Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM SPPK

PEMADAMAN API TRADISIONAL

NAMA : Siti Uswatun Hasanah

NRP : 0516140121

KELAS : K3-LJ

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bencana kebakaran merupakan suatu bencana berbahaya yang kehadirannya
dapat terjadi dalam waktu kapanpun. Api dapat terbentuk melalui reaksi kimia yang
terjadi antara 3 hal pokok yang apabila bertemu akan mampu menimbulkan nyala
api, yaitu bahan bakar, panas, dan juga gas oksigen. Kebakaran yang terjadi tidak
bisa dikendalikan dengan cepat jika sudah terlanjur menjalar ke semua tempat.
Nyala api akan terus merambat ke semua bahan yang mudah terbakar. Untuk
melakukan upaya pemadaman api kebakaran, maka jalan satu-satunya adalah
memutus atau melenyapkan satu atau lebih dari 3 hal pokok yang menjadi unsur
pencipta api tersebut. Upaya tersebut dapat ditempuh dengan memanfaatkan alat
pemadam api. Alat pemadam api dibagi menjadi dua yaitu alat pemadam api
modern dan tradisonal. Alat pemadam api tradisonal bisa menggunakan
air,pasir,semen, tanah dan karung goni

Alat pemadam api tradisional adalah pemedam api yang mudah didapatkan.
Tidak semua kebakaran bisa diatasi dengan alat pemadam api modern karena
menyangkut dengan bahan yang terbakar. Seperti kebakaran dalam dapur. Seperti
yang terjadi pada kasus seorang koki memasak kue dengan oven dan thermostat
pada oven tersebut tidak berfungsi sehingga koki tersebut membuka oven yang
sudah sangat panas. Kemudian asap keluar dari oven tersebut diakibatkan minyak
terkena panas sehingga bereaksi dengan udara. Prinsip berikut dikarenakan adanya
combustible dari minyak yang digunakan. Upaya kasus berikut bisa di atasi dengan
menggunakan alat pemadam api tradisonal yaitu karung goni basah..

Pada praktikum kali ini akan mempelajari tentang bagaimana cara


menanggulangi serta memadamkan api dalam skala kecil dengan menggunakan
alat tradisional agar dapat di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Alat
pemadam tradisoanal memliki daya yang sangan terbatas dalam memadamkan api
maka dari itu hanya di gunakan untuk memadamkan api yang masih dalam skala
kecil atau pemadanaman api yang masih awal. Penggunakan pemadama api
tradisional mini harus di sesuaikan dengan jenis kebakaran yang terjadi.
1.2 Tujuan
TIU : Mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikan teori pemadaman
kebakaran.
TIK : Mahasiswa mampu memahami tentang prosedur pemakaian bahan
tradisional dan dapat memadamkan kebakaran dengan media tradisional.
1.3 Manfaat
Manfaat secara Subjektif pada praktikum ini adalah:
1. Sebagai syarat untuk mendapatkan nilai dari praktikum sistem pencegahan
dan penanggulangan kebakaran dengan judul “Pemadaman Api
Tradisional” di Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
Manfaat secara Objektif pada praktikum ini adalah:
1. Sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan khususnya dalam usaha
pencegahan dan penanggulangan kebakaran dengan menggunakan bahan dan
media tradisional.
2. Mampu mengaplikasikan cara memadamkan kebakaran tradisional dengan
baik dan benar.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Teori Kebakaran
2.1.1 Teori Dasar Api
Api adalah suatu reaksi kimia (oksidasi) cepat yang terbentuk dari 3 (tiga)
unsur yaitu: panas, udara dan bahan bakar yang menimbulkan atau
menghasilkan panas dan cahaya. Apabila ketiga unsur tersebut berada dalam
suatu konsentrasi yang memenuhi syarat, maka timbulah reaksi oksidasi atau
di eknal dengan proses pembakaran. Definisi lain api adalah suatu
peristiwa/reaksi kimia yang diikuti oleh asap, panas, nyala dan gas-gas lainnya.
Api juga dapat diartikan sebagai hasil dari reaksi pembakaran yang cepat.

2.1.1.1 Teori Segitiga Api


Segitiga api atau segitiga pembakaran adalah sebuah skema sederhana
dalam memahami elemen-elemen utama penyebab terjadinya sebuah api
atau kebakaran. Bentuk segitiga yang mempunyai tiga sisi menggambarkan
bahwa sebuah api atau kebakaran dalam proses terjadinya membutuhkan
tiga unsur utama, yaitu : panas,bahan bakar dan agen oksidator (biasanya
oksigen).
Api atau kebakaran dapat dicegah atau dipadamkan dengan menghapus
atau menghilangkan salah satu unsur dari tiga unsur utama yang ada dalam
ilustrasisegitiga api tersebut. Api atau kebakaran pasti akan terjadi saat tiga
unsur dalam segitiga api bergabung dalam komposisi yang tepat.
Tanpa panas yang cukup, sebuah kebakaran tidak dapat dimulai dan apabila
sudah terjadi, kebakaran tersebut tidak dapat berlanjut. Panas dapat dihilangkan
dengan penggunaan zat yang dapat mengurangi jumlah panas yang tersedia
untuk memungkinkan terjadinya sebuah api atau kebakaran. Salah satu zat
yang sering digunakan adalah air, yaitu zat yang membutuhkan panas untuk
merubah fasenya dari fase cair menjadi fase gas atau uap.
Unsur yang kedua adalah bahan bakar. Sebuah api / kebakaran akan
berhenti tanpa adanya kehadiran bahan bakar. Bahan bakar dapat
dihilangkan secara alami,seperti sebuah kebakaran yang mengonsumsi
seluruh bahan bakar atau secara manual dengan proses mekanis atau
kimiawi menghilangkan bahan bakar darisebuah api / kebakaran. Pemisahan
bahan bakar adalah sebuah faktor penting dalam proses pencegahan
terjadinya kebakaran dan ini adalah dasar dari strategi yang sering
digunakan dalam mengontrol terjadinya kebakaran. Bahan bakar terbagi
menjadi 3 yaitu :
a. Benda Padat
Bahan bakar padat yang terbakar akan meninggalkan sisa berupa abu
atau arang setelah selesai terbakar. Contohnya: kayu, batu bara,
plastik, gula, lemak, kertas, kulit dan lainlainnya.
b. Benda Cair
Bahan bakar cair contohnya: bensin, cat, minyak tanah, pernis,
turpentine, lacquer, alkohol, olive oil, dan lainnya.
c. Benda Gas
Bahan bakar gas contohnya: gas alam, asetilen, propan, karbon
monoksida, butan, dan lain-lainnya.
Unsur yang ketiga adalah agen oksidator yang pada umumnya adalah zat
oksigen. Tanpa adanya oksigen yang cukup, sebuah kebakaran tidak dapat
tersulut dan tidak dapat berlanjut apabila itu sudah terlanjur terjadi. Dengan
mengurangi konsentrasi oksigen, maka sebuah proses pembakaran akan
melambat. Oksigen merupakan salah satu gas yang secara alami terkandung
di udara bebas. Tetapi dalam banyak kasus, masih ada sedikit udara yang
tertinggal meskipun api atau kebakaran sudah padam, jadi kehadiran udara
secara umum bukan merupakan sebuah faktor major dalam terjadinya
kebakaran.

Gambar 2.1 Teori Segitiga Api

2.1.1.2 Teori Tetrahedron Api


Teori tetrahedron api adalah perkembangan dari teori segitiga api di mana
bertambah unsur ke empat yaitu rantai reaksi kimia, karena tanpa adanya
reaksi pembakaran maka api tidak akan menyala terus-menerus. Teori
ditemukan berdasarkan penelitian dan pengembangan bahan pemadam
kebakaran tepung kimia (dry chemical) dan halon (halogenated
hydrocarbon). Ternyata jenis bahan pemadam ini mempunyai keamampuan
untuk memutuskan raintai reaksi kontinuitas proses api.

Gambar 2.2 Teori Tetahedron Api

2.1.2 Definisi Kebakaran


Menurut NFPA kebakaran dapat didefinisikan sebagai suatu peristiwa
oksidasi yang melibatkan tiga unsur yaitu bahan bakar, oksigen, dan sumber
energy atau panas yang berakibat menimbulkan kerugian harta benda, cidera,
bahkan kematian. Kebakaran adalah suatu bencana yang waktu kejadiannya
tidak dapat diduga(unpredictable), namun demikian bahaya kebakaran dapat
dicegah atau dapat ditekan terhadap tingkatkerugiannya, antara lain dengan
upaya pencegahan secara sistematis, efektif dan berkesinambungan. Salah satu
faktor yang paling dominan yang mengacu pada permasalahan pencegahan dan
penanggulangan kebakaran, adalah semakin tingginya laju pertumbuhan
pembangunan di berbagai sektor, diantaranya sektor jasa konstruksi. Pada sektor
ini peran arsitektur perkotaan dan bangunan yang memperkenalkan konsep-
konsep baru seperti kawasan-kawasan pusat perdagangan, perkantoran,
perhotelan dan pusat perbelanjaan yang sangat luas, bahkan sampai perencanaan
undeground mall dan subway turut menjadi faktor pemacu keterbatasan lahan.
Sebagai konsekwensi perkembangan perkotaan, menjadikan pembangunan
gedung semakin tinggi, bahkan seolah-olah tanpa batas. Selain itu akibat
perkembangan infrastruktur di perkotaan menarik minat masyarakat dari luar
daerah untuk hijrah ke kota besar dengan berbagai macam alasan,sehingga makin
memperparah lingkungan perkotaan dengan banyak bermunculan kawasan
permukiman kumuh yang semakin memicu kerawanan terhadap bahaya
kebakaran.
2.1.3 Klasifikasi Kebakaran
Klasifikasi kebakran adalah penggolangan kebakaran atas dasar jenis bahan
bakar. Tujuan klasifikasi kebakaran adalah agar memudahkan usaha pencegahan
dan pemadaman kebakaran. Klasifikasi kebakaran digunakan untuk memilih
media (bahan) pemadam yang tepat dan sesuai bagi suatu kelas kebakaran,
sehingga usaha pencegahan dan pemadaman akan tepat.
2.1.3.1 Klasifikasi NFPA (2000)
NFPA (National Fire Protection Association) adalah suatu lembaga swasta
dibidang penanggulangan bahaya kebakaran di Amerika Serikat. Pada
Permenaker No. 4 tahun1980 kebakaran di kalsifikasikan menjadi 4 jenis
kebakaran yaitu :
Tabel 2.1 Klasifikasi kebakaran Permenaker No. 4 tahun1980

2.1.4 Teori Pemadaman


Menurut Ramli (2010), ada beberapa teknik untuk memadamkan kebakaran
berikut penjelasannya.
a. Teknik Pendinginan
Teknik pendinginan (cooling) adalah teknik memadamkan kebakaran dengan
cara mendinginkan atau menurunkan uap atau gas yang terbakar sampai di
bawah temperature nyalanya. Cara ini banyak dilakukan oleh petugas pemadam
kebakaran dengan mengggunakan semprotan air ke lokasi atau titik kebakaran
sehingga api secara perlahan dapat berkurang dan mati. Semprotan air yang
disiramkan ke titik api akan mengakibatkan udara sekitar api mendingin.
Sebagian panas akan diserap oleh air yang kemudian berubah bentuk menjadi
uap air yang mendinginkan api.

Gambar 2.3 Teknik pendinginan


b. Pembatasan oksigen
Proses pembakaran suata bahan bakar memerlukan oksigen yang
cukup,misalnya kayu akan mulai menyala bila kadar oksigen 4-5%, acetylene
memerlukanoksigen di bawah 5%, sedangkan gas dan uap hidrokarbon biasanya
tidak akan terbakar bila kadar oksigen di bawah 15%. Teknik ini disebut
smothering, sesuai dengan teori segitiga api, kebakaran dapat dihentikan dengan
menghilangkan atau mengurangi suplai oksigen suapaya api dapat padam.

Gambar 2.4 Pembatasan oksigen


c. Penghilangan bahan bakar
Api akan mati dengan sendirinya jika bahan yang terbakar (fuel) sudah
habis. Atas dasar ini, api dapat dipadamkan dengan menghilangkan atau
mengurangi bahan yang terbakar. Teknik ini disebut starvation. Teknik
starvation juga dapat dilakukan dengan menyemprot bahan yang terbakar
dengan busa sehingga suplai bahan bakar untuk kelangsungan kebakaran
terhenti atau berkurang sehinggi api akan mati. Teknik ini juga dapat
dilakukan dengan menjauhkan bahan yang terbakar ke tempat yang aman.
d. Memutus reaksi berantai
Cara terakhir untuk memadamkan api adalah dengan mencegah
terjadinya reaksi berantai dalam proses pembakaran. Beberapa zat kimia
mempunyai sifat memecah sehingga terjadi reaksi berantai oleh atom –
atom yang dibutuhkan oleh nyala api untuk tetap terbakar.
CH4 + 2O2 CO2 + 2H2O + E
2.1.5 Media Pemadam Kebakaran
Ketepatan memilih media pemadaman merupakan salah satu factor yang
sangat menentukan keberhasilan dalam melakukan pemadaman
kebakaran.Dengan ketepatan pemilihan media pemadam yang sesuai terhadap
kelas kebakaran tertentu, maka akan dapat dicapai pemadaman kebakaran yang
efektif dan efisien.
2.1.5.1 Media Pemadaman Jenis Padat
Media pemadaman jenis padat terdiri dari (Diknas RI, 2003) :
1. Pasir dan tanah
Fungsi utamanya adalah membatasi kebakaran, namun untuk kebakaran
kecil dapat dipergunakan untuk menutupi permukaan bahan bakar yang
terbakar sehingga memisahkan udara dari proses nyala yang terjadi,
dengan demikian nyalanya akan padam.
2. Tepung Kimia
Cara kerja secara fisik yaitu dengan mengadakan pemisahan atau
penyelimutan bahan bakar. Sehingga tidak terjadi pencampuran oksigen
dengan uap bahan bakar. Cara kerja secara kimiawi yaitu dengan memutus
rantai reaksi pembakaran dimana partikel-partikel tepung kimia tersebut
akan menyerap radikal hidroksil dari api.
2.1.5.2. Media Pemadam Jenis Cair
1. Air
Dalam pemadaman kebakaran, air adalah media pemadam yang paling
banyak dipergunakan, hal ini dikarenakan air mempunyai beberapa
keuntungan antara lain mudah di dapat dalam jumlah banyak, mudah
disimpan, dialirkan, dan mempunyai daya mengembang yang besar dan daya
untuk penguapan yang tertinggi.Air mempunyai daya penyerap panas yang
cukup tinggi, dalam hal ini berfungsi sebagai pendingin. Panas yang dapat
diserap air dari 15C sampai menjadi uap 100 C adalah 622 kcal/kg. Air yang
terkena panas berubah menjadi uap dan uap tersebutlah yang menyelimuti
bahan bakar yang terbakar. Dalam penyelimutan ini cukup efektif, karena dari
1 liter air akan berubah menjadi uap sebanyak 1670 liter uap air.
2. Busa
a. Berdasarkan kelas kebakaran, maka busa dibagi menjadi
beberapa bagian, antara lain :
Busa regular, yaitu busa yang hanya mampu memadamkan
bahan – bahan yang berasal dari Hydrocarbon atau bahan-
bahan cair bukan pelarut (solvent).
Busa serbaguna (all purpose foam), busa ini dapat
memadamkan kebakaran yang berasal dari cairan pelarut
seperti alcohol, eter, dll.
b. Berdasarkan cara terjadinya, maka busa dibagi menjadi :
Busa kimia, busa ini terjadi karena adanya proses kimia, yaitu
pencampuran dari bahan pembuat busa dengan air sehingga
membentuk larutan busa.
2.1.5.3. Media Pemadam Jenis Gas
Media pemadam jenis gas akan memadamkan api dengan cara
pendingin (cooling) dan penyelimutan (dilusi). Berbagai gas dapat
dipergunakan untuk pemadam api, namun gas CO2 dan N2 Gas N yang
paling banyak di pergunakan. 2 lebih banyak dipergunakan sebagai
dtenaga dorong kimia pada alat pemadam api ringan (APAR) ataupun
dilarutkan (sebagai pendorong) dalam halon. Gas CO2 sangat efektif di
udara. Keunggulan gas CO2 adalah bersih, murah, mudah didapat, tidak
beracun. Sedangkan kerugiannya adalah wadahnya yang berat, tidak
efektif untuk area terbuka, kurang cocok untuk kebakaran kelas A, pada
konsentrasi tinggi berbahaya bagi pernapasan.
2.1.5.4. Media Pemadam Jenis Cairan Mudah Terbakar
