Anda di halaman 1dari 4

LO untuk modul 3, blok 7; "Temporomandibular Joint"

1. Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi TMJ!


2. Mahasiswa mampu menjelaskan biomekanik TMJ!
3. Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi neuroanatomi TMJ!
4. Mahasiswa mampu menjelaskan kelainan dan penyebab kelainan TMJ!
5. Mahasiswa mampu menjelaskan mekanika gerakan mandibula!

1. Anatomi TMJ
Susunan anatomi normal dari Temporomandibula joint ini dibentuk oleh bagian – bagian:
1. Fossa glenoidalis
2. Prosesus kondiloideus
3. Ligamen
4. Rongga Synovial
5. Diskus artikularis

1. Fossa Glenoidalis atau fossa mandibularis dari tulang temporal. Bagian anterior berhubungan dengan eminensia
artikularis, merupakan artikulasi dari fossa glenoidalis. Bagian posterior dari fossa glenoidalis merupakan dataran
tympani dari tulang temporal6.

2. Prosesus kondiloideus dari tulang mandibula. Merupakan tulang yang berbentuk elips yang mempunyai kepala
dan leher.

3. Ligamen. Fungsi dari ligamen yang membentuk Temporomandibula joint ini adalah sebagai alat untuk
menghubungkan tulang temporal dengan prosesus kondiloideus dari tulang mandibula serta membatasi gerak
mandibula membuka, menutup mulut, pergerakan ke samping, dan gerakan lain. Ligament yang menyusun
temporomandibula joint terdiri dari :
a. Ligamen temporo mandibular
b. Ligamen spheno mandibular
c. Ligamen stylo mandibular

4. Rongga Synovial. Terdiri dari dua bagian yaitu bagian superior dan bagian inferior. Fungsi dari rongga synovial ini
adalah menghasilkan cairan pelumas yang berguna untuk pergerakan sendi.

5. Diskus Artikularis. Merupakan tulang fibro kartilago di dalam persendian temporomandibular yang terletak di
antara prosesus kondiloideus dan fossa glenoidalis. Diskus Artikularis ini merupakan bantalan tulang rawan yang
tidak dapat menahan sinar x sahingga gambarannya radiolusen6.

2. Biomekanik TMJ
Gerakan membuka mulut
Rotasi : saat membuka mulut

 buka kecil kecil sama 25 mm


 buka lebar (50 mm) - rotasi dan translasi

Pergerakan temporomandibula joint ini dibagi menjadi dua gerak utama yaitu2 :
a. Gerak Rotasi
Ketika caput processus condylaris bergerak pivot dalam kompartemen sendi bagian bawah dalam hubungannya
dengan discus articularis.
b. Gerak meluncur atau translasi
Dimana caput mandibula dan discus articularis bergerak disepanjang permukaan bawah Os. Temporale pada
kompartemaen sendi bagian atas. Kombinasi gerak sendi dan meluncur diperlukan agar cavum oris dibuja lebar –
lebar. Gerak sendi pada individu dewasa yang normal mempunyai kisaran 20 – 25mm antara gigi geligi anterior atas
dan bawah. Bila dikombinasikan dengan gerak meluncur kisaran gerak membuka mulut yang normal akan meningkat
menjadi 35 – 45mm7.

3. Neuroanatomi TMJ

 TMJ dipersarafi oleh Nervus Trigeminus (N. V) divisi N. Mandibularis

 persyarafan utama TMJ berasal dari N. Auriculotemporalis, yaitu divisi posterior dari N. Mandubularis.

 Persyarafan lain dapat berasal dari Masserericus nervus dan deep temporale.

4. Kelainan dan penyebab kelainan TMJ


Tipe TMD
1. Myogenous TMD (berhubungan dengan otot)
Biasanya pada kerja otot yang berlebihan, fatik, atau tekanan pada rahang dan otot yang mendukung. Tipe ini
meyebabkan sakit pada rahang, sakit kepala dan atau sakit di belakang leher.
2. Arthrogenous TMD (berhubungan dengan sendi)
Biasanya disebabkan karena keradangan, penyakit, atau degenerasi jaringan lunak atau keras yang berkaitan dengan
TMJ. Keradangan, dislokasi diskus, dan artritis degeneratif merupakan kelainan artrogenus yang paling sering.

