Anda di halaman 1dari 20

PELAYANAN KESEHATAN RESIKO TINGGI PADA IBU HAMIL

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Farmakologi
yang dibina oleh Ibu Ni Wayan Dwi R,. APP. M. Kes
Disusunoleh
Gammar Ghina Ilmi (1601200023)
Ghea Raka S (1601200024)
Agistya Cahya K (1601200025)
Berlian Tiana (1601200026)
Rohmatun Nazila (1601200027)
Boby Wahyu Nusantara (1601200028)
M. Saufi Ilham (1601200029)
Mita Agustina (1601200030)
Eka Fajar Dwi M (1601200031)
Ayu Istiqomah (1601200032)
Yurike Pratika P (1601200033)

POLITEKNIK KESEHATAN MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN LAWANG
D-III KEPERAWATAN
Mei 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas farmakologi.
Dalam penulisan makalah ini, tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak. Maka dari itu, tak lupa penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Penulis menyadari dalam pelaksanaan maupun dalam pembuatan makalah ini masih
banyak kekurangan. Untuk itu kami tetap mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca demi peningkatan kualitas dari laporan ini.

Lawang, 07 Mei 2107

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................1


1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................4


2.1 Pengertian Resiko Tinggi ...................................................................................4
2.2 Tujuan Pemeriksaan Antenatal Care dengan Resiko Tinggi .............................4
2.3 Jadwal Pemeriksaan ...........................................................................................4
2.4 Jenis-jenis Kehamilan Resiko Tinggi ................................................................4
2.5 Komplikasi pada Kehamilan Resiko Tinggi ............ .........................................6
2.6 Pengelompokan Faktor Kehamilan Berdasarkan Waktu Mempengaruhinya ...7
2.7 Dampak Kehamilan Resiko Tinggi ....................................................................7
2.8 Akibat Resiko Tinggi pada Kehamilan ..............................................................8
2.9 Contoh Kasus ...................................................................................................10

BAB III PENUTUP ..............................................................................................19


3.1 Kesimpulan ......................................................................................................19
3.2 Saran ................................................................................................................19

