Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami kelompok 1 dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Tidak lupa pula ucapan terimah kasih kami kepada dosen mata kuliah Teknologi
Bahan yang telah membimbing kami dalam melaksanakan tugas yang telah diberikan.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami meminta maaf apabila terdapat
ketidaksesuain dengan material yang ada. Kami juga berharap kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini. Dengan makalah ini kami mengharapkan agar dapat membantu sistem
pembelajaran. Akhir kata kami mengucapkan terimah kasih atas segala perhatiannya.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam Mata Kuliah Ilmu Bahan terdapat bab yang membahas secara detail
tentang pengujian pada logam. Pengujian logam sangatlah diperlukan karena bila tidak
logam tersebut dapat menimbulkan efek negative jika digunakan untuk bahan-bahan
produksi. Untuk mengetahui kualitas suatu logam, pengujian sangat erat kaitannya
dengan pemilihan bahan yang akan dipergunakan dalam konstruksi suatu alat Pada
makalah ini kami akan membahas mengenai “PENGUJIAN LOGAM DENGAN MERUSAK”.
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pengujian Logam Merusak adalah pengujian suatu bahan, tapi hasil akhir bahan
tersebut akan cacat/rusak.Pengujian dengan merusak dilakukan dengan cara merusak
benda uji dengan cara pembebanan/ penekanan sampai benda uji tersebut rusak, dari
pengujian ini akan diperoleh informasi tentang kekuatan dan sifat mekanik bahan.
Pengujian logam merusak dilakukan terhadap beberapa material seperti beton, baja,
logam, besi, dan material atau objek lainnya. Untuk DT sendiri memiliki beberapa jenis
metode, yakni sebagai berikut :
Deformasi bahan disebabkan oleh beban tarik static adalah dasar dari
pengujian-pengujian bahan dan studi mengenai kekuatan bahan, hal ini disebabkan
beberapa alasan :
1) Mudah dilakukan
2) Menghasilkan tegangan uniform pada penampang
3) Kebanyakan bahan mempunyai kelemahan untuk menerima beban
tegangan tarik yang uniform pada penampang.
Pada pengujan tarik, bentuk specimen yang biasa dipakai adalah bentuk pellat
(shee) dan bentuk profil, dimana diambil 2 tipe standar yang berdasarkan JIS
(standard industry jepang) dan ASTM (standard pengujian material amerika)
3
Prinsip Pengujian
Prinsip Pengujian
Strain
4
Gambar Diagram F vs ∆𝐿 dari beberapa material
a) Material Ulet
b) Material Getas
c) Material Karbon Rendah
5
Deformasi plastis disebelah kiri titik
puncak (B) masih homogen yang berarti bahwa
pertambahan panjang dengan reduksi
penampang memiliki perbandingan/ rasio
tertentu (volume konstan). Sedangkan pada
bagian BC terjadi deformasi yang tidak
seragam (non homogeny) dimana pada daerah
ini terjadi necking (pengecilan penampang
setempat). Gejala ini dapat juga diamati
dengan melihat “penurunan” beban seiring
dengan terjadinya reduksi penampang.
Setelah sampel uji tarik putus, pertambahan panjang pada sampel uji diukur.
6
B. Daerah Elastisitas
𝑃
𝑃 = 𝜎𝐴 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝜎 =
𝐴
7
Jika suatu benda elatis diberi gaya maka benda akan mengalami perubahan
panjang, jika gaya dihilangkan benda masih dapat kembali ke posisi semula, maka
benda berada pada daerah elastis. Batas elastisitas ialah keadaan dimana gaya
maksimal yang diberikan pada benda dan benda masih berada pada daerah elastis.
Jika benda elastis diberi gaya maka benda akan mengalami perubahan panjang dan
gaya dihilangkan tetapi benda tidak dapat kembali ke bentuk semula , maka benda
berada pada daerah plastis. Benda elastis yang sudah berada pada daerah plastis
tetapi msih diberi gaya maka benda akan mencapai titik patah sebelum akhirya benda
patah atau putus
Uji Puntir
Pada pengujian puntiran suatu material akan rusak karena material tersebut
akan mengalami patahan.
Umumnya ini terjadi pada material yang getas, sedangkan pada material yang
ulet patahan terjadi pada sudut tegak lurus terhadap sumbu puntiran setelah gaya
pada arah sumbu terjadi dengan deformasi yang besar.
