Ipi268282 PDF
Ipi268282 PDF
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Veteran Bangun Nusantara. Jl Letjen Sujono
Humardani No. 1 Jombor Sukoharjo 57521. Telp.+62-0271593156, fax. +62-0271-591065
Abstrak
Pendidikan merupakan hak asasi manusia (HAM) sebagaimana diatur dalam Pasal 28C
UUD 1945 yakni bahwa setiap warga negara berhak mengembangkan diri melalui
pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat
dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas
hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. Untuk melaksanakan ketentuan pasal-
pasal UUD 1945 tersebut dikeluarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dalam Pasal 11 ayat (1) ditetapkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah
wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan
yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi. Salah satu upaya untuk
melaksanakan amanat UUD 1945 dan ketentuan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional ialah menggunaan teknologi informasi dalam dunia pendidikan di
Indonesia antara lain melalui cara pembelajaran e-learning atau juga cara pembelajaran
distance learning. Komponen teknologi informasi merupakan subsistem yang terbentuk
sehubungan dengan penggunaan teknologi informasi. Untuk dapat memanfaatkan
teknologi informasi dibutuhkan setidaknya tiga komponen utama, yaitu perangkat keras
(hardware), perangkat lunak (software), dan manusia (brainware). Teknologi informasi
tidak dapat dilepaskan dari sistem elektronik seperti yang diatur dalam UU No. 11 Tahun
2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Peranan Teknologi Informasi dalam
dunia pendidikan menurut PUSTEKKOM meliputi teknlogi informasi sebagai;
ketrampilan (skill) dan kompetensi, sebagai infrastruktur pendidikan, sumber bahan ajar,
alat bantu dan fasilitas pendidikan, dan manajemen pendidikan. Sedang dampak yang
ditimbulkan dari pemanfaatan teknologi informasi meliputi dampak positif dan dampak
negatif. Dampak negatif harus diatasi oleh penyelenggara pendidikan (sekolah, guru),
orang tua, dan pemerintah.
Pendahuluan
175
Lies Sudibyo. Peranan dan Dampak Teknologi Informasi dalam Dunia Pendidikan di Indonesia
WIDYATAMA 176
No.2 / Volume 20 / 2011 WIDYATAMA
dengan sistem ini diharapkan dapat mengatasi beberapa masalah yang ditimbulkan akibat
keterbatasan tenaga pengajar yang berkualitas di berbagai daerah di Indonesia.
Indonesia yang notabene adalah sebuah negara berkembang dengan penduduk
yang besar tentu mengalami banyak kendala dalam hal pendidikan. Kendala dapat
berasal dari kurikulum yang sering berubah, sehingga juga akan berpengaruh terhadap
sistem pembelajaran dalam sekolah. Para pendidik seringkali kebingungan dalam
menyikapi hal tersebut dan dampaknya akan langsung menuju kepada peserta didik. Hal
ini menjadi masalah yang serius menimpa dunia pendidikan Indonesia sekarang ini yakni
menjadikan rendahnya mutu pendidikan Indonesia dibandingkan dengan negara-negara
lain. Berdasarkan data dalam Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2011,
peringkat pendidikan Indonesia berada di posisi 69 di antara 127 negara di dunia.
Bahkan Indonesia masih tertinggal dari Brunei Darusalam yang berada di peringkat 34,
sedangkan yang masuk kelompok pencapaian tinggi adalah Jepang pada posisi satu di
dunia. Di sinilah ada celah bagi teknologi informasi untuk berperan atau berkontribusi
dalam dunia pendidikan di Indonesia.
177 WIDYATAMA
Lies Sudibyo. Peranan dan Dampak Teknologi Informasi dalam Dunia Pendidikan di Indonesia
maya dengan menggunakan komputer atau internet. Hal yang paling mutakhir adalah
berkembangnya apa yang disebut “cyber teaching” atau “pengajaran maya”, yaitu proses
pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan internet. Istilah lain yang makin
popular saat ini ialah e-learning, yaitu suatu model pembelajaran dengan menggunakan
media teknologi komunikasi dan informasi, khususnya internet.
Dalam dunia pendidikan keberadaan sistem informasi dan komunikasi
merupakan salah satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas pendidikan.
Dalam sebuah lembaga pendidikan harus memiliki komponen-komponen yang
diperlukan untuk menjalankan operasional pendidikan, seperti siswa, sarana dan
prasarana, struktur organisasi, proses, sumber daya manusia (tenaga pendidik), dan biaya
operasi. Sedangkan sistem komunikasi dan informasi terdiri dari komponen-komponen
pendukung lembaga pendidikan untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan pihak
pengambil keputusan saat melakukan aktivitas pendidikan (PUSTEKKOM, 2006).
Untuk itulah maka peran teknologi informasi dan komunikasi dalam dunia pendidikan
meliputi: 1) teknologi informasi sebagai ketrampilan (skill) dan kompetensi, 2) teknologi
informasi sebagai infrastruktur pendidikan, 3) teknologi informasi sebagai sumber bahan
ajar, 4) teknologi informasi sebagai alat bantu dan fasilitas pendidikan, 5) teknologi
informasi sebagai manajemen pendidikan, 6) teknologi informasi sebagai sistem
pendukung keputusan.
Teknologi informasi dalam pendidikan bisa dipahami sebagai suatu proses yang
kompleks, dan terpadu yang melibatkan orang, ide, peralatan, dan organisasi untuk
menganilisis masalah, mencari jalan untuk mengatasi permasalahan, melaksanakan,
menilai, dan mengelola pemecahan masalah tersebut yang mencakup semua aspek
belajar manusia (Sukadi, 2008). Sejalan dengan itu, maka lahirnya teknologi informasi
dalam pendidikan diawali adanya masalah dalam pendidikan itu sendiri. Permasalahan
pendidikan yang mencuat saat ini adalah meliputi pemerataan kesempatan memperoleh
pendidikan, peningkatan kualitas/mutu pendidikan, relevansi dan efisiensi pendidikan.
Permasalahan serius yang masih dirasakan oleh dunia pendidikan di Indonesia mulai
pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi adalah masalah “kualitas/mutu”. Untuk itu
ada tiga prinsip dasar dalam teknologi pendidikan sebagai acuan untuk pengembangan
dan pemanfaatannya, yaitu: pendekatan sistem, berorientasi pada siswa/mahasiswa, dan
pemanfaatan sumber belajar.
Prinsip pendekatan sistem berarti bahwa penyelenggaraan pendidikan dan
pembelajaran perlu didesain/perancangan dengan menggunakan pendekatan sistem.
Dalam perancangan pembelajaran diperlukan langkah-langkah procedural yang meliputi;
identifikasi masalah,analisis keadaan, identifikasi tujuan, pengelolaan pembelajaran,
penetapan metode, penetapan media evaluasi pembelajaran. Prinsip berorientasi pada
siswa/mahasiswa berarti bahwa dalam pembelajaran hendaknya memusatkan
perhatiannya pada peserta didik dengan memperhatikan karakteristik, minat, potensi dari
siswa/mahasiswa. Sedangkan, prinsip pemanfaatan sumber belajar berarti dalam
pembelajaran siswa/mahasiswa hendaknya dapat memanfaatkan sumber belajar untuk
mengakses pengeahuan dan ketrampilan yang dibutuhkannya.
Terkait dengan teknologi informasi dalam upaya memodernisasi pendidikan
menurut Resnick (2002) ada tiga hal yang sangat penting, yaitu: 1) bagaimana kita
belajar (how people learn), 2) apa yang kita pelajari (what people learn), 3) kapan dan di
mana kita belajar (when and where people learn). Dengan mencermati jawaban atas
ketiga pertanyaan tersebut, maka peran teknologi informasi dalam memodernisasi
pendidikan bangsa dapat dirumuskan. Pertanyaan pertama, bagaimana kita belajar, maka
WIDYATAMA 178
No.2 / Volume 20 / 2011 WIDYATAMA
jawabannya adalah terkait dengan metode atau model pembelajaran. Cara berinteraksi
antara guru/dosen dengan siswa/mahasiswa sangat menentukan model pembelejaran.
Saat ini terjadi perubahan paradigm pembelajaran terkait dengan ketergantungan
terhadap guru/dosen dan peran guru/dosen dalam proses pembelajaran. proses
pembelajaran seharusnya tidak mutlak bergantung pada guru/dosen lagi (instructor
dependent), tetapi lebih banyak terpusat kepada siswa (student centered learning).
Guru/dosen tidak lagi dijadikan rujukan semua pengetahuan, tetapi lebih sebagai
fasilitator.
Peranan yang dapat dilakukan teknologi informasi (TI) dalam model
pembelajaran ini sangat jelas. Hadirnya e-learning dengan semua variasi tingkatannya
telah memfasilitasi perubahan ini. Secara umum e-learning dapat didefinisikan sebagai
pembelajaran yang disampaikan melalui semua media elektronik termasuk, internet,
intranet, satelit, audio/video tape, TV interaktif, dan CD ROM (W. Stallings, 2000). E-
learning telah mendorong demokratisasi pengajaran dan proses pembelajaran dengan
memberikan kendali yang lebih besar dalam pembelajaran kepada siswa/mahasiswa. Hal
ini sangat sesuai dengan prinsip penyelenggaraan pendidikan nasional seperti yang
termaktub dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa “pendidikan diselenggarakan secara
demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak
asasi manusia, nilai keagamaan, nilai cultural, dan kemajemukan bangsa”
Secara umum, peranan e-learning dalam proses pembelajaran dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu: komplementer dan substitusi. Komplementer
mengandaikan bahwa cara pembelajaran dengan pertemuan tatap muka masih berjalan,
tetapi ditambah dengan model interaksi berbantuan teknologi informasi (TI). Sedangkan
yang subtitusi, sebagian besar proses pembelajaran dilakukan berbantuan teknologi
informasi (TI). Saat ini regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah juga telah
memfasilitasi pemanfaatan e-learning sebagai substitusi proses pembelajaran
konvensional. Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nsional No. 107/U/2001 dengan
jelas membuka koridor untuk menyelenggarakan pendidikan jarak jauh, di mana e-
learning dapat masuk memainkan peran. Enam prinsip di atas sangat penting untuk
diingat agar e-learning betul-betul tepat sasaran dan mampu menggugah semangat
belajar peserta didik dalam mengarungi samudra ilmu pengetahuan.
Sehubungan dengan peran teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam
proses pembelajaran, maka pemanfaatan TIK dalam bidang pendidikan meliputi: 1)
Berbagi hasil penelitian, 2) Konsultasi dengan pakar, 3) Perpustakaan online, 4) Diskusi
online, 5) Kelas online (Jamal Makmur Asmani, 2011: 145-149). TIK khususnya internet
telah banyak digunakan sebagai sumber informasi untuk menunjang pendidikan. Internet
telah dimanfaatkan untuk menyebarkan berbagai hasil penelitian yang dilakukan di
belahan dunia berbeda. Hal ini memungkinkan suatu hasil penelitian yang dilakkan oleh
ahli di suatu negara dapat dimanfaatkan sebagai acuan oleh orang lain di belahan dunia
yang lain. Saling berbagi hasil penelitian juga dapat mencegah terjadinya penelitian
serupa yang berulang atau plagiasi. Internet juga banyak dimanfaatkan untuk
berkonsultasi dengan pakar-pakar yang berada di tempat lain. Jaringan global yang
hampir tanpa batas ini menyebabkan ruang dan jarak bukan lagi menjadi masalah.
Seorang mahasiswa konsultasi dengan dosen pembimbing dapat melalui layanan e-mail,
chatting, ataupun mailing list di internet. Perpustakaan online adalah perpustakaan dalam
bentuk digital yang ditempatkan di internet. Perpustakaan online memungkinkan
seseorang mahasiswa/siswa dapat mengakses sumber-sumber ilmu pengetahuan dengan
179 WIDYATAMA
Lies Sudibyo. Peranan dan Dampak Teknologi Informasi dalam Dunia Pendidikan di Indonesia
mudah, tanpa harus dibatasi oleh jarak dan waktu. Diskusi online adalah diskusi yang
dilakukan di internet. Aplikasi diskusi online memungkinkan para pembelajar dapat
saling bertukar pikiran, tanpa harus berkumpul di suatu tempat. Aplikasi kelas online
dapat digunakan bagi lembaga-lembaga pendidikan jarak jauh seperti Universitas
Terbuka dan sekolah-sekolah terbuka (SMP Terbuka). Materi pelajaran dibuat interaktif
dan menarik, sehingga kualitas belajar di kelas online tidak kalah dengan kualitas belajar
di kelas biasa.
Dalam perkembangan lebih lanjut, Alavi dan Gallupe dalam St. Mulyanta dan
Marlon Leong(2009) mengemukakan tujuan dan peranan teknologi informasi dan
komunikasi dalam pendidikan sebagai berikut : 1) Tujuan Pemanfaatan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam Pendidikan : memperbaiki competitive
positioning; meningkatkan brand image; meningkatkan kualitas pembelajaran dan
pengajaran; meningkatkan kepuasan siswa; meningkatkan pendapatan; memperluas
basis siswa; meningkatkan kualitas pelayanan; mengurangi biaya operasi; serta
mengembangkan produk dan layanan baru.
Oleh sebab itu, tidak mengherankan apabila saat ini banyak institusi pendidikan
di Indonesia yang berlomba-lomba berinvestasi di bidang teknologi informasi (TI) untuk
memenangkan persaingan yang semakin ketat. Peranan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) dalam Pendidikan meliputi a) Teknologi Informasi dan Komunikasi
sebagai keterampilan (skill) dan kompetensi, b) Teknologi Informasi dan Komunikasi
sebagai Infrastruktur Pembelajaran, c) Teknologi Informasi dan Komunikasi sebagai
Sumber Belajar. Teknologi Informasi dan Komunikasi sebagai keterampilan (skill) dan
kompetensi meliputi: 1) Setiap pemangku kepentingan harus memiliki kompetensi dan
keahlian menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk pendidikan, 2)
Informasi merupakan “bahan mentah” dari pengetahuan yang harus diolah melalui
proses pembelajaran, 3) Menbagi pengetahuan antara satu peserta didik dengan yang
lainnya, bersifat mutlak dan tidak berkesudahan, 4) Belajar mengenai bagaimana cara
belajar yang efektif dan efisien bagi pengajar, peserta didik, dan stakeholder, 5) Belajar
adalah proses seumur hidup yang berlaku bagi setiap individu. Teknologi Informasi dan
Komunikasi sebagai infrastruktur pembelajaran meliputi meliputi: 1) Saat ini bahan ajar
banyak disimpan dalam format digital dengan model yang beragam seperti multimedia,
2) Peserta didik dan juga instruktur secara aktif bergerak dari satu tempat ke tempat lain,
3) Proses pembelajaran seharusnya dapat dilakukan di mana dan kapan saja, 4)
Perbedaan letak geografi seharusnya tidak menjadi batasan pembelajaran, 5) The
network is the school akan menjadi fenomena baru dalam dunia pendidikan. Teknologi
Informasi dan Komunikasi sebagai Sumber Belajar.
Ilmu pengetahuan berkembang sedemikian cepatnya, para pengajar tersebar di
berbagai belahan dunia, buku-buku, bahan ajar, dan referensi diperbarui secara kontinu.
Maka menurut St. Mulyanta dan Marlon Leong (2011) ada sepuluh peranan Teknologi
Informasi dan Komunikasi sebagai sumber bahan ajar, yaitu sumber ilmu pengetahuan,
tempat bertemunya para pembelajar, melahirkan inisiatif dalam kegiatan belajar-
mengajar, alat pendukung mengatasi keterbatasan pancaindera, bagian yang tidak
terpisahkan dari kerangka kurikulum, penyeimbang gaya belajar individu, pengelolaan
Institusi Pendidikan, pengelola Institusi Pendidikan, menjadi instruktur institusi
pendidikan, mengubah institusi pendidikan menjadi pusat unggulan.
WIDYATAMA 180
No.2 / Volume 20 / 2011 WIDYATAMA
181 WIDYATAMA
Lies Sudibyo. Peranan dan Dampak Teknologi Informasi dalam Dunia Pendidikan di Indonesia
untuk berpikir pendek dan bertahan berkonsentrasi dalam waktu yang singkat (short span
of attention).
Terkait dengan dampak negatif dari teknologi informasi yang perkembangannya
semakin meningkat namun memiliki kekurangan. Misalnya, pada e-learning yang dapat
menyebabkan pengalihfungsian guru dan mengakibatkan guru jadi tersingkirkan, atau
juga menyebabkan terciptanya individu yang bersifat individual karena sistem
pembelajaran dapat dilakukan dengan hanya seorang diri. Bahkan dimungkinkan etika
dan disiplin peserta didik susah atau sulit untuk diawasi dan dibina, sehingga lambat laun
etika dan manusia khususnya para peserta didik akan menurun drastic, serta hakikat
manusia yang utama yaiu sebagai makhluk sosial akan tergerus.
Di samping itu, karena seringnya mengakses internet dikhawairkan
siswa/mahasiswa bukannya benar-benar memanfaatkan teknologi informasi dengan
optimal, tetapi malah mengakses hal-hal yang tidak baik, seperti pornografi, game
online. Bahkan dapat terkena cyber-relational addiction ialah keterlibatan yang
berlebihan pada hubungan yang terjalin melalui internet (seperti melalui chat room dan
virtual affairs) sampai kehilangan kontak dengan hubungan-hubungan yang ada dalam
dunia nyata. Kemudian juga bisa terkena information overload, yakni menemukan
informasi yang tidak habis-habisnya yang tersedia di internet, sehingga rela
menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengumpulkan dan mengorganisir informasi
yang ada, yang akhirnya dapat membuat seseorang kecanduan, terutama menyangkut
pornografi dan dapat menghabiskan uang karena hanya untuk melayani kecanduan
tersebut. Hal-hal ini jelas sangat menghambat berkembangnya pendidikan dalam
teknologi informasi dan komunikasi.
Untuk itu dapat dilihat beberapa dampak negatif dari pemanfaatan teknologi
informasi di dunia pendidikan antara lain: 1) Pelajar atau juga mahasiswa menjadi
pecandu dari keberadaan dunia maya secara berlebihan. Hal ini bisa terjadi ketika
siswa/mahasiswa tidak memiliki sikap skeptic serta kritis terhadap sesuatu hal yang baru.
Apalagi dalam konteks dunia maya (internet) mereka secara tidak langsung telah masuk
di dalam dunia yang over free, maka sangat penting adanya kedua sikap di atas untuk
menjadi benteng atau filter dari segala sumber informasi yang ada. Selain itu, yang tidak
kalah pentingnya ialah perhatian dari orang tua juga sangat berperan dalam menanamkan
nilai-nilai tentang sebuah norma agama sebagai landasan hidup. 2) Tindakan kriminal
(Cyber Crime). Di dalam dunia pendidikan hal ini dapat terjadi, misalnya pencurian
dokumen atau asset penting tentang sebuah tatanan pendidikan yang sesungguhnya
dirahasiakan (dokumen mengenai ujian akhir atau negara) dengan media internet. 3)
Menimbulkan sikap yang apatis pada masing-masing individu, baik bagi
pelajar/siswa/mahasiswa maupun pengajar/guru/dosen. Hal ini dapat dilihat misalnya
pada system pembelajaran yang bersifat virtual maupun e-learning. Di mana sistem
pembelajaran yang tidak saling bertemu antara peserta didik dengan pengajar, maka
dapat terjadi peserta didik kurang aktif dalam sistem pembelajaran dan hasilnya tidak
maksimal (Jamal Makmur Asmani, 2011).
WIDYATAMA 182
No.2 / Volume 20 / 2011 WIDYATAMA
183 WIDYATAMA
Lies Sudibyo. Peranan dan Dampak Teknologi Informasi dalam Dunia Pendidikan di Indonesia
Penutup
WIDYATAMA 184
No.2 / Volume 20 / 2011 WIDYATAMA
Daftar Rujukan
185 WIDYATAMA