DAFTAR RUJUKAN ..........................................................................................20


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berbagai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kebidanan Angka Kematian
Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) mengalami penurunan yang cukup signifikan
tahun 2007. Pada tahun 2007 AKB mencapai 34/1000 kelahiran hidup dan AKI mencapai
228/100.000 kelahiran. Angka kematian bayi di sebabkan oleh infeksi sistemik, kelainan
bawaan, dan infeksi saluran pernapasan akut. Angka kematian ibu ini masih sangat tinggi
yang di sebabkan oleh perdarahan, eklamsia, dan infeksi (Muliadi,2007).
Menurut (Manuaba, 2001) dapat mempercepat tercapainya penurunan angka kematian
ibu dan angka kematian perinatal disetiap rumah sakit baik pemerintah maupun rumah sakit
swasta telah dicanangkan gagasan untuk meningkatkan pelayanan terhadap ibu dan bayinya
melalui RS sayang bayi dan RS sayang ibu. Proses kematian ibu mempunyai perjalanan yang
panjang sehingga pencegahannya dapat dilakukan sejak melakukan “Ante Natal Care”
(pemeriksaan kehamilan) melalui pendidikan terkait dengan kesehatan ibu hamil, menyusui
dan kembalinya alat kesehatan reproduksi, serta menyampaikan betapa pentingnya interval
kehamilan berikutnya sehingga tercapai sumber daya manusia yang diharapkan.
Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan patologi yang dapat mempengaruhi
keadaan ibu dan janin. Untuk menghadapi kehamilan risiko harus diambil sikap proaktif,
berencana dengan upaya promotif dan preventif sampai dengan waktunya harus diambil sikap
tegas dan cepat untuk menyelamatkan ibu dan janinnya (Manuaba, 2007).
Penyebab dari kejadian kehamilan risiko pada ibu hamil adalah karena kurangnya
pengetahuan ibu tentang kesehatan reproduksi, rendahnya status sosial ekonomi dan
pendidikan yang rendah. Dengan adanya pengetahuan ibu tentang tujuan atau manfaat
pemeriksaan kehamilan dapat memotivasinya untuk memeriksakan kehamilan secara rutin.
Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan hidup sehat meliputi jenis makanan
bergizi, menjaga kebersihan diri, serta pentingnya istirahat cukup sehingga dapat mencegah
timbulnya komplikasi dan tetap mempertahankan derajat kesehatan yang sudah ada. Umur
seseorang dapat mempengaruhi keadaan kehamilannya. Bila wanita tersebut hamil pada masa
reproduksi, kecil kemungkinan untuk mengalami komplikasi di bandingkan wanita yang
hamil dibawah usia reproduksi ataupun diatas usia reproduksi (Rikadewi,2010).
Ibu dapat meningkatkan pengetahuan tentang tanda kehamilan risiko baik melalui
tenaga kesehatan terutama bidan, petugas Posyandu, media massa (televisi, koran, dll),
sehingga dapat mengenal risiko kehamilan dan mengunjugi bidan atau dokter sedini mungkin
untuk mendapatkan asuhan antenatal selain itu pendidikan yang kurang juga memepengaruhi
ibu untuk datang memeriksakan kehamilan ( Rikadewi,2010).
Jarak kehamilan yang terlalu pendek kurang dari 2 tahun dan d atas 5 tahun, hamil
dibawah usia 20 tahun dan lebih dari 35 tahun berisiko melahirkan bayi dengan kelainan
genetik. Begitu juga dengan ibu hamil yang pernah menjalani operasi. Faktor lainnya adalah
kondisi fisik atau menetap bagi sang ibu (seperti tinggi badan di bawah 145 cm, biasanya
panggul sempit dan akan kesulitan melahirkan secara normal) juga harus diwaspadai. Selain
itu, ibu hamil penderita obesitas dan darah tinggi pada kehamilan atau mengalami penyakit
lain yang cukup membahayakan sebelum atau saat hamil meruakan faktor-faktor yang dapat
menyebabkan kehamilannya berisiko tinggi (judi,2010).
Usia reproduksi sehat untuk hamil berkisar antara 25-30 tahun. Jika kurang atau
melebihi usia tersebut, maka mempengarui faktor kesuburan reproduksi yang juga
berpengaruh terhadap risiko kehamilan. Banyak cara untuk mengatasi masalah kehamilan
berisiko tinggi. Salah satu caranya adalah mempersiapkan mental saat menjalani kehamilan
tersebut, ibu hamil juga harus rajin melakukan pemeriksaan rutin untuk mendeteksi kondisi
ibu dan janin. Biasanya ibu hamil yang rajin memeriksakan kehamilan secara rutin merasa
lebih sehat. Dengan memeriksakan kehamilan secara teratur, komplikasi serta ganguan
kehamilan dapat teratasi dibandingkan ibu hamil yang tidak melakukan pemeriksaan
kehamilan. Ibu hamil juga perlu mengosumsi gizi yang baik tepat dan seimbang, salah
satunya asam folat, guna mengoptimalkan perkembangan janin dan kesehatan ibu sendiri.
(Judi,2010).
Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin dan perdarahan
saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah. Paritas 2-3 merupakan paritas
paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3)
mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian
maternal. Risiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik,
sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana.
Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang dapat diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian resiko tinggi?
2. Apa saja jenis-jenis kehamilan resiko tinggi?
3. Apa saja komplikasi resiko tinggi?
4. Apa saja dampak dan akibat kehamilan resiko tinggi?

C. MAKSUD DAN TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, berikut tujuan penulis:


1. Mengetahui apa pengertian resiko tinggi.
2. Mengetahui apa saja jenis-jenis kehamilan resiko tinggi.
3. Mengetahui apa saja komplikasi resiko tinggi.
4. Mengetahui dampak dan akibat kehamilan resiko tinggi.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
a. Risiko tinggi adalah suatu kehamilan patologi yang dapat mempengaruhi keadaan ibu
dan janin (Manuaba, 2008)
b. Risiko tinggi adalah suatu kehamilan yang memiliki risiko tinggi lebih besar dari
biasanya (baik bagi ibu maupun bayinya), akan terjadinya penyakit atau kematian sebelum
maupun sesudah persalinan (Nurcahyo,2009)

2. Tujuan pemeriksaan antenatal care dengan risiko tinggi


a. Tujuan umum
Menyiapkan seoptimal mungkin fisik, mental ibu dan janin selama kehamilan,
persalinan dan nifas sehingga didapat bayi dan ibu yang sehat.
b. Tujuan khusus
1) Mengenali dan menangani tanda-tanda penyulit yang akan dijumpai pada kehamilan.
2) Mengenali dan mengobati tanda-tanda penyulit yang akan dijumpai pada kehamilan.
3) Memberikan nasehat tentang cara hidup sehari-hari dan Keluarga Berencana, kehamilan
persalinan, nifas dan laktasi.

