksi onset relatif cepat dicapai untuk rute oral dan formulasi dapat
dihentikan jika terapi diperlukan untuk dihentikan, lebih mudah diakses untuk
pemberian dan penghentian bentuk sediaan, pemulihan seluler dan pencapaian tempat
lokal pada permukaan mukosa bukal cepat, tingkat perfusi lebih cepat dan penyerapan
efektif, mual dan muntah sangat dihindari, digunakan dalam kasus pasien sadar dan
kurang koperatif, bypass dari saluran pencernaan dan sistem portal hati yang dapat
meningkatkan bioavailabilitas oral melewati first-pass metabolisme obat di hati, obat
yang menunjukkan bioavailabilitas yang rendah melalui oral, dapat diberikan dengan
mudah.
Tablet bukal merupakan bentuk sediaan padat yang disiapkan dengan kompresi
campuran bubuk yang dapat ditempatkan dan bersentuhan dengan mukosa mulut dan
memungkinkan untuk melarutkan atau melengketkan tergantung pada jenis eksipien
yang dimasukkan ke dalam bentuk sediaan. Tablet bukal dapat menghantarkan obat ke
banyak arah ke dalam rongga mulut atau permukaan mukosa. Bentuk sediaan dapat
berisi lapisan yang belakangnya tahan air untuk memastikan bahwa obat dihantarkan
searah. Tablet mukoadhesif bukal adalah bentuk sediaan kering yang harus dibasahi
terlebih dahulu sebelum ditempatkan bersentuhan dengan mukosa bukal. Contohnya
tablet berlapis ganda, yang terdiri dari lapisan matriks adhesif HPC (Hydroxyl propyl
cellulose) dan asam poliakrilat dengan inti butter cocoa yang mengandung insulin dan
peningkat penetrasi (natrium glycocholate).
Komponen dasar dari sistem penghantaran obat bukal adalah:
1. Substansi Obat
Sebelum memformulasi sistem pengiriman obat mukoadhesif, kita harus
memutuskan tujuan formulasinya, aksi pelepasan cepat/ pelepasan yang
berkepanjangan dan untuk efek lokal / sistemik. Pemilihan obat yang cocok untuk
desain sistem penghantaran obat buccoadhesive harus didasarkan pada sifat
farmakokinetik. Obat harus memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Dosis tunggal konvensional obat harus kecil.
b. Obat memiliki waktu paruh biologis antara 2-8 jam adalah kandidat yang
baik untuk pengiriman obat dikontrol.
c. Tmax obat menunjukkan fluktuasi yang lebih luas atau nilainya lebih tinggi
bila diberikan secara oral.
d. Melalui rute oral obat mungkin menunjukkan first pass effect atau eliminasi
obat presystemic.
e. Penyerapan obat harus pasif bila diberikan secara oral
2. Polimer Bioadhesif
Langkah pertama dalam pengembangan bentuk sediaan buccoadhesive adalah
pemilihan dan krakterisasi polimer bioadhesive yang sesuai dalam formulasi.
Polimer bioadhesive memainkan peran utama dalam sistem penghantaran obat
buccoadhesive. Polimer juga digunakan dalam perangkat matriks dimana obat ini
tertanam dalam matriks polimer, yang mengontrol durasi pelepasan obat. Polimer
bioadhesive berasal dari kelas yang beragam dan memiliki manfaat yang cukup
besar pada kesehatan pasien dan pengobatan. Obat dilepaskan ke dalam membran
mukus dengan cara mengontrol tingkat lapisan atau lapisan inti. Polimer bioadhesive
yang melekat pada musin/permukaan epitel efektif dan menyebabkan peningkatan
yang signifikan dalam penghantaran obat oral. Polimer yang ideal untuk sistem
penghantaran obat buccoadhesive harus memiliki karakteristik sebagai berikut.
a. Harus inert dan kompatibel dengan lingkungan
b. Polimer dan produk degradasi harus penyerap tidak beracun dari lapisan
mukosa.
c. Harus melekat cepat ke permukaan jaringan lembab dan harus memiliki
beberapa tempat spesifisik.
d. Polimer tidak terurai pada penyimpanan atau selama umur simpan bentuk
sediaan.
e. Polimer harus mudah tersedia di pasar dan ekonomis.
f. Harus mudah dalam penggabungan obat untuk formulasi
g. Harus membentuk ikatan nonkovalen kuat dengan musin/permukaan epitel
h. Harus memiliki berat molekul tinggi dan distribusi sempit.
i. Harus kompatibel dengan membran biologis.
3. Membran Backing
Membran backing memainkan peran utama dalam melampirkan perangkat
bioadhesive pada membran lendir. Bahan yang digunakan sebagai membran
dukungan harus inert, dan kedap terhadap obat dan peningkat penetrasi. Membran
kedap seperti pada patch bioadhesive bukal mencegah hilangnya obat dan
menawarkan kepatuhan pasien yang lebih baik. Bahan yang umum digunakan dalam
membran dukungan termasuk karbopol, magnesium stearat, HPMC, HPC, CMC,
polycarbophil dll.
4. Peningkat permeasi
Zat yang memfasilitasi perembesan melalui mukosa bukal disebut sebagai
peningkat permeasi. Pemilihan enhancer dan kemanjurannya tergantung pada sifat
fisikokimia obat, tempat administrasi, sifat vehikel dan eksipien lain. Mekanisme
aksi dari permeasi:
a. Mengubah reologi mukus : Dengan mengurangi viskositas lendir dan saliva
mengatasi hambatan ini.
b. Meningkatkan fluiditas membran bilayer lipid: Mengganggu bentuk lipid
intraseluler dengan interaksi dengan komponen lipid atau protein.
c. Bertindak pada komponen di tight junction: Dengan menghambat berbagai
peptidase dan protease dalam mukosa bukal, sehingga mengatasi penghalang
enzimatik. Selain itu, perubahan dalam fluiditas membran juga mengubah
aktivitas enzimatik.
d. Meningkatkan aktivitas termodinamika obat: Beberapa enhancer
meningkatkan kelarutan obat dengan mengubah koefisien partisi.

