PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan juga kependidikan
yang sangat pesat, membawa perubahan pula dalam kehidupan manusia.
Perubahan-perubahan itu membawa akibat yaitu tuntutan yang lebih tinggi
terhadap setiap individu untuk lebih meningkatkan kinerjanya. Agar eksistensinya
tetap terjaga, maka setiap individu akan mengalami frustasi, stres, dan depresi
terutama bagi individu yang kurang dapat menyesuaikan diri dengan
perkembangan tersebut.
Setiap orang tentu akan menemukan kesulitan dan cobaan hidup. Mungkin
dia tidak merasa sedemikian berputus asa sehingga bunuh diri, tetapi dia
mempunyai pengalaman depresi sewaktu-waktu. Yang terkadang diaplikasikan
atau dicurahkan dalam beberapa bentuk, dan tak jarang membawa mereka
kedalam pemikiran yang menyulitkan, dan lain sebagainya.
Pada zaman modern ini, banyak manusia yang mengalami stress,
kecemasan, dan kegelisahan. Sayangnya, masih saja ada orang yang berpikir
bahwa stress dan depresi bukan benar-benar suatu penyakit. Padahal,
dibandingkan AIDS yang menjadi momok saat ini, stres dan depresi jauh lebih
bertanggung jawab terhadap banyak kematian. Karena, kedua hal tersebut
merupakan sumber dari berbagai penyakit.
Stres dan depresi yang dibiarkan berlarut membebani pikiran dan dapat
mengganggu system kekebalan tubuh. Apabila kita berada dalam emosi yang
negative seperti rasa sedih, benci, iri, putus asa, kecemasan, dan kurang bersyukur
dengan nikmat yang ada, maka system kekebalan kita menjadi lemah.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat depresi adalah gangguan
mental yang umum terjadi di antara populasi. Diperkirakan 121 juta manusia di
muka bumi ini menderita depresi. Jumlah itu 5,8 persen laki-laki dan 9,5 persen
perempuan, dan hanya sekitar 30 persen penderita depresi yang benar-benar
mendapatkan pengobatan yang cukup, sekalipun telah tersedia teknologi
pengobatan depresi yang efektif. Ironisnya, mereka yang menderita depresi berada
dalam usia produktif, yakni cenderung terjadi pada usia kurang dari 45 tahun.
Tidaklah mengherankan, bila diperkirakan 60 persen dari seluruh kejadian bunuh
diri terkait dengan depresi. Penyakit jiwa, seperti depresi, merupakan pemicu
terbesar bunuh diri. Risiko bunuh diri pada pasien kejiwaan 10 kali lebih besar
dibandingkan dengan orang normal. Depresi sebagai penyebab tersering
terjadinya bunuh diri. Sekitar 90 persen tindakan bunuh diri disebabkan masalah
kesehatan mental, dan 90 persen di antaranya disebabkan depresi (Djojosugito
dalam Naufal, 2008).
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian depresi?
2. Apa saja yang mempengaruhi faktor-faktor depresi?
3. Bagaimana ciri-ciri depresi?
4. Bagaimana cara mengatasi depresi?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian depresi
Depresi adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan perasaan sedih,
kehilangan minat atau kesenangan, perasaan bersalah atau rendah diri, adanya
gangguan tidur, kehilangan nafsu makan, mudah lelah atau tidak bertenaga serta
kehilangan konsentrasi (American Psychiatric Association, 2013).
Menurut Lubis (2009) Depresi adalah suatu kondisi yang lebih dari suatu
keadaan sedih, bila kondisi depresi seseorang sampai menyebabkan terganggunya
aktivitas sosial sehari-harinya maka hal itu disebut sebagai suatu gangguan
depresi. Beberapa gejala gangguan depresi adalah perasaan sedih, rasa lelah yang
berlebihan setelah aktivitas rutin yang biasa, hilang minat dan semangat, malas
beraktivitas, dan gangguan pola tidur.
