Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang

melibatkan bronkus / bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-

bercak (patchy distribution).

Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada

anak-anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi,

sedangkan di Amerika bronkopneumonia menunjukkan angka 13% dari

seluruh penyakit infeksi pada anak di bawah umur 2 tahun.

Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama

dalam bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun

yang sudah maju. Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab

kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran

napas akut termasuk pneumonia dan influenza.

Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas

bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak

sampai 39-40˚C dan mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi.

Anak sangat gelisah, dispnea, pernafasan cepat dan dangkal disertai

pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk

biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit,anak akan mendapat batuk

1
setelah beberapa hari, di mana pada awalnya berupa batuk kering

kemudian menjadi produktif.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas, maka penulis mengambil

masalah, yaitu definisi BP, etiologi, anatomi fisiologi pernafasan,

patofisiologi dan patoflow, manifestasi klinik, pemeriksaan penunjang,

penatalaksanaan medis dan keperawatan serta Bagaimanakah Asuhan

Keperawatan Pada pasien dengan BP.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktek Klinik Komprehensif II

dan menambah pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan

keperawatan pada klien BP (Bronkopneumonia).

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui definisi dari BP.

b. Untuk mengetahui etiologi dari BP.

c. Untuk mengetahui anatomi fisiologi pernafasan.

d. Untuk mengetahui patofisiologi dan patoflow BP.

e. Untuk mengetahui manifestasi klinik dari BP.

f. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada BP.

g. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan BP.

h. Untuk mengetahui asuhan keperawatan BP.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu

atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak

Infiltrat (Whalley and Wong, 1996).

Bronkopneumina adalah frekuensi komplikasi pulmonary, batuk

produktif yang lama, tanda dan gejalanya biasanya suhu meningkat, nadi

meningkat, pernapasan meningkat (Suzanne G. Bare, 1993).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan

bahwa Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu

atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak

infiltrat yang disebabkan oleh bakteri,virus, jamur dan benda asing.

B. Etiologi

Secara umum individu yang terserang bronkopneumonia

diakibatkan oleh adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap

virulensi organisme pathogen. Timbulnya bronkopneumonia disebabkan

oleh virus, bakteri, jamur, protozoa, mikrobakteri, mikoplasma, dan

riketsia (Sandra M.Nettina, 2001), antara lain :

1. Bakteri (Streptococcus, Staphylococus,H. Influenza, Klebsiella).

2. Virus (Legionella pneumonia).

3. Jamur (Aspergillus spesies, Candida albicans).

3
4. Aspirasi makanan, sekresi orofariengal atau isi lambung kedalam paru.

5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.

C. Anatomi dan Fisiologi

1. Nares Anterior

Nares anterior adalah saluran – saluran di dalam lubang hidung.

saluran – saluran itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai

vestibulum (rongga) hidung. vestibulum ini dilapisi epithelium

bergaris yang bersambung dengan kulit. lapisan nares anterior memuat

sejumlah kelenjar sebaseus yang ditutupi bulu kasar. kelenjar –

kelenjar itu bermuara ke dalam rongga hidung.

2. Rongga Hidung (Cavum Nasalis)

Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis).

Rongga hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar

minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera).

4
Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat

saluran pernapasan.

Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi

menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat

konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi

menghangatkan udara yang masuk. Di sebelah belakang rongga hidung

terhubung dengan nasofaring melalui dua lubang yang disebut

choanae.

3. Faring (Tenggorokan)

Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan

percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada

bagian depan dan saluran pencernaan (orofarings) pada bagian

belakang. Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring

(tekak) tempat terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara

melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar

sebagai suara.

Fungsi utama faring adalah menyediakan saluran bagi udara yang

keluar masuk dan juga sebagi jalan makanan dan minuman yang

ditelan, faring juga menyediakan ruang dengung(resonansi) untuk

suara percakapan.

4. Batang Tenggorokan (Trakea)

Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak

sebagian di leher dan sebagian di rongga dada (torak). Dinding

5
tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan

pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring

benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan.

Batang tenggorok (trakea) terletak di sebelah depan kerongkongan.

Di dalam rongga dada, batang tenggorok bercabang menjadi dua

cabang tenggorok (bronkus). Di dalam paru-paru, cabang tenggorok

bercabang-cabang lagi menjadi saluran yang sangat kecil disebut

bronkiolus. Ujung bronkiolus berupa gelembung kecil yang disebut

gelembung paru-paru (alveolus).