Cara penggunaan tablet bukal:


1. Minum atau berkumurlah dengan sedikit air untuk melembabkan jika mulut
kering. Cucilah tangan sampai bersih sebelum memegang tablet
2. Letakkan tablet di antara pipi dan gusi seperti pada gambar.
3. Tutuplah mulut dan jangan menelan sampai tablet larut seluruhnya
4. Jangan makan, minum atau merokok selama proses pelarutan tablet.
5. Jangan berkumur atau mencuci mulut selama beberapa menit setelah tablet larut
dengan sempurna.
6. Gunakan obat pada jarak waktu yang sama dalam sehari

B. Tablet Sublingual
Pemberian obat secara sublingual merupakan pemberian obat yang cara
pemberiannya ditaruh di bawah lidah. Tujuannya adalah agar efek yang ditimbulkan
bisa lebih cepat karena pembuluh darah di bawah lidah merupakan pusat dari sakit.
Kelebihan dari cara pemberian obat dengan sublingual adalah efek obat akan terasa
lebih cepat dan kerusakan obat pada saluran cerna dan metabolisme di dinding usus
dan hati dapat dihindari. Pemberian obat secara topikal pada mata memiliki tujuan
yang lokal. Obat yang cara pemberiannya ditaruk di bawah lidah tujuannya agar efek
yang ditimbulkan lebih cepat karena pembuluh darah dibawah lidah merupakan pusat
dari sakit, efek obat akan terasa lebih capat danmenghindari kerusakan saluran cerna
pada metabolisme di dinding usus dan hati.
Tablet sublingual mengandung bahan obat, yang akan rusak atau diinaktivasi
dalam saluran pencernaan sehingga harus berhasil diresorpsi melaluiselaput lendir di
bawah lidah. Pada umumnya dalam hal ini ditekankan pelepasan bahan aktif yang
lambat (20-70 menit). Dalam kondisi ini, bagaimana bahan obat dibebaskan, sebaiknya
mengikuti proses resorpsi melewati selaput lendir. Jika hal ini tidak terjadi, bahkan
terjadi kehancuran tablet secara cepat (melarut), dikhawatirkan bahwa selaput lendir
tidak dapat meresorpsi seluruh jumlah obat yang ada, sehingga sebagian akan turut
dengan air liur masuk ke dalam lambung,di mana bahan obat akan mengalami in
aktivasi dengan cepat. Khususnya hormone (misalnya metiltestosteron, estradiol,
progesteron) diaplikasikan sebagai tablet sublingual. Dalam beberapa hal yang khusus
tablet sublingual harus dapat hancur secara tiba-tiba jika mengandung bahan obat
(nitrogliserin, eritroltetranitrat) yang beraksi dalam pengobatan angina pectoris atau
asma. Tablet sublingual sebaiknya kecil, tidak memiliki sisi-sisi tajam dan
menunjukkan permukaan yang datar,sehingga iritasi selaput lendir dan rangsangan
aliran air liur (transportasi bahanobat yang tidak diinginkan ke dalam lambung) dapat
dihindari. Tablet berbentuk lensa dengan luas permukaan yang lebih besar, memungkinkan
kontak yang baik dengan selaput lendir mulut, akan berpengaruh positif pada resorpsi.
1) Keuntungan tablet sublingual adalah :
a. Cocok untuk jenis obat yang dapat dirusak oleh cairan lambung atau sedikit
sekali diserap oleh saluran pencernaan.
b. Bebas First Pass Metabolism.
c. Proses absorpsinya cepat karena langsung diabsorpsi melalui mukosa mulut,