3. Jadwal pemeriksaan
1. Usia kehamilan dari hari pertama haid terakhir sampai 28 minggu : 4 minggu sekali
2. 28 – 36 minggu : 2 minggu sekali
3. Diatas 36 minggu : 1 minggu sekali KECUALI jika ditemukan kelainan / faktor risiko
yang memerlukan penatalaksanaan medik lain, pemeriksaan harus lebih sering dan intensif.

4. Jenis-jenis kehamilan risiko tinggi :


Faktor IBU:
1. Kehamilan pada usia di atas 35 tahun atau di bawah 18 tahun.
Usia ibu merupakan salah satu faktor risiko yang berhubungan dengan kualitas
kehamilan. Usia yang paling aman atau bisa dikatakan waktu reproduksi sehat adalah antara
umur 20 tahun sampai umur 30 tahun. Penyulit pada kehamilan remaja salah satunya pre
eklamsi lebih tinggi dibandingkan waktu reproduksi sehat. Keadaan ini disebabkab belum
matangnya alat reproduksi untuk hamil, sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun
perkembangan dan pertumbuhan janin (Manuaba, 1998).
2. Kehamilan pertama setelah 3 tahun atau lebih pernikahan
3. Kehamilan kelima atau lebih
Menurut Manuaba (1999) paritas atau para adalah wanita yang pernah melahirkan dan
di bagi menjadi beberapa istilah :
1) Primipara yaitu wanita yang telah melahirkan sebanyak satu kali
2) Multipara yaitu wanita yang telah pernah melahirkan anak hidup beberapa kali, di mana
persalinan tersebut tidak lebih dari lima kali
3) Grandemultipara yaitu wanita yang telah melahirkan janin aterm lebih dari lima kali.
4. Kehamilan dengan jarak antara di atas 5 tahun atau kurang dari 2 tahun.
Pada kehamilan dengan jarak < 3 tahun keadaan endometrium mengalami perubahan,
perubahan ini berkaitan dengan persalinan sebelumnya yaitu timbulnya trombosis,
degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Adanya kemunduran fungsi dan
berkurangnya vaskularisasi pada daerah endometrium pada bagian korpus uteri
mengakibatkan daerah tersebut kurang subur sehingga kehamilan dengan jarak < 3 tahun
dapat menimbulkan kelainan yang berhubungan dengan letak dan keadaan plasenta.
5. Tinggi badan ibu kurang dari 145 cm dan ibu belum pernah melahirkan bayi cukup
bulan dan berat normal. Wanita hamil yang mempunyai tinggi badan kurang dari 145 cm,
memiliki resiko tinggi mengalami persalinan secara premature, karena lebih mungkin
memiliki panggul yang sempit.
6. Kehamilan dengan penyakit (hipertensi, Diabetes, Tiroid, Jantung, Paru, Ginjal, dan
penyakit sistemik lainnya).
Kondisi sebelum hamil seperti hipertensi kronis, diabetes, penyakit ginjal atau lupus,
akan meningkatkan risiko terkena preeklamsia. Kehamilan dengan hipertensi esensial atau
hipertensi yag telah ada sebelum kehamilan dapat berlangsung sampai aterm tanpa gejala
mejadi pre eklamsi tidak murni. Penyakit gula atau diabetes mellitus dapat menimbulkan pre
eklamsi dan eklamsi begitu pula penyakit ginjal karena dapat meingkatkan tekanan darah
sehingga dapat menyebabkan pre eklamsi.
7. Kehamilan dengan keadaan tertentu ( Mioma uteri, kista ovarium)
Mioma uteri dapat mengganggu kehamilan dengan dampak berupa kelainan letak bayi
dan plasenta, terhalangnya jalan lahir, kelemahan pada saat kontraksi rahim, pendarahan yang
banyak setelah melahirkan dan gangguan pelepasan plasenta, bahkan bisa menyebabkan
keguguran. Sebaliknya, kehamilan juga bisa berdampak memperparah Mioma Uteri. Saat
hamil, mioma uteri cenderung membesar, dan sering juga terjadi perubahan dari tumor yang
menyebabkan perdarahan dalam tumor sehingga menimbulkan nyeri. Selain itu, selama
kehamilan, tangkai tumor bisa terputar.
8. Kehamilan dengan anemia ( Hb kurang dari 10,5 gr %)
Wanita hamil biasanya sering mengeluh sering letih, kepala pusing, sesak nafas,
wajah pucat dan berbagai macam keluhan lainnya. Semua keluhan tersebut merupakan
indikasi bahwa wanita hamil tersebut sedang menderita anemia pada masa kehamilan.
Penyakit terjadi akibat rendahnya kandungan hemoglobin dalam tubuh semasa mengandung.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya anemia pada ibu hamil adalah kekurangan zat besi,
infeksi, kekurangan asam folat dan kelainan haemoglobin. Anemia dalam kehamilan adalah
suatu kondisi ibu dengan kadar nilai hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester satu dan
tiga, atau kadar nilai hemoglobin kurang dari 10,5 gr% pada trimester dua. Perbedaan nilai
batas diatas dihubungkan dengan kejadian hemodilusi.
9. Kehamilan dengan riwayat bedah sesar sebelumnya.
Faktor JANIN :
1. Kelainan letak janin (sungsang, lintang, oblique/diagonal, presentasi muka)
2. Janin besar (tapsiran lebih dari 4000 gram)
3. Janin ganda (kembar)
4. Janin dengan pertumbuhan janin terhambat
5. Janin kurang bulan (prematur)
6. Janin dengan cacat bawaan/kelainan kongenital
7. Janin meninggal dalam rahim. (Prita,2011)

