Anda di halaman 1dari 22

A.

Judul
Kegiatan KKN-PPM ini bertemakan educating on globalization; dengan judul Advokasi
dan Pendampingan Pengajaran Globalisasi di Sekolah Menengah Atas (Wilayah Kerja :
Daerah Istimewa Yogyakarta).

B. Lokasi
Basis wilayah KKN-PPM berada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan sasaran
pengajar serta siswa SMA. Kegiatan KKN-PPM akan dipusatkan di:
1. Pusat Kegiatan Utama
Kantor Laboratorium Studi Globalisasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Gadjah Mada.
2. Kota Yogyakarta
Sasaran kegiatan ini 11 SMA Negeri yang ada di Kota Yogyakarta. Posko kegiatan
akan bertempat di SMA Negeri 1 Yogyakarta. Dalam kegiatan KKN-PPM ini kami
membagi empat wilayah letak SMA-SMA Negeri Kota Yogyakarta, yaitu bagian Utara,
Tengah, Selatan, dan Barat. Wilayah utara mencakup SMA Negeri 4 dan 11; sedangkan
selatan mencakup SMA Negeri 5, 7, dan 8. Selanjutnya, SMA Negeri 1, 2, dan 10 akan
masuk dalam wilayah kerja daerah barat; serta SMA 3, 6, dan 9 di dalam wilayah tengah.
3. Kabupaten Sleman
Posko sekaligus pilot project kegiatan bertempat di SMA Budi Mulia 2.
4. Kabupaten Gunungkidul
Posko sekaligus juga pilot project kegiatan bertempat di SMA Negeri 1 Wonosari.

C. Bidang Kegiatan Program KKN-PPM


1. Pengembangan Substansi
a. Pembuatan Modul.
b. Pengembangan Persepsi Tentang Globalisasi.
2. Pengembangan Metode Pengajaran, yang meliputi tahap pembuatan ,penyempurnaan,
workshop, dan implementasi.
3. Pengembangan Kemampuan dan Manajemen Teknologi Informasi.
4. Kegiatan Tambahan Bertemakan Pemahaman Globalisasi.

8
D. Latar Belakang
Saat ini globalisasi telah merambah ke seluruh negara di dunia. Sebagai bagian dari
masyarakat dunia, Indonesia tidak dapat menghindar dari dampak globalisasi. Globalisasi
telah mendorong terciptanya rekonfigurasi geografis, sehingga ruang sosial tidak lagi semata
dipetakan oleh kawasan teritorial, jarak teritorial, dan batas-batas teritorial. A. Giddens
(Giddens, 1990) mendefinisikan globalisasi sebagai intensifikasi hubungan sosial global yang
menghubungkan komunitas lokal sedemikian rupa sehingga peristiwa yang terjadi di kawasan
yang jauh bisa dipengaruhi oleh peristiwa yang terjadi di suatu tempat yang jauh pula, dan
sebaliknya. Dalam konteks ini, globalisasi juga dipahami sebagai sebuah proses (atau
serangkaian proses) yang melahirkan sebuah transformasi dalam spatial organization dari
hubungan sosial dan transaksi – ditinjau dari segi ekstensitas, intensitas, kecepatan dan
dampaknya– yang memutar mobilitas antar-benua atau antar-regional serta jejaringan
aktivitas. 
Dunia pendidikan juga tidak dapat dipisahkan dari pengaruh globalisasi. Secara umum
terdapat tiga perubahan mendasar yang akan terjadi dalam dunia pendidikan seiring dengan
terjadinya proses globalisasi. Perubahan pertama, dunia pendidikan akan menjadi objek
komoditas dan komersil seiring dengan terus berkembangnya paham neo-liberalisme yang
melanda dunia. Paradigma dalam dunia komersial adalah usaha mencari pasar baru dan
memperluas bentuk-bentuk usaha secara terus-menerus. Globalisasi mampu memaksa
liberalisasi berbagai sektor yang dulunya non-komersial menjadi komoditas dalam pasar yang
baru. Melihat kenyataan seperti telah dijelaskan di atas, tidak heran apabila sekolah masih
membebani orang tua siawa dengan sejumlah anggaran berlabel uang komite atau uang
sumbangan pengembangan institusi meskipun pemerintah sudah menyediakan dana Bantuan
Operasional Sekolah (BOS).
Perubahan yang kedua, dapat dilihat pada mulai longgarnya kekuatan kontrol
pendidikan oleh negara. Tuntutan untuk berkompetisi dan tekanan institusi global, seperti
IMF dan World Bank, secara langsung maupun tidak langsung, membuat dunia politik dan
pembuat kebijakan harus berkompromi untuk melakukan perubahan. Lahirnya UUD 1945
yang telah diamandemen, UU Sisdiknas, dan PP 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