Depresi biasanya terjadi saat stress yang dialami oleh seseorang tidak
kunjung reda. Depresi yang dialami ini berkolerasi dengan kejadian dramatis yang
baru saja terjadi atau menimpa seseorang. Pada umumnya, mood yang secara
dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan. Depresi
adalah kata yang memiliki banyak nuansa arti. Sebagian besar diantara kita pernah
merasa sedih atau jengkel, menjalani kehidupan yang penuh masalah, merasa
kecewa, kehilangan dan frustasi, yang dengan mudah menimbulkan ketidak
bahagiaan dan keputusasaan.
B. Faktor-faktor depresi
Depresi disebabkan oleh banyak faktor antara lain : faktor heriditer dan
genetik, faktor konstitusi, faktor kepribadian pramorbid, faktor fisik, faktor
psikobiologi, faktor neurologik, faktor biokimia dalam tubuh, faktor
keseimbangan elektrolit dan sebagainya.
1. Faktor biologis
2. Faktor genetik
Faktor genetik merupakan faktor yang sangat bermakna sebagai penyebab
timbulnya depresi. Penelitian menunjukkan bahwa keluarga generasi pertama
mempunyai resiko 8 sampai 18 kali lebih banyak dibandingkan kontrol
subyek normal oleh penderita deprsi. Pada kembar homozigot untuk dapat
terkena depresi sekitar 50% sedangkan untuk kembar dizigot 10-25%.
3. Faktor psikososial
Peristiwa Kehidupan dan Stres Lingkungan Stres dalam kehidupan dapat
menimbulkan episode depresi pertama kali dan mempengaruhi
neurotrarumiter dan sistem intra neuron untuk jangka lama dan menetap.
Dengan dampak stres dalam kehidupan memegang peran penting dalam
hubungannya dengan onset depresi.
Faktor Kepribadian Pramorbid Semua orang dengan berbagai pola
kepribadian yang mempunyai resiko tinggi untuk menderita depresi
adalah kepribadian dependen, histerionok dan obsesif-kompulsif.
Faktor Psikoanalisis dan Psikodinamika Freud mengatakan bahwa pasien
depresi meluapkan kemarahan langsung ditujukkan kedalam dirisendiri
sebagai identifikasi dengan obyek. Kaplan dkk, (1997) menganggap
depresi adalah emosi yang timbul dari tekanan kedalam ego antara
aspirasi dan realita. Pada saat menyadari segala sesuatu tidak sesuai yang
diharapkan maka akan merasa tidak berdaya dan tidak berguna.
Menurut Lubis (2009) ada dua faktor yang dapat menyebabkan depresi, yaitu ;
1. Faktor fisik
Faktor Genetik : Seseorang yang dalam keluarganya diketahui menderita
depresi berat memiliki resiko lebih besar menderita gangguan depresi
daripada masyarakat pada umumnya.
Susunan Kimia Otak dan Tubuh: Beberapa bahan kimia di dalam otak
dan tubuh memegang peranan yang besar dalam mengendalikan emosi
kita.
Faktor Usia : Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa golongan usia
muda yaitu remaja dan orang dewasa jauh lebih banyak terkena depresi.
Gender: Wanita dua kali lebih sering terdiagnosa menderita depresi
daripada pria.
Gaya Hidup: Banyak kebiasaan dan gaya hidup tidak sehat berdampak
pada penyakit misalnya penyakit jantung juga bisa memicu kecemasan
dan depresi.
Penyakit Fisik: Penyakit fisik dapat menyebabkan depresi.
Obat-Obatan Terlarang: Obat-obatan terlarang telah terbukti dapat
menyebabkan depresi karena memengaruhi kimia dalam otak dan
menimbulkan ketergantungan.
2. Faktor psikologis
Kepribadian : Aspek kepribadian ikut pula mempengaruhi tinggi
rendahnya depresi yang dialami serta kerentanan terhadap depresi.