Faktor penyebab TMD


Penyebab dari TMD tidak jelas, TMD biasanya melibatkan lebih dari satu gejala dan sangat jarang terjadi karena satu
penyebab. TMD disebabkan karena beberapa faktor berjalan bersama, termasuk trauma pada rahang dan penyakit
sendi (arthritis).
Gerinda gigi, kebiasaan bruksisme, dan ketegangan otot pada kepala atau leher telah dibuktikan belum tentu
merupakan penyebab TMD, tapi hal itu semua dapat memperparah atau memperpanjang gejala TMD. Kebiasaan
bruksisme dan ketegangan otot pada kepala atau leher seringkali harus dikontrol untuk mengurangi dan
penanganan gejala TMD.
Orang-orang dengan TMD harus mengetahui bahwa kelainan TMD bersifat kronis. Banyak faktor seperti stres,
kesehatan secara psikologi, dan stabilitas emosional dapat berpengaruh pada seberapa parah atau seberapa panjang
gejala TMD pada seseorang akan bertahan. Karena tidak ada perawatan instan yang dapat menangani gejala TMD
ini, penanganan yang paling sukses untuk perawatan TMD adalah penanganan diri sendiri dan mengkontrol faktor-
faktor yang dapat memperparah kelainan TMD ini.

Faktor-faktor yang berkaitan dengan TMD


1. Trauma
Trauma secara langsung pada rahang telah terbukti berhubungan onset dari gejala TMD. Trauma secara langsung
pada rahang dapat terjadi dari pukulan pada rahang, hiperextension atau overstretching pada rahang, dan pada
beberapa kasus kompresi pada rahang. Lamanya atau kekuatan yang berlebihan pada prosedur perawatan gigi,
intubasi untuk anastesi umum, dan prosedur bedah untuk mulut, kerongkongan, esofagus, dan perut dapat menjadi
faktor trauma pada TMJ.
2. Kebiasaan buruk
Kebiasaan seperti gerinda gigi, bruksisme, menggigit bibir, menggigit kuku, mengunyah permen karet, dan postur
yang abnormal dari rahang adalah sangat umum dan tidak terbukti sebagai penyebab TMD, tapi berhubungan
dengan TMD dan mungkin dapat membuat gejala TMD bertambah parah dan kronis.
3. Oklusi
Oklusi gigi merupakan kestabilan gigi-gigi dalam gigitannya. Para ahli percaya bahwa maloklusi dapat menyebabkan
TMD, tapi penelitian akhir-akhir ini tidak mendukung teori tersebut. Penelitian telah menunjukkan bahwa
kebanyakan pasien dengan TMD mempunyai oklusi yang normal dan mayoritas orang-orang dengan maloklusi tidak
mengalami kelainan TMD. Maloklusi seringkali merupakan faktor kontribusi yang dapat memperparah TMD tapi
tidak pernah menjadi faktor utama penyebab kelaianan TMD.
4. Psikologikal
Banyak pasien dengan TMD mengatakan bahwa gejala TMD timbul atau bertambah parah ketika mereka mengalami
depresi, ansietas, dan peningkatan stres emosional. Penelitian menunjukkan bahwa banyak pasien dengan TMD
meningkat gejalanya ketika mengalami depresi, ansietas, dan peningkatan stres emosional. Kebanyakan pasien akan
mengalami peningkatan kebiasaan gerinda gigi dan bruksisme ketika mereka mengalami depresi, ansietas, dan
peningkatan stres emosional.
5. Penyakit TMJ
Beberapa tipe artritis akan terjadi pada TMJ seperti pada sendi yang lain. Osteoartritis sangat umum terjadi pada
usia lanjut. Penyakit- penyakit seperti panyakit parkinson, myasthenia gravis, stroke, amyotropic lateral sclerosis (Lou
Gehrig’s disease) akan menyebabkan pergerakan rahang yang tidak terkontrol. Penyakit seperti tetanus (lock jaw)
akan menyebabkan kontraksi rahang dan otot yang tidak terkontrol.
6. Lain-lain
Penggunaan obat dan medikasi preskripsi tertentu dapat mempengaruhi sistem saraf pusat dan otot yang dapat
mempengaruhi TMD.