9
Pendidikan (SNP) setidaknya telah membawa perubahan paradigma pendidikan dari corak
sentralistis menjadi desentralistis.
Perubahan terakhir, dapat dilihat bahwa globalisasi akan mendorong delokalisasi dan
perubahan teknologi dan orientasi pendidikan. Pemanfaatan teknologi baru, seperti komputer
dan internet, telah membawa perubahan yang sangat revolusioner dalam dunia pendidikan
yang sebelumnya masih tradisional. Pemanfataan multimedia yang portabel dan menarik
sudah menjadi pemandangan yang biasa dalam praktik pembelajaran di dunia pendidikan di
Indonesia.
Meskipun demikian, diperlukan kearifan dalam memahami pengaruh dan dampak
globalisasi terhadap dunia pendidikan Indonesia. Selama ini berkembang pemikiran bahwa
globalisasi adalah proses yang akan membuat dunia seragam. Proses globalisasi akan
menghapus identitas dan jati diri. Kebudayaan lokal dan etnis akan ditelan oleh kekuatan
budaya besar atau kekuatan budaya global.
Menurut pandangan Mursal Esten, anggapan atau jalan pikiran semacam itu tidak
sepenuhnya benar. Kemajuan teknologi komunikasi memang telah menghilangkan batas-batas
dan jarak antar wilayah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat surut
peranan kekuasaan ideologi dan kekuasaan negara. Dalam buku Global Paradox, Naisbitt pun
memperlihatkan hal yang justru bersifat paradoks dari fenomena globalisasi. Di dalam bidang
ekonomi, misalnya, Naisbitt mengatakan bahwa semakin besar dan semakin terbuka ekonomi
dunia, perusahaan-perusahaan kecil dan sedang akan semakin mendominasi. “Semakin kita
menjadi universal, tindakan kita semakin bersifat kesukuan”, “berfikir lokal, bersifat global,”
ujar Naisbitt (Naisbitt, 1994). Hal ini berarti proses globalisasi tetap menempatkan masalah
lokal ataupun masalah etnis sebagai masalah yang penting yang harus dipertimbangkan.
Dengan latar belakang seperti telah dijelaskan dalam paragraf sebelumnya, tim
penyusun KKN beserta Laboratorium Studi Globalisasi (LSG) Jurusan Ilmu Hubungan
Internasional mengadakan serangkaian kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat untuk
melihat secara rinci bagaimana globalisasi berpengaruh pada pendidikan, terutama pada
kurikulum pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) dan bagaimana globalisasi diajarkan
di SMA. Tujuan akhir dari rangkaian kegiatan ini adalah memberikan rekomendasi kebijakan
atas temuan-temuan yang diperoleh dari penelitian.

10
Rangkaian kegiatan pengabdian masyarakat ini diawali dengan melakukan penelitian
tentang pengaruh globalisasi terhadap kurikulum pendidikan dan bagaimana globalisasi
diajarkan di SMA di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kemudian dilanjutkan
dengan penyelenggaraan lokakarya yang dihadiri oleh perwakilan guru SMA se-DIY,
pengamat pendidikan serta pihak-pihak yang peduli terhadap pendidikan. Pada tahap
selanjutnya, diselenggarakan pengembangan substansi, pengembangan metode pengajaran dan
pengembangan mengenai pendidikan globalisasi yang diujicobakan di sebelas SMA negeri di
wilayah kota Yogyakarta. Kegiatan pelatihan merupakan bentuk pelaksanaan hasil penelitian
dan lokakarya sebelumnya. Dalam pelaksanaan kegiatan ini, kelompok KKN dan LSG
Jurusan Ilmu Hubungan Internasional menjalin kerjasama dengan institusi pendidikan antara
lain seperti; beberapa SMA di Propinsi DIY, Dinas Pendidikan baik tingkat kabupaten
maupun propinsi, dan juga forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) Propinsi DIY.

E. Tujuan Pelaksanaan Kegiatan


Adapun tujuan pelaksanaan kegiatan KKN-PPM ini adalah :
1. Mengetahui sistem pendidikan dan pengajaran mengenai globalisasi yang dilakukan di
sebelas SMA Negeri di Yogyakarta.
2. Mengetahui pengaruh globalisasi dalam proses pengajaran di sebelas SMA Negeri
Yogyakarta.
3. Membentuk komunitas pengajar yang diharapkan dapat merumuskan sistem pengajaran
globalisasi yang tepat bagi siswa SMA.
4. Memberikan pemahaman yang tepat mengenai globalisasi, pengaruhnya, dan cara
menghadapinya secara arif pada generasi muda.

F. Hasil Yang Diharapkan


1. Produk Kegiatan KKN-PPM
Adapun beberapa indikator yang dijadikan parameter keberhasilan tim KKN-PPM ini
adalah tersusunnya Modul Pendidikan Globalisasi yang akan menjadi acuan dalam

11
pembelajaran tentang Globalisasi di sekolah menengah atas (SMA); dihasilkannya alat
peraga yang akan menunjang pembelajaran tantang Globalisasi di SMA.

2. Hasil Tema KKN-PPM


Kegiatan KKN-PPM ini nantinya diharapkan mampu memberikan pemahaman
jangka panjang pada pengajar dan siswa SMA mengenai globalisasi. Dari pemahaman ini
akan menghasilkan suatu sikap yang lebih arif melihat globalisasi; tidak hanya takut dan
menganggapnya negatif, tetapi juga mengambil sisi positifnya.

G. Sasaran Kegiatan
1. Pengembangan dan Penyempurnaan Modul
- Siswa SMA Negeri di Kota Yogyakarta
- Guru pengampu mata pelajaran yang bersangkutan
- SMA Budi Mulia Dua dan SMA N 1 Wonosari sebagai pilot project
2. Lokakarya dan Sosialisasi Modul
- Guru pengampu mata pelajaran yang bersangkutan
3. Penelitian dan Pengembangan Persepsi
- Siswa SMA Negeri di Kota Yogyakarta
- SMA Budi Mulia Dua dan SMA N 1 Wonosari sebagai pilot project
4. Penyempurnaan Metode Pengajaran
- Guru pengampu mata pelajaran yang bersangkutan
- Masyarakat secara umum
- Stake holders pendididkan secara khusus
5. Lokakarya dan Sosialisasi Metode Pengajaran
- Guru pengampu mata pelajaran yang bersangkutan
- Masyarakat secara umum
6. Implementasi Metode Pengajaran
- Guru pengampu mata pelajaran yang bersangkutan
- Siswa SMA negeri kota Yogyakarta
- Masyarakat secara umum

12
7. Pengembangan Kemampuan dan Manajemen IT
- Civitas akademika SMA Negeri di Kota Yogyakarta
8. Globalization Day
- Masyarakat secara umum
- Civitas akademika SMA Negeri di Kota Yogyakarta

H. Tim Pelaksana Program KKN-PPM


Jurusan Ilmu
Hubungan
Internasional Institute of
International
Studies

Dosen
Pembimbing
Lapangan
MGMP PKn SMA Budi Mulia SMA Negeri 1
Kota Yogyakarta Dua, Sleman Wonosari
Asisten
Pembimbing
Lapangan

SMA Negeri se-


Kota Yogyakarta
Mahasiswa
Peserta Kegiatan
KKN - PPM

I. Operasional Program KKN


1. Pengembangan Substansi
1.1 Pengembangan Modul
1.1.1 Involve-In dan Pembuatan Modul
Modul pembelajaran globalisasi ini dibutuhkan sebagai pedoman guru untuk
mengajarkan globalisasi di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Modul ini
dibutuhkan agar pengajar pendidikan globalisasi pada mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) dapat memberikan pemahaman yang baik kepada peserta
didik tentang fenomena globalisasi. Modul ini pun akan menjadi produk keluaran
utama kegiatan KKN-PPM tentang pengenalan pengajaran Globalisasi.

13
Modul pembelajaran globalisasi akan mencakup berbagai aspek, antara lain
ekonomi, sosial, budaya, serta local wisdom. Beberapa pemahamanan Globalisasi
serta cara mendapatkan materinya adalah :
- Globalisasi menurut Manfred Steger:
“Globalization refers to multidimensional set of social process that create,
multiply, stretch, and intensify social interdependencies and exchange while at the
same time fostering in people a growing awareness of deepending between the
local and the distant”
- Materi pengenalan globalisasi akan didapatkan melalui bahan yang diperoleh dari
Laboratorium Studi Globalisasi, hasil-hasil penelitian, serta referensi lainnya.
Selain itu, kegiatan ikut serta dalam pengajaran materi globalisasi di SMA Budi
Mulia Dua dan SMA N 1 Wonosari menjadi bahan pembelajaran utama. Dua
sekolah pilot project ini sebelumnya telah sukses melaksanakan pengajaran dan
pengembangan metode atraktif pengajaran materi globalisasi. Dengan turut serta
terlibat aktif dalam kegiatan pengajaran, maka peserta KKN-PPM akan lebih
memahami dan kreatif ketika penyusunan modul mulai dilaksanakan.
- Sistem Involve-In akan disesuaikan kemudian dengan jadwal serta kapabilitas yang
dimiliki oleh kedua sekolah bersangkutan. Setiap guru pengampuo mata pelajaran
di kedua sekolah tersbut selanjutnya bersama dengan Peserta KKN-PPM akan
terus berupaya mendapatkan materi termutakhir berkait tema-tema globalisasi.
- Mengundang tenaga pendidik, baik dari tingkat universitas maupun sekolah
menengah, untuk membuat materi terkait bagian pengenalan globalisasi.

1.1.2 Lokakarya Modul


Lokakarya “Educating on Globalization” dilaksanakan sebagai sarana
pengkajian pengaruh globalisasi terhadap pendidikan menengah serta presentasi
hasil penelitian yang telah dilakukan Laboratorium Studi Globalisasi (LSG) Jurusan
Ilmu Hubungan Internasional sebelumnya. Kegiatan ini akan menghadirkan
pembicara antara lain :
1. Prof. Dr. Mochtar Mas’oed

14
2. Prof. Dr. Edi Suandi Hamid
3. Dr. Nanang Pamuji M.
Sedangkan peserta lokakarya adalah guru terutama pengajar mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), Kesenian, dan Bahasa Inggris se-Kota
Yogyakarta, dosen, mahasiswa, serta pemerhati pendidikan.
Kegiatan lokakarya ini terbagi menjadi dua sesi besar. Sesi pertama adalah
materi yang disampaikan oleh ketiga pembicara. Dalam kesempatan ini dijelaskan
bahwa globalisasi merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari. Dampaknya juga
berpengaruh dalam dunia pendidikan, seperti misalnya, saat ini banyak berdiri
Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). Pendidik kemudian dituntut untuk dapat
menggunakan produk teknologi modern untuk menunjang proses belajar mengajar.
Sedangkan siswa diminta untuk belajar bahasa asing. Globalisasi juga masuk sebagai
salah satu pembahasan yang diajarkan dalam mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan. Namun, terdapat pengaruh dari globalisasi yang masih ditakuti
oleh sebagian besar pendidik, yaitu masuknya nilai budaya asing yang tidak sejalan
dengan kebudayaan Indonesia. Fakta ini yang membuat sebagian pendidik masih
curiga dengan proses globalisasi. Untuk itu, sangat diperlukan suatu upaya bersama
untuk mengangkat local wisdom (kearifan lokal) menjadi suatu kekuatan dalam
menghadapi tantangan globalisasi.
Sesi kedua merupakan presentasi modul awal disertai dengan diskusi atas hasil
penelitian tersebut. Penelitian menemukan beberapa fakta menarik, salah satunya
adalah kurikulum di sekolah telah mendorong sekolah untuk kreatif menanggapi
lingkungan luar yang dinamis, termasuk di dalamnya adalah kemunculan fenomena
globalisasi. Sejalan dengan yang disampaikan oleh pemateri, peneliti menemukan
fakta-fakta seperti munculnya SBI, Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang
diselenggarakan dalam Bahasa Inggris dan menggunakan alat-alat modern dalam
proses KBM sebagai contoh langkah kreatif sekolah untuk merespon globalisasi.
Dari sisi bahan ajar, peneliti menemukan fakta bahwa masih terdapat bias dalam
materi globalisasi yang dimuat di buku pelajaran. Globalisasi masih diidentikkan
dengan produk kebudayaan Barat, yang kemudian diberi label “negatif”. Sedangkan
produk kebudayaan lain seperti mie dari Cina, jilbab dari Timur Tengah dan wayang

15
dari India tidak dianggap sebagai ekses globalisasi. Selain itu, terdapat
kecenderungan untuk mengidentikkan globalisasi dengan pengaruh yang datang dari
luar Indonesia. Ini berakibat negatif, karena produk asli dalam negeri seperti tempe,
batik, jamu, pijat dan gamelan menjadi tidak memiliki kesempatan untuk dikenal di
level global. Hal ini bisa terjadi karena nantinya banyak siswa yang lebih senang
menggunakan produk luar dibanding produk dalam negeri.
Paparan penelitian pada masa yang lalu memancing diskusi dari peserta yang
sebagian besar merupakan guru PKn di sekolah masing-masing. Ibu Vipti Retna
Nugraheni dari SMA N 2 Wates misalnya, beliau menceritakan pengalamannya
ketika berada di Amerika Serikat dan melihat kehidupan siswa sekolah di Negara
tersebut. Baginya, ada beberapa nilai dari kebudayaan Amerika Serikat yang tidak
dapat diadopsi di Indonesia. Seperti misalnya, kehidupan siswa sekolah di negara
tersebut cenderung bebas dari sisi pergaulan dengan sesama teman sekolah dan
bahkan terhadap gurunya. Bapak Sarji dari SMA 1 Rongkop, Gunung Kidul,
menceritakan bagaimana saat ini remaja usia sekolah tidak lagi memiliki kebanggaan
atas kebudayaan tradisional. Menurutnya, hal ini adalah salah satu dampak negatif
dari proses globalisasi. Maka dia setuju dengan ide peneliti bahwa bias dalam
pengajaran materi globalisasi perlu dihilangkan. Sehingga siswa memiliki
kepercayaan bahwa budaya Indonesia pun dapat bersaing dengan kebudayaan-
kebudayaan dari negara lain.