5. Pangkal Tenggorokan (laring)

Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang

rawan. Laring berada diantara orofaring dan trakea, didepan

lariofaring. Salah satu tulang rawan pada laring disebut epiglotis.

Epiglotis terletak di ujung bagian pangkal laring. Laring diselaputi

oleh membrane mukosa yang terdiri dari epitel berlapis pipih yang

cukup tebal sehingga kuat untuk menahan getaran-getaran suara pada

laring. Fungsi utama laring adalah menghasilkan suara dan juga

sebagai tempat keluar masuknya udara.

6. Cabang Batang Tenggorokan (Bronkus)

6
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu

bronkus kanan dan bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus

sama dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus bentuknya tidak

teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang

rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus bercabang-

cabang lagi menjadi bronkiolus.

Batang tenggorokan bercabang menjadi dua bronkus, yaitu bronkus

sebelah kiri dan sebelah kanan. Kedua bronkus menuju paru-paru,

bronkus bercabang lagi menjadi bronkiolus. Bronkus sebelah

kanan(bronkus primer) bercabang menjadi tiga bronkus lobaris

(bronkus sekunder), sedangkan bronkus sebelah kiri bercabang

menjadi dua bronkiolus. Cabang-cabang yang paling kecil masuk ke

dalam gelembung paru-paru atau alveolus. Dinding alveolus

mengandung kapiler darah, melalui kapiler-kapiler darah dalam

alveolus inilah oksigen dan udara berdifusi ke dalam darah. Fungsi

utama bronkus adalah menyediakan jalan bagi udara yang masuk dan

keluar paru-paru.

7. Paru - Paru (Pulmo)

Paru - paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian

samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh

diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru

kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri

(pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru - paru dibungkus oleh

7
dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang

langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura

visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang

bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura

parietalis).

Paru - paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan

pembuluh darah. Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan,tetapi

ronga bronkus masih bersilia dan dibagian ujungnya mempunyai

epitelium berbentuk kubus bersilia. Setiap bronkiolus terminalis

bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus respirasi, kemudian menjadi

duktus alveolaris.Pada dinding duktus alveolaris mangandung

gelembung-gelembung yang disebut alveolus.

D. Patofisiologi dan Patoflow

Umumnya bakteri penyebab terhisap keparu perifer melalui saluran

nafas. Mula-mula terjadi edema karena reaksi jaringan yang

mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya.

Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi yaitu terjadi serbukan sel

polimorfonuklear, fibrin, eritrosit, cairan edema dan ditemukannya kuman

di alveoli.

Selanjutnya terjadi deposisi fibrin ke permukaan pleura,

terdapatnya fibrin dan leukosit polimorfonuklear di alveoli dan terjadinya

proses fagositosis yang cepat. Akhirnya jumlah sel makrofag di alveoli

8
meningkat, sel akan berdegenerasi dan fibrin menipis, kuman dan debris

menghilang.

Mikrobakterium Pneumoniae menimbulkan peradangan dengan

gambaran beragam pada paru dan lebih sering mengenai anak usia sekolah

atau remaja. Mikrobakterium pneumoniae cenderung berkembang biak

pada permukaan sel mukosa saluran nafas. Akibat terbentuknya H2O2

pada metabolismenya maka yang terjadi adalah deskuamasi dan ulserasi

lapisan mukosa, udema dinding bronkus dan timbulnya sekret yang

memenuhi saluran nafas dan alveoli. Kerusakan ini timbul dalam waktu

relatif singkat antara 24 – 28 jam dan dapat terjadi pada bagian paru yang

cukup luas (Noenoeng, 2000).

9
Patoflow
Kuman, bakteri dan jamur

Invasi saluran nafas atas

Kuman terakumulasi di
alveoli

Inflamasi di alveoli

Kuman berlebih di Edema di alveoli Infeksi saluran nafas


bronkus bawah

Proses peradangan Konsolidasi pada paru Infeksi meluas

Makrofag akan
Akumulasi secret di Penurunan kapasitas paru mengeluarkan pirogen
bronkus dan endogen

Hipotalamus
Bersihan Jalan Nafas Ketidakseimbangan ventilasi
Tidak Efektif dan perfusi jaringan paru

