TINJAUAN PUSTAKA
atau fungsi ginjal yang muncul >3 bulan dan berdampak pada kesehatan.5,13
B. Klasifikasi
Batasan penyakit ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama atau
lebih dari 3 bulan, berdasarkan kelainan patologik atau petanda kerusakan ginjal
seperti kelainan pada urinalisis. Penyakit ginjal kronis terjadi secara progresif dan
elektrolit.3,4
Selain itu, batasan ini juga memperhatikan derajat fungsi ginjal atau laju filtrasi
kelainan urine, umumnya jumlah protein urine atau sedimen urine, selama 3 bulan
atau lebih yang tidak bergantung pada nilai LFG. Selain itu, terdapat penyakit
ginjal kronik jika LFG < 60 ml/menit./1,73 m2, meskipun tidak ditemukan
kelainan pada urine, karena penurunan separuh fungsi ginjal tersebut bisa
komplikasi penurunan fungsi ginjal lebih lanjut dan komplikasi kardiovaskuler. 3,5
lebih dari 1.5 mg/dL (132.6 µmol/L) pada laki-laki dan lebih dari 1.3 mg/dL
(114.9 µmol/L) pada perempuan. Penyakit ginjal kronik juga dapat didefinisikan
dengan adanya albumin dalam urine yang lebih dari 300 mg/24 jam atau rasio
ringan fungsi ginjal dengan laju filtrasi glomerulus 75-89, 60-74. G3a penurunan
moderate ringan dari fungsi ginjal dengan laju filtrasi glomerulus 45-59. G3b
penurunan moderate-parah dari fungsi ginjal dengan laju filtrasi glomerulus 30-
44. G4 penurunan parah dari fungsi ginjal dengan laju filtrasi glomerulus 15-29.
G5 merupakan tanda dari kegagalan dari ginjal dengan laju filtrasi glomerulus
<15.1,6
C. Epidemiologi
Prevalensi terjadinya penyakit ginjal kronis bervariasi dari seluruh dunia. Rata-
rata usia pasien yang mengalami penyakit ginjal kronis pada 9614 pasien dengan
stadium 3 penyakit ginjal kronis di India adalah 51 tahun, 1185 pasien di china
kronis dengan penyebab yang tidak diketahui biasanya berusia lebih muda dan
berasal dari keluarga miskin, lebih sering memiliki penyakit yang berkembang
menjadi penyakit ginjal kronis dibandingkan dengan yang penyakit ginjal tersebut
telah diketahui penyebabnya. Sub-sahara Afrika dengan rata-rata usia 20-50 tahun
Menurut NKF K/DOQI, ada 4 tipe faktor risiko untuk penyakit ginjal kronik,
antara lain :7
kerusakan ginjal :
kerusakan ginjal :
- Diabetes mellitus
intraglomerulus.1,7
- Hipertensi
aliran beban yang terlalu berat, sehingga terjadi komplikasi peningkatan tekanan
- penyakit autoimun
- infeksi sistemik
- keracunan obat
mempercepat kegagalan fungsi ginjal, terjadi pada stadium awal penyakit ginjal
kronik :
- kontrol gula darah yang tidak baik pada penderita diabetes mellitus
- merokok
4. Faktor stadium akhir, yakni faktor yang meningkatkan angka morbiditas dan
untuk urea.
- anemia
E. Manifestasi Klinik
Ginjal bekerja sangat baik dalam mengkompensasi masalah pada fungsinya. Itu
sebabnya mengapa penyakit ginjal kronis dapat berkembang tanpa ada gejala
dalam jangka waktu panjang hingga hanya fungsi ginjal yang minimal yang
tersisa. Sebab ginjal melaksanakan banyak fungsi untuk tubuh, penyakit ginjal
dapat mempengaruhi tubuh secara keseluruhan dengan cara yang berbeda. Gejala
4. Mudah lelah (dari anemia atau akumulasi zat buangan di dalam tubuh)
5. Sakit kepala
6. Sering cegukan
Lalu pada stadium-stadium lanjut dapat ditemukan beberapa gejala berupa : 6,7
uremik)
- koma
7. Kejang
8. Bekuan uremik, yakni deposit kristal berwarna putih dalam atau di atas kulit
11. Tekanan darah tinggi, nyeri dada yang berhubungan dengan pericarditis
3. Pandangan kosong
4. Napas berbau
5. Agitasi
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan sedimen urine atau dipstick untuk melihat adanya sel darah
Penyakit ginjal kronis biasanya tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Hanya
Seseorang yang berisiko tinggi mengidap penyakit ginjal kronis harus secara rutin
b. Semua test ini mempunyai keterbatasan. Tes ini sering digunakan secara
bersama-sama untuk dikembangkan menjadi suatu gambaran jelas dan teliti dari
penyakit ginjal.
c. Secara umum, tes ini dapat dilakukan pada pasien rawat jalan.1,5,7
1) Tes Urine
Urinalisa: analisa urine mampu menunjukkan secara mendalam fungsi dari ginjal.
berbagai unsur yang abnormal dan normal termasuk protein. Kemudian, urine
diperiksa di bawah mikroskop untuk mencari sel darah putih dan merah, serta
Hanya jumlah minimal dari albumin (protein) yang terdapat pada urine. Tanda
positif pada suatu tongkat ukur untuk protein yang abnormal. Lebih Sensitip
dibanding suatu tongkat ukur untuk menguji protein adalah suatu penilaian
albumin (protein) dan kreatinin di dalam urine menyediakan suatu perkiraan yang
baik dari albumin (protein) yang dikeluarkan tubuh setiap hari. 1,5
Tes urine 24 jam: tes ini memerlukan urine tampung selama 24 jam. Urine yang
dianalisa adalah untuk protein dan sisa buangan urea nitrogen dan kreatinin).
LFG atau laju filtrasi glomerulus adalah suatu keadaan standar yang
ginjal, LFG jatuh. LFG yang normal adalah sekitar 100-140 mL/ min pada laki-
laki dan 85-115 mL/min pada wanita. Penurunan pada kebanyakan orang sesuai
dengan usia. LFG dapat dihitung dari jumlah sisa buangan urine 24 jam atau
perhitungan yang meliputi serum kreatinin, darah urea nitrogen dan serum
albumin, seperti halnya usia, ras, dan jenis kelamin. Keadaan pasien dibagi
menjadi lima stadium dari penyakit ginjal kronis berdasar pada LFG. 5
darah.2
2) Tes Darah
Kreatinin dan urea (BUN) di dalam darah: urea nitrogen darah dan serum
kreatinin adalah tes darah yang digunakan untuk menyaring dan memonitor
penyakit ginjal. Kreatinin adalah suatu produk uraian dari otot normal. Urea
adalah sisa buangan uraian protein. Tingkatan dari unsur ini meningkat di dalam
keseimbangan asam basa dalam darah pada umumnya juga terganggu. 8,12
tingkatannya di dalam darah meningkat. Hormon pada testis dan ovarium juga
Perhitungan sel darah: karena penyakit ginjal mengganggu produksi sel darah,
3) Tes lain
penyakit ginjal. Ultrasonografi adalah tes tipe non invasif. Secara umum, ginjal
akan menyusut pada penyakit ginjal kronis, walaupun dapat menjadi normal atau
bahkan menjadi besar dalam kasus yang disebabkan oleh penyakit ginjal polikistik
juga digunakan untuk mendiagnosis adanya obstruksi urine olah batu ginjal dan
Biopsi: suatu contoh jaringan ginjal (biopsi) kadang diperlukan di mana jika
penyebab dari penyakit ginjal belum jelas. Pada umumnya, suatu biopsi dapat
dikumpulkan dengan anesthesi lokal yang dilakukan dengan sebuah jarum yang
MDRD pada orang dewasa serta rumus Schwartz atau rumus Counahan-Barratt
pada anak. Penghitungan nilai laju filtrasi glomerolus dengan rumus tersebut
memakai kadar kreatinin serum dan variabel seperti umur, jenis kelamin, ras dan
glomerolus tidak lebih tepat dibandingkan dengan nilai yang diperoleh dengan
rumus tersebut. Tes klirens kreatinin 24 jam dilakukan untuk menentukan nilai
laju filtrasi glomerolus pada individu yang melakukan diet khusus seperti
kelainan masa otot seperti pada kondisi malnutrisi atau setelah amputasi. Tes
klirens kreatinin 24 jam ini juga dilakukan untuk pengkajian diet dan status nutrisi
kepada hanya beberapa diagnosis banding, yang jika perlu dilakukan pemeriksaan
lanjutan seperti biopsi ginjal, atau dibuat suatu keputusan tentang pengobatan dan
Diagnosis pasti sering memerlukan biopsi ginjal yang meskipun sangat jarang
dapat menimbulkan komplikasi. Oleh karena itu, biopsi ginjal dilakukan pada
pasien tertentu yang diagnosis pastinya hanya dapat ditegakkan dengan biopsi
ginjal, atau jika diagnosis pasti tersebut akan merubah baik pengobatan maupun
gambaran klinik yang lengkap atau faktor kausal yang diperoleh dari evaluasi
klinik.1,5
Perjalanan klinik penyakit ginjal kronik biasanya perlahan dan tidak dirasakan
oleh pasien. Oleh karena itu, pengkajian klinik sangat bergantung pada hasil
darah sangat penting, meskipun pemeriksaan fisik yang lain umumnya tidak
adanya penyakit penyerta dan komplikasi yang disebabkan oleh penurunan fungsi
tentang daftar pengobatan yang telah diberikan (pengobatan dengan resep dokter,
glomerolus.5
H. Penatalaksanaan
jenis penyakit ginjal seperti yang sudah dikemukakan di atas, juga untuk
ginjal, komplikasi yang terkait dengan derajat fungsi ginjal, risiko penurunan
dan pengobatan komplikasi yang disebabkan oleh penurunan fungsi ginjal, serta
terapi pengganti ginjal dengan dialisis atau transplantasi jika timbul tanda dan
gejala uremia. Sebaiknya dibuat suatu rencana kerja untuk setiap pasien
berdasarkan stadium penyakit ginjal kronik seperti terlihat pada Tabel 5. Selain
itu, perlu dilakukan pengkajian ulang pengobatan pada setiap kunjungan untuk
komplikasi penyakit ginjal kronik, pengawasan interaksi obat, serta, jika mungkin,
Pasien dengan penyakit ginjal kronik sebaiknya dirujuk ke ahli ginjal untuk
konsultasi dan penanganan bersama jika tidak dapat membuat rencana kerja atau
tidak mampu melakukan evaluasi dan memberikan pengobatan yang tepat. pada
penyakit ginjal. 5
1. Diabetes mellitus
Untuk mencegah kemajuan nefropati pada pasien dengan diabetes mellitus, The
2. Hipertensi
Pengendalian tekanan darah menjadi 130/80 mmHg atau sedikit lebih tinggi
merupakan sasaran utama pada pasien dengan penyakit ginjal kronik. 1,5,12,14
Table 3. Target tekanan darah dan terapi yang disarankan17
3. Dislipidemia
dengan penyakit ginjal kronik. Sasarannya adalah suatu LDL kolesterol < 100
mg/dL (2,60 mmol/L) dan trigliserida < 200 mg/dL (2,26 mmol/L). 1,8
4. Anemia
g/L) pada pasien dengan penyakit ginjal kronik. Pasien dengan konsentrasi ferritin
9
plasma < 100 ng/mL (100 mcg/L) harus diberi preparat besi. Juga dapat
5. Osteodistropi ginjal
kacang polong, kacang, produk susu), penggunaan suatu ikatan fosfat calcium-
based (antasida) dengan makanan, dan mengatur vitamin D (Rocaltrol) untuk
6. Nutrisi
Efek pembatasan asupan protein berkenaan dengan diet pada penyakit ginjal
dan menemukan bahwa suatu diet sangat rendah protein (0,28 g/kg/hari) sedikit
lebih tinggi (0,56 g/kg/hari dan 1,3g/kg/hari). Diet sangat rendah protein tidak
kegagalan ginjal.1
Rekomendasi dari NKF K/DOQI berdasar pada bukti dari penelitian pada
binatang menyarankan suatu masukan protein 0,8 – 1,0 g/kg/hari dan suatu asupan
kalori sehari-hari 30 -35 kkal/kg/hari pada pasien dengan penyakit ginjal kronik.9
7. Berhenti merokok
progresivitas penyakit ginjal oleh 30 persen pada pasien dengan diabetes mellitus
tipe I. 1
8. Uremia
Gejala uremia meliputi anoreksia, mual, muntah, rasa tidak enak badan,
mental, kejang, hingga pingsan. Gejala ini diakibatkan oleh akumulasi beberapa
I. Komplikasi
Berikut beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada penderita penyakit ginjal
kronik :7,16
2. Perikarditis
3. Tamponade jantung
5. Hipertensi
6. Gangguan tombosit
8. Ulserasi
9. Perdarahan
10. Anemia
19. Fraktur
Uremia akut atau uremia sebagai hasil penyakit progresif adalah suatu indikasi
untuk segera dilakukan dialisis. Pasien dengan kegagalan ginjal harus dievaluasi
a. nonfarmakologis
b. farmakologis
- pengikat fosfat
transplantasi ginjal
J. Pencegahan
Tujuan perawatan untuk seseorang dengan penyakit ginjal kronis adalah untuk
seseorang dengan penyakit ginjal kronis untuk mengendalikan tekanan darah, gula
Risiko kegagalan ginjal dan penyakit ginjal kronis dapat ditekan dengan gaya
hidup yang sehat, seperti makan makanan rendah lemak, rendah garam, olahraga
lain dengan cara melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur, antara lain
pengontrolan gula darah, tekanan darah tinggi dan pasien dengan penyakit ginjal