Anda di halaman 1dari 5

1.

- Aging ( proses menua usia 45 –59 tahun)

Aging adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis
maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain.Keadaan itu cenderung berpotensi
menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus
pada lansia. Masalah kesehatan jiwa lansia termasuk juga dalam masalah kesehatan yang
dibahas pada pasien-pasien Geriatri dan Psikogeriatri yang merupakan bagian dari
Gerontologi, yaitu ilmu yang mempelajarisegala aspek dan masalah lansia, meliputi
aspek fisiologis, psikologis, sosial, kultural, ekonomidan lain-lain (Depkes.RI,
1992:6).Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidakdapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan
yang diderita (Nugroho, 2000) .

Penuaan dibagi menjadi 2, yaitu :

- Penuaan Primer : perubahan pada tingkat sel (dimana sel yang mempunyai inti
DNA/RNA pada proses penuaan DNA tidak mampu membuat protein dan RNA tidak
lagi mampu mengambil oksigen, sehingga membran sel menjadi kisut dan akibat
kurang mampunya membuat protein maka akan terjadi penurunan imunologi dan
mudah terjadi infeksi.

- Penuaan Skunder : proses penuaan akibat dari faktor lingkungan, fisik, psikis dan
sosial .
Stress fisik, psikis, gaya hidup dan diit dapat mempercepat proses menjadi tua.
Contoh diet ; suka memakan oksidator, yaitu makanan yang hampir expired.
Gairah hidup yang dapat mempercepat proses menjadi tua dikaitkan dengan
kepribadian seseorang, misal: pada kepribadian tipe A yang tidak pernah puas dengan
apa yang diperolehnya.
- Elderly (Lanjut usia 60 –74 tahun)

Usia tua mengacu pada usia mendekati atau melampaui harapan hidup manusia, dan
dengan demikian adalah akhir dari siklus kehidupan manusia. Istilah dan eufemisme
termasuk orang tua telah didefinisikan sebagai usia kronologis berusia 65 tahun atau
lebih, sedangkan mereka yang berusia 65 hingga 74 tahun disebut sebagai “lansia awal”
dan mereka yang berusia lebih dari 75 tahun sebagai “lansia lanjut usia.” Namun, bukti
yang mendasari definisi ini didasarkan tidak diketahui. Kami telah mencoba untuk
meninjau definisi lansia dengan menganalisis data dari studi epidemiologi longitudinal
jangka panjang, dan studi klinis dan patologis yang telah terakumulasi di Rumah Sakit
Geriatrik Metropolitan Tokyo dan Institut Metropolitan Tokyo Gerontology.
Rekomendasi kami mungkin menjadi titik awal dalam mengembangkan strategi untuk
masyarakat yang sukses dengan meninjau definisi lansia berdasarkan bukti komprehensif
dalam semua aspek ilmu sosial, budaya dan medis.

- Older Audlts ( Lanjut usia tua usia 75 –90 tahun)

Secara umum didefinisikan menurut berbagai karakteristik termasuk: usia kronologis,


perubahan dalam peran sosial dan perubahan dalam kemampuan fungsional. Di negara-
negara dengan sumber daya tinggi, usia yang lebih tua umumnya ditentukan sehubungan
dengan pensiun dari pekerjaan yang dibayar dan penerimaan pensiun, pada 60 atau 65
tahun. orang dewasa yang lebih tua (berusia lebih dari 55 tahun). Pada tahun 2014, 14,5%
(46,3 juta) dari penduduk AS berusia 65 atau lebih tua dan diproyeksikan mencapai
23,5% (98 juta) pada 2060. Orang dewasa yang menua mengalami risiko penyakit kronis
yang lebih tinggi. Pada tahun 2012, 60% orang dewasa yang lebih tua berhasil 2 atau
lebih kondisi kronis.

- Senior ( Usia sangat tua usia > 90 tahun)

Yaitu usia emas pada lansia, dikatakan sebagai usia emas karena tidak semua orang dapat
mencapai usia lanjut . Usia lanjut tersebut, maka jika seseorang telah berusia lanjut akan
memerlukan tindakan keperawatan yang lebih , baik yang bersifat promotif maupun
prefentif , agar ia dapat menikmati masa usia emas serta menjadi usia lanjut yang berguna
dan bahagia .

2. Selama ini demensia atau pikun identik dengan penyakit orang yang sudah lanjut usia.
Namun statistik baru di Inggris menunjukkan semakin banyak orang yang terkena
demensia di usia muda.
Karena stigma yang melekat sebagai penyakit lansia, seringkali pasien demensia takut
mencari pertolongan atau salah diagnosis ketika mereka berani memeriksakan diri.
Ribuan pasien bahkan baru berusia 40-an tahun, dan lebih dari 700 orang masih berusia
30-an tahun.
Demensia adalah sebuah sindrom yang berkaitan dengan penurunan kemampuan fungsi
otak, seperti berkurangnya daya ingat, menurunnya kemampuan berpikir, memahami
sesuatu, melakukan pertimbangan, dan memahami bahasa, serta menurunnya kecerdasan
mental. Sindrom ini umumnya menyerang orang-orang lansia di atas 65 tahun. Penderita
demensia umumnya akan mengalami depresi, perubahan suasana hati dan perilaku,
kesulitan bersosialisasi, hingga berhalusinasi.
Penderita tidak mampu hidup mandiri dan memerlukan dukungan orang lain. Perlu
diingat bahwa tidak semua orang yang mengalami penurunan daya ingat atau penurunan
kemampuan fungsi otak dapat diasosiasikan dengan demensia. Periksakan ke dokter
untuk mengetahui kondisi yang dialami secara tepat.
Demensia tidak dapat disembuhkan, namun pengobatan secara dini dapat membantu
meredakan dan memperlambat perkembangan gejala, serta menghindari komplikasi lebih
lanjut.
- Penyebab Demensia
Demensia disebabkan oleh kerusakan pada sel saraf otak di bagian tertentu, sehingga
menurunkan kemampuan berkomunikasi dengan saraf tubuh lainnya, dan
mengakibatkan kemunculan gejala sesuai dengan area otak yang mengalami
kerusakan.
Ada berbagai macam kondisi dalam kasus demensia. Ada jenis demensia yang
berkembang secara progresif, dan ada juga kondisi lain yang menyerupai demesia
yang terjadi karena reaksi tertentu dan dapat ditekan.

o Demensia Progesif
Demensia progesif adalah kondisi yang disebabkan oleh kerusakan sel saraf
otak tertentu dan dapat memburuk seiring waktu. Kondisi ini umumnya tidak
dapat dipulihkan secara tuntas. Beberapa jenis demensia progresif meliputi:
Penyakit Alzheimer. Merupakan penyebab demensia paling umum.
Penyebabnya masih belum diketahui, namun beberapa kelainan genetik dapat
meningkatkan risiko terjadinya penyakit ini. Pada otak ditemukan plak berupa
penggumpalan protein beta-amyloid, juga jalinan jaringan fibrosa yang
terbentuk oleh protein tau.

o Demensia vaskuler. Gangguan pada pembuluh darah otak merupakan


penyebab demensia tertinggi kedua. Kondisi ini juga dapat menyebabkan
stroke dan penyakit lainnya yang berkaitan dengan gangguan pada pembuluh
darah.
Lewy body dementia. Lewy body adalah penggumpalan protein abnormal
pada otak, yang juga bisa ditemukan pada Alzheimer dan Parkinson.

o Demensia frontotemporal. Sekelompok penyakit yang ditandai oleh


degenerasi sel otak bagian frontal dan temporal, yang umumnya diasosiasikan
dengan perilaku, kepribadian, hingga kemampuan berbahasa.

o Demensia campuran. Umumnya dialami oleh orang-orang lansia di atas 80


tahun tanpa penyebab yang jelas. Biasanya demensia campuran meliputi
Alzheimer, demensia vaskuler, dan Lewy body dementia. Kondisi yang
menyerupai demensia Terdapat kondisi-kondisi lain yang dapat menyebabkan
demensia atau menimbulkan gejala yang menyerupai demensia. Sebagian
besar dari kondisi tersebut menimbulkan gejala yang sifatnya sementara dan
dapat pulih setelah penanganan. Namun beberapa kondisi menimbulkan gejala
menetap, seperti misalnya penyakit Huntington, penyakit Creutzfeldt-Jakob,
penyakit Parkinson dan cedera otak. Kondisi lain yang dapat menyebabkan
gejala menyerupai demensia yang sifatnya sementara dan dapat pulih dengan
pengobatan, yaitu: Kelainan metabolisme atau endrokrin. Kondisi seperti
kelainan kelenjar tiroid, hipoglikemia, kekurangan atau kelebihan kadar
sodium atau kalsium, hingga ketidakmampuan tubuh menyerap vitamin B12
dapat memicu gejala menyerupai demensia atau perubahan perilaku.Kelainan
sistem daya tahan tubuh. Kondisi ini dapat mengakibatkan demam atau efek
samping lainnya yang dapat menurunkan kemampuan sistem daya tahan tubuh
melawan infeksi. Kondisi seperti multiple sclerosis juga dapat memicu
demensia. Reaksi medis. Beberapa interaksi antar obat atau vitamin dapat
memicu demensia. Kekurangan nutrisi. Kondisi seperti dehidrasi, kekurangan
vitamin (khususnya B1, B6, dan B12) atau ketergantungan alkohol, dapat
menimbulkan gejala menyerupai demensia.

Anda mungkin juga menyukai