Peningkatan suhu tubuh


Mempengaruhi syaraf vagus
Hipoksemia

Hipertermi
Peningkatan asam lambung
Gangguan Pertukaran Gas

Ketidakseimbangan
Mual dan muntah Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh
Intake menurun

10
E. Manifestasi Klinik

1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan

a. Nyeri pleuritik

b. Nafas dangkal dan mendengkur

c. Takipnea

2. Bunyi nafas di atas area yang mengalami konsolidasi

a. Mengecil, kemudian menjadi hilang

b. Krekels, ronki, egofoni

3. Gerakan dada tidak simetris

4. Menggigil dan demam 38,8 C sampai 41,1C

5. Diaforesis

6. Anoreksia

7. Malaise

8. Batuk kental, produktif

9. Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau

berkarat

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan darah menunjukkan leukositosis dengan predominan

polimorfonuklear atau dapat ditemukan leukopenia yang menandakan

prognosis buruk. Dapat ditemukan anemia ringan atau sedang.

2. Pemeriksaan radiologi memberi gambaran bervariasi :

a. Bercak konsolidasi merata para bronkopneumonia.

11
b. Bercak konsolidasi satu lobus pada pneumonia lobaris.

c. Gambaran pneumonia difus atau infiltrat interstisialis pada

pneumonia stafilokokus.

3. Pemeriksaan mikrobiologik, spesimen usap tenggorok, sekresi

nasofaring, bilasan bronkus atau sputum, darah, aspirasi trakea, fungsi

pleura atau aspirasi paru.

G. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan

1. Penatalaksanaan Medis

Menurut Mansjoer Arif (2000), penatalaksanaan medis pada pasien

bronkopneumonia, adalah :

a. Pemberian oksigen 1-2 liter

b. IVFD dextrose 10%, NaCl 0,9% = 3:1, +KClL 10 mEq / 500 ml

cairan.

c. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral

bertahap melalui selang nasogastrik dengan feading drip.

d. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin

normal dan beta agonis untuk memperbaiki transfor mukosilier.

e. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.

f. Antibiotik sesuai dengan hasil biakan.

2. Penatalaksanaan Keperawatan

Penatalaksanaan keperawatan dalam hal ini, adalah :

a. Menjaga kelancaran pernafasan.

12
b. Berikan sikap berbaring setengah duduk.

c. Longgarkan pakaian yang menyekat, seperti ikat pinggang dan

kaos yang sempit.

d. Ajarkan bila batuk, lendirnya harus dikeluarkan dan katakana kalau

ledir tersebut tidak dikeluarkan sesak nafasnya tidak akan segera

hilang.

e. Beritahukan pada anak agar ia tidak selalu berbaring kea rah dada

yang sakit, boleh duduk / miring ke daerah dada yang lain.

f. Beritahu untuk istirahat yang cukup.

13
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas

Kaji nama klien, usia, jenis kelamin, alamat, status perkawinan, agama,

suku, pendidikan, pekerjaan, diagnose medis dan nomor registrasi.

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, disertai

pernapasan cuping hidung, serta sianosis sekitar hidung dan mulut.

Kadang disertai muntah dan diare.atau diare dengan atau tanpa lendir,

anoreksia dan muntah.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan

bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat

mendadak sampai 39 - 40oC dan kadang disertai kejang karena demam

yang tinggi.

c. Riwayat Kesehatan Dahulu

Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun

menurun.

14
d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran

pernapasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya.

3. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : lemah

Kesadaran : composmentis

Tanda – tanda vital : N 90 x/menit, RR 35 x/menit, T 38,1 0C

a. Sistem Kardiovaskuler

Takikardi, iritability.

b. Sistem Pernapasan

Sesak napas, retraksi dada, melaporkan anak sulit bernapas,

pernapasan cuping hdidung, ronki, wheezing, takipnea, batuk

produktif atau non produktif, pergerakan dada asimetris, pernapasan

tidak teratur/ireguler, perkusi redup pada daerah terjadinya

konsolidasi, ada sputum/sekret. Orang tua cemas dengan keadaan

anaknya yang bertambah sesak dan pilek.

c. Sistem Pencernaan

Anak malas minum atau makan, muntah, berat badan menurun,

lemah. Pada orang tua yang dengan tipe keluarga anak pertama,

mungkin belum memahami tentang tujuan dan cara pemberian

makanan/cairan personde.

d. Sistem Eliminasi

Anak atau bayi menderita diare dan dehidrasi.