Media pemadam ini bekerja dengan cara memutuskan rantai
reaksi pembakaran dan mendesak udara atau memisahkan zat asam.
Nama umum media ini adalah Halon atau Halogenated Hyrocarbon, yaitu
suatu ikatan methan dan halogen (iodium, flour , chlor, brom).
Keunggulan pemadaman dengan halon adaah bersih dan daya
pemadamannya sangat tinggi dibandingkan dengan media pemadam lain.
Halon juga memiliki kelemahan yaitu tidak efektif untuk kebakaran di
area terbuka dan beracun
2.1.6 Pemadam Kebakaran tradisional
Kemajuan jaman juga mempengaruhi kemajuan dari alat pemadam
kebakaran yang saat ini biasa kita gunakan. Saat ini kita bisa melihat ada begitu
macam alat untuk memadamkan kebakaran mulai dari yang portable sampai
fixed system.Memang dengan menggunakan alat tersebut, kebakaran menjadi
semakin mudah untuk diatasi sehingga tidak sampai menimbulkan korban dan
juga menelan kerugian yang terlalu besar.
Macam-macam alat pemadam api tradisional antara lain meliputi sumber
daya alam ataupun benda-benda yang dapat dimanfaatkan untuk mematikan titik
api, seperti misalnya yang meliputi pasir, air yang bisa disediakan di dalam
ember ataupun disemprot melalui selang yang terhubung dengan kran air,
selimut atau kain tebal yang terlebih dahulu harus dibasahi dengan air, karung
goni maupun selimut api, dan lain sebagainya.
Berikut macam-macam pemadam api tradisional :
1. Air
Alat pemadam api tradisional yang berupa air sangat disarankan untuk
mengatasi api kebakaran yang dipicu oleh material yang kering dan padat
seperti misalnya kertas atau tumpukan sampah kering. Selain itu, air juga efektif
untuk memadamkan api yang timbul akibat kebocoran gas seperti gas elpiji.
Namun, yang perlu diperhatikan, jangan sekali-kali menggunakan air untuk
memadamkan api kebakaran akibat arus pendek listrik ataupun korslet yang
terjadi pada alat-alat elektronik karena dikhawatirkan akan berisiko fatal
mengingat air merupakan zat yang juga menjadi konduktor yang baik dalam
menghantarkan arus listrik. Begitu pula dengan kebakaran di dapur yang
disebabkan oleh minyak dan juga lemak yang sebaiknya tidak dipadamkan
menggunakan alat pemadam api tradisional berupa air karena dikhawatirkan air
justru membuat muatan minyak atau lemak menjadi meluas dan menciptakan
titik-titik api yang baru mengingat sifat air dan minyak atau lemak yang tidak
bisa bersatu.
2. Pasir
Salah satu bahan pemadam api yang mudah didapat di sekitar kita adalah
pasir atau tanah yang memasir. Kita bisa mengambilnya di pinggir jalan, di
halaman rumah, atau di tempat penjual pasir (dibeli tentunya) dan lain
sebagainya yang bisa digunakan adalah semua jenis pasir, baik pasir urug
atau pasir lain. Pasir dapat digunakan untuk memadamkan api klasifikasi
kebakaran B. Cara memadamkan api dengan disekop menuju titik api
sehingga titik api tersebut akan tertutup sempurna oleh timbunan pasir
sehingga titik api tersebut akan padam dengan sendirinya akibat tidak lagi
mendapatkan aliran gas oksigen.
3. Karung Goni
Memadamkan api dengan peralatan tradisional menggunakan selimut api
atau bisa juga menggunakan karung goni bisa mudah didapatkan disekitar
kita, siapkan alat ini sebagai antisipasi jika terjadi kebakaran dalam skala
kecil. Cara memadamkan api menggunakan selimut api adalah dengan
terlebih dahulu membasahi dengan air, kemudian tutupkan pada bagian yang
terbakar. Pastikan semua bagian yang terbakar tertutup dengan karung basah
tersebut, ulangi menggunakan karung lain sampai semua area terbakar
tertutup hingga api padam.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


1. Tong tempat pembakaran
2. Karung
3.2 Prosedur Kerja

Mulai

Siapkan bahan bakar

Tuangkan Bahan Bakar


ke dalam Tong

Ambil karung goni dan


basahi karung goni
dengan air

Pegang karung pada ujungnya

Berlari menuju tempat


terjadinya kebakaran

Hempaskan karung ke arah api


dengan posisi membungkuk

Selesai

Anda mungkin juga menyukai