Anda di halaman 1dari 79

SKRIPSI

STUDI KOMPARASI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAUN JERUK PURUT


(Citrus hystrix DC) DAN DAUN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia
(christm) Swingle) ASAL KOTA TERNATE MENGGUNAKAN
METODE PEREDAMAN RADIKAL BEBAS DPPH

RIA FITRIANI UMASANGAJI

150 2013 0162

PROGRAM STUDI ILMU FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2017

i
STUDI KOMPARASI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAUN JERUK PURUT
(Citrus hystrix DC) DAN DAUN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia
(christm) Swingle) ASAL KOTA TERNATE MENGGUNAKAN
METODE PEREDAMAN RADIKAL BEBAS DPPH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana

Disusun dan Diajukan Oleh

RIA FITRIANI UMASANGAJI

150 2013 0162

PROGRAM STUDI ILMU FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2017

ii
iii
iv
iv
v
PRAKATA

Assalamu`alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT,

karena atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik. Salawat salam selalu tercurahkan kepada

tauladan sepanjang masa, Nabi Muhammad Saw, beserta para keluarga,

para sahabat dan pengikutnya yang senantiasa istiqamah dalam

sunnahnya hingga akhir zaman.

Skripsi dengan judul STUDI KOMPARASI AKTIVITAS

ANTIOKSIDAN DAUN JERUK PURUT (citrus hystrix DC) DAN DAUN

JERUK NIPIS (citrus aurantifolia (christm) Swingle) ASAL KOTA TERNATE

DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEREDAMAN RADIKAL BEBAS

DPPH merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pada

Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia.

Selama penelitian dan penyusunan skripsi ini penulis mendapat

bimbingan, arahan, serta dukungan dari berbagai pihak sehingga dapat

terselesaikan. Sebagai ungkapan kebahagiaan dan rasa syukur penulis

sampaikan rasa terima kasih serta penghargaan setinggi-tingginya kepada

lelaki dan wanita yang penulis paling cintai ayahanda Ruslan.U dan ibunda

tersayang Amian Buamona yang tidak henti-hentinya mendoakan,

menasehati, dan yang telah bekerja keras sehingga penulis bisa

mengenyam pendidikan seperti saat ini dan dapat menyelesaikan tugas

vi
akhir ini dengan baik dan tepat waktu. Untuk kedua adik penulis yang

tersayang Lia Rahmayanti Umasangaji dan Rian Rizki Umasangaji terima

kasih telah menjadi saudara yang sangat pengertian, selalu mendukung

dan memberi semangat. Serta seluruh keluarga besar penulis yang tidak

dapat penulis sebut satu persatu, terima kasih atas doa, kasih sayang dan

dukungan kepada penulis.

Sebagai ungkapan kebahagiaan penulis juga menyampaikan rasa

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. H. Tadjuddin

Naid, M.Sc., Apt selaku pembimbing pertama dan Ibu Virsa Handayani,

S.Farm., M.Farm., Apt selaku pembimbing kedua, yang begitu baik, ikhlas

dan sabar telah membimbing serta memberikan ilmu dan motivasi yang

sangat berarti bagi penulis hingga penyusunan skripsi terselesaikan.

Kepada penasehat akademik penulis yaitu Ibu Dr. Andi Emelda,

S.Si., M.Si., Apt, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas

nasehat-nasehat yang diberikan kepada penulis selama mengenyam

pendidikan di Universitas Muslim Indonesia.

Tidak lupa penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Bapak Rachmat Kosman, S.Si., M.Kes., Apt selaku dekan Fakultas

Farmasi Universitas Muslim Indonesia.

2. Ibu Nurlina, S.Si.,M.Si., Apt selaku wakil dekan I Fakultas Farmasi

Universitas Muslim Indonesia.

3. Ibu Rahmawati Ningsih, S.Si.,M.Si., Apt selaku wakil dekan II

Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia.

vii
4. Bapak Herwin, S.Farm.,M.Si selaku wakil dekan III Fakultas Farmasi

Universitas Muslim Indonesia.

5. Ibu Dra. Hj. Mihra Syukur, M.Ag selaku wakil dekan IV Fakultas

Farmasi Universitas Muslim Indonesia.

6. Bapak Ahmad Najib, S.Si.,M.Farm., Apt selaku kepala laboratorium

Farmakognosi-Fitokimia.

7. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia.

8. Seluruh staf pegawai Fakultas Farmasi Universitas Muslim

Indonesia.

9. Terimakasih kepada seluruh Asisten Laboratorium Farmakognosi-

Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia atas

bantuannya selama penelitian, terutama kepada Kak Nur Rezky

Khairun Nisa, S.Farm, kak Zulfahmi Hamka, S.Farm.,Apt dan kak

Abdullah Mahmud, S.Farm yang telah banyak membantu hingga

penelitian dapat terselesaikan.

10. Terimakasih kepada Lusiana Buamona dan Awal Umamit yang

selalu memberikan semangat dan setia mendengar cerita-cerita

penulis.

11. Sahabat-sahabat serta rekan seperjuangan penelitian tercinta

Yunitasari, Vira maqvira, Indra Wahyuni, Irsanti Septiningsih,

Karlina, Amirah, Rafi’a Rezki, Rostina Hardianti, Rena dan Asti

Adeliany yang selalu ada disaat suka maupun duka, dan seluruh

teman-teman tersayang C6 (S13NTETIKC6 2013) yang selalu

bersama hingga semester akhir, terimakasih atas kerjasama,

viii
petunjuk, bantuan, motivasi, kebahagiaan, kebersamaan dan

pengalaman yang takkan pernah terlupakan selama kuliah di

Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia.

12. Terima kasih kepada personil KKN Puskesmas Tuppu yang selalu

memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

13. Terima kasih kepada personil Kos Nur tersayang kak Liza Rezki

Ananda SH.,MH, kak Sartia S.Sos, kak Mustika Sakka S.sos, Harira

Hadi, Fitriyanti Husen, Lisfiyanti, Rosdiana dan Aja Damayanti yang

selalu memberikan motivasi, semangat dan menghibur penulis untuk

dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi masih banyak kekurangan dan

masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan

adanya kritik dan saran dari berbagai pihak sehingga menjadi bahan

masukan bagi penulis untuk peningkatan kualitas kedepannya. Dan besar

harapan kiranya ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu

pengetahuan.

Wabillahi taufik Walhidayah

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, 19 April 2017

Penulis

RIA FITRIANI UMASANGAJI

ix
ABSTRAK
RIA FITRIANI UMASANGAJI. Studi komparasi aktivitas antioksidan
daun jeruk purut (Citrus hystrix DC) dan daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia
(christm) Swingle) asal Kota Ternate dengan menggunakan metode
peredaman radikal bebas 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil (DPPH) (Dibimbing
oleh Tadjuddin Naid dan Virsa Handayani).
Daun jeruk purut (Citrus hystrix DC) dan jeruk nipis (Citrus aurantifolia
(christm) Swingle) merupakan famili Rutaceae yang mengandung flavonoid
yang memiliki aktivitas antioksidan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
perbandingan aktivitas antioksidan dari daun jeruk purut (Citrus hystrix DC)
dan daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia (christm) Swingle) menggunakan
metode peredaman radikal bebas DPPH. Ekstraksi daun jeruk purut (Citrus
hystrix DC) dan daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia (christm) Swingle) dengan
metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96 %. Uji aktivitas antioksidan
secara kualitatif dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) menggunakan eluen
n-heksan:etil asetat (7:3). Uji aktivitas antioksidan secara kuantitatif
menggunakan metode peredaman radikal bebas DPPH yang diukur serapan
pada panjang gelombang 515 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai
IC50 daun jeruk purut (Citrus hystrix DC) adalah 228,695 µg/mL ini
menunjukkan potensi aktivitas antioksidan sampel lemah. Sedangkan nilai IC50
daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia (christm) Swingle) adalah 335,064 µg/mL
ini menunjukkan aktivitas antioksidan sampel tidak aktif.
Kata kunci : Antioksidan, daun jeruk purut, jeruk nipis, DPPH.

x
Xi

Universitas Muslim Indonesia


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i

HALAMAN JUDUL ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI iii

HALAMAN PENGESAHAN iv

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI v

PRAKATA vi

ABSTRAK x

ABSTRACT xi

DAFTAR ISI xii

DAFTAR TABEL xv

DAFTAR GAMBAR xvi

DAFTAR LAMPIRAN xvii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar belakang 1

B. Rumusan Masalah 3

C. Maksud dan Tujuan Penelitian 3

D. Manfaat Penelitian 4

E. Kerangka Pikir 5

F. Hipotesis 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6


A. UraianTumbuhan 6

xii
1. Klasifikasi Tanaman 6

2. Nama Lain/Nama Daerah 7

3. Morfologi Tanaman 7

4. Kandungan Kimia 8

5. Manfaat tanaman 9

B. Uraian Radikal Bebas 10

C. Uraian Antioksidan 12

D. Uraian DPPH 14

E. Uraian Kuersetin 16

F. Uraian Ekstraksi 17

G. Spektrofotometri UV-Vis 20

BAB III METODE PENELITIAN 22

A. Waktu dan Tempat Penelitian 22

B. Populasi Sampel 22

C. Metode Kerja 22

D. Alat dan Bahan 22

1. Alat yang digunakan 22

2. Bahan yang digunakan 23

E. Prosedur Penelitian 23

1. Pengambilan dan Pengolahan Sampel 23

2. Ekstraksi Sampel 23

3. Skrining Fitokimia 24

a. Identifikasi alkaloid 24

b. Identifikasi flavonoid 24

xiii
c. Identifikasi saponi 25

d. Identifikasi fenol 25

4. Uji Kualitatif Aktivitas Antioksidan 25

5. Uji Kuantitatif Aktivitas Antioksidan 26

a. Pembuatan larutan stok DPPH 26

b. Pengukuran panjang gelombang maksimum 26


larutan DPPH

c. Pengukuran daya antioksidan ekstrak sampel 26

d. Pengukuran daya antioksidan pembanding


kuarsetin 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 29

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 39

A. Kesimpulan 39

B. Saran 39

DAFTAR PUSTAKA 40

LAMPIRAN 44

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil perhitungan persen (%) rendamen ekstrak 31

Tabel 2. Hasil skrining fitokimia sampel 31

Tabel 3. Hasil pengukuran absorbansi, persentase pengikatan 35


DPPH, nilai IC50 dari sampel dan pembanding kuersetin

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Rumus struktur Kuersetin 16

Gambar 2. Profil Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ekstrak daun jeruk 32


purut (Citrus hystrix DC)

Gambar 3. Profil Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ekstrak daun jeruk 33


nipis (Citrus aurantifolia (christm) Swingle)

Gambar 4. Grafik hubungan antara konsentrasi ekstrak daun jeruk 36


purut (Citrus hystrix DC) dengan % pengikatan DPPH

Gambar 5. Grafik hubungan antara konsentrasi ekstrak daun jeruk 37


nipis (Citrus aurantifolia (christm) Swingle) dengan
% pengikatan DPPH

Gambar 6. Grafik hubungan antara konsentrasi kuersetin 37


dengan % pengikatan DPPH

Gambar 7. Daun jeruk purut (Citrus hystrix DC) dan daun jeruk 53
nipis (Citrus aurantifolia (christm) Swingle)

Gambar 8. Ekstrak etanol kental daun jeruk purut (Citrus hystrix DC) 54
dan daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia (christm) Swingle)

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema kerja ekstraksi daun jeruk purut (Citrus hystrix 44


DC) dan daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia
(christm) Swingle)

Lampiran 2. Skema kerja skrining fitokimia daun jeruk purut 45


(Citrus hystrix DC) dan daun jeruk nipis (Citrus
aurantifolia (christm) Swingle)

Lampiran 3. Skema kerja uji aktivitas antioksidan ekstrak sampel 48


secara kualitatif

Lampiran 4. Skema kerja uji aktivitas antioksidan ekstrak sampel 49


secara kuantitatif

Lampiran 5. Gambar daun jeruk purut (Citrus hystrix DC) dan 53


daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia (christm) Swingle)

Lampiran 6. Hasil ekstrak etanol daun jeruk purut (Citrus 54


hystrix DC) dan daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia
(christm) Swingle)

Lampiran 7. Perhitungan % aktivitas antioksidan daun jeruk purut 55


(Citrus hystrix DC)

Lampiran 8. Perhitungan % aktivitas antioksidan daun jeruk nipis 56


(Citrus aurantifolia (christm) Swingle)

Lampiran 9. Perhitungan % aktivitas antioksidan Kuersetin 57

Lampiran 10. Perhitungan nilai IC50 daun jeruk purut (Citrus 58


hystrix DC)

Lampiran 11. Perhitungan nilai IC50 daun jeruk nipis (Citrus 59


aurantifolia (christm) Swingle)

Lampiran 12. Perhitungan nilai IC50 pembanding kuersetin 60

Lampiran 13. Perhitungan persen (%) rendemen ekstrak 61

Lampiran 14. Kunci determinasi 62

xvii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jeruk merupakan salah satu kekayaan flora yang dimiliki oleh

Indonesia dan yang dapat dimanfaatkan sebagai tanaman pangan maupun

obat. Jeruk berasal dari dataran Asia tepatnya dari dataran Cina. Jeruk

telah lama dikenal dan dibudidayakan dan merupakan salah satu buah yang

sangat digemari oleh masyarakat baik sebagai buah segar maupun olahan.

Di Indonesia banyak terdapat varietas jeruk. Diantaranya jeruk nipis (Citrus

aurantifolia (christm) Swingle) dan jeruk purut (Citrus hystrix DC).

Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS: Ash-shu’ara : 7

‫ض َك ْم أ َ ْنبَتْنَا فِي َها ِم ْن ُك ِل زَ ْوجٍ َك ِر ٍيم‬


ِ ‫أ َ َولَ ْم يَ َر ْوا ِإلَى ْاْل َ ْر‬
Terjemahnya :

“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, betapa

banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam

tumbuh-tumbuhan yang baik?

Jeruk nipis (Citrus aurantifolia (christm) Swingle) dan jeruk purut

(Citrus hystrix DC) merupakan jenis tanaman yang dapat digunakan

sebagai obat tradisional. Bagian utama yang digunakan adalah buah, daun,

dan kulit buah. Buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia (christm) Swingle) dan

jeruk purut (Citrus hystrix DC) digunakan untuk pengobatan influenza,

penambah stamina. Sedangkan daun dan kulit buah dapat digunakan


1
sebagai stimulan dan penyegar (Dalimartha 2008, h.14).

Universitas Muslim Indonesia


2

Daun jeruk nipis mengandung flavonoid, seperti poncirin,

hesperidin, rhoifolin, dan (Rosyad 2009). Daun jeruk nipis juga

mengandung asam sitrat, asam amino (triptofan, lisin), minyak atsiri (sitral,

limonene, felandren, tripenol, kamfen), dan vitamin B (Latief 2012, h. 92),

glikosida, tanin, dan pholobatannin (Nweke 2015, h. 6).

Daun jeruk purut mengandung flavonoid (sianidin, myricetin,

peorridin, quercetin, luteolin, hesperetin, apigenin, dan isorhamnetin) dan

aktivitas antioksidan (Butryee, Sungpuag & Chitchumroonchokchai 2009, h.

162). α-tokoferol (Ching & Mohamed 2001, h. 3102).

Flavonoid sebagai salah satu kelompok senyawa fenolik yang

banyak terdapat pada jaringan tanaman yang dapat berperan sebagai

antioksidan (Redha 2013, h. 196). Antioksidan bermanfaat bagi kesehatan

selain itu juga bermanfaat untuk produk pangan dalam menjaga mutu dari

produk pangan tersebut. Antioksidan merupakan zat yang dapat

menghambat dan mencegah terjadinya proses oksidasi atau menetralisir

radikal bebas dengan cara bereaksi dengan radikal bebas reaktif

membentuk radikal bebas tak reaktif yang stabil (Sembiring, Sangi, &

Suryanto 2016, h. 16).

Studi aktivitas antioksidan daun jeruk yang dilakukan Fidrianny et al

menunjukkan aktivitas antioksidan daun jeruk nipis lebih tinggi

dibandingkan daun jeruk purut, jeruk keprok, jeruk bali, dan jeruk lemon

yang berasal dari Jawa Barat menggunakan metode DPPH dan FRAP

(Fidrianny, Amaliah, Sukrasno 2016).

Universitas Muslim Indonesia


3

Hal diatas yang mendasari dilakukannya penelitian dengan judul

“Studi komparasi aktivitas antioksidan daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia

(christm) Swingle) dan daun jeruk purut (Citrus histryx DC) menggunakan

metode DPPH”.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia (christm) Swingle) dan daun

jeruk purut (Citrus hystrix DC) mengandung antioksidan ?

2. Apakah ada perbedaan aktivitas antioksidan antara daun jeruk nipis

(Citrus aurantifolia (christm) Swingle) dan daun jeruk purut (Citrus hystrix

DC) ?

C. Maksud dan Tujuan Penelitian

1. Maksud penelitian

Maksud dilakukan penelitian adalah untuk melakukan pengujian

aktivitas antioksidan pada daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia (christm)

Swingle) dan daun jeruk purut (Citrus hystrix DC) dengan menggunakan

metode peredaman radikal bebas DPPH.

2. Tujuan umum

Tujuan umum dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui

perbandingan aktivitas antioksidan dari daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia

(christm) Swingle) dan daun jeruk purut (Citrus hystrix DC) dengan

menggunakan metode peredaman radikal bebas DPPH.

3. Tujuan khusus

Universitas Muslim Indonesia


4

Tujuan khusus dilakukan penelitian ini adalah untuk menentukan

perbedaan aktivitas antioksidan daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia

(christm) Swingle) dan daun jeruk purut (Citrus hystrix DC) dengan

menggunakan metode peredaman radikal bebas DPPH.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat teoritis

Sebagai acuan untuk penelitian lanjutan tentang aktivitas antioksidan

yang paling efektif antara daun daun jeruk purut (Citrus hystrix DC) dan

daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia (christm) Swingle).

2. Manfaat praktis

Sebagai data ilmiah dan sumber informasi bagi masyarakat tentang

aktivitas antioksidan yang paling efektif antara daun jeruk purut (Citrus

hystrix DC) dan daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia (christm) Swingle).

E. Kerangka pikir

Tanaman jeruk purut (Citrus Universitas Muslim Indonesia


hystrix DC) dan daun jeruk
nipis (Citrus aurantifolia
(christm) Swingle)
5

Secara empiris
digunakan sebagai Obat
tradisional

Daun

Uji aktivitas
antioksidan

Menggunakan
metode DPPH

Data ilmiah

F. Hipotesis

Daun jeruk purut (Citrus hystrix DC) dan daun jeruk nipis (Citrus

aurantifolia (christm) Swingle) dan memiliki perbedaan aktivitas antioksidan

dengan menggunakan metode DPPH.

BAB II

Universitas Muslim Indonesia


6

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian umum

1. Klasifikasi tanaman

a. Jeruk nipis (Integrated Taxonomi Information System 2016)

Kingdom : Plantae

Division : Tracheophyta

Class : Magnoliopsida

Order : Sapindales

Family : Rutaceae

Genus : Citrus L

Species : Citrus x aurantifolia

b. Jeruk purut (Integrated Taxonomi Information System 2016)

Kingdom : Plantae

Division : Tracheophyta

Class : Magnoliopsida

Order : Sapindales

Family : Rutaceae

Genus : Citrus L

Species : Citrus hystrix DC

2. Nama lain/nama daerah 6

Universitas Muslim Indonesia


7

a. Jeruk nipis

Kelangsa (Aceh), lemo (Bali), jeruk pecel (Jawa tengah),

lemau nepi (Kalimantan), putat ebi (Maluku) (Rosyad 2009). Lemau

nipis (Melayu), lemo kapasa (Bugis), usinepese (Ambon) (Hariani

2013, h. 141).

b. Jeruk purut

Ahusi lapea (Sulawesi, seram), unte panggir (Batak), lamao

puruik (Minangkabau), jeruk linglang (Bali).

3. Morfologi tanaman

a. Jeruk nipis

Jeruk nipis merupakan jenis pohon yang bercabang banyak

; 1,5-3,5 m, puri 0,3-1,2 cm panjangnya. Memiliki tangkai daun

kadang-kadang bersayap sedikit, sayap beringgit melekut kedalam,

panjang 0,5-2,5 cm. Jeruk nipis memiliki daun yang bentuknya bulat

telur, memiliki tangkai daun bersayap dan ujung daun agak tumpul.

Memiliki warna daun pada permukaan bawah umumnya hijau

muda, sedangkan dibagian permukan atas berwarna hijau tua

mengkilap. Daun memiliki aroma khas yang harum. Memiliki buah

yang berbentuk seperti bola, kuning diameternya 3,5-5 cm, kulit 0,2-

0,5 cm, tebalnya daging buah kuning kehijauan 1-1000 cm (Rosyad

2009).

b. Jeruk purut

Universitas Muslim Indonesia


8

Jeruk purut merupakan jenis tumbuhan perdu yang terutama

dimanfaatkan buah dan daunnya pada masakan sebagai bumbu

penyedap (Munawaroh 2010, h. 73). Ukuran buah jeruk purut kecil,

banyak tonjolan sehingga bentuknya susah dipertahankan.

Buahnya berwarna hijau, buah yang masak akan berwarna kuning

sedikit dan memiliki kulit buah yang tebal. Memiliki daging buah

yang berwarna hijau kekuningan dan rasanya sangat masam dan

kadang pahit. Daun jeruk purut berbentuk bulat telur, ujungnya

tumpul dan bertangkai satu. Ketiak daun yang berduri pendek halus

yang warnanya hitam dengan ujung kecoklatan (Hidayat 1999).

4. Kandungan kimia

a. Jeruk nipis

Daun jeruk nipis mengandung minyak atsiri, flavonoid,

seperti poncirin, hesperidine, rhoifolin, dan (Rosyad 2009). Daun

jeruk nipis juga mengandung asam sitrat, asam amino (triptofan,

lisin), minyak atsiri (sitral, limonene, felandren, tripenol, kamfen),

dan vitamin B (Latief 2012, h. 92), Flavonoid, glikosida, tannin, dan

pholobatannin (Nweke 2015, h. 6).

b. Jeruk purut

Daun jeruk purut mengandung flavonoid (sianidin, myricetin,

peorridin, quercetin, luteolin, hesperetin, apigenin, dan isorhamnetin)

dan aktivitas antioksidan (Butryee, Sungpuag &

Chitchumroonchokchai 2009, h. 162). α-tokoferol (Ching & Mohamed

2001, h. 3102), minyak atsiri (Loh et al 2011, h. 3739).

Universitas Muslim Indonesia


9

5. Manfaat tanaman

a. Jeruk nipis

Daun dan bunga jeruk nipis dapat digunakan untuk

pengobatan hipertensi, batuk, lendir tenggorokan, demam, panas

pada malaria, jerawat, dan ketombe (Rosyad 2009). Pengujian efek

antipiretik yang ditimbulkan oleh daun jeruk nipis pada tikus putih

jantan menunjukkan daun jeruk nipis memiliki efek antipiretik yang

setara dengan asetaminofen (Widowati 2011). Buah jeruk nipis

dapat digunakan untuk menurunkan panas, obat batuk, peluruh

dahak, menghilangkan ketombe, influenza, dan obat jerawat

(Rosyad 2009).

b. Jeruk purut

Kandungan jeruk purut yang mengandung triterpenoid dan

minyak atsirinya sehingga mampu menekan berbagai penyakit

terutama sebagai antibakteri. Daun jeruk purut berkhasiat sebagai

stimulant dan penyegar. Pada awalnya jeruk purut sebagai obat

herbal digunakan pada pengobatan influenza, kulit yang bersisik

dan mengelupas dan perawatan rambut (Sinaga 2012). Jeruk purut

juga dapat digunakan untuk obat batuk dan antiseptik (Wulaningsih

2010). Telah dilakukan penelitian mengenai uji efek stimulan ekstrak

daun jeruk purut pada mencit putih jantan yang menunjukkan

ekstrak daun jeruk purut mempunyai efek stimulan serta ada

hubungan antara penigkatan dosis ekstrak daun jeruk purut dengan

peningkatan efek stimulan (Raharja 2009).


Universitas Muslim Indonesia
10

B. Radikal bebas

Reaksi oksidasi dapat terjadi setiap saat. Ketika bernapas pun terjadi

reaksi oksidasi. Reaksi inilah yang mencetus terbentuknya radikal bebas

yang sangat aktif, yang dapat merusak struktur serta fungsi sel. Namun,

reaktivitas radikal bebas itu dapat dihambat oleh sistem antioksidan yang

melengkapi sistem kekebalan tubuh. Para ahli biokimia menyebutkan

bahwa radikal bebas merupakan salah satu bentuk senyawa oksigen

reaktif, yang secara umum diketahui sebagai senyawa yang memiliki

elektron yang tidak berpasangan. Senyawa ini terbentuk di dalam

tubuh,dipicu oleh bermacam-macam faktor (Winarsih 2005, h. 11-12).

Radikal bebas merupakan molekul kimia yang sangat reaktif dan

disebut-sebut sebagai penyebab dari penuanaan dini, kanker, penyempitan

pembuluh darah (aterosklerosis), penyakit gangguan paru, hati, ginjal,

katarak, rematik dan diabetes sering dikaitkan dengan radikal bebas (Khaira

2010, h. 183).

Menurut Robins (2010), radikal bebas adalah suatu molekul yang

relatif tidak stabil dengan atom yang pada orbit terluarnya memiliki satu atau

lebih elektron yang tidak berpasangan. Molekul yang kehilangan pasangan

tersebut menjadi tidak stabil dan radikal supaya stabil molekul ini selalu

berusaha mencari pasangan elektronnya dengan cara mengambil elektron

dari molekul lain. Karena itulah disebut radikal bebas atau Reactive Oxygen

Species (ROS) (Khaira 2010, h. 183).

Sumber pemicu radikal bebas ada yang bersifat internal (dari dalam

tubuh) dan eksternal (dari luar tubuh) (Khaira 2010, h. 184) :

Universitas Muslim Indonesia


11

1. Radikal bebas internal

Oksigen yang biasa kita hirup merupakan penopang utama

karena menghasilkan banyak energi namun hasil samping dari reaksi

pembentukan energi tersebut akan menghasilkan reactive oxygen

species (ROS). Metabolisme aerobik yang merupakan proses penting

dalam kehidupan organisme selalu diikuti oleh terbentuknya radikal

bebas. Seperti diketahui proses metabolisme terjadi karena

teroksidasinya zat-zat makanan yang dikonversi menjadi senyawa

pengikat energi (adenosin triphospat) dengan bantuan oksigen. Dalam

proses oksidasi itu terbentuk juga radikal bebas (ROS), yaitu anion

superoksida dan hidroksil radikal.

2. Radikal bebas eksternal

Polusi udara, alkohol, rokok, radiasi sinar UV, obat-obatan tertentu

seperti anastesi, pestisida, sinar X dan kemoterapi merupakan sumber

radikal bebas eksternal. Beberapa cara pengelohan makanan dalam

kehidupan sehari-hari seperti menggoreng, membakar atau

memanggang juga dapat menghasilkan radikal bebas. Proses

pengolahan makanan dengan cara menggoreng, membakar atau

memanggang dengan suhu yang terlalu tinggi, terutama pada makanan

hewani berkadar protein dan lemak tinggi sebaiknya tidak sering

dilakukan karena akan menimbulkan dampak terbentuknya radikal

bebas. Minyak goreng yang dipakai berkali-kali sampai berwarna coklat

kehitaman dan berbau tengik dan menjadi penyebab radikal bebas.

C. Antioksidan

Universitas Muslim Indonesia


12

Antioksidan adalah zat yang dapat menunda, memperlambat, dan

mencegah terjadinya proses oksidasi atau menetralisir radikal bebas.

Antioksidan didifinisikan sebagai inhibitor yang bekerja menghambat

oksidasi dengan cara bereaksi dengan radikal bebas reaktif membentuk

radikal bebas tak reaktif yang stabil (Sembiring, Sangi, & Suryanto 2016, h.

16).

Antioksidan pada konsentrasi rendah secara signifikan dapat

menghambat atau mencegah oksidasi substrat dalam reaksi rantai.

Antioksidan dapat melindungi sel-sel dari kerusakan yang disebabkan oleh

molekul tidak stabil yang dikenal sebagai radikal bebas. Antioksidan dapat

mendonorkan elektronnya kepada molekul radikal bebas, sehingga dapat

menstabilkan radikal bebas dan menghentikan reaksi berantai. Contoh

antioksidan antara lain β karoten, likopen, vitamin C, vitamin E (Inggrid &

Santoso 2014, h. 9).

Secara alami tubuh memiliki sistem pertahanan terhadap radikal

bebas, yaitu antioksidan endogen intrasel yang terdiri atas enzim-enzim

yang disintesis oleh tubuh seperti superoksida dismutase (SOD), katalase

dan glutation peroksidase. Didalam tubuh harus terdapat antioksidan dalam

jumlah yang memadai. Pada keadaan patologik diantaranya akibat

terbentuknya radikal bebas dalam jumlah berlebihan, enzim-enzim yang

berfungsi sebagai antioksidan endogen dapat menurun aktivitasnya. Oleh

karena itu, jika terjadi peningkatan radikal bebas dalam tubuh, dibutuhkan

antioksidan eksogen (yang berasal dari bahan pangan yang dikonsumsi)

dalam jumlah yang lebih (Astuti 2012, h. 126).

Universitas Muslim Indonesia


13

Mekanisme antioksidan dalam menghentikan reaksi berantai pada

radikal bebas dari lemak yang teroksidasi, dapat disebabkan oleh 4 (empat)

macam mekanisme reaksi yaitu (Sayuti, Kesuma & Rina 2015, h. 67) :

a. Pelepasan hidrogen dari antioksidan.

b. Pelepasan elektron dari antioksidan.

c. Addisi asam lemak ke cincin aromatik pada antioksidan.

d. Pembentuk senyawa kompleks antara lemak dan cincin aromatik dari

antioksidan.

Berdasarkan mekanisme kerjanya antioksidan dibagi menjadi

kelompok yaitu:

 Antioksidan primer

Antioksidan primer atau disebut juga antioksidan enzimatis.

Senyawa dapat dikatakan sebagai antioksidan primer adalah suatu

senyawa yang mampu dengan cepat memberikan atom hidrogen kepada

senyawa radikal bebas sehingga berubah menjadi molekul yang kurang

reaktif dan mencegah pembentukan radikal bebas baru dengan

memutus reaksi berantai (polimerasi),kemudian mengubahnya menjadi

produk yang lebih stabil (Edriana 2014).

 Antioksidan sekunder

Antioksidan eksogen atau non-enzimatis disebut juga

antioksidan sekunder. Mekanisme kerjanya dengan cara memotong

reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas atau dengan cara

Universitas Muslim Indonesia


14

menangkapnya,sehingga radikal bebas tidak akan bereaksi dengan

komponen seluler. Antioksidan non-enzimatis dapat berupa komponen

nutrisi dari sayur-sayuran dan buah-buahan (Edriana 2014).

 Antioksidan tersier

Kelompok antioksidan ini berfungsi untuk memperbaiki sel-sel

dan jaringan tubuh yang rusak disebabkan oleh radikal bebas. Contoh

dari antioksidan tersier umumnya adalah enzim metionin sulfoksidan

reduktase yang dapat memperbaiki DNA dalam inti sel. Enzim metionin

sulfoksidan reduktase sangat dibutuhkan tubuh untuk mencegah

penyakit kanker (Inggrid & Santoso 2016, h. 10).

D. DPPH (1,1-dipenil-2-pikrilhidrazil)

Menurut Packer (1999) bahwa aktivitas antioksidan suatu senyawa

dapat diukur dari kemampuannya menangkap radikal bebas. Radikal bebas

yang biasa digunakan sebagai model dalam mengukur daya penangkapan

radikal bebasa dalah DPPH. DPPH yang merupakan senyawa radikal

bebas yang stabil sehingga apabila digunakan sebagai pereaksi dalam uji

penangkapan radikal bebas cukup dilarutkan. Jika disimpan dalam keadaan

kering dengan kondisi penyimpanan yang baik akan stabil selama bertahun-

tahun (Ikhlas 2015).

Interaksi antioksidan dengan DPPH baik secara transfer elektron atau

radikal hidrogen pada DPPH akan menetralkan karakter radikal bebas dari

DPPH. Jika semua elektron pada radikal bebas DPPH menjadi

berpasangan maka warna larutan berubah dari ungu tua menjadi kuning

Universitas Muslim Indonesia


15

terang dan absorbansi pada panjang gelombang 517 nm akan hilang

(Erawati 2012).

Metode 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil (DPPH) adalah metode yang

paling sering dilaporkan digunakan untuk skrining aktivitas antioksidan dari

berbagai tanaman obat. Metode peredaman radikal bebas DPPH

didasarkan pada reduksi dari radikal bebas DPPH yang berwarna oleh

penghambat radikal bebas. Prosedur ini melibatkan pengukuran penurunan

serapan DPPH pada panjang gelombang maksimalnya, yang sebanding

terhadap konsentrasi penghambat radikal bebas yang ditambahkan ke

larutan reagen DPPH. Aktivitas tersebut dinyatakan sebagai konsentrasi

efektif (effective concentration) EC50 atau (inhibitory concentration) IC50

(Ikhlas 2015).

Pengujian antioksidan dengan DPPH akan menghasilkan nilai IC50

(Inhibitor Concentration) yang menyatakan seberapa besar konsentrasi

ekstrak yang dibutuhkan untuk mereduksi radikal bebas (DPPH) sebanyak

50%. Molyneux (2004) menyatakan bahwa suatu zat mempunyai sifat

antioksidan bila nilai IC50 kurang dari 200 ppm. Bila nilai IC50 yang diperoleh

berkisar antara 200-1000 ppm, maka zat tersebut kurang aktif namun masih

berpotensi sebagai zat antioksidan (Salamah, Ayuningrat, & Purwaningsih

2008, h. 123-124).

E. Kuersetin

Kuersetin (3,3’,4’,5,7 pentahidroksiflavon) merupakan golongan

flavonoid dilaporkan menunjukkan beberapa aktivitas biologi. Aktivitas ini

dikaitkan dengan sifat antioksidan kuersetin, antara lain karena


Universitas Muslim Indonesia
16

kemampuan menangkap radikal bebas dan spesi oksigen reaktif seperti

anion superoksida dan radikal hidroksil (Gusdinar et al. 2009, h. 164).

Kuersetin dipercaya dapat melindungi tubuh dari beberapa jenis

penyakit degeneratif dengan cara mencegah terjadinya proses peroksidasi

lemak. Kemampuan kuersetin mencegah proses oksidasi dari Low Density

Lipoproteins (LDL) dengan cara menangkap radikal bebas dan menghelat

ion logam transisi (Minarno 2015, h. 74). Mekanisme kuersetin sebagai

antioksidan sekunder adalah dengan cara memotong reaksi oksidasi

berantai radikal bebas atau dengan cara menangkapnya (Salamah &

Widyasari 2015, h. 26).

Gambar 1. Struktur kimia kuersetin

F. Ekstraksi

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi

zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut

yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan
Universitas Muslim Indonesia
17

massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi

baku yang ditetapkan (Simanjuntak 2009).

Menurut Harborne (1996) ekstraksi adalah teknik pemisahan suatu

senyawa berdasarkan perbedaan distribusi zat terlarut diantara dua pelarut

yang saling bercampur. Pada umumnya zat terlarut yang diekstraksi bersifat

tidak larut atau larut sedikit dalam suatu pelarut tetapi mudah larut dengan

pelarut lain. Metode ekstraksi yang dapat ditentukan oleh tekstur

kandungan air bahan-bahan yang akan diekstraksi dan senyawa-senyawa

yang akan diisolasi (Narulita 2015).

Sumber lain menyatakan ekstraksi sebagai proses penarikan

komponen/zat aktif suatu simplisia dengan menggunakan pelarut tertentu.

Prinsip ekstraksi adalah melarutkan senyawa sesuai dengan kelarutannya

pada pelarut yang sesuai, senyawa polar dalam pelarut polar dan senyawa

nonpolar dalam pelarut nonpolar. Secara umum ekstraksi dilakukan secara

berturut-turut mulai dengan pelarut nonpolar (n-heksan) lalu kepolarannya

menengah (diklorometan atau etil asetat) kemudian pelarut yang bersifat

polar (metanol atau etanol) (Narulita 2015).

Sifat fisikokimia ekstrak diduga dipengaruhi oleh metode ekstraksi

yang digunakan. Ekstraksi dapat dilakukan dengan satu tahap ekstraksi

maupun bertingkat. Pada ekstraksi satu tahap hanya digunakan satu

pelarut untuk ekstraksi, sedang pada ekstraksi bertingkat digunakan dua

atau lebih pelarut (Septiana & Asnani 2012, h. 22-23).

Ada beberapa metode ekstraksi yaitu :

1. Cara dingin

Universitas Muslim Indonesia


18

a. Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan

menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau

pengadukan pada temperatur ruang (kamar). Secara teknologi

termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi

pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan

yang berulang (terus-menerus). Remaserasi berarti dilakukan

pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan

maserat pertama, dan seterusnya (Narulita 2015).

Menurut Parameter standar (2000) kelemahan utama dari

maserasi adalah prosesnya cukup memakan waktu yang lama, dapat

berlangsung beberapa jam hingga beberapa minggu. Ekstraksi

secara menyeluruh juga dapat menghabiskan sejumlah besar volume

pelarut dan dapat berpotensi hilangnya metabolit. Selain itu,

beberapa senyawa tidak terekstraksi secara efisien jika kurang

terlarut dalam temperatur kamar. Dilain pihak, dikarenkan ekstraksi

dilakukan pada temperatur kamar, maserasi tidak menyebabkan

degradasi dari metabolit yang tidak tahan panas (Erawati 2012).

b. Perkolasi

Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan

mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah

dibasahi. Pada perkolasi, serbuk tanaman direndam dalam pelarut

pada sebuah alat perkolator, bentuknya seperti kerucut terbalik.

Universitas Muslim Indonesia


19

Perkolasi cukup sesuai baik untuk ekstraksi pendahuluan maupun

dalam jumlah besar. Bahan padat basah dimasukkan dalam jumlah

yang tepat kemudian didiamkan selama sekitar 4 jam dalam keadaan

tertutup. Setelah itu cairan penyari akan menetas melewati serbuk

tanaman, mengganti pelarut yang keluar berupa ekstrak. Seperti

pada maserasi, untuk mengekstrak secara menyeluruh dilakukan

dengan penambahanpelarut yang baru (fresh solvent) dan semua

ekstrak dikumpulkan (Erawati 2012).

2. Cara panas

a. Refluks

Refluks merupakan ekstraksi dengan pelarut pada temperatur

titik didihnya, selama waktu gtertentu dan jumlah pelarut terbatas

yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya

dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali

sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna (Narulita 2015).

b. Sokletasi

Sokletsi ialah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang

selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga

terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah pelarut relatif konstan

dengan adanya pendinginan balik (Narulita 2015).

c. Digesti

Digesti merupakan maserasi kinetik (dengan pengadukan

kontinyu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan

Universitas Muslim Indonesia


20

(kamar), yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40º - 50ºC

(Narulita 2015).

d. Infusa

Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur

penangas air mendidih, temperatur terukur 90ºC - 98ºC selama waktu

tertentu (15-20 menit) (Narulita 2015).

e. Dekok

Dekok adalah infusa dengan waktu yang lebih lama (lebih dari

30 menit) dan temperatur sampai titik didih air (Narulita 2015).

G. Spektrofotometer UV-Vis

Spektrofotometer UV-visibel merupakan teknik spektroskopik yang

memakai sumber radiasi elektromagnetik ultra violet dekat (190-380 nm)

dan sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrumen

spektrofotometer. Distribusi elektron didalam suatu senyawa organik

secara umum yang dikenal sebagai orbital elektron pi (п), sigma (α) dan

elektron tidak berpasangan (n). Apabila pada molekul dikenakan radiasi

elektromagnetik maka akan terjadi ekstasi elektron ke tingkat energi yang

lebih tinggi yang dikenal sebagai orbital elektro anti bonding (Pratimasari

2009).

Radiasi elektromagnetik merupakan bentuk energi radiasi yang

mempunyai sifat gelombang dan partikel (foton). Karena bersifat sebagai

gelombang, maka ada parameter-parameter yang perlu diketahui, antara

lain panjang gelombang, frekuensi, bilangan gelombang, dan serapan.

Universitas Muslim Indonesia


21

Radiasi Elektromagnetik (REM) memiliki vektor listrik dan magnet yang

bergetar dalam bidang yang tegak lurus satu sama lain dan masing-masing

tegak lurus pada arah perambatan radiasi. Spektrofotometer dapat

digunakan untuk mengukur besarnya energi yang diabsorbsi atau

diteruskan. Jika radiasi yang monokromatik melewati larutan yang

mengandung zat yang dapat menyerap, maka radiasi ini akan dipantulkan,

diabsorpsi oleh zatnya, dan sisanya akan ditransmisikan (Narulita 2015).

Spektrofotometer UV-Vis digunakan terutama untuk analisis

kuantitatif, tetapi dapat pula untuk analisis kualitatif. Untuk analisa kuantitatif

langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah pembuatan spectrum

serapan dan pembuatan kurva kalibrasi yang diukur pada λ maksimum.

Pembuatan spectrum serapan bertujuan untuk memperoleh panjang

gelombang maksimum dari senyawa tersebut. Faktor-faktor yang

mempengaruhi spectrum serapan adalah jenis pelarut, pH larutan, kadar

larutan, tebal larutan dan lebar celah (Narulita 2015).

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Universitas Muslim Indonesia


22

Penelitian direncanakan akan dilakukan pada bulan November –Maret

2017 dilaboratorium Farmakognosi-Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas

Muslim Indonesia.

B. Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan adalah tanaman jeruk purut (Citrus hystrix

DC) dan jeruk nipis (Citrus aurantifolia (christm) Swingle). Sampel yang

digunakan adalah daun jeruk purut (Citrus hystrix DC) dan daun jeruk nipis

(Citrus aurantifolia (christm) Swingle) yang diperoleh dari Kota Ternate.

C. Metode Kerja

Penelitian ini dilakukan secara eksperimental di laboratorium dengan

menggunakan metode peredaman radikal bebas 1,1-diphenyl-2-

picrylhidrazyl (DPPH).

D. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan

Alat-alat yang digunakan adalah seperangkat alat gelas, lampu

UV254 dan UV366, rotary vacum evaporator, spektrofotometer Ultraviolet

visible, dan timbangan analitik.

22
2. Bahan yang digunakan

Bahan-bahan yang digunakan adalah aquadest, aluminium foil,

asam klorida, aseton, DPPH (1,1-Diphenyl-2-Picryl Hydrazil), daun jeruk

nipis (Citrus aurantifolia (christm) Swingle), daun jeruk purut (Citrus hystrix

Universitas Muslim Indonesia


23

DC), etanol 96%, FeCl3, HCl 0,5 N, kertas saring, kuersetin, lempeng KLT,

metanol p.a, pereaksi Mayer, pereaksi Bauchardat, pereaksi Dragendrof.

E. Prosedur Penelitian

1. Pengambilan dan pengolahan sampel

Bahan penelitian berupa daun jeruk purut (Citrus hystrix DC) dan

daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia (christm) Swingle) yang diperoleh dari

Kota Ternate. Daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia (christm) Swingle) dan

daun jeruk purut (Citrus hystrix DC) yang telah diperoleh dibersihkan dari

kotoran yang melekat dengan menggunakan air mengalir kemudian

dipotong-potong dan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Setelah

kering, sampel diserbukkan dan diekstraksi dengan cara maserasi (Suradji,

Najib, & Ahmad 2016, h. 176).

2. Pembuatan ekstrak

Serbuk daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia (christm) Swingle) dan

serbuk daun jeruk purut (Citrus hystrix DC) masing-masing ditimbang

sebanyak 450 gr, kemudian dimasukkan daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia

(christm) Swingle) dan daun jeruk purut (Citrus hystrix DC) yang akan di sari

kedalam bejana maserasi. Dituang secara perlahan etanol 96% sebanyak

1,5 L kedalam bejana maserasi yang berisi serbuk daun jeruk nipis (Citrus

aurantifolia (christm) Swingle) dan daun jeruk purut (Citrus hystrix DC).

Kemudian biarkan cairan penyari merendam serbuk simplisia selama 3 hari

sesekali dilakukan pengadukan, dilakukan maserasi 3 kali dengan pelarut

1,5 L. Kemudian disaring kedalam wadah baru sehingga diperoleh ekstrak

Universitas Muslim Indonesia


24

cair. Ekstrak cair diuapkan hingga diperoleh ekstrak kental (Suradji, Najib,

& Ahmad 2016, h. 176).

3. Pengujian fitokimia

Uji fitokimia yang dilakukan meliputi uji alkaloid, uji flavonoid, uji

saponin dan uji fenol hidrokuinon (Syarif et al. 2016, h.84).

a. Uji Alkaloid (Syarif et al. 2016, h. 84-85)

Ekstrak etanol daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia (christm) Swingle)

dan daun jeruk purut (Citrus hystrix DC) dimasukkan kedalam masing-

masing tabung reaksi kemudian ditetesi :

1. HCl 0,5 N dan pereaksi Mayer, jika mengandung alkaloid maka akan

menghasilkan endapan kuning.

2. HCl 0,5 N dan pereaksi Bauchardat, jika mengandung alkaloid maka

akan menghasilkan endapan coklat.

3. HCl 0,5 N dan pereaksi Dragendrof, jingga mengandung alkaloid akan

menghasilkan endapan jingga.

b. Uji Flavonoid

Sampel daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia (christm) Swingle) dan

daun jeruk purut (Citrus hystrix DC) diambil sebanyak 1 gr, masing-masing

dimasukkan dalam labu erlenmeyer dan ditambah etanol 25 mL. Kemudian

dipanaskan sampai mendidih dan disaring. Filtrat yang diperoleh diuapkan

sampai volume pelarut tinggal setengahnya. Filtrat dibagi menjadi dua,

tabung pertama blanko dan tabung kedua ditambah beberapa tetes etanol,

dikocok kemudian ditambahkan serbuk magnesium dan teteskan 5 M asam

Universitas Muslim Indonesia


25

klorida. Bila timbul warna merah maka ekstrak mengandung flavonoid

(Sangi, Momuat, & Kumaunang 2012, h. 129).

c. Uji Saponin/ uji busa

Sampel sebanyak 20 mg dimasukkan ke dalam tabung reaksi,

kemudian tambahkan aquades sampai seluruhnya terendam, kemudian

panaskan selama 5 menit. Dinginkan, lalu kocok kuat-kuat sampai berbusa.

Timbulnya busa yang stabil selama 5-10 menit menunjukkan adanya

saponin (Runtuwene 2011, h. 81).

d. Uji fenol hidrokuinon

Ekstrak etanol cair diambil sebanyak 1 ml kemudian ditambahkan 2

tetes larutan FeCl3 5%. Terbentuknya warna hijau atau hijau biru

menunjukkan adanya senyawa fenol dalam sampel. (Syarif et al. 2016, h.

84).

4. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Sampel Secara Kualitatif

Ekstrak etanol daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia (christm) Swingle)

dan daun jeruk purut (Citrus hystrix DC) masing-masing dilarutkan dengan

aseton dan ditotolkan pada lempeng KLT kemudian dielusi dengan

menggunakan eluen n-Heksan : Etil asetat (7:3). Ekstrak yang sudah ditotol

pada lempeng KLT dielusi dan diamati di bawah sinar UV 254 nm dan 366

nm. Lempeng KLT disemprot dengan menggunakan 1,1-Diphenyl-2-Picryl

Hydrazil (DPPH) dan dibiarkan mengering dan diamati terdapat noda

berwarna kuning pada lempeng.

5. Uji Antioksidan Ekstrak Etanol Sampel Secara Kuantitatif

Universitas Muslim Indonesia


26

Uji aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol jeruk nipis (Citrus

aurantifolia (christm) Swingle) dan daun jeruk purut (Citrus hystrix DC) diuji

degan menggunakan metode peredaman radikal bebas DPPH, yang

merujuk pada prosedur Syarif et al, 2016 dengan beberapa modifikasi.

a. Pembuatan larutan stok DPPH

Serbuk DPPH ditimbang sebanyak 2,5 mg, kemudian dilarutkan dengan

menggunakan 100 mL pelarut metanol p.a hingga diperoleh larutan stok

dengan konsentrasi 25 ppm.

b. Penentuan panjang gelombang maksimal larutan DPPH

Larutan stok DPPH 25 ppm dipipet 4 mL lalu diinkubasi pada suhu 37°C

selama 30 menit. Kemudian diukur absorbansinya pada panjang

gelombang maksimal.

c. Pengukuran daya antioksidan daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia


(christm) Swingle) dan daun jeruk purut (Citrus hystrix DC).
Ekstrak etanol daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia (christm) Swingle)

dan daun jeruk purut (Citrus hystrix DC) ditimbang sebanyak 10 mg dan

dilarutkan dengan metanol p.a sambil diaduk dan dihomogenkan lalu

cukupkan volumenya hingga 10 mL. Selanjutnya dilakukan pengenceran

pada sampel daun jeruk purut (Citrus hystrix DC) dengan seri konsentrasi

50 ppm, 100 ppm, 120 ppm, 130 ppm, dan 140 ppm dimana masing-masing

dipipet 0,25 mL, 0,5 mL, 0,6 mL, 0,65 mL dan 0,7 mL kemudian dicukupkan

dengan metanol p.a sampai volume akhir 5 mL. dan dilakukan seri

pengenceran pada sampel daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia (christm)

Swingle) dengan seri konsentrasi 60 ppm, 80 ppm, 100 ppm, 120 ppm, dan

140 ppm dimana masing-masing dipipet 0,3 mL, 0,4 mL, 0,5 mL, 0,6 mL

Universitas Muslim Indonesia


27

dan 0,7 mL kemudian dicukupkan dengan metanol p.a sampai volume akhir

5 mL. Seri konsentrasi yang telah dibuat masing-masing dipipet 0,5 mL, lalu

ditambahkan 3,5 mL larutan DPPH 25 ppm. Larutan campuran tersebut

diinkubasi selama 30 menit pada ruang gelap. Kemudian diukur serapannya

pada panjang gelombang 515 nm.

d. Pengukuran daya antioksidan pembanding kuarsetin

Kuersetin ditimbang sebanyak 10 mg dan dilarutkan dengan metanol

p.a sambil diaduk dan dihomogenkan lalu cukupkan volumenya hingga 10

mL, kemudian dilakukan pengenceran dengan seri konsentrasi 2 ppm, 4

ppm, 6 ppm, 8 ppm, 10 ppm, dimana masing-masing dipipet 0,01 mL, 0,02

mL, 0,03 mL, 0,04 mL, 0,05 mL, kemudian dicukupkan dengan metanol p.a

sampai volume akhir 5 mL. Seri konsentrasi yang telah dibuat masing-

masing dipipet 0,5 mL, lalu ditambahkan 3,5 mL larutan DPPH 25 ppm.

Larutan campuran tersebut diinkubasi selama 30 menit pada ruang gelap.

Kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang 515 nm.

Persentase peredaman radikal DPPH dihitung dengan persamaan :

[ A0 - ( A1 - As)]
% peredaman = x 100%
A0

Keterangan :

A0 : Absorbansi larutan kontrol (hanya mengandung DPPH)

A1 : Absorbansi mengandung sampel dan DPPH

As : Absorbansi sampel

Data aktivitas antioksidan penangkap radikal DPPH dianalisis dan

hasil perhitungan dimasukkan kedalam persamaan regresi linear,


Universitas Muslim Indonesia
28

konsentrasi sampel (ppm) sebagai sumbu x dan % peredaman radikal

bebas sebagai sumbu y. Nilai IC50 dari perhitungan pada saat % inhibisi

sebesar 50%, y = bx + a.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Universitas Muslim Indonesia


29

Radikal bebas adalah suatu molekul yang relatif tidak stabil dengan

atom yang pada orbit terluarnya memiliki satu atau lebih elektron yang tidak

berpasangan. Radikal bebas merupakan molekul kimia yang sangat reaktif

dan disebut-sebut sebagai penyebab dari penuaan dini, kanker,

penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis), penyakit gangguan paru,

hati, ginjal, katarak,rematik dan diabetes sering dikaitkan dengan radikal

bebas (Khaira 2010, h. 183).

Antioksidan dapat melindungi sel-sel dari kerusakan yang

disebabkan oleh molekul tidak stabil yang dikenal sebagai radikal bebas

(Inggrid & Santoso 2014, h. 9). Antioksidan adalah zat yang dapat

menunda, memperlambat dan mencegah terjadinya proses oksidasi atau

menetralisir radikal bebas (Sembiring, Sangi, & Suryanto 2016, h. 16).

Jeruk merupakan salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan

sebagai tanaman pangan maupun obat. Beberapa varietas jeruk

diantaranya jeruk purut (Citrus hystrix DC) dan jeruk nipis (Citrus

aurantifolia (christm) Swingle). Salah satu bagian tanaman jeruk purut

(Citrus hystrix DC) dan jeruk nipis (Citrus aurantifolia (christm) Swingle)

yang dapat dimanfaatkan yaitu daun. Daun tanaman jeruk purut (Citrus

hystrix DC) dan jeruk nipis (Citrus aurantifolia (christm) Swingle)

mengandung flavonoid dan memiliki aktivitas antioksidan. Flavonoid

merupakan salah satu kelompok senyawa fenolik yang banyak terdapat


29
pada jaringan tanaman yang dapat berperan sebagai antioksidan.

Adanya aktivitas antioksidan pada daun tanaman jeruk purut (Citrus

hystrix DC) dan jeruk nipis (Citrus aurantifolia (christm) Swingle) sehingga

Universitas Muslim Indonesia


30

dilakukannya penelitian studi komparasi aktivitas antioksidan daun jeruk

purut (Citrus hystrix DC) dan daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia (christm)

Swingle) asal kota Ternate dengan menggunakan metode peredaman

radikal bebas 1,1-Diphenyl-2-Picrylhydrazil (DPPH).

Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi karena metode

ini merupakan metode ekstraksi dengan cara dingin sehingga dapat

menghindari rusaknya senyawa-senyawa yang termolabil (Tetti 2014, h.

362).

Sampel daun jeruk purut (Citrus hystrix DC) dan daun jeruk nipis

(Citrus aurantifolia (christm) Swingle) yang akan diekstraksi ditimbang

sebanyak 450 g kemudian diekstraksi menggunakan pelarut etanol 96 %

sebanyak 1,5 L. Penggunaan pelarut etanol dalam proses ekstraksi

dikarenakan lebih aman dalam penanganan dibandingkan pelarut organik

lainnya seperti metanol dan aseton. Pelarut etanol memiliki aktivitas yang

tinggi untuk menarik senyawa, bergantung pada konsetrasi pelarut etanol

sendiri (Chew et al 2011, h. 1430). Dilakukan maserasi 3 kali dengan pelarut

sebanyak 1,5 L. Ekstrak etanol cair yang didapatkan kemudian diuapkan

menggunakan rotavapor untuk mendapatkan ekstrak etanol kental. Hasil

ekstrak etanol kental yang diperoleh pada daun jeruk purut (Citrus hystrix

DC) daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia (christm) Swingle) pada tabel 1.

Tabel 1.Hasil perhitungan persen rendemen ekstrak etanol daun jeruk purut
(Citrus hystrix) dan daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia (christm)
Swingle)

Berat Rendamen
Berat ekstrak
Sampel sampel ekstrak (%)
(g)
segar (g) b/b

Universitas Muslim Indonesia


31

Daun jeruk
450 g 50,9073 11,313
purut
Daun jeruk
450 g 44,5056 9,908
nipis

Hasil dilakukan uji skrining dengan metode tabung pada sampel

daun jeruk purut (Citrus hystrix DC) dan daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia

(christm) Swingle), kedua sampel mengandung fenol, flavonoid, dan

saponin dan pada sampel tidak mengandung alkaloid.

Tabel 2. Data hasil skrining fitokimia ekstak etanol daun jeruk purut (Citrus
hystrix DC) dan daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia (christm)
Swingle)

Sampel Identifikasi Hasil pengamatan

Ekstrak etanol
daun jeruk purut Fenol +
(Citrus hystrix
DC) dan daun Flavonoid +
jeruk nipis (Citrus Saponin +
aurantifolia
(christm) Alkaloid -
Swingle)

Keterangan : (+) = positif (-) = negatif

Pengujian aktivitas antioksidan secara kualitatif dilakukan dengan

menggunakan lempeng KLT. Ekstrak etanol daun jeruk purut (Citrus hystrix

DC) dan daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia (christm) Swingle) ditotolkan

pada lempeng KLT kemudian dielusi dengan eluen n-Heksan : etil asetat

(7:3). Setelah lempeng KLT dielusi kemudian disemprot dengan DPPH.

Bercak noda yang memberikan perubahan warna menjadi kuning setelah

disemprotkan dengan DPPH menunjukkan adanya aktivitas antioksidan

(Handayani, Ahmad & Sudir 2014, h. 89).

Universitas Muslim Indonesia


32

Uji aktivitas antioksidan secara kualitatif pada sampel daun jeruk

purut (Citrus hystrix DC) dan daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia (christm)

Swingle) menunjukkan adanya aktivitas antioksidan terdapat bercak kuning

latar ungu pada lempeng KLT yang telah di semprotkan menggunakan

DPPH.

Gambar 2. Foto profil Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ekstrak etanol daun
jeruk purut (Citrus hystrix DC)

(a) (b) (c)

Keterangan :
2.a : Penampak bercak UV 254 nm ekstrak etanol daun jeruk purut (Citrus
hystrix DC)
2.b : Penampak bercak UV 366 nm ekstrak etanol daun jeruk purut (Citrus
hystrix DC)
2.c : Penampak bercak sinar tampak ekstrak etanol daun jeruk purut (Citrus
hystrix DC) setelah disemprot DPPH

Gambar 3. Foto profil Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ekstrak etanol daun
jeruk nipis (Citrus aurantifolia (christm) Swingle).

Universitas Muslim Indonesia


33

(a) (b) (c)

Keterangan :

3.a : Penampak bercak UV 254 nm ekstrak etanol daun jeruk nipis (Citrus
aurantifolia (christm) Swingle)
3.b : Penampak bercak UV 366 nm ekstrak etanol daun jeruk nipis (Citrus
aurantifolia (christm) Swingle)
3.c : Penampak bercak sinar tampak ekstrak etanol daun jeruk purut
(Citrus hystrix DC) setelah disemprot DPPH

Pengujian aktivitas antioksidan secara kuantitatif dilakukan

menggunakan metode peredaman radikal bebas DPPH. Metode 1,1-

Universitas Muslim Indonesia


34

diphenyl-2-picrylhydrazil (DPPH) adalah metode yang paling sering

digunakan untuk skrining aktivitas antioksidan dari berbagai tanaman obat.

Prosedur ini melibatkan pengukuran penurunan serapan DPPH pada

panjang gelombang maksimalnya, yang sebanding terhadap konsentrasi

penghambat radikal bebas yang ditambahkan ke larutan reagen DPPH

(Ikhlas 2015). Pengujian antioksidan dengan DPPH akan menghasilkan

nilai IC50 (Inhibitor concentration) yang menyatakan seberapa besar

konsentrasi ekstrak yang dibutuhkan untuk mereduksi radikal bebas

(DPPH) sebanyak 50 % (Salamah, Ayuningrat, & Purwaningsih 2008, h.

123-124).

Sampel daun jeruk purut (Citrus hystrix DC) dan daun jeruk nipis

(Citrus aurantifolia (christm) Swingle) yang akan diuji dibuat dalam

konsentrasi 1000 ppm. Selanjutnya dilakukan pengenceran pada sampel

daun jeruk purut (Citrus hystrix DC) dengan seri konsentrasi 50 ppm, 100

ppm, 120 ppm, 130 ppm dan 140 ppm sedangkan pada sampel daun jeruk

nipis (Citrus aurantifolia (christm) Swingle) dilakukan pengenceran dengan

seri konsentrasi 60 ppm, 80 ppm, 100 ppm, 120 ppm, 140 ppm. Pada

pengujian ini digunakan pembanding kuersetin. Kuersetin dibuat dalam

konsentrasi 1000 ppm selanjutnya dibuat pengenceran dengan seri

konsentasi 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm dan 10 ppm. Lalu dilakukan

pengukuran menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Selanjutnya dilakukan

perhitungan persen inhibisi (% inhibisi) dan nilai IC50 (inhibition

concentration) dari masing-masing sampel dan pembanding.

Universitas Muslim Indonesia


35

Hasil yang diperoleh pada pengukuran pembanding, nilai IC50

kuersetin yaitu 5,087 μg/mL ini menunjukkan kuersetin memiliki aktivitas

antioksidan sangat kuat. Sedangkan pada sampel ekstrak etanol daun jeruk

purut (Citrus hystrix DC) memiliki nilai IC50 228,695 μg/mL, ini menunjukkan

sampel daun jeruk purut (Citrus hystrix DC) memiliki aktivitas antioksidan

lemah dan pada sampel ekstrak etanol daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia

(christm) Swingle) memiliki nilai IC50 335,064 μg/mL, ini menunjukkan pada

sampel daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia (christm) Swingle) memiliki

aktivitas antioksidan yang tidak aktif.

Tabel 4. Hasil pengukuran absorbansi, persen inhibisi dan nilai IC50 dari
ekstrak etanol daun jeruk purut (Citrus hystrix DC), daun jeruk
nipis (Citrus aurantifolia (christm) Swingle) dan pembanding
Kuersetin.

Sampel Konsentrasi Abs Abs Sampel Absorbansi % inhibisi IC50


(ppm) blanko + DPPH Sampel (µg/mL)

Daun 50 0,683 0,612 0,017 12,884


jeruk 100 0,683 0,567 0,036 22,254
purut 120 0,683 0,544 0,047 27,232
130 0,683 0,536 228,695
140 0,683 0,516 0,049 28,696
0,054 32,357

Daun 60 0,680 0,576 0,004 15,882


jeruk 80 0,680 0,561 0,006 18,382
nipis 100 0,680 0,552 0,009 20,147
120 0,680 0,539 335,064
140 0,680 0,511 0,01 22,205
0,011 26,470

2 0, 683 0,386 43,484


Kuersetin 4 0, 683 0,359 47,437
6 0, 683 0,329 51,830 5, 087
8 0, 683 0,297 56,515
Universitas Muslim Indonesia
36

10 0, 683 0,269 60,614

Data diatas dapat dibuat kurva kalibrasi untuk pembuatan

persamaan regresi DPPH yang menghubungkan antara persen

penghambatan dengan konsentrasi ekstrak daun jeruk purut (Citrus hystrix

DC) dan daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia (christm) Swingle) dan

hubungan persen penghambatan dengan konsentrasi kuersetin, seperti

pada kurva dibawah.

DPPH Ekstrak Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix DC)


35
y = 0.210x + 1.974
30 R² = 0.991

25

20
jeruk purut
15 Linear (jeruk purut)

10

0
0 50 100 150

Gambar 4. Grafik hubungan antara konsentrasi ekstrak daun jeruk purut


dengan (Citrus hystrix DC) % pengikatan DPPH.

Universitas Muslim Indonesia


37

DPPH Ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia


(chritsm) Swingle)
30 y = 0.125x + 8.1176
R² = 0.9702
25
20
15 JERUK NIPIS
Linear (JERUK NIPIS)
10
5
0
0 50 100 150

KUERSETIN
70 y = 2.166x + 38.97
60 R² = 0.999

50
40
kersetin
30
Linear (kersetin)
20
10
0
0 5 10 15
Gambar 5. Grafik hubungan antara konsentrasi ekstrak daun jeruk nipis
dengan (Citrus aurantifolia (christm) Swingle) % pengikatan
DPPH.

Gambar 6. Grafik hubungan antara konsentrasi kuersetin dengan %


pengikatan DPPH.

Universitas Muslim Indonesia


38

Regresi linear yang didapat oleh ekstrak daun jeruk purut (Citrus

hystrix DC) adalah y = 0,210x + 1,974 dengan nilai R2 adalah 0,991

sedangkan ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia (christm) Swingle)

adalah y = 0,125x + 8,117 dengan nilai R2 adalah 0,970 dan kuersetin

adalah y = 2,166x + 38,97 dengan nilai R2 adalah 0,999. Kemudian dari

regresi linear tersebut dimasukkan dalam persamaan y = a + bx, dimana y

adalah % hambat 50 dan x adalah nilai IC50.

Dari data diatas menunjukkan bahwa sampel ekstrak daun jeruk

purut (Citrus hystrix DC) memiliki aktivitas antioksidan yang lemah dan daun

jeruk nipis (Citrus arantifolia (christm) Swingle) tidak memiliki aktivitas

antioksidan. Adapun faktor kesalahan yang mungkin terjadi pada saat

pengambilan sampel dan pengolahan. Kemungkinan faktor kerugian

metode maserasi juga dapat menyebabkan beberapa senyawa hilang

pada saat proses ekstraksi (Tetti 2014, h. 362).

Hal lain yang mungkin terjadi yaitu akibat pengeringan. Pengeringan

bahan pangan seringkali dilakukan agar suatu bahan dapat disimpan lebih

lama, namun proses pengeringan dapat menyebabkan kerusakan

senyawa-senyawa di dalamnya, termasuk senyawa antioksidan alami.

Beberapa penelitian pada tumbuhan mengenai aktivitas antioksidan

dengan membandingkan sampel yang masih segar dan sampel yang telah

dikeringkan, menunjukkan aktivitas antioksidan sampel yang masih segar

lebih baik dibandingkan sampel yang telah dikeringkan.

Universitas Muslim Indonesia


39

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan

bahwa :

1. Daun jeruk purut (Citrus hystrix DC) memiliki aktivitas antioksidan dan

daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia (christm) Swingle) tidak memiliki

aktivitas antioksidan.

2. Ada perbedaan aktivitas antioksidan daun jeruk purut (Citrus hystrix DC)

dan daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia (christm) Swingle), dimana

aktivitas antioksidan daun jeruk purut (Citrus hystrix DC) lebih tinggi

dengan nilai IC50 228,695 µg/ml dibandingkan daun jeruk nipis (Citrus

aurantifolia (christm) Swingle) yang tidak memiliki aktivitas antioksidan

dengan nilai IC50 335,064 µg/ml.

B. Saran

Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai aktivitas

antioksidan dari ekstrak daun jeruk purut (Citrus hystrix DC) dan daun jeruk

nipis (Citrus aurantifolia (christm) Swingle) menggunakan metode lain

seperti metode β-caroten bleaching.

Universitas Muslim Indonesia


40

39 PUSTAKA
DAFTAR

Astuti, S., 2012, Isoflavon kedelai dan potensinya sebagai penangkap


radikal bebas, vol.13, no 2, Jurnal Teknologi dan Industri Hasil
Pertanian, pp. 126-136.
Butryee, C., Sungpuag, P. and Chitchumroonchokchai, C., 2009. Effect of
processing on the flavonoid content and antioxidant capacity of
Citrus hystrix leaf. International journal of food sciences and nutrition,
60(sup2), pp.162-174.
Chew, KK, Khoo, MZ, Ng, SY, Thoo, YY, Wan Aida, WM, & Ho, CW 2011,
‘Effect of ethanol concentration, extraction time and extraction
temperature on the recovery of phenolic compounds and antioxidant
capacity of Orthosiphon stamineus extracts’, Int. Food Res Journal,
18(4), pp.1235-1427.

Ching, L.S. and Mohamed, S., 2001. Alpha-tocopherol content in 62 edible


tropical plants.Journal of Agricultural and food Chemistry, 49(6),
pp.3101-3105.
Dalimartha, S., 2008, Atlas tumbuhan obat Indonesia, vol. 2, Niaga
Swadaya

Edriana, N., 2014, Uji Aktivitas Antioksidan Pada Ekstrak Daun Kunyit
(curcuma domestica val) Dengan Menggunakan Metode DPPH (1, 1-
diphenyl-2-picrylhydrazyl), S.Si Skripsi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Erawati. 2012, Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Garcinia


daedalanthera Pierre dengan Metoda DPPH (1,1 difenil-2-
pikrilhidrazil) dan Identifikasi Golongan Senyawa Kimia Dari Fraksi
Paling Aktif, S.Si Skripsi, Fakultas Ilmu matematika dan ilmu
pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Depok.
Fidrianny, I., Amaliah, A., & Sukrasno, 2016, Antioxidant Activities
Evaluation of Citrus Leaves Extracts from West Java-Indonesia
Using DPPH and Frap Assays. Pharmaceutical Biology Research
Group, School of Pharmacy. Bandung Instituate of Technology
Indonesi.
Gusdinar, T., Herowati, R., Kartasasmita, R. E., & Adnyana, I. K., 2009,
‘Sintesis Kuersetin Terklorinasi dan Aktivitas Perlindungan terhadap
Universitas Muslim Indonesia
41

Tukak Lambung’, vol. 20, no 4,Majalah Farmasi Indonesia, pp. 171-


177.
Handayani, V., Ahmad, A., & Sudir, M 2016, ‘Uji Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Metanol Bunga dan Daun Patikala (Etlingera elatior (Jack)
RM Sm) Menggunakan Metode DPPH’, Pharmaceutical Sciences
and Research (PSR), vol. 1, no. 2, pp. 86-93.

Hariana, H. A., 2013, 262 Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Penerbit


Swadaya Grup.

Hidayat, F. K., 1999, Ekstraksi Minyak Atsiri dari Daun Jeruk Purut (Citrus
hystrix D.) Pada Skala Pilot-Plant, S.T.P Skripsi, Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Ikhlas, N., 2015, Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Herba Kemangi (Ocimum
americanum Linn) dengan Metode DPPH (2, 2-Difenil-1-Pikrilhidrazil),
S.Si Skripsi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta.
Inggrid, H. M., & Santoso, H., 2014, Ekstraksi Antioksidan dan Senyawa
Aktif dari Buah Kiwi (Actinidia deliciosa). Research Report-
Engineering Science.
Inggrid, M., & Santoso, H., 2016, Aktivitas Antioksidan Dan Senyawa
Bioaktif Dalam Buah Stroberi, Research Report-Engineering
Science.

Khaira, K., 2010, Menangkal Radikal Bebas Dengan Anti-Oksidan. Jurnal


Sains dan Teknologi.
Latief, Abdul., 2012. Obat Tradisional.EGC : Jakarta. Hal, 92.
Loh, F. S., Awang, R. M., Omar, D., & Rahmani, M. , 2011, Insecticidal
properties of Citrus hystrix DC leaves essential oil against
Spodoptera litura fabricius. Journal of Medicinal Plants
Research, 5(16), pp. 3739-3744

Minarno, E. B. 2015, Skrining fitokimia dan kandungan total flavanoid pada


buah Carica pubescens Lenne & K. Koch di kawasan bromo, cangar,
dan dataran tinggi dieng. el–Hayah, 5(2), pp.73-82. Diakses 17
Desember 2016.
Munawaroh, S., & Handayani, P. A., 2010,’Ekstraksi Minyak Daun Jeruk
Purut (Citrus hystrix DC) Dengan Pelarut Etanol dan N-
Heksana’. Jurnal Kompetensi Teknik, pp. 73-78.
Nweke, F.U., 2015. Effect of Citrus Aurantifolia Leaf Extract on Mycelial
Growth and Spore Germination of Different Plant Pathogenic
Fungi.Advances in Life Science and Technology Journal Vol 31, 4-9.
Universitas Muslim Indonesia
42

Narulita, H., 2015, ‘Studi Praformulasi Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah
Manggis (Garcinia mangostana L.), S.Si Skripsi, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Pratimasari, D., 2009, ‘Uji Aktivitas Penangkap Radikal Buah Carica papaya
L. Dengan Metode DPPH dan Penetapan Kadar Fenolik Serta
Flavonoid Totalnya’, S.Farm Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Redha, A., 2013, Flavonoid: struktur, sifat antioksidatif dan peranannya
dalam sistem biologis, Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik
Negeri Pontianak.

Raharja, B., 2009, ‘Uji Efek Stimulan Ekstrak Daun Jeruk Purut (Citrus
hystrix DC) Pada Mencit Putih Jantan’, S.Farm Skripsi, Fakultas
Farmasi, Unika Widya Mandala, Surabaya.

Rosyad, P. G. Y., 2009, ‘Formulasi Gel Obat Jerawat Minyak Atsiri Daun
Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia, Swingle) dan Uji Daya Antibakteri
(Propionibacterium acne) Secara In Vitro’, S.Farm Skripsi, Fakultas
Farmasi, Universitas Muhammadiyah, Surakarta.
Runtuwene, M 2011, Kajian Fitokimia dan Toksisitas Ekstrak Metanol Daun
Pinang Yaki Areca Vestiaria Giseke. Chemistry Progress, 4(2).

Salamah, E., Ayuningrat, E., & Purwaningsih, S.,2008,’ Penapisan awal


komponen bioaktif dari kijing taiwan (Anadonta woodiana Lea.)
sebagai senyawa antioksidan’, vol. 11, no 2. Buletin Teknologi Hasil
Perikanan, pp. 119-132.

Salamah, N., & Widyasari, E., 2015, ‘Aktivitas Antioksidan Ekstrak


Metanol Daun Kelengkeng (Euphoria longan (L) Steud.) Dengan
Metode Penangkapan Radikal 2,2’-Difenil-1-Pikrilhidrazil, vol.5, no
1. Pharmaciana.

Sangi, M. S., Momuat, L. I., & Kumaunang, M., 2012, ‘Uji toksisitas dan
skrining fitokimia tepung gabah pelepah aren (Arenga
pinnata)’, Jurnal Ilmiah Sains, vol. 12,no 2, pp. 127-134.
Sayuti, Kesuma & Yenrina, R 2015, Antioksidan, Alami dan Sintetik,
Andalas University Press, Padang.

Sembiring, E., Sangi, M. S., & Suryanto, E., 2016, ‘Aktivitas antioksidan
ekstrak dan fraksi dari biji jagung (Zea mays L.)’ Chemistry Progress,
pp. 16-24.

Septiana, A. T., & Asnani, A., 2012, ‘Kajian sifat fisikokimia ekstrak rumput
laut coklat Sargassum duplicatum menggunakan berbagai pelarut
dan metode ekstraksi’, Jurnal Agrointek, vol. 6, no 1, pp. 22-28.

Universitas Muslim Indonesia


43

Simanjuntak, M., 2009, ‘Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun


Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum. L) Serta
Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar’,
S.Farm Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara,
Medan.

Sinaga, S. R., 2012,.’Uji Banding Efektivitas Perasan Jeruk Purut (Citrus


hystrix DC) dengan Zinc Pyrithione 1% terhadap Pertumbuhan
Pityrosporum ovale pada Penderita Berketombe’, S.Ked Skripsi,
Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro, Semarang.

Suradji, S. I., Najib, A., & Ahmad, A. R., 2016, ‘Studi komparasi kadar
flavonoid total pada bunga rosella merah (Hibiscus sabdariffa L.)
Asal kabupaten luwu utara provinsi Sulawesi Selatan dan kabupaten
Kediri provinsi Jawa Timur. Jurnal Fitofarmaka Indonesia, vol. 3, hal
2, pp. 175-181.

Syarif, R. A., Muhajir, M., Ahmad, A. R., & Malik, A., 2016, ‘Identifikasi
golongan senyawa antioksidan dengan menggunakan metode
peredaman radikal DPPH ekstrak etanol daun Cordia myxa L’, Jurnal
Fitofarmaka Indonesia, vol. 2, no 1, pp. 83-89.
Tetti, M. 2014,‘Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, Dan Identifikasi Senyawa
Aktif’, Jurnal Kesehatan, vol. 7, no. 2.

Widowati, K., 2011, ‘Efek Antipiretik Ekstrak daun Jeruk Nipis (Citrus
aurantifolium L.) Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus)’, S.ked
Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta

Winarsi, H., 2005, Antioksidan Alami dan Radikal, Kanisius.

Wulaningsih, A., 2010,’ Formulasi Sediaan Gel Minyak Atsiri Buah Jeruk
Purut (Citrus hystrix dc.) dan Uji Aktivitas Antibakteri Terhadap
Propionibacterium acne Secara in vitro’, S.Farm Skripsi, Fakultas
Farmasi, Universitas Muhammadiyah, Surakarta.

Universitas Muslim Indonesia


44

LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema kerja ekstraksi daun jeruk purut (Citrus hystrix DC)
dan daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia (christm) Swingle)

450 gram daun jeruk purut (Citrus


hystrix DC) dan daun jeruk nipis
(Citrus aurantifolia (christm) Swingle)

Dimaserasi dengan etanol


sambil sesekali diaduk selama
24 jam,kemudian disaring

Residu Ekstrak etanol


cair

Dimaserasi 3 kali

Ekstrak etanol
cair

Diuapkan
menggunakan
rotavapor
Ekstrak kental

Universitas Muslim Indonesia


45

Lampiran 2. Skema pengujian skrining fitokimia ekstrak daun jeruk purut


(Citrus hystrix DC) dan daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia
(christm) Swingle)

a. Uji Alkaloid

Ekstrak etanol daun jeruk purut (Citrus


hystrix DC) dan daun jeruk nipis (Citrus
aurantifolia (christm) Swingle)

Dimasukkan kedalam tabung


reaksi dan ditetesi

HCl 0,5 N dan HCl 0,5 N dan HCl 0,5 N dan


pereaksi Mayer pereaksi Bauchardat pereaksi Dragendorf

Endapan Endapan Endapan


kuning (+) coklat (+) jingga (+)

Universitas Muslim Indonesia


46

b. Uji Flavonoid
1 gram sampel daun jeruk purut (Citrus
hystrix DC) dan daun jeruk nipis (Citrus
aurantifolia (christm) Swingle)

- Dimasukkan kedalam
labu Erlenmeyer dan ditambahkan
etanol 25 mL
- Dipanaskan sampai mendidih dan
disaring

Filtrat

Diuapkan sampai volume


Pelarut tinggal setengahnya

Filtrat pertama Filtrat kedua ditambah


blanko beberapa tetes etanol

Dikocok dan ditambahkan serbuk


magnesium kemudian teteskan asam
klorida 5 M

Warna merah (+)

Universitas Muslim Indonesia


47

c. Uji Saponin/ uji busa

Sampel daun jeruk purut (Citrus


hystrix DC) dan daun jeruk nipis
(Citrus aurantifolia (christm) Swingle)
Masukkan dalam tabung reaksi

Tambahkan
aquadest

- Dipanaskan selama 5 menit


- Dinginkan dan dikocok sampai berbusa

Busa yang stabil selama 5-10


menit (+)

d. Uji fenol

1 mL ekstrak
etanol cair

Tambahkan 2 tetes larutan FeCl3 5%

warna hijau atau hijau


biru (+) senyawa fenol

Universitas Muslim Indonesia


48

Lampiran 3. Skema kerja uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol sampel


secara kualitatif

Ekstrak etanol daun jeruk purut


(Citrus hystrix DC) dan daun jeruk
(Citrus aurantifolia (christm) Swingle)

Dilarutkan dengan aseton


Ditotolkan pada lempeng KLT
Dielusi dengan eluen n-Heksan : Etil
Asetat (7 : 3)

Lempeng KLT
yang telah dielusi

Diamati di bawah sinar UV 254 nm dan


366 nm

Lempeng KLT disemprot dengan DPPH

Dibiarkan hingga mengering

Diamati terdapat noda berwarna kuning


pada lempeng.

Universitas Muslim Indonesia


49

Lampiran 4. Skema kerja uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol sampel


secara kuantitatif.

a. Pembuatan larutan stok DPPH dan penentuan panjang geombang

2,5 mg DPPH

Dilarutkan dengan 100 mL pelarut metanol

Larutan stok 25 ppm

Dipipet

4 mL larutan stok

Diinkubasi selama 30
menit

Diukur absorbansinya pada


panjang gelombang 515 nm

Universitas Muslim Indonesia


50

b. Pengukuran aktivitas antioksidan larutan ekstrak etanol daun jeruk purut


(Citrus hystrix DC).

Ekstrak etanol daun jeruk nipis daun jeruk


purut (Citrus hystrix DC) sebanyak 10 mg
Dilarutkan dengan metanol
p.a dan dicukupkan
volumenya hingga 10 mL
untuk memperoleh larutan
stok dengan konsentrasi
1000 ppm.

Dilakukan pengenceran dengan seri


konsentrasi

Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi


50 ppm 100 ppm 120 ppm 130 ppm 140 ppm

Dipipet 0,5 mL dari masing-masing


seri konsentrasi
Ditambahkan 3,5 mL larutan
DPPH 50 ppm
Larutan campuran
Diinkubasi selama 30 menit
Diukur serapannya pada
panjang gelombang 515 nm

Absorbansi

Dihitung % peredaman radikal


bebas
Dihitung nilai IC50

Nilai IC50

Universitas Muslim Indonesia


51

c. pengukuran aktivitas antioksidan larutan ekstrak etanol daun jeruk nipis


(Citrus aurantifolia (christm) Swingle)

Ekstrak etanol daun jeruk nipis


daun jeruk purut (Citrus aurantifolia
(christm) Swingle)

sebanyak 10Dilarutkan
mg dengan metanol
p.a dan dicukupkan
volumenya hingga 10 mL
untuk memperoleh larutan
stok dengan konsentrasi
1000 ppm.

Dilakukan pengenceran dengan seri


konsentrasi

Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi


60 ppm 80 ppm 100 ppm 120 ppm 140 ppm

Dipipet 0,5 mL dari masing-


masing
seri konsentrasi
Ditambahkan 3,5 mL larutan
DPPH 50 ppm

Larutan campuran
Diinkubasi selama 30 menit
Diukur serapannya pada
Panjang gelombang 515 nm

Absorbansi
Dihitung % peredaman radikal
bebas
Dihitung nilai IC50

Nilai IC50
Universitas Muslim Indonesia
52

d. Pengukuran antioksidan pembanding kuarsetin

10 mg kuarsetin

Dilarutkan dengan metanol


p.a sambil diaduk dan
dihomogenkan lalu cukupkan
volumenya hingga 10 ml
untuk memperoleh larutan
stok 1000 ppm

Dilakukan pengenceran dengan seri


konsentrasi

Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi


2 ppm 4 ppm 6 ppm 8 ppm 10 ppm

Dipipet 0,5 mL dari masing-masing


seri konsentrasi
Ditambahkan 3,5 mL larutan
DPPH 25 ppm

Larutan campuran

Diinkubasi selama 30 menit


Diukur serapannya pada panjang
gelombang 515 nm

Absorbansi

Dihitung % peredaman radikal


bebas
Dihitung nilai IC50

Nilai IC50
Universitas Muslim Indonesia
53

Lampiran 5. Gambar daun jeruk purut (Citrus hystrix DC) dan daun jeruk
nipis (Citrus aurantifolia (christm) Swingle)

A
B

(Sumber : Dokumentasi
pribadi)

Gambar 7. Daun jeruk purut


(Citrus hystrix DC) dan daun
jeruk nipis (Citrus
aurantifolia (christm)
Swingle)

Keterangan :

A : Gambar daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia (christm) Swingle)

B : Gambar daun jeruk purut (Citrus hystrix DC)

Universitas Muslim Indonesia


54

Lampiran 6.Gambar ekstrak daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia (christm)


Swingle) dan daun jeruk purut (Citrus hystrix DC).

(A) (B)

Gambar 8. Ekstrak daun jeruk purut (Citrus hystrix DC) dan daun jeruk
nipis (Citrus aurantifolia (christm) Swingle)

Keterangan :

A : ekstrak etanol kental daun jeruk purut (Citrus hystrix DC)

B : ekstrak etanol kental daun jeruk purut (Citrus aurantifolia (christm)


Swingle)

Universitas Muslim Indonesia


55

Lampiran 7. Perhitungan persen (%) aktivitas antioksidan ekstrak etanol


daun jeruk purut (Citrus hystrix DC)
[𝐴0−( 𝐴1−𝐴𝑠)]
Aktivitas Antioksidan (%) = 𝑥 100%
𝐴0

0,683−(0,612−0,017)
50 ppm = x 100%
0,683

= 12,884 %

0,683−(0,567−0,036)
100 ppm = x 100%
0,683

= 22,254 %

0,683−(0,544−0,047)
120 ppm = x 100 %
0,683

= 27,232 %

0,683−(0,536−0,049)
130 ppm = x 100%
0,683

= 28,696 %

0,683−(0,516−0,054)
140 ppm = x 100%
0,683

= 32,357 %

Universitas Muslim Indonesia


56

Lampiran 8. Perhitungan persen (%) aktivitas antioksidan ekstrak etanol


daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia (christm) Swingle)
[𝐴0−( 𝐴1−𝐴𝑠)]
Aktivitas Antioksidan (%) = 𝑥 100%
𝐴0

0,680−(0,576−0,004)
60 ppm = x 100%
0,680

= 15,882 %

0,680−(0,561−0,006)
80 ppm = x 100%
0,680

= 18,382 %

0,680−(0,554−0,009)
100 ppm = x 100 %
0,680

= 20,147 %

0,680−(0,539−0,01)
120 ppm = x 100%
0,680

= 22,205 %

0,680−(0,511−0,011
140 ppm = x 100%
0,680

= 26,470 %

Universitas Muslim Indonesia


57

Lampiran 9.Perhitungan persen (%) aktivitas antioksidan sampel


pembanding Kuersetin

(Abs.Blanko−Abs.Sampel)
Aktivitas Antioksidan (%) = x 100%
Abs.Blanko

0,683−0,386
2 ppm = x 100%
0,683

= 43.48463 %
0,683−0,359
4 ppm = x 100%
0,683

= 47, 43777 %
0,683−0,329
6 ppm = x 100 %
0,683

= 51,83016 %
0,683−0,297
8 ppm = x 100%
0,683

= 56,51537 %
0,683−0,269
10 ppm = x 100%
0,683

= 60,61493 %

Universitas Muslim Indonesia


58

Lampiran 10.Perhitungan nilai IC50 ekstrak etanol daun jeruk purut (Citrus
hystrix DC) dan grafik hubungan konsentrasi sampel dengan
% pengikatan DPPH

Persamaan Linear y = 0,140x + 8,578

Dik. a = 1,974

b = 0,210

R2 = 0,991

Sehingga, y = bx + a

50 = 1,974+ 0,210x

(50−a)
x = b

(50−1,974)
= 0,210

IC50 = 228,695 µg/mL

Universitas Muslim Indonesia


59

Lampiran 11.Perhitungan nilai IC50 ekstrak etanol daun jeruk nipis (Citrus
aurantifolia (christm) Swingle) dan grafik hubungan
konsentrasi sampel dengan % pengikatan DPPH

Persamaan Linear y = 0,125x + 8,117

Dik. a = 8,117

b = 0,125

R2 = 0,970

Sehingga, y = bx + a

50 = 8,117 + 0,125x

(50−a)
x =
b

(50−8,117)
= 0,125

IC50 = 335,064 µg/mL

Universitas Muslim Indonesia


60

Lampiran 12.Perhitungan nilai IC50 sampel pembanding Kuersetin

Persamaan Linear y = 2.166x + 38.97

Dik. a = 38.97

b = 2.166

R2 = 0,999

Sehingga, y = bx + a

50 = 38.97 + 2.166x

(50−a)
x = b

(50−38,97)
= 2,166

IC50 = 5,092 µg/mL

Universitas Muslim Indonesia


61

Lampiran 13.Perhitungan persen (%) rendemen

a. Ekstrak etanol daun jeruk purut (Citrus hystrix DC)

Dik. Berat ekstrak : 50,9073 gram

Berat Sampel : 450 gram

Berat Ekstrak
Sehingga, % rendamen = x 100%
Berat Sampel

50,9073 gram
= x 100%
500 gram

= 11,313 %

b. Ekstrak etanol daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia (christm) Swingle)

Dik. Berat ekstrak : 44,5056 gram

Berat Sampel : 450 gram

Berat Ekstrak
Sehingga, % rendamen = x 100%
Berat Sampel

44,5056 gram
= x 100%
450 gram

= 9,908 %

Universitas Muslim Indonesia


62

Lampiran 14. Kunci determinasi sampel

Universitas Muslim Indonesia

Anda mungkin juga menyukai