8
C. UJI KEKERASAN
Uji kekerasan adalah pengujian yang paling efektif untuk menguji kekerasan
dari suatu material, karena dengan pengujian ini kita dapat dengan mudah mengetahui
gambaaran sifat mekanis suatu material. Meskipun pengukuran hanya dilakukan pada
suatu titik, atau daerah tertentu saja, nilai kekerasan cukup valid untuk menyatakan
kekuatan suatu material. Dengan melakukan uji keras, material dapat dengan mudah
di golongkan sebagai material ulet atau getas.
9
2. Metoda Dinamik (Pantulan)
Nama alat : Shore Sceloroscope
b bola baja
b
b
spesimen
b
10
3. Uji Penekanan
a) Metode brinell
Metode ini diperkenalkan pertama kali oleh J.A.Brinell pada tahun1900. Metode
ini menggunakan identor berupa bola baja berdiameter 10mm. beban yang diberikan
untuk setiap bahan tidak sama. Untuk baja/bahan yang keras biasa mencapai 3000 kg,
sedangkan bahan yang lunak cukup sampai 50 kg
P
specimen
10 1500 48-300
10 500 16-100
11
Untuk benda uji yang relative tipis dan kecil digunakan identor yang lebih kecil
dari 10 mm dengan pengaturan standar sebagai berikut:
F = C.D2 dimana C= 5,15 dan 30
Untuk material yang memiliki >400 BHN diperlukan pengujian yang hati-hati
karena bola baja bias terdeformasi menjadi gepeng (flattening).
b) Metode Vickers
12
𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛 𝐹
𝑉𝐻𝑁 = 𝑉𝑖𝑐𝑘𝑒𝑟𝑠 𝐻𝑎𝑟𝑑𝑛𝑒𝑠𝑠 𝑁𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 = =
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑘𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑒𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 𝐴
𝐹
𝑉𝐻𝑁 = 1,854 ………………. (kg/mm2)
𝑑2
Dimana :
F = beban yang digunakan (kg)
𝑑1 +𝑑2
d = diagonal rata-rata = (mm)
2
Metoda Vickers memberikan hasil berupa skala yang kontinu untuk suatu jenis
bahan tertentu. Dapat dipakai pada specimen yang lunak (VHN = 5) sampai specimen
yang sangat keras (VHN = 1500). Ketelitian pengukuran diagonal bekas penekanan
cara Vickers akan lebih tinggi dari pada cara Brinell.
Yang diatur oleh standard adalah penetrator/indentor dan lama penekanan.
Vickers dapat digunakan untuk mengukur material tipis dan juga mengukur kekerasan
fasa didalam logam karena beban dapat diatur.
Pada umumnya ada 3 jenis bentuk jejak (lekukan) yang dihasilkan oleh
penekanan indentor, yaitu bentuk persegi sempurna, bentuk bantal dan jejak
berbentuk tong.
13
contoh kekerasan Vickers dari beberapa bahan :
Kekurangan :
14
C) Metode Rockwell
15
Ada dua jenis indentor yang digunakan pada pengujian kekerasan Rockwell,
yaitu intan berbentuk kerucut yang memiliki sudut puncak 120° di mana bagian
ujungnya sedikit dibulatkan dengan jari-jari 0,2 mm dan indentor bola yang terbuat dari
baja yang dikeraskan atau dari tungsten karbida yang memiliki diameter 1/16", 1/8",
1/4", dan diameter 1/2".
16
kekerasan Rockwell digital.
Keterangan :
F0 = beban pendahuluan (beban minor)
F1 = beban utama (beban mayor)
a = kedalaman penetrasi oleh beban minor
b = kedalaman penetrasi oleh beban total (F0 + F1)
e = kedalaman penetrasi setelah beban utama dilepaskan
17
Kelebihan :
Nilai kekerasan benda uji dapat dibaca langsung pada jam ukur (dial gage).
Proses pengujian dilaksanakan dengan cepat
Tidak memerlukan mikroskop untuk mengukur jejak (lekukan)
Pengujian yang relatif tidak merusak.
Sangat cocok untuk menguji produk-produk dalam jumlah banyak.