5. Ada beberapa komplikasi pada kehamilan risiko tinggi:


1. Anemia
2. Janin kecil
3. Prematur yang tidak wajar
4. Ketuban pecah dini
5. Gestational diabetes
6. Tekanan darah tinggi
7. Placenta previa
8. Hidramnion
9. Penyakit rhesus
10. Kehamilan post-term
11. Kehamilan ganda
12. Kehamilan etopik
13. Keguguran
14. Kematian janin
15. Perdarahan pasca persalinan (Alaudine,2010)

6. Mengelompokkan faktor kehamilan dengan risiko tinggi berdasarkan waktu kapan


faktor tersebut mempengaruhinya :
A. Faktor risiko tinggi menjelang kehamilan
a. Faktor genetik
· Penyakit turunan yang sering terjadi pada keluarga tertentu, sehingga perlu dilakukan
pemeriksaan sebelum kehamilan
· Bila terjadi kehamilan, maka diperlukan pemeriksaan kelainan bawaan.
b. Faktor lingkungan
· Diperhitungkan faktor pendidikan dan sosial ekonomi.
· Faktor pendidikan dan sosial ekonomi mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
janin dalam kandungan.
· Mempengaruhi pemilihan tempat pertolongan persalinan.
B. Faktor risiko tinggi yang bekerja selama kehamilan
a. Faktor keadaan menjelang kehamilan
b. Kebiasaan ibu (merokok, alkohol, kecanduan obat)
c. Faktor penyakit yang mempengaruhi kehamilan. (Manuaba, 2009)

