Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh derajat keasaman (pH) air laut
terhadap laju pertumbuhan Gracilaria sp.. Penelitian ini dilaksanakan selama 30 hari dari bulan Agustus
sampai dengan September 2016 di Laboratorium Pusat Penelitian Sumber Daya Alam dan Lingkungan
(PPSDAL) UNPAD, Bandung. Metode yang digunakan adalah metode eksperimental menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan menggunakan empat perlakuan dan masing-masing perlakuan di
ulang sebanyak tiga kali. Data hasil pengukuran kualitas air dianalisis secara deskriptif dan pengaruh
konsentrasi pH terhadap laju pertumbuhan Gracilaria sp. dianalisis menggunakan analisis sidik ragam dan
dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. Parameter yang diamati meliputi perubahan bobot dan
pengamatan secara visual yang terjadi kepada Gracilaria sp.. Hasil penelitian menunjukan bahwa bobot
Gracilaria sp. selama 30 hari pengamatan rata-rata mengalami penurunan dengan rata-rata nilai laju
pertumbuhan harian (%) tiap perlakuan sebesar A (-1,88±0,23), B (-1,63±0,34), C (-0,89±0,26) dan D
(0,46±0,09). Gracilaria sp. pada konsentrasi pH 5±0,2 hanya dapat bertahan hidup sampai pada
pengamatan hari ke 16, konsentrasi pH 5,5±0,2 bertahan sampai pada pengamatan hari ke 19 dan pH
6±0,2 dan pH 8±1,5 dapat bertahan sampai pada pengamatan hari ke 30. Berdasarkan analisis sidik ragam
dapat disimpulkan bahwa pH dapat mempengaruhi laju pertumbuhan Gracilaria sp., dan berdasarkan
perbandingan berganda Duncan perlakuan D merupakan perlakuan terbaik sedangkan perlakuan A dan B
merupakan perlakuan yang berpengaruh karena perlakuan dengan kisaran pH <6 menurunnya laju
pertumbuhan dan menyebabkan Gracilaria sp mengalami penyakit ice-ice.
Kata kunci : derajat keasaman (pH), Gracilaria sp., laju pertumbuhan,
Abstract
This research aims to identify and analyze the effect of acidic level (pH) of seawater on the rate of
growth of Gracilaria sp.. This research was conducted for 30 days from August to September 2016 in
Laboratory Research Center for Natural Resources and Environment (PPSDAL) Padjadjaran University,
Bandung. The research used experimental method using a completely randomized design (RAL) with four
treatments and each treatment was repeated three times. Water quality measurement data were analyzed
descriptively and the effect of pH on the growth rate of the concentration of Gracilaria sp. were analyzed
using analysis of variance followed by Duncan multiple range test. The parameters observed weight gain
and visual observation happens to Gracilaria sp .. The results showed that the weight of Gracilaria sp.
observation for 30 days on average decreased by an average value of daily growth rate (%) for each
treatment A (-1.88 ± 0.23), B (-1.63 ± 0.34), C (- 0.89 ± 0.26) and D (0.46 ± 0.09). Gracilaria sp. with
concentration pH 5±0,2 can survive only until the 16th day of observation, concentration pH 5.5±0,2
survive until 19th day of observation, pH 6±0,2 and pH 8±1,5 can survive up to 30th or the last day of
observation. According to annova analysis, it could be concluded that the pH can affect the growth rate of
Gracilaria sp., and based on the comparison of Duncan's multiple treatments D is the best treatment, while
treatment A and B is a treatment effect as treatment with a range of pH <6 reduction in the rate of growth
and cause ice-ice disease in Gracilaria sp..
Keywords : acidic level (pH), Gracilaria sp., growth rate
PENDAHULUAN
Sejak dimulainya revolusi industri, lautan telah menyerap sekitar 30% karbondioksida (CO2) yang
dilepaskan ke atmosfer (Feely et al. 2004). Menurut Comwall et al. (2013), penyerapan CO2 ini telah
menyebabkan perubahan yang signifikan pada siklus karbon di laut dan diprediksi menyebabkan penurunan
pH 0,3 – 0,5 sampai akhir abad ini. Proses ini menyebabkan terjadinya fenomena pengasaman laut (Ocean
acidification).
Perubahan pH dapat mempunyai akibat buruk terhadap kehidupan biota laut, baik secara langsung
maupun tidak langsung (Odum, 1993 dalam Awaluddin 2014). Salah satu organisme laut yang akan
terpengaruh terhadap adanya perubahan nilai pH air laut atau fenomena pengasaman laut adalah Makroalga.