sehingga diharapkan dapat memberikan efek yang cepat juga.
2) Kerugian tablet sublingual adalah :
a. Hanya sebagian obat yang dapat dibuat menjadi tablet sublingual dan bukal
karena obat yang dapat diabsorpsi melalui mukosa mulut jumlahnya sangat
sedikit
b. Untuk obat yang mengandung nistrogliserin pengemasan dan penyimpanan obat
memerlukan cara khusus karena bahan ini mudah menguap.
3) Tujuan Pemberian Obat
Tujuan pemberian obat secara sublingual sendiri adalah agar efek yang
ditimbulkan bisa lebih cepat karena pembuluh darah di bawah lidah merupakan
pusat dari sakit. Dengan cara ini, aksi kerja obat lebih cepat yaitu setelah hancur di
bawah lidah maka obat segera mengalami absorbsi ke dalam pembuluh darah. Cara
ini juga mudah dilakukan dan pasien tidak mengalami kesakitan. Selain itu,
tujuannya untuk memperoleh efek local dan sistemik, memperoleh aksi kerja obat
yang lebih cepat dibandingkan secara oral dan menghidari kerusakan obat oleh
hepar. Untuk mencegah obat tidak di telan, maka pasien diberitahu
untukmembiarkan obat tetap di bawah lidah sampai obat menjadi hancur dan
terserap. Obat yang sering diberikan dengan cara ini adalah nitrogliserin yaitu
obat vasodilator yang mempunyai efek vasodilatasi pembuluh darah. Obat ini
banyak diberikan pada pada pasien yang mengalami nyeri dada akibat angina
pectoris. Dengan cara sublingual, obat bereaksi dalam satu menit dan pasien
dapat merasakan efeknya dalam waktu tiga menit. Yang perlu diperhatikan dan
diketahui dalam pemberian obat secara sublingual adalah :
a. Pemberian obat dengan cara ditaruh di bawah lidah
b. Tidak melalui hati sehingga tidak diinaktif.
c. Dari selaput di bawah lidah langsung ke dalam aliran darah, sehingga efek yang
dicapai lebih cepat misalnya : pada pasien serangan jantung dan juga penyakit
asma
d. Kekurangannya kurang praktis untuk digunakan terus menerus dan dapat
merangsang selaput lendir mulut.
e. Hanya untuk obat yang bersifat lipofil.
Diskripsi Keuntungan Kerugian
Bukal Tidak dapat untuk obat yang
Obat diletakkan rasanya tidak enak, dapat
Tidak sukar, tidak
diantara pipi dengan terjadi iritasi di mulut, pasien
perlu steril, dan
gusi harus sadar, dan hanya
efeknya cepat
Obat diabsorpsi bermanfaat untuk obat yang
menembus membran sangat non polar
Tidak dapat untuk obat yang
Sublingual Mudah, tidak perlu rasanya tidak ennak,dapat
Obat terlarut dibawah steril dan obat cepat terjadi iritasi di mulut, pasien
lidah dan diabsorpsi masuk ke sirkulasi harus sadar, dan hanya
menembus membran sistemik bermanfaat untuk obat yang
sangat larut lemak
4) Cara penggunaan obat sublingual
1. Cuci tangan terlebih dahulu
2. Duduk tegak
3. Jangan makan atau minum selama menggunakan obat dam Jangan merokok
selama paling tidak 1 jam sebelum menggunakan obat sublingual.
4. Letakkan obat di bawah lidah
5. Obat jangan ditelan atau dikunyah, Pertahankan posisi obat di bawah lidah
selama 3-5 menit, sampai obat melarut dengan sempurna
6. Tunggulah beberapa saat sebelum minum atau berkumur.

Contoh Tablet Sublingual dan Bukal

Tablet bukal dan sublingual pemberiannya hanya terbatas pada gliseril trinitrat,

nitrogliseril dan hormon - hormon steroid.

1. Nitrogliserin

Sediaan nitrogliserin sublingual dan bukal dapat mengurangi serangan anginal

pada penderita iskemia jantung. Pemberian 0,3 – 0,4 mg melepaskan rasa sakit sekitar

75% dalam 3 menit, 15% lainnya lepas dari sakit dalam waktu 5 – 15 menit. Apabila

rasa sakit bertahan melebihi 20 – 30 menit setelah penggunaan dua atau tiga tablet

nitrogliserin berarti terjadi gejala koroner akut dan pasien diminta untuk mencari

bantuan darurat (Sukandar, dkk, 2008).

Efek samping mencakup hipotensi postural yang berhubungan dengan gejala

sistem saraf pusat, refleks takikardi, sakit kepala, dan wajah memerah, dan mual pada

waktu tertentu (Sukandar, dkk, 2008).


2. Hormon – Hormon Steroid

a. Estrogen

Estrogen yang diberikan oral menstimulasi sintesis protein hepatik dan

meningkatkan konsentrasi sirkulasi glogulin terikat hormon seks, yang dapat

menjamin bioavailabilitas androgen dan astrogen. Estradiol merupakan bentuk

kuat dan paling aktif dari estrogen endogen saata diberikan oral dia termetabolisme

dan hanya 10% mencapai sirkulasi sebagai estradiol bebas. Absorbsi estrogen

secara sistemik ppada tablet lebih rendah dibanding krim vaginal. Penemuan baru

menunjukkan estrogen pada dosis yang lebih rendah efektif dalam mengontrol

simptom pasca menopause dan mengurangi kehilangan masa tulang (Sukandar,

dkk, 2008). Contoh obat yang beredar di pasaran adalah angeliq, cliane, climmen,

cyclo progynova, diane, dan lain-lain.

b. Progestogen

Progestogen umumnya diberikan pada wanita yang belum pernah menjalani

histerektomi. Progestin sebaiknya ditambahkan karena estrogen tunggal berkaitan

dengan hiperplasia dan kanker endometrium. Terapi hormon dosis rendah(estrogen

terkonjugaasi ekuin 0,45 mg dan medroksiprogesteron asetat 1,5 mg/hari

menunjukkan kesamaan dalam peredaran simptom dan pertahanan densitas tulang

tanpa peningkatan hiperplasia endometrium. Progestogen oral yang paling umum

digunakan adalah medroksiprogesteron asetat misalnya Dilena; Noretisteron asetat,

misalnya Anore, Cliane, Kliogest, Norelut, Primolut N, dan Regumen.


DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H. C, 1989,Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Ed. IV , UI Press : Jakarta.


Lachman, Leon; Lieberman; et all, 1994,Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi
Ketiga, UI Press : Jakarta.
Shargel, L dan Andrew B. C. Yu, 2005, Biofarmasetika dan FarmakokinetikaTerapan,
Airlangga University Press : Surabaya.
Siregar M. Sc.,Apt, Prof. Dr. Charles J.P, 2010,Teknologi Farmasi SediaanTablet
Dasar-Dasar Praktis, EGC : Jakarta.
Sukandar, E.Y., dkk, 2008, ISO Farmakoterapi, PT. ISFI Penerbitan, Jakarta.
Voight, R, 1995,Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi V, Gadjah Mada University
Press : Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai