Anda di halaman 1dari 8

PAKET PENYULUHAN

FRAKTUR

OLEH:

BOBY WAHYU NUSANTARA


M. SAUFI ILHAM

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
Kampus II: Jalan. A. Yani Sumber Porong Lawang. Telp (0341) 426952, Fax (0341) 426952
Website: www.poltekkes-malang.ac.id Email: -
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : Fraktur

Sasaran : Pasien dan keluarga di Ruang Bedah

Tempat : Ruang bedah

Hari, tanggal : Kamis, 10 Agustus 2018

Waktu : 10.00 WIB

A. Latar Belakang

Fraktur atau sering disebut patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
dan atau tulang rawan yang penyebabnya dapat dikarenakan penyakit pengeroposan tulang
diantaranya penyakit yang sering disebut osteoporosis, biasanya dialami pada usia dewasa dan
dapat juga disebabkan karena kecelakaan yang tidak terduga.
Fraktur femur mempunyai insiden yang cukup tinggi diantara jenis jenis patah tulang.
Umumnya fraktur femur terjadi pada batang femur 1/3 tengah. Fraktur femur lebih sering terjadi
pada laki-laki dari pada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan
dengan olahraga, pekerjaan atau kecelakaan.
Menurut jenisnya fraktur dibagi menjadi dua yaitu fraktur tertutup dan terbuka, fraktur
tertutup adalah fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit, integritas kulit masih
utuh.sedangkan fraktur terbuka adalah fraktur dengan luka pada kulit (integritas kulit rusak dan
ujung tulang menonjol sampai menembus kulit) atau membran mukosa sampai ke patahan tulang
(Mansjoer,2000).
Penanganan fraktur meliputi
(a).Reduksi, yaitu : mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan posisi
anatomis normal. Tujuannya adalah untuk memperbaiki fragmen-fragmen fraktur
pada posisianatomis.
(b).Imobilisasi, setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi, atau
dipertahankan dalam posisi yang benar sampai terjadi penyembuhan
(c).Rehabilitasi, meningkatkan kembali fungsi dan kekuatan normal pada bagian yang
sakit. Untuk mempertahankan dan memperbaiki fungsi dengan mempertahankan
reduksi dan imobilisasi adalah untuk mengurangi bengkak dan nyeri, meningkatkan
aktifitas hidup sehari-hari, dan melakukan aktifitas kembali secara bertahap
(Mansjoer,2000).

B. Tujuan

a. Tujuan Umum

Setelah mendapatkan penyuluhan selama 40 menit keluarga bisa mengenal tentang


fraktur dan penatalaksanaannya diharapkan peserta penyuluhan mampu memahami tentang
fraktur.

b. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan tentang perawatan kolostomi, peserta penyuluhan
diharapkan mampu :

a) Pengertian patah tulang terbuka


b) Penyebab patah tulang terbuka
c) Tanda dan gejala patah tulang terbuka
d) Macam-macam patah tulang
e) Penatalaksanaan patah tulang terbuka
f) Pencegahan infeksi pada patah tulang terbuka

C. Sub Pokok Bahasan


1. Pengertian patah tulang terbuka
2. Penyebab patah tulang terbuka
3. Tanda dan gejala patah tulang terbuka
4. Macam-macam patah tulang
5. Penatalaksanaan patah tulang terbuka
6. Pencegahan infeksi pada patah tulang terbuka
D. Kegiatan Penyuluhan

No Kegiatan Penyuluhan Peserta Waktu

1 Pembukaan - Mengucapkan salam - Menjawab salam 5 menit

- Memperkenalkan diri

- Menyampaikan maksud dan


tujuan

- Membagi leaflet
- Menerima leaflet

2 Isi - Menjelaskan Pengertian - Memperhatikan 20 menit


patah tulang terbuka

- Menjelaskan penyebab
- Memperhatikan
patah tulang terbuka
- Memperhatikan
- Menjelaskan tanda dan
gejala patah tulang terbuka - Memperhatikan

- Menjelaskan macam-
macam patah tulang
- Memperhatikan
- Menjelaskan
penatalaksanaan patah
tulang terbuka

- Menjelaskan pencegahan
infeksi pada patah tulang
terbuka

3 Evaluasi - Evaluasi memberikan - Menjawab 10 menit


pertanyaan pada pasien pertanyaan

4 Penutup - Membuat kesimpulan - Memperhatikan 5 menit

- Salam penutup - Menjawab salam

E. Materi Penyuluhan
Terlampir

F. Metode

a. Ceramah

b. Tanya jawab

G. Media

a. LCD

b. Leaflet

H. Evaluasi

Setelah dilakukan penyuluhan selama 40 menit, klien dapat :

1. Pengertian patah tulang terbuka


2. Penyebab patah tulang terbuka
3. Tanda dan gejala patah tulang terbuka
4. Macam-macam patah tulang
5. Penatalaksanaan patah tulang terbuka
6. Pencegahan infeksi pada patah tulang terbuka
MATERI PENYULUHAN