Ries et al. (2009), menyebutkan bahwa Ocean acidification merupakan penyebab terjadinya
perubahan dalam skala besar pada ekosistem laut, terutama pada organisme calcifying atau yang mengalami
proses pengapuran pada siklus hidupnya. Sedangkan untuk golongan makroalga tidak berkapur tentunya
pengasaman laut atau penurunan nilai pH juga akan berpengaruh terhadap pertumbuhannya.
Salah satu jenis makroalga yang merupakan komoditas yang sering dimanfaatkan di Indonesia
adalah Gracilaria sp. Hal ini membuat banyaknya kegiatan budidaya Glacilaria sp baik yang dilakukan di
tambak maupun di laut. Menurut Samsuari (2006), faktor- faktor lingkungan yang mempengaruhi
pertumbuhan rumput laut antara lain adalah suhu, salinitas, cahaya, gerakan air dan pH perairan. Derajat
keasaman (pH) adalah salah satu faktor lingkungan yang perlu mendapatkan perhatian karena berhubungan
dengan metabolisme sel (Gunawan, 2012). Suhu optimum untuk pertumbuhan Gracilaria sp berkisar pada
20-28oC, salinitas yang baik untuk pertumbuhan berkisar antara 15 – 30 0/00, dan besaran pH yang baik
untuk pertumbuhan Gracilaria sp antara 6-9 (Anggadiredja, et al 2006) .
Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis pengaruh
derajat keasaman (pH) air laut terhadap laju pertumbuhan Gracilaria sp., dan menentukan derajat
keasaman (pH) air laut yang terbaik untuk pertumbuhan Gracilaria sp..
ANALISIS DATA
Pertumbuhan berat mutlak.
W = Wt – Wo
Keterangan :
W = Pertumbuhan bobot mutlak (g)
Wt = Berat rata-rata pada waktu ke-t (gram)
Wo = Berat rata-rata awal (gram)
𝑡 𝑤𝑡
𝑔 = (√ − 1) 𝑥 100 %
𝑤𝑜
Keterangan :
g = Presentase laju pertumbuhan (%)
Wt = Berat rata-rata pada waktu ke-t (gram)
Wo = Berat rata-rata awal (gram)
t = Waktu (hari)
Data hasil pengukuran kualitas air dianalisis secara deskriptif menggunakan gambar dan grafik
sebagai pendukung. Analisis pengaruh konsentrasi pH terhadap laju pertumbuhan Gracilaria sp. dilakukan
dengan Analisis Varians (ANOVA) pada taraf signifikasi 5%. Selanjutnya apabila terdapat perbedaan
antara perlakuan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan dengan taraf signifikasi 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Parameter Kualitas Air
pH
Derajat keasaman (pH) pada penelitian ini merupakan faktor yang membedakan antar perlakuan
pada akuarium. Untuk merubah nilai pH pada setiap akuarium dilakukan dengan cara menambahkan H2SO4
sampai pada nilai pH yang diinginkan. Konsentrasi pH pada perlakuan A 4,98 - 5,19, perlakuan B berkisar
5,43 - 5,63, perlakuan C dengan kisaran pH 5,86 - 6,19, dan perlakuan D yang merupakan kontrol memliki
kisaran pH 8,49 - 9,41. Nilai pH pada perlakuan A dan B menunjukkan kondisi asam dan pH pada perlakuan
C dan D masih dalam batas optimal bagi pertumbuhan Gracilaria sp.. Anggadiredja et al (2006),
menjelaskan bahwa Gracilaria sp. dapat tumbuh dengan baik pada kisaran pH 6-9.
Gambar 1. pH Pada Media Air
Suhu
Suhu air selama 30 hari penelitian secara insitu menunjukkan hasil berkisar 27,5o – 28,5o C. Suhu
terendah terjadi pada pengamatan hari pertama pada perlakuan C dengan rata-rata suhu sebesar
27,5±0,21oC. Sedangkan untuk rata-rata suhu tertinggi selama penelitian sebesar 28,5±0,12oC dan
28,5±0,35oC terjadi pada pengamatan hari ke-10 pada perlakuan A dan C. Selama penilitian kondisi suhu
pada setiap perlakuan masih ideal untuk pertumbuhan pada Gracilaria sp. hal ini sesuai dengan pendapat
Anggadiredja et al (2006), yang menyebutkan bahwa kisaran suhu perairan yang baik untuk pertumbuhan
Gracilaria sp berkisar 20 - 280C.
