Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Diabetes Mellitus
2.1.1 Definisi Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
adanya hiperglikemia kronik disertai dengan penurunan yang lebih besar atau
lebih kecil dalam metabolisme karbohidrat, lipid dan protein (Baynes, 2015).
Sedangkan menurutAmerican Diabetes Association (ADA) pada tahun 2010,
diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau keduanya.
Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Soegondo, 2009). Diabetes
mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat
penurunan sekresi insulin yang progresif dilatarbelakangi oleh resistensi insulin
(Suyono, 2009).
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Diabetes Mellitus
adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan adanya hiperglikemik
akibat dari kekurangan insulin baik secara absolut maupun relatif.
2.1.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus
Klasifikasi Diabetes Mellitus antara lain :
2.1.2.1 Diabetes Mellitus Tipe 1
Diabetes Mellitus tipe 1 ditandai dengan kerusakan sel beta yang
disebabkan oleh proses autoimun, biasanya menyebabkan kekurangan insulin
absolut. Akibatnya, semua pasien dengan diabetes tipe ini akan memerlukan
terapi insulin untuk mengendalikan kadar gula darah (Baynes, 2015).
2.1.2.2 Diabetes Mellitus Tipe 2
Diabetes Mellitus tipe 2 sering terjadi, mencakup 85% dari pasien
diabetes. Keadaan ini terjadi akibat dari resistensi insulin atau dari penurunan
jumlah produksi insulin. Diabetes tipe ini sering ditemukan pada usia dewasa dan
obesitas meskipun dapat terjadi pada semua umur. Ketosis jarang terjadi, kecuali
dalam keadaan stres atau mengalami infeksi (Perkeni, 2011).
2.1.2.3 Diabetes Mellitus Gestasional
Klasifikasi gestasional (bukan kondisi patofisiologis) mengidentifikasi
wanita yang mengalami diabetes mellitus selama kehamilan. Pada kebanyakan
wanita yang mengalami GDM, gangguan tersebut memiliki onset pada trimester
ketiga kehamilan (Baynes, 2015).
Perkeni (2011) menyatakan bahwa dalam kehamilan terjadi perubahan
metabolisme endokrin dan karbohidrat yang menunjang pemanasan makanan
bagi janin serta persiapan menyusui. Menjelang aterm, kebutuhan insulin
meningkat sehingga mencapai 3 kali lipat dari keadaan normal. Bila seorang ibu
tidak mampu meningkatkan produksi insulin sampai relatif hipoinsulin, maka akan
mengakibatkan hiperglikemi. Resistensi insulin juga bisa disebabkan oleh adanya
hormon estrogen, progesteron, prolaktin dan plasenta laktogen. Hormon tersebut
mempengaruhi reseptor insulin pada sel sehingga mengurangi aktivitas insulin.
2.1.2.4 Diabetes Mellitus Tipe Lain
Diabetes Mellitus tipe ini berhubungan dengan keadaan atau sindrom
tertentu dari hiperglikemik yang terjadi karena penyakit lain, seperti : penyakit
pankreas, hormonal, alat/bahan kimia, endokrinopati, sebab autoimun yang
jarang, kelainan reseptor insulin atau sindrom genetik tertentu yang berkaitan
dengan DM (Perkeni, 2011).
Sebagian besar sampel dalam penelitian ini adalah wanita yang berusia
antara 50-59 tahun. Rata-rata lama menderita diabetes pada kelompok
eksperimen (TFR) adalah 7.32 tahun dan kelompok kontrol (menerima MFR)
adalah dan 6,64 tahun. Berdasarkan hasil penelitian, hasil uji t menunjukkan
bahwa TFR dalam kelompok eksperimen dapat mengurangi HbA1c lebih baik
dari MFR pada kelompok kontrol, seperti pada tabel 1 berikut:
6.1 Kesimpulan
Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau keduanya. Pada pasien hiperglikemia terdapat peningkatan
kadar HgA1c dimana HbA1c merupakan pemeriksaan tunggal terbaik untuk
menilai resiko terhadap kerusakan jaringan yang disebabkan oleh tingginya
kadar gula darah. Cara yang tepat untuk mengatasi penurunan sensitivitas
kaki pada DM adalah pijat refleksi kaki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pada kelompok eksperimen setelah 2 bulan melakukan Refleksologi kaki
dengan baik terbukti dapat menurunkan nilai HbA1c pada pasien Diabetes
Mellitus Type 2. Sehingga pemberian refleksi kaki dapat digunakan sebagai
salah satu cara yang efektif untuk menurunkan kadar HbA1c dengan disertai
pemberian obat modern untuk menurunkan kadar glukosa darah pada
pasien DM tipe 2.
6.2 Saran
Diharapkan dengan adanya bedah jurnal ini dapat memberikan masukan
kepada pihak rumah sakit terkait salah satu terapi komplementer yang dapat
menunjang untuk menurunkan kadar HbA1c pada pasien Diabetes Mellitus
Type 2 yaitu dengan memberikan terapi refleksiologi kaki yang dapat
diterapkan di ruangan-ruangan.
DAFTAR PUSTAKA