Klasifikasi Kelainan pada TMJ


1. Myofacial pain
Symptom : nyeri difuse, bilateral, tirgger points/ referred points
Treatment : moist heath, muscle relaxant, terapi fisik, trigger point injection
2. Internal derangements
Symptom : unilateral, nyeri terlokalisir, clicking, krepitasi, pergerakan mandibula terbatas, nyeri kepala, leher hingga
punggung
Dibagi menjadi :
Disc displacement PermukaanØ posterior dari disc menipis dan inferior retrodiscal lamina dan lateral distal dan
lateral ligamen memanjang, maka disc akan bergeser melalui permukaan artikularis dari kondilus
Disc dislocation withoutØ reduction Elastisitas superior retrodiscal lamina hilang, menyebabkan sulitnya disc
kembali ke arah tempat yang normal dalam pergerakan membuka mulut. Ditandai dengan pembukaan mulut
menjadi terbatas dan tidak terdengar lagi bunyi klik selama pergerakan buka mulut
Disc dislocation with reductionØ
a. Pemukaan posterior disc makin mengecil dan superior retrodiscal lamina dan kolateral ligamen makin memanjang
b. Disc akan bergerak ke anterior melewati diskal space c. Ketika membuka mulut kondilus bergerak ke bawah di
sebelah posterior artikular eminence arah posteror border dari disc.
d. Gerakan ini menimbulkan loncatan atau untuk menangkap disc dalam pergerakan membuka mulut.
e. Selama pergerakan rahang disc kembali pada posisi normal.
f. Selama adanya disc location, kondilus terletak pada retrodiskal tissue yang merupakan daerah banyak vascularisasi
dan nervus, sehingga akan menyebabkan rasa sakit.
Penyebab Kelainan pada TMJ
1. Trauma, dapat secara langsung maupun tidak langsung. Dapat bermula dari beban yang berlebihan dan berulang
2. Patofisiologi
Faktor sistemik (degeneratif, endokrin, infeksi)Ø
Faktor lokal (berhubungan dengan mastikasi)Ø
3. Psikososial (dipengaruhi situasi dan emosi)
4. Anatomi
Skeletal (faktor genetik, pertumbuhan)Ø
Oklusi (hilangnya gigi posterior, intercuspal position)Ø

Tanda-tanda dan gejala gangguan TMJ adalah :

 Sakit atau perih di sekitar sendi rahang


 Rasa sakit di sekitar telinga
 Kesulitan menelan atau perasaan tidak nyaman ketika menelan
 Rasa sakit di wajah
 Suara clicking atau perasaan tidak mulus ketika mengunyah atau membuka mulut anda.
 Rahang terkunci, kaku, sehingga mulut sulit dibuka atau ditutup.
 Sakit kepala
 Gigitan yang rasanya tidak pas
 Gigi-gigi tidak mengalami perlekatan yang sama karena ada sebagian gigi yang mengalami kontak prematur
(lebih awal dari yang lain.

Kelainan yang sering terjadi¬1


1. Disfungsi (sindrom rasa sakit-disfungsi dari TMJ, miofasial pain-dysfunction syndrom dst)
2. Susunan bagian dalam sendi yang tidak tepat.
3. Penyakit degenerasi (osteoartrosis, osteartritis, osteokondritis, osteoartropati)
4. Trauma
a. Fraktur
b. Dislokasi
c. Traumatik artritis, sinovitis, dll.

Kelainan yang jarang terjadi1


1. Peradangan
a. Infeksi (setelah trauma, menyebar dari bagian tengah telinga atau struktur lain disampingnya).
b. Reumatoid artritis (termasuk juvenile chronic artritis atau Still disease).
c. Psoriatik arthritis.
d. Penyakit deposit kristal.
2. Ankilosis. Setelah trauma, infeksi atau keadaan peradangan yang lain.
3. Cacat kongenital dan perkembangan. Cacat seperti yang terdapat pada sindrom cabang kranial pertama dan
kedua, Piere Robin dan Treacher Collin syndrom ; hipoplasia, aplasia, dan hiperplasi dari condyle mandibula.
4. Tumor. Osteoma, kondroma, kondrosarkoma sekunder.

Anda mungkin juga menyukai