1.2 Rekonstruksi Persepsi


Manusia sebagai makhluk sosial yang sekaligus juga makhluk individual, maka
terdapat perbedaan antara individu yang satu dengan yang lainnya (Wolberg, 1967).
Adanya perbedaan inilah yang antara lain menyebabkan mengapa seseorang
menyenangi suatu obyek, sedangkan orang lain tidak senang bahkan membenci obyek
tersebut. Hal ini sangat tergantung bagaimana individu menanggapi obyek tersebut
dengan persepsinya. Pada kenyataannya sebagian besar sikap, tingkah laku dan
penyesuaian ditentukan oleh persepsinya.
Persepsi pada hakikatnya adalah merupakan proses penilaian seseorang
terhadap obyek tertentu. Menurut Young (1956) persepsi merupakan aktivitas
mengindera, mengintegrasikan dan memberikan penilaian pada obyek-obyek fisik

16
maupun obyek sosial, dan penginderaan tersebut tergantung pada stimulus fisik dan
stimulus sosial yang ada di lingkungannya. Sensasi-sensasi dari lingkungan akan
diolah bersama-sama dengan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya baik hal itu
berupa harapan-harapan,nilai-nilai, sikap, ingatan dan lain-lain. Branca (1965)
mengemukakan: Perceptions are orientative reactions to stimuli. They have in past
been determined by the past history and the present attitude of the perceiver.
Sedangkan menurut Wagito (1981) menyatakan bahwa persepsi merupakan proses
psikologis dan hasil dari penginderaan serta proses terakhir dari kesadaran, sehingga
membentuk proses berpikir.
Istilah persepsi adalah suatu proses aktivitas seseorang dalam memberikan
kesan, penilaian, pendapat, merasakan dan menginterpretasikan sesuatu berdasarkan
informasi yang ditampilkan dari sumber lain (yang dipersepsi). Melalui persepsi kita
dapat mengenali dunia sekitar kita, yaitu seluruh dunia yang terdiri dari benda serta
manusia dengan segala kejadian-kejadiannya (Meider, 1958)
Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dikemukakan tersebut, proses
persepsi terjadi melalui tiga tahap, yaitu:
1. Tahap penerimaan stimulus, baik stimulus fisik maupun stimulus sosial melalui alat
indera manusia, yang dalam proses ini mencakup pula pengenalan dan
pengumpulan informasi tentang stimulus yang ada.
2. Tahap pengolahan stimulus sosial melalui proses seleksi serta pengorganisasian
informasi.
3. Tahap perubahan stimulus yang diterima individu dalam menanggapi lingkungan
melalui proses kognisi yang dipengaruhi oleh pengalaman, cakrawala, serta
pengetahuan individu.
Supaya terjadi perubahan persepsi, maka akan dilakukan tahapan-tahapan tadi
dengan cara, pertama memberikan informasi tentang globalisasi. Untuk mengukur
adanya perubahan persepsi atau tidak, kita memperlukan suatu alat ukur indicator
perubahan. Dengan demikian diperlukan sebuah alat ukur yang dapat mengetahui
perubahan persepsi siswa mengenai globalisasi.
Manifestasi dari persepsi salah satunya adalah sikap dan disini kami akan
mengukur persepsi siswa salah satunya berdasarkan sikap. Untuk itu kami membuat

17
instrumen yang mengukur sikap. Kita dapat mengetahui persepsi seseorang
berdasarkan sikapnya. Baik itu berupa kepahaman atau kepedulian tentang globalisasi
seseorang bisa diamati dengan sikap yang ia tunjukkan.
Untuk mengetahui sejauh mana perubahan persepsi dan pengetahuan siswa maka
diperlukan instrument psikologis yang dapat mengungkap perubahan tersebut.
Instrument ini merupakan cara paling efektif untuk mengukur perubahan persepsi
seseorang. Harapan dari adanya pengukuran menggunakan alat instrument tersebut
adalah kami (peneliti) dapat mengetahui sejauh mana efektifitas sosialisasi globalisasi
yang dilakukan oleh kelompok kami. Selain itu hal ini dapat menjadi evaluasi bagi
kami supaya mencari cara paling efektif untuk melakukan sosialisasi kepada siswa.
Untuk mengukur semua ini kita mebuat tiga alat ukur atau instrumen :
1. Skala Sikap
2. Tes Pengetahuan
3. Lembar Evaluasi proses sosialisasi oleh siswa
Skala Sikap adalah skala yang mengukur kognitif, afektif serta konatif
pandangan siswa terhadap globalisasi. Pemberian skala ini akan dilakukan dua kali
yaitu sebelum dan sesudah acara sosialisasi. Sedangkan Tes Pengetahuan, tes tersebut
yang kami lakukan dengan cara memberikan soal-soal seputar globalisasi, tes ini dapat
mengungkap sejauh mana pengetahuan mereka tentang globalisasi saat ini. Tes ini
juga akan dilakukan dua kali pada pre and post acara. Ketiga Lembar evaluasi cara
sosialisasi yang merupakan evaluasi yang akan diberikan kepada siswa yang isinya
lebih terhadap pandangan mereka tentang sosialisasi yang telah diberikan, keefektikan
sosialisasi tersebut dan apakah hal-hal yang disampaikan cukup menarik untuk para
siswa. Untuk skala sikap dan tes pengetahuan akan dilakukan dua kali pada pre dan
post acara, setelah itu bisa dilihat selisih adanya perubahan yang terjadi pada siswa
tentang globalisasi. Lembar Evaluasi kemudian akan diberikan dengan frekuensi setiap
dua minggu sekali. Semua alat pengukuran ini diberikan kepada semua siswa yang
menjadi peserta acara sosialisasi tersebut.

2. Pengembangan Metode Pembelajaran


2.1 Pengembangan Modul
18
2.1.1 Involove-In dan Pembuatan Modul
Dalam upayanya untuk memberikan pengenalan dan pemahaman tentang
Globalisasi terhadap peserta didik, yang dalam hal ini siswa-siswi sekolah menengah
atas (SMA) di wilayah Kota Yogyakarta, maka diperlukan adanya penyusunan
sebuah modul metode pengajaran. Terkait dengan proses penyusunan pembuatan
modul tersebut, program KKN Globalisasi kelompok kami merencanakan beberapa
langkah nyata, diantaranya:
a. Koordinasi antara tim KKN-PPM dengan Institute of International Studies.
b. Sosialisasi rancangan modul Metode Pengajaran Tim KKN Globalisasi bersama
dengan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) Kota Yogyakarta.
c. Materi tentang metode pengenalan globalisasi juga akan didapatkan melalui
keikutsertaan dalam pengajaran materi globalisasi di SMA Budi Mulia Dua dan
SMA N 1 Wonosari. Dua sekolah pilot project ini sebelumnya telah sukses
melaksanakan pengajaran dan pengembangan metode atraktif pengajaran materi
globalisasi. Dengan turut serta terlibat aktif dalam kegiatan pengajaran, maka
peserta KKN-PPM akan lebih kreatif ketika penyusunan modul mulai
dilaksanakan.
d. Sistem Involve-In akan disesuaikan kemudian dengan jadwal serta kapabilitas
yang dimiliki oleh kedua sekolah bersangkutan. Setiap guru pengampuo mata
pelajaran di kedua sekolah tersbut selanjutnya bersama dengan Peserta KKN-
PPM akan terus berupaya mendapatkan materi termutakhir berkait tema-tema
globalisasi.
e. Pemantapan modul pengajaran setelah mendapatkan masukan dari hasil
Sosialisasi MGMP PKn Kota Yogyakarta.

2.1.2 Lokakarya Modul


Setelah tersusunnya modul Metode Pengajaran Globalisasi, maka kami
berkeyakinan untuk diadakannya sebuah Lokakarya. Lokakarya ini bertujuan untuk
mensosialisasikan modul tersebut kepada setiap pihak yang terkait. Adapun pihak
terkait yang dimaksudkan meliputi: para pengajar SMA patner khususnya peserta

19
MGMP PKn Kota Yogyakarta, dan civitas akademika terkait. Acara Lokakarya yang
kami rencanakan dalam hal ini akan terdiri dari:
a. Presentasi isi Modul Metode Pengajaran Globalisasi
b. Simulasi metode pengajaran berdasarkan modul yang telah disusun.
c. Pembukaan secara simbolis kegiatan pengajaran Globalisasi di SMA partner.