Pola Pikir : Seseorang yang merasa negative mengenai diri sendiri rentan
terkena depresi.
Harga Diri : Harga diri merupakan salah satu faktor yang menentukan
perilaku individu.
Stres : Stres berat tentu juga menyebabkan depresi.
Lingkungan Keluarga : Misalnya kehilangan orang tua ketika masih
anak-anak, penyiksaan fisik dan seksual ketika kecil.
Penyakit Jangka Panjang : Orang-orang yang sakit keras rentan terhadap
depresi saat mereka dipaksa dalam posisi dimana mereka tidak berdaya.
C. Ciri-ciri dan Gejala Deprsi
Seseorang yang sehat jiwanya bisa saja jatuh dalam depresi apabila yang
bersangkutan tidak mampu menanggulangi stressor psikososial yang dialaminya.
Selain dari pada itu ada juga orang yang lebih rentan (vulnerable) jatuh dalam
keadaan depresi dibandingkan dengan orang lain. Orang yang lebih rentan ini
(berisikotinggi) biasanya mempunyai corak kepribadian depresif, yang ciri-cirinya
antara lain :
Menurut lubis (2009) gejala depresi dibagi menjadi tiga yaitu gejala fisik,
gejala psikis dan gejala sosial.
1. Gejala fisik
a. Gangguan pola tidur, misalnya sulit tidur, terlalu banyak atau terlalu
sedikit tidur
b. Menurunya tingkat aktivitas. Orang yang depresi menunjukkan perilaku
yang pasif, misalnya menonton tv, makan dan tidur.
c. Menurunnya efisiensi kerja. Orang yang terkena deperesi akan sulit
mengfokuskan perhatian atau fikiran pada suatu hal atau pekerjaan.
d. Menurunnya produktivitas kerja. Orang yang terkena depresi akan
kehilangan sebagian atau seluruh motivasi kerjanya.
e. Mudah merasa letih dan sakit. Karena depresi itu sendiri adalah perasaan
negatif .
2. Gejala psikis
a. Kehilangan rasa percaya diri. Penyebabnya, orang yang mengalami depresi
cenderung memandang segala sesuatu dari sisi negatif.
b. Sensitif. Orang yang mengalami depresi senang sekali mengaitkan segala
sesuatu dengan dirinya.
c. Merasa diri tidak berguna. Peraaan tidak berguna ini muncul karena
mereka merasa menjadi orang yang gagal terutama dibidang atau
lingkungan yang seharusnya mereka kuasai.
d. Perasaan bersalah. Perasaan bersalah terkadang timbul dalam pemikiran
orang yang mengalami depresi.
e. Perasaan terbebani. Banyak orang yang menyalahkan orang lain atas
kekusahan yang dialaminya.
D. Cara Mengatasi Depresi
Gangguan depresi seharusnya bisa didiagnosis dan ditangani dengan baik
oleh petugas pelayanan kesehatan yang terlatih, namun kenyataannya para dokter
umum di layanan primer sering melewatkan diagnosis ini dan hanya mampu
mendiagnosis sepertiga dari keseluruhan kasus gangguan depresi di layanan
primer (WHO, 2007). Cara mengatasi deprsis menurut lubis (2009) adalah
sebagai berikut :
1. Obat Antidepresan
3. Terapi Interpersonal
5. Berolahraga
8. Berdo’a
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Kami selaku penulis mohon maaf atas segala kekhilafan dan kekurangan
makalah ini dan mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah
ini lebih bermanfaat dan lebih baik kualitasnya dimasa mendatang. Mudah-
mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya.
DAFTAR PUSTAKA
Hawari, Dadang. 2011. Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi. Edisi ke-2.Jakarta
: FKUI.
Kaplan, H.I., Sadock, B.J. 1997. Sinopsis Psikiatri. Alih bahasa oleh Widjaja
Kusuma. Jakarta : Binarupa Aksara.