Salinitas
Salinitas selama penelitian berlangsung berkisar antara 32 - 37 0/00. Besar nilai salinitas pada setiap
perlakuan selama penelitian tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, penurunan dan kenaikan
salinitas hanya berkisar 1 -2 0/00 . Selama penelitian kondisi kadar garam pada akuarium uji mengalami
peningkatan dan penurunan, namun fluktuasi yang terjadi masih aman terhadap kelangsungan hidup
Gracilaria sp. Menurut Hendrajat (2010), Gracilaria sp. dapat tumbuh pada kisaran kadar garam yang
tinggi dan tahan pada kadar garam 50 0/00.
Gambar 3. Salinitas Pada Media Air
DO
Sumber oksigen terlarut pada Gracilaria sp. Berasal dari difusi udara dan fotosintesi, penambahan
oksigen didalam media air dilakukan dengan bantuan aerasi yang menyebabkan nilai oksigen terlarut pada
setiap perlakuan tidak mengalami perbedaan yang signifikan. Nilai kandungan oksigen terlarut (DO) pada
media air dalam akuarium uji selama penelitian berkisar antara 5,2 – 8,5 mg/L. Nilai DO spada setiap
perlakuan selama penelitian masih dalam batas toleransi untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan
Gracilaria sp. Hal ini sesuai dengan baku mutu yang disarankan berdasarkan Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004 yaitu > 5.
Dilanjutkan dengan uji jarak berganda duncan pada taraf signifikasi 5 % menunjukkan bahwa
perlakuan C dan D tidak berbeda nyata. Hal ini menjelaskan bahwa diatara 4 perlakuan pH yang diberikan
terhadap Gracilaria sp., perlakuan C dan D merupakan perlakuan terbaik. Dari hasil analisis diketahui
bahwa perlakuan D merupakan perlakuan terbaik diantara perlakuan lainnya dilihat dari nilai rata-rata laju
pertumbuhan hariannya yang menunjukan nilai terbesar dibandingkan perlakuan lainnya. Sedangkan untuk
perlakuan A dan B merupakan perlakuan yang paling memberikan pengaruh bagi laju pertumbuhan
Gracilaria sp. karena menyebabkan kematian pada Gracilaria sp. yang disebabkan oleh konsetrasi pH < 6
yang diberikan. . Perlakuan A dengan konsentrasi pH ± 5 yang paling berpengaruh terhadap laju
pertumbuhan Gracilaria sp. karena Gracilaria sp. hanya dapat bertahan sampai pada pengamatan hari ke 16,
sedangkan pada perlakuan B Gracilaria sp. mampu bertahan lebih lama yaitu sampai pada pengamatan hari
ke 19..
Dalam mengetahui besar pertumbuhan mutlak Gracilaria sp. diperlukan data perubahan bobot yang
terjadi pada Gracilaria sp. selama penelitian untuk mengetahui lebih jelas besar kenaikan dan penurunan
yang terjadi pada masing- masing perlakuan yang dilakukan setiap 3 hari sekali). Dari semua perlakuan
yang dilakukan pada penelitian ini umumnya mengalami penurunan setiap harinya.
Pada perlakuan A terjadi penurunan bobot setiap harinya, dimulai dari hari pertama pemberian
H2SO4 pada media air untuk merubah konsentrasi kisaran nilai pH menjadi ± 5. . Nilai penurunan bobot
terbesar terjadi pada pengamatan hari 16 atau hari terakhir pada perlakuan A sebesar 1,80±0,39 gram yang
merubah bobot Gracilaria sp. dari bobot hari sebelumnya 24,71 gram menjadi 22,22 gram.
Perlakuan pada perlakuan B yaitu dengan konsentrasi pH ± 5.5 mengalami penurunan besar bobot
pada Gracilaria sp. pada setiap harinya. Penurunan bobot berkisar 0,18 – 1,72 gram. Gracilaria sp. pada
perlakuan B dapat bertahan hidup lebih lama sampai hari ke 19 pengamatan dibandingkan dengan perlakuan
A. Kematian Gracilaria sp. pada perlakuan B ini menimbulkan gejala yang sama seperti pada perlakuan
A yaitu gejalan terkena penyakit ice-ice. Gejala yang dimulai dengan keadaan thallus yang tidak elestis
sampai pada pemutihan seluruh thallus pada Gracilaria sp.