15
e. Sistem Saraf

Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus

pada anak-anak atau malas minum, ubun-ubun cekung.

f. Sistem Lokomotor/Muskuloskeletal

Tonus otot menurun, lemah secara umum,

g. Sistem Endokrin

Tidak ada kelainan.

h. Sistem Integumen

Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat,

akral hangat, kulit kering.

i. Sistem Penginderaan

Tidak ada kelainan.

B. Analisa Data

No Data Etiologi Problem

1. Batasan Karakteristik Kuman, bakteri dan jamur Ketidakefektifan

o Suara nafas Invasi saluran nafas atas bersihan jalan nafas

tambahan Kuman terakumulasi di alveoli

o Perubahan Inflamasi di alveoli

frekuensi nafas Kuman berlebih di bronkus

o Perubahan irama Proses peradangan

nafas Akumulasi secret di bronkus

o Sianosis Ketidakefektifan bersihan

o Dispnea jalan nafas

16
o Sputum dalam

jumlah yang

berlebihan

o Gelisah

o Batuk yang

tidak efektif

2. Batasan Karakteristik Kuman, bakteri dan jamur Gangguan

o Sianosis (pada Invasi saluran nafas atas pertukaran gas


neonatus)
Kuman terakumulasi di alveoli
o Pernafasan
Inflamasi di alveoli
abnormal
o Dispnea Edema di alveoli
o Hipoksia
Konsolidasi pada paru
o Nafas cuping
Penurunan kapasitas vital paru
hidung
o Gelisah Ketidakseimbangan ventilasi
o Hipoksemia
dan perfusi jaringan paru
o Diaphoresis
Hipoksemia

Gangguan pertukaran gas

3. Batasan Karakteristik Kuman, bakteri dan jamur Hipertermi

o Kejang Invasi saluran nafas atas

o Peningkatan suhu Kuman terakumulasi di alveoli

tubuh diatas Inflamasi di alveoli

normal Infeksi saluran nafas bawah

o Takikardi Infeksi meluas

17
o Takipnea Makrofag akan mengeluarkan

o Kulit terasa pirogen dan endogen

hangat Hipotalamus

Peningkatan suhu tubuh

Hipertermi

4. Batasan Karakteristik Kuman, bakteri dan jamur Ketidakseimbangan

o Menghindari Invasi saluran nafas atas nutrisi kurang dari

makanan Kuman terakumulasi di alveoli kebutuhan tubuh

o Diare Inflamasi di alveoli

o Bising usus Infeksi saluran nafas bawah

hiperaktif Infeksi meluas

o Kurang minat Makrofag akan mengeluarkan

pada makanan pirogen dan endogen

o Tonus otot Hipotalamus

menurun Mempengaruhi syaraf vagus

Peningkatan asam lambung

Mual dan muntah

Intake menurun

Ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh

18
C. Prioritas Masalah

1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas

2. Gangguan Pertukaran Gas

3. Hipertermi

4. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan

D. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas

2. Gangguan Pertukaran Gas

3. Hipertermi

4. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan

E. Nursing Care Plan (NCP)

No Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
1. Ketidakefektifan NOC - NIC
bersihan jalan nafas o Respiratory status Airway suction
: ventilation
1. Posisikan pasien untuk
Batasan o Respiratory status
memaksimalkan
Karakteristik : airway patency
ventilasi.

o Suara nafas 2. Identifikasi pasien


Kriteria Hasil :
tambahan perlunya pemasangan
1. Mendemontrasika
o Perubahan alat jalan nafas buatan.
n batuk efektif
frekuensi nafas
dan suara nafas 3. Auskultasi suara nafas,
o Perubahan
yang bersih, tidak catat adanya suara
irama nafas

19
o Sianosis ada sianosis dan tambahan.
o Dispnea dispnea ( mampu 4. Monitor respirasi dan
o Sputum dalam mengeluarkan status O2.
jumlah yang sputum, mampu
5. Monitor vital sign.
berlebihan bernafas dengan
o Gelisah mudah). 6. Monitor pola

o Batuk yang 2. Menunjukkan pernafasan abnormal.

tidak efektif jalan nafas yang 7. Monitor frekuensi dan


paten ( irama irama pernafasan.
Faktor yang
nafas, frekuensi A
berhubungan :
pernafasan dalam
o Obstruksi jalan rentang normal,
nafas ( mucus tidak ada suara
dalam jumlah nafas abnormal).
berlebihan,
eksudat dalam
jalan alveoli,
sekresi dalam
bronki).