7. Dampak Kehamilan Resiko Tinggi


a. Keguguran.
Keguguran dapat terjadi secara tidak disengaja. misalnya : karena terkejut, cemas,
stres. Tetapi ada juga keguguran yang sengaja dilakukan oleh tenaga non profesional
sehingga dapat menimbulkan akibat efek samping yang serius seperti tingginya angka
kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan kemandulan.
b. Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan.
Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi
terutama rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir rendah
(BBLR) juga dipengaruhi oleh kurangnya gizi saat hamil dan juga umur ibu yang belum 20
tahun. Cacat bawaan dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilan,
pengetahuan akan asupan gizi sangat rendah, pemeriksaan kehamilan (ANC) yang kurang,
keadaan psikologi ibu kurang stabil. Selain itu cacat bawaan juga di sebabkan karena
keturunan (genetik) proses pengguguran sendiri yang gagal, seperti dengan minum obat-
obatan (gynecosit sytotec) atau dengan loncat-loncat dan memijat perutnya sendiri.
Pengetahuan ibu hamil akan gizi masih kurang, sehingga akan berakibat kekurangan berbagai
zat yang diperlukan saat pertumbuhan dengan demikian akan mengakibatkan makin tingginya
kelahiran prematur, berat badan lahir rendah dan cacat bawaan.
c. Mudah terjadi infeksi.
Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress memudahkan terjadi
infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas.
d. Anemia kehamilan / kekurangan zat besi.
Penyebab anemia pada saat hamil disebabkan kurang pengetahuan akan pentingnya
gizi pada saat hamil karena pada saat hamil mayoritas seorang ibu mengalami anemia.
Tambahan zat besi dalam tubuh fungsinya untuk meningkatkan jumlah sel darah merah,
membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Lama kelamaan seorang yang kehilangan sel
darah merah akan menjadi anemis.
e. Keracunan Kehamilan (Gestosis).
Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia makin
meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam bentuk pre-eklampsia atau eklampsia. Pre-
eklampsia dan eklampsia memerlukan perhatian serius karena dapat menyebabkan kematian.
f. Kematian ibu yang tinggi.
Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena perdarahan dan infeksi.
Selain itu angka kematian ibu karena keguguran juga cukup tinggi yang kebanyakan
dilakukan oleh tenaga non profesional (dukun) (Ubaydillah, 2008).

8. Adapun akibat resiko tinggi pada kehamilan antara lain:


a. Resiko bagi ibunya :
1) Mengalami perdarahan.
Perdarahan pada saat melahirkan antara lain disebabkan karena otot rahim yang terlalu lemah
dalam proses involusi. Selain itu juga disebabkan selaput ketuban stosel (bekuan darah yang
tertinggal didalam rahim). Kemudian proses pembekuan darah yang lambat dan juga
dipengaruhi oleh adanya sobekan pada jalan lahir.
2) Kemungkinan keguguran / abortus.
Pada saat hamil seorang ibu sangat memungkinkan terjadi keguguran. Hal ini disebabkan
oleh faktor-faktor alamiah dan juga abortus yang disengaja, baik dengan obat-obatan maupun
memakai alat.
3) Persalinan yang lama dan sulit.
Persalinan yang disertai komplikasi pada ibu maupun janin merupakan penyebab dari
persalinan lama yang dipengaruhi oleh kelainan letak janin, kelainan panggul, kelaina
kekuatan his dan mengejan serta pimpinan persalinan yang salah. Kematian pada saat
melahirkan juga disebabkan oleh perdarahan dan infeksi.
b. Dari bayinya :
1) Kemungkinan lahir belum cukup usia kehamilan.
Kelahiran prematur yang kurang dari 37 minggu (259 hari). Hal ini terjadi karena
pada saat pertumbuhan janin zat yang diperlukan berkurang.
2) Berat badan lahir rendah (BBLR).
Bayi yang lahir dengan berat badan yang kurang dari 2.500 gram kebanyakan
dipengaruhi oleh kurangnya gizi saat hamil dan umur ibu saat hamil kurang dari 20 tahun.
Dapat juga dipengaruhi penyakit menahun yang diderita oleh ibu hamil.
3) Cacat bawaan.
Cacat bawaan merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat
pertumbuhan. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kelainan genetik dan
kromosom, infeksi, virus rubela serta faktor gizi dan kelainan hormon.
4) Kematian bayi.
Kematian bayi yang masih berumur 7 hari pertama hidupnya atau kematian perinatal
yang disebabkan oleh berat badan kurang dari 2.500 gram, kehamilan kurang dari 37 minggu
(259 hari), kelahiran kongenital serta lahir dengan asfiksia (Ubaydillah, 2008).
Contoh Kasus
IBU HAMIL RESIKO TINGGI DENGAN ANEMIA

A. Pengertian
Anemia adalah suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin, hematokrit dan
jumlah eritrosit dibawah nilai normal. Pada penderita anemia, lebih sering disebut
kurang darah, kadar sel darah merah (hemoglobin atau Hb) di bawah nilai normal.
Penyebabnya bisa karena kurangnya zat gizi untuk pembentukan darah, misalnya zat
besi, asam folat, dan vitamin B12. Tetapi yang sering terjadi adalah anemia karena
kekurangan zat besi. Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb)
dalam darahnya kurang dari 12 gr% . Anemia pada wanita tidak hamil didefinisikan
sebagai konsentrasi hemoglobin yang kurang dari 12 g/dl dan kurang dari 10 g/dl
selama kehamilan atau masa nifas. Berdasarkan ketetapan WHO, anemia ibu hamil
adalah bila Hb kurang dari 11 gr%. Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah
kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau
kadar <10,5 gr% pada trimester II. Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena
kekurangan zat besi, jenis pengobatannya relatif mudah, bahkan murah.