Pada perlakuan C masih terjadi penurunan berat yang lebih dominan dibandingkan dengan
kenaikan berat Gracilaria sp. hal ini disebabkan perlakuan C masih mendapatkan paparan hari H2SO4.
Berbeda dengan kondisi thallus pada perlakuan A dan B yang menyebabkan pemutihan pada seluruh
permukaan thallus, kondisi pada perlakuan C tidak mengalami pemutihan pada thallus hanya saja kondisi
thallus yang mulai tidak elastis, mudah patah dan warna thallus yang semakin pucat
Dari seluruh perlakuan yang diberikan kepada Gracilaria sp. hanya perlakuan D dengan nilai pH
berkisar 8,4 – 9,37 (kontrol) yang mengalami peningkatan bobot selama penelitian. Peningkatan bobot pada
perlakuan D berkisar 0,17 – 1,75 gram,. Penurunan bobot Gracilaria sp hanya terjadi pada hari ke 16, 22
dan 28 selama pengamatan berkisar 0,11 – 0,37 gram. Konsentrasi pH pada perlakuan D masih dalam
toleransi besaran pH untuk kelangsungan hidup Gracilaria sp., selain itu hanya perlakuan D yang tidak
mengalami pemaparan H2SO4 untuk merubah nilai pH.
Nilai pH yang tidak sesuai untuk kelangsungan hidup Gracilaria sp akan menyebabkan Gracilaria
sp mengalami penyakit ice-ice hal ini dibuktikan oleh hasil pengamatan akuarium A, B, dan C yang
mengalami penurunan berat akibat keadaan thallus yang rapuh dan terjadinya pemutihan thallus. Faktor
utama penyabab penyaki ice-ice pada makroalga adalah perubahan kondisi lingkungan yang menyebabkan
rumput laut menjadi stress selain itu penyakit ice-ice dapat ditimbulkan oleh serangan hama (Arisandi &
Akhmad 2014). Makroalga yang mengalami stress akan memudahkan infeksi patogen. Pada keadaan stress,
makroalga akan membebaskan substansi organik yang menyebabkan thallus berlendir dan merangsang
bakteri tumbuh melimpah (Ayumayasari & Made 2015).
KESIMPULAN
Konsentrasi pH dengan suasana asam berpengaruh secara signifikan terhadap laju pertumbuhan
Gracilaria sp. berdasarkan hasil analisis ragam pada taraf 5%. Semakin rendah nilai pH akan
mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan mengakibatkan penyakit pada Gracilaria sp..
DAFTAR PUSTAKA
Anggadireja, J.T, A. Zatnika, H. Purwoto, dan S. Istini. 2006. Rumput Laut: Pembudidayaan, Pengolahan
dan Pemasaran Komoditas Perikanan Potensial. Penebar Swadaya, Jakarta, 147 hlm..
Arisandi dan Akhmad Farid. 2014. Dampak FAktor Ekologis Terhadap Sebaran Penyakit Ice-Ice. Jurnal
Kelautan Volume.7 (1).
Awaluddin, K. 2014. Pengaruh Derajat Keasaman (pH) Air Laut Terhadap Konsentrasi Kalsium dan Laju
Pertumbuhan Halimeda sp. Torani Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan. Vol.24 (1): 28-34.
Ayumayasari, I Made Sena Darmasetiyawana. 2015. Identifikasi Bakteri pada Rumput Laut Euchema
spinosum yang terserang penyakit Ice-ice di Perairan Pantai Kutuh Suprabadevi. Journal of
Marine and Aquatic Sciences 2 (2016) 11–15.
Cornwall C.E, Hepburn C.D, McGraw C.M, Currie K.I, Pilditch C.A, Hunter K.A, Boyd P.W & Hurd C.L.
2013. Diurnal Fluctuations in Seawater pH Influence the Response of a Calcifying Macroalga to
Ocean Acidification. Proc R Soc B 280: 20132201.
Kementrian Lingkungan Hidup (2004). Keputusan Kementrian Lingkungan Hidup No. 51. Jakarta. 10 hlm.
Ries JB, Cohen AL, McCorkle DC. 2009. Marine Calcifiers Exhibit Mixed Responses to CO2-Induced
Ocean Acidification. Geology 37:1131–1134.
Samsuari. 2006. Kajian Ekologis dan Biologi untuk Pengembangan Budidaya Makroalga (Euchemma
cottoni) di Kecamatan Kupang Barat Kabupaten Kupang Propinsi Nusa Tenggara Timur.
http://www.damandiri.go.id. 15/05/2008.