A. Definisi

Patah tulang adalah putusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan
yang disebabkan oleh kekerasaan (E. Oerswari, 1989).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2000).
Fraktur terbuka adalah patah tulang dimana fragmen tulang yang bersangkutan
sedang atau pernah berhubungan dengan dunia luar.
B. Penyebab Patah Tulang Terbuka

a. Trauma:
Di dalam : penyebab ruda paksa merusak kulit, jaringan lunak dan tulang.
Di luar : fragmen tulang merusak jaringan lunak dan menembus kulit.
b. Patologis ( penyakit pada tulang )
c. Degenerasi spontan.
C. Macam – macam Patah Tulang Terbuka

Patah Tulang Terbuka , bila terdapat hubungan antara fragemen tulang dengan
dunia luar karena adanya perlukan di kulit, fraktur terbuka dibagi menjadi tiga derajat,
yaitu :
1) Derajat I- luka kurang dari 1 cm- kerusakan jaringan lunak sedikit tidak ada
tanda luka remuk.- fraktur sederhana, tranversal, obliq atau kumulatif ringan.-
Kontaminasi ringan.
2) Derajat II- Laserasi lebih dari 1 cm- Kerusakan jaringan lunak, tidak luas,
avulse- Fraktur komuniti sedang.
3) Derajat III Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit,
otot dan neurovaskuler sertakontaminasi derajat tinggi.
D. Tanda dan Gejala
1.Deformitas daya terik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari
tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti :
a. Rotasi pemendekan tulang
b. Penekanan tulang
2.Bengkak : edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam
jaringan yang berdekatan dengan fraktur
3. Echumosis dari Perdarahan Subculaneous
4. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur
5. Tenderness/keempukan
6.Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan
kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.
7. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/perdarahan)
8. Pergerakan abnormal
9. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah
10. Krepitasi
E. Penatalaksanaan Fraktur
1. Penatalaksanaan secara Umum
Fraktur biasanya menyertai trauma. Untuk itu sangat penting untuk melakukan
pemeriksaan terhadap jalan napas (airway), proses pernafasan (breathing) dan sirkulasi
(circulation), apakah terjadi syok atau tidak. Bila sudah dinyatakan tidak ada masalah
lagi, baru lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik secara terperinci. Waktu tejadinya
kecelakaan penting ditanyakan untuk mengetahui berapa lama sampai di RS, mengingat
golden period 1-6 jam. Bila lebih dari 6 jam, komplikasi infeksi semakin besar. Lakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisis secara cepat, singkat dan lengkap. Kemudian lakukan
foto radiologis. Pemasangan bidai dilakukan untuk mengurangi rasa sakit dan mencegah
terjadinya kerusakan yang lebih berat pada jaringan lunak selain memudahkan proses
pembuatan foto.

2. Penatalaksanaan Kedaruratan
Segera setelah cedera, pasien berada dalam keadaan bingung, tidak menyadari
adanya fraktur dan berusaha berjalan dengan tungkai yang patah, maka bila dicurigai
adanya fraktur, penting untuk meng-imobilisasi bagian tubuh segara sebelum pasien
dipindahkan.
Bila pasien yang mengalami cedera harus dipindahkan dari kendaraan sebelum
dapat dilakukan pembidaian, ekstremitas harus disangga diatas dan dibawah tempat patah
untuk mencegah gerakan rotasi maupun angulasi. Gerakan fragmen patahan tulang dapat
menyebabkan nyeri, kerusakan jaringan lunak dan perdarahan lebih lanjut.
Nyeri sehubungan dengan fraktur sangat berat dan dapat dikurangi dengan
menghindari gerakan fragmen tulang dan sendi sekitar fraktur. Pembidaian yang
memadai sangat penting untuk mencegah kerusakan jaringan lunak oleh fragmen tulang.
Daerah yang cedera diimobilisasi dengan memasang bidai sementara dengan bantalan
yang memadai, yang kemudian dibebat dengan kencang. Imobilisasi tulang panjang
ekstremitas bawah dapat juga dilakukan dengan membebat kedua tungkai bersama,
dengan ektremitas yang sehat bertindak sebagai bidai bagi ekstremitas yang cedera. Pada
cedera ektremitas atas, lengan dapat dibebatkan ke dada, atau lengan bawah yang cedera
digantung pada sling. Peredaran di distal cedera harus dikaji untuk menentukan
kecukupan perfusi jaringan perifer.
Pada fraktur terbuka, luka ditutup dengan pembalut bersih (steril) untuk
mencegah kontaminasi jaringan yang lebih dalam. Jangan sekali-kali melakukan reduksi
fraktur, bahkan bila ada fragmen tulang yang keluar melalui luka. Pasanglah bidai sesuai
yang diterangkan di atas.
Pada bagian gawat darurat, pasien dievaluasi dengan lengkap. Pakaian dilepaskan
dengan lembut, pertama pada bagian tubuh sehat dan kemudian dari sisi cedera. Pakaian
pasien mungkin harus dipotong pada sisi cedera. Ektremitas sebisa mungkin jangan
sampai digerakkan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.

F. Komplikasi
Ø Perdarahan, syok septik, kematian
Ø Tetanus
Ø Gangren
Ø Kekakuan sendi
Ø Perdarahan sekunder
Ø Osteomielitis kronik

Anda mungkin juga menyukai