B. Gejala anemia pada ibu hamil


Gejala pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat lelah, sering pusing, mata
berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi
hilang, nafas pendek (pada anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada
hamil muda. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada
kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan
bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Di samping itu,
perdarahan antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai pada wanita yang
anemia dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang anemia tidak dapat
mentolerir kehilangan darah. Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan
yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan (abortus,
partus imatur/prematur), gangguan proses persalinan (inertia,atonia,partus
lama,perdarahan atonis), gangguan pada masa nifas (subinvolusi rahim, daya tahan
terhadap infeksi dan stress kurang, produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin
(abortus, dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian perinatal, dan lain-lain).
C. Golongan Obat Anemia pada Ibu Hamil
1. Tablet Besi ( fe )
Zat besi merupakan mineral yang di perlukan oleh semua sistem biologi
di dalam tubuh. Besi di butuhkan untuk produksi hemoglobin ( hb ), sehingga
defisiensi fe akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil
dengan kandungan hb yang rendah dan menimbulkan anemia hipokronik
mikrositik.
a. Indikasi
Sediaan fe hanya diindikasikan untuk pencegahan dan pengobatan
anemia defisiansi fe penggunakan diluar indikasi ini, cenderung
menyebabkan penyakit penimbunan besi dan keracunan besi. Anemia
defisiensi fe paling sering disebabkan oleh kehilangan darah. Selain
itu, dapat pula terjadi misalnya pada wanita hamil ( terutama multipara
) dan pada masa pertumbuhan, karena kebutuhan yang meningkat.
Banyak anemia yang mirip anemia defisiensi fe. Sebagai pegangan
untuk diagnostik dalam hal ini ialah, bahwa pada anemia defisiensi fe
dapat terlihat granula berwarna kuning emas di dalam sel-sel
retikuloendotelial sumsum tulang.
b. Dosis
 Diminum sesudah makan malam atau menjelang tidur
 Hindari minum dengan air teh, kopi dan susu karena dapat
menganggu proses penyerapan
 Hendaknya meminum dengan vitamin c misalnya dengan air
jeruk
 Segera minum pil setelah rasa mual, muntah menghilang
c. Efek samping
Efek samping yang paling sering timbul berupa intoleransi terhadap
sediaan oral, dan ini sangat tergantung dari jumlah fe yang dapat larut
dan yang diabsorpsi pada tiap pemberian. Gejala yang timbul dapat
berupa mual dan nyeri lambung (± 7-20% ), konstipasi (± 10% ), diare
(± 5% ) dan kolik. Gangguan ini biasanya ringan dan dapat di kurangi
dengan mengurangi dosis atau dengan cara ini diabsorpsi dapat
berkurang. Perlu diterangkan kemungkinan timbulnya feses yang
berwarna hitam kepada pasien. Pemberian fe secara IM dapat
menyebabkan reaksi lokal pada tempat suntikan yaitu berupa rasa
sakit, warna coklat pada tempat suntikan, peradangan lokal dengan
pembesaran kelenjar inguinal. Peradangan lokal lebih sering terjadi
pada pemakaian IM dibanding IV , selain itu dapat pula terjadi reaksi
sistemik yaitu pada 0,5-0,8% kasus. Reaksi yang dapt terjadi dalam 10
menit setelah suntikan adalah sakit kepala, nyeri otot dan sendi,
hemolisis, takikardia, flushing, berkeringat, mual, muntah,
bronkospasme, hipotensi, pusing dan kolaps sirkulasi, sedangkan
reaksi yang lebih sering timbul dalam ½-24 jam setelah suntikan
misalnya sinkop, demam, menggigil, rash, urtikaria, nyeri dada, sering
terjadi pada pemberian IV, demikian pula syok atau henti jantung.
2. Vitamin B12 (Sianokobalamin)
a. Indikasi
Anemia megaloblastik, pasca pembedahan lambung total dan pemotongan
usus, defisiensi vitamin B12.
b. Dosis
 Per oral: untuk defisiensi B12 karena faktor asupan makanan:
dewasa 50-150 mikrogram atau lebih, anak 50-105 mikrogram
sehari, 1-3x/hari
 Injeksi intramuskular: dosis awal 1mg, diulang 10x dengan interval
2-3 hari. Dosis rumatan 1 mg per bulan
 Sediaan: tablet 50 mikrogram, liquid 35 microgram/5 ml, injeksi 1
mg/ml.
3. Asam Folat
Asam folat ( asam pteroilmonoglutamat, pmGA ) terdiri atas bagian-bagian
pteridin, asam paraaminobenzoat dan asam glutamat. Dari penelitian Folat
terdapat dalam hampir setiap jenis makanan dengan kadar tertinggi dalam hati,
ragi dan daun hijau yang segar. Folat mudah rusak dengan pengolahan (
pemasakan ) makanan.
a. Indikasi
Kebutuhan asam folat meningkat pada wanita hamil, dan dapat
menyebabkan defisiensi asam folat bila tidak atau kurang mendapatkan
asupan asam folat dari makanannya. Ada hubungan kuat antara defisiensi
asam folat pada ibu dengan insisens defek neural tube, seperti sapina
bifida dan anensefalus, pada bayi yang dilahirkan. Wanita hamil
membutuhkan sekurang-kurangnya 500 mg asam folat per hari
suplementasi asam folat di butuhkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut,
untuk mengurangi insidens defek neuran tube.Efek toksik pada
penggunaan folat untuk manusia hingga sekarang belum pernah
dilaporkan terjadi. Sedangkan pada tikus, dosis tinggi dapat menyebabkan
pengendapan kristal asam folat dalam tubuli ginjal. Dosis 15 mg pada
manusia masih belum menimbulkan efek toksik.
b. Dosis
Yang digunakan tergantung dari beratnya anemia dan komplikasi yang
ada. Umumnya folat diberikan per oral, tetapi bila keadaan tidak
memungkinkan, folat diberikan secar IM atau SK. Untuk tujuan diagnostik
digunakan dosis 0,1 mg per oral selam 10 hari yang hanya menimbulkan
respons hematologik pada pasien defisiensi folat. Hal ini membedakannya
dengan defisiensi vitamin B12 yang baru memberikan respons
hematologik dengan dosis 0,2 mg per hari atau lebih.
Obat-Obat Lain :
4. Riboflavin
Berfungsi sebagai koenzim dalam metabolisme flavo-protein dalam
pernafasan sel. Sehubungan dengan anemia, ternyata riboflavin dapat
memperbaiki anemia normokromik-normo-sitik. Anemia defisiensi riboflavin
banyak terdapat pada malnutrisi protein-kalori, dimana ternyata faktor
defisiensi Fe dan penyakit infeksi memegang peranan pula. Dosis yang
digunakan cukup 10 mg sehari per oral atau IM.
5. Piridoksin
Vitamin B6 ini mungkin berfungsi sebagai koenzim yang merangsang
pertumbuhan Heme. Defesiensi piridoksin akan menimbulkan anemia
mikrositik hipokromok.pada sebagian besar pasien akan terjadi anemia
normoblastik sideroakrestik dengan jumlah Fe non hemoglobin yang banyak
dalam precursor eritrosit, dan pada beberapa pasien terdapat anemia
Megaloblastik.Pada keadaan ini arbsorbsi Fe meningkat, Fe-binding protein
menjadi jenuh dan terjadi hiperperemia, sedangkan daya rergenerasi darah
menurun.Akhirnya akan didapatkan gejala hemosiderosis.
6. Kobal
Kobal dapat meningkatkan jumlah hemotokrit, hemoglobin dan eritrosit pada
beberepa pasien dengan anemia refrakter, seperti yang terdapat pada pasien
talasimea, infeksi kronik atau penyakit ginjal,tetapi mekanisme yang pasti
tidak diketaui. Kobal merangsang pembentukan eritropoietin yang berguna
untuk meningkatkan pengambilan Fe dalam sumsum tulang, tetapi ternyata
pada pasien anemia refrakter kadar eritropoietin sudah tinggi.Penyelidikan
lain mendapatkan bahwa Kobal menyebabkan Hipoksia intrasel sehingga
dapat merangsang pembentukan eritrosit.Sebaliknya, Kobal dalam dosis besar
justru menekan pembentukan eritrosit.
7. Iron Dextran ( imferon )
Mengandung 50 mg fe setiap mL (larutan 5%) untuk penggunaan IM atau IV.
Respons terapeutik terhadap suntikan IM ini tidak lebih cepat dari pada
pemberian oral. Dosis total yang diperlukan dihitung berdasarkan beratnya
anemia, yaitu 250 mg fe untuk setiap gram kekurangan hb. Pada hari pertama
disuntukkan 50 mg, dilanjutkan dengan 100-250 mg setiap hari atu beberapa
hari sekali. Penyuntikan dilakukan pada kuadran atas luar m. Gluteus dan
secara dalam untuk menghindari pewarnaan kulit.
a. Dosis
Untuk memperkecil reaksi toksin pada pemberian IV, Dosis permulaan
tidak boleh melebihi 25 mg, dan di ikuti dengan peningkatan bertahan
untuk 2-3 hari tercapai dosis 100 mg/hari. Obat harus di berikan perlahan-
lahan yaitu dengan menyuntikkan 25-50 mg/ menit.
b. Efek samping
 reaksi alergi seperti ruam kulit , gatal atau gatal-gatal ,
pembengkakan wajah, bibir, atau lidah.
 bibir biru, kuku, atau kulit.
 gangguan pernapasan.
 perubahan tekanan darah.
 nyeri dada.
 takikardi.
 perasaan pusing, atau jatuh pingsan.
 demam atau kedinginan.
 nyeri otot atau nyeri sendi.
 nyeri, kesemutan, mati rasa di tangan atau kaki.
 kejang.
Efek samping yang biasanya tidak memerlukan perhatian medis
(laporkan ke dokter atau ahli kesehatan jika gejala menetap atau
mengganggu): diare, sakit kepala, iritasi didaerah suntikan, mual,
muntah, sakit perut

8. Adfer
a. Indikasi
Anemia yang disebabkan kekurangan Fe, anemia akibat traumatik atau
anemia endogenik, anemia akibat perdarahan selama masa pertumbuhan,
usia lanjut & masa penyembuhan, kehamilan, menyusui, anemia yang
disebabkan malnutrisi
b. efek samping
Gangguan saluran pencernaan.
c. Dosis
Dosis awal 1-2 kapsul sehari.
9. Artoferum
a. Indikasi
Anemia (kekurangan zat besi) & sebagai sebuah pencegahan, pengobatan,
dan sumber vitamin dan mineral bagi negara-negara kekurangan.
10. Dasabion Kapsul
a. Indikasi
 Segala macam anemia
 Pada masa kehamilan
b. Efek samping
Nyeri pada saluran pencernaan disertai mual,muntah dan diare. Pemberian
secara terus menerus dapat menyebabkan konstipasi.
11. Emineton
a. Indikasi
Untuk membantu mengurangi gejala anemia karena kekurangan zat besi.
b. Efek samping
Pemakaian EMINETON secara berlebihan dapat menyebabkan gangguan
gastroenterik seperti diare atau gastritis, mual dan muntah.
c. Peringatan dan perhatian
Ada kemungkinan timbul faeces berwarna hitam setelah makan obat ini.
d. Dosis dan cara pemakaian :
Dewasa : 1-2 tablet/hari pada waktu atau sesudah makan
Anak-anak : 1 tablet/hari pada waktu atau sesudah makan
DAFTAR RUJUKAN

Auditya. 2011. Resiko Tinggi, (https://aufalactababy.com/2011/04/11/resiko-tinggi/), diakses


pada 3 Mei 2017.
Bangun, A. 2016. Seputar Kesehatan Ibu dan Bayi, (http://beranisehat.com/archives/resiko-
tinggi-pada-kehamilan/), diakses pada 3 Mei 2017.
Purwanti. 2004. Penerapan Pelayanan Kesehatan pada Ibu Hamil. Bandung : Cendekia.
Yuliarti, N. 2010. Resiko Tinggi pada Ibu Hamil. Yogyakarta:C.V ANDI OFFSET

Anda mungkin juga menyukai