Kekurangan :
D. UJI IMPACT
Prinsip dasar pengujian impak adalah menghitung energi yang diserap oleh
spesimen. Impact test merupakan suatu pengujian untuk mengetahui ketangguhan
suatu bahan jika diberi beban secara tiba – tiba mellui tumbukan. Ketanguhan adalah
ukuran suatu energy yang diperlukan untuk mematahkan atau merusak suatu bahan .
1. Metode Charpy
2. Metode Izod
18
Ketangguhan Bahan
1. Bentuk takikan
a. Takikan segitiga
Memiliki energi impak yang paling kecil, sehingga paling mudah patah. Hal ini
disebabkan karena distribusi tegangan hanya terkonsentrasi pada satu titik saja, yaitu
pada ujung takikan.
Memiliki energi yang lebih besar pada takikan segitiga karena tegangan
terdistribusi pada dua titik pada sudutnya.
19
E. UJI BENDING
Uji lengkung (bending test) merupakan salah satu bentuk pengujian untuk
menentukan mutu suatu material secara visual. Selain itu uji bending digunakan untuk
mengukur kekuatan material akibat pembebanan dan kekenyalan hasil sambungan las
baik di weld metal maupun HAZ. Dalam pemberian beban dan penentuan dimensi
mandrel ada beberapa factor yang harus diperhatikan, yaitu :
Transversal Bending.
Pada transversal bending ini, pengambilan spesimen tegak lurus dengan arah
pengelasan. Berdasarkan arah pembebanan dan lokasi pengamatan, pengujian
transversal bending dibagi menjadi tiga :
20
b. Root Bend (Bending pada akar las)
Dikatakan Rote Bend jika bending dilakukan sehingga akar las mengalami
tegangan tarik dan dasar las mengalami tegangan tekan (gambar 5.2). Pengamatan
dilakukan pada akar las yang mengalami tegangan tarik, apakah timbul retak atau
tidak. Jika timbul retak dimanakah letaknya, apakah di weld metal. HAZ atau di fusion
line (garis perbatasan WM dan HAZ)
Dikatakan Side Bend jika bending dilakukan sehingga sisi las (gambar 5.3).
Pengujian ini dilakukan jika ketebalan material yang di las lebih besar dari 3/8 inchi.
Pengamatan dilakukan pada sisi las tersebut, apakah timbul retak atau tidak. Jika
timbul retak dimanakah letaknya, apakah di Weld metal, HAZ atau di fusion line (garis
perbatasan WM dan HAZ).
21
Longitudinal Bending
Dikatakan Root Bend jika bending dilakukan sehingga akar las mengalami
tegangan tarik dan dasar las mengalami tegangan tekan (gambar 5.5). Pengamatan
dilakukan pada akar las yang mengalami tegangan tarik, apakah timbul retak atau
tidak. Jika timbul retak di manakah letaknya, apakah di Weld metal, HAZ atau di fusion
line (garis perbatasan WM dan HAZ).
22
Kriteria kelulusan uji bending
Untuk dapat lulus dari uji bending maka hasil pengujian harus memenuhi standard
ASME sebagai berikut :
1. Pada daerah Weld metal dan HAZ ukurannya tidak melebihi 1/8 inchi ( ±3,2
mm) yang diukur dari segala arah pemukaan.
2. Pada daerah pelapisan ukuran cacat maksimal 1.6 mm
3. Cacat pada sudut diabaikan kecuiali akibat SI (Slag Inclusión) dan IF
(Incomplate Fusion) dan Internal Discontinuties
23
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pengujian Logam Merusak adalah pengujian suatu bahan, tapi hasil akhir bahan
tersebut akan cacat/rusak.Pengujian dengan merusak dilakukan dengan cara merusak
benda uji dengan cara pembebanan/ penekanan sampai benda uji tersebut rusak, dari
pengujian ini akan diperoleh informasi tentang kekuatan dan sifat mekanik bahan.
Masing masing metode pengujian memiliki prinsip kerja serta alat yang berbeda, juga
pada setiap pengujian terdapat beberapa kelebihan serta kekurangan.
B. Saran
Untuk lebih mengerti mengenai materi ini, sebaiknya dilakukan pengujian logam
langsung dengan menggunakan metode yang ada. Disamping itu mencari referensi
lebih banyak lagi juga sangat membantu dalam memahami materi dalam makalah ini.
24