2. Gangguan NOC NIC


pertukaran gas o Respiratory
Airway Management
Batasan karakteristik status : gas
exchange 1. Posisikan pasien untuk
o Sianosis (pada memaksimalkan
o Respiratory
neonatus) pasien.
status :
o Pernafasan ventilation 2. Identifikasi pasien
abnormal o Vital sign status perlunya pemasangan
alat jalan nafas buatan.
o Dispnea
Kriteria Hasil : 3. Auskultasi suara nafas,
o Hipoksia 1. Mendemontrasika catat adanya suara

20
o Nafas cuping n batuk efektif tambahan.
hidung dan suara nafas 4. Monitor respirasi dan
yang bersih, tidak status O2.
o Gelisah
ada sianosis dan
Respiratory
o Hipoksemia dispnea ( mampu
Management
mengeluarkan
o Diaphoresis 5. Monitor rata – rata,
sputum, mampu
Faktor yang bernafas dengan kedalaman, irama dan

berhubungan : mudah). usaha respirasi.

2. Tanda – tanda 6. Catat pergerakan dada,


o Ventilasi –
vital dalam amati kesimetrisan,
perfusi
rentang normal. penggunaan otot
tambahan.

7. Monitor suara nafas


seperti dengkur.

8. Monitor pola nafas


(bradipnea, takipnea).

3. Hipertermi NOC NIC


o Thermoregulasi Fever Treatment
Batasan
Karakteristik Kriteria Hasil : 1. Monitor suhu sesering
1. Suhu tubuh dalam mungkin.
o Kejang
rentang normal. 2. Monitor warna dan suhu
o Peningkatan suhu
2. Nadi dan RR kulit.
tubuh diatas
dalam rentang 3. Monitor vital sign.
normal
normal. 4. Monitor penurunan
o Takikardi
3. Tidak ada tingkat kesadaran.
o Takipnea
perubahan warna 5. Kolaborasi pemberian
o Kulit terasa
kulit dan tidak cairan intravena.
hangat
ada pusing. 6. Tingkatkan sirkulasi

21
Faktor yang udara.
berhubungan : 7. Kompres pasien pada
lipatan paha dan aksila.
o Proses
penyakit
4. Ketidakseimbangan NOC Nic
nutrisi kurang dari o Nutritional status Nutrition Management
kebutuhan tubuh. : food and fluid 1. Kolaborasi dengan ahli
o Nutritional status gizi untuk menentukan
Batasan karakteristik : nutrient intake jumlah kalori dan nutrisi
o Weight control yang dibutuhkan.
o Menghindari
2. Monitor jumlah nutrisi
makanan
Kriteria Hasil : dan kandungan kalori.
o Diare
1. Adanya Nutrition Monitoring
o Bising usus
peningkatan berat 3. Monitor adanya
hiperaktif
badan sesuai penurunan BB
o Kurang minat
dengan tujuan. 4. Monitor mual dan
pada makanan
2. Berat badan ideal muntah.
o Tonus otot
sesuai dengan
menurun
tinggi badan.
3. Tidak ada tanda –
Faktor yang tanda malnutrisi.
berhubungan :

22
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu

atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak

infiltrat yang disebabkan oleh bakteri,virus, jamur dan benda asing.

Tanda dan gejalanya, yaitu kesulitan dan sakit pada saat

pernafasan, nyeri pleuritik, nafas dangkal dan mendengkur, takipnea,

bunyi nafas di atas area yang mengalami konsolidasi, mengecil, kemudian

menjadi hilang, gerakan dada tidak simetris, menggigil dan demam 38,8

C sampai 41,1C, diaforesis, anoreksia, malaise, batuk kental dan

produktif.

B. Saran
1. Untuk Perawat
Sebaiknya perawat dalam memberikan asuhan keperawatan harus

lebih memperhatikan faktor penyebab maupun faktor pencetus dari

penyakit yang diderita klien dan memberikan pendidikan kesehatan pada

keluarga dan klien agar masalah yang menyebabkan klien dirawat dapat

diatasi sehingga tidak terjadi perawatan yang berulang.

2. Untuk Keluarga Klien

Menjaga kebersihan lingkungan rumah, dan membiasakan diri

untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah makan serta menjaga personal

hygiene.

23

Anda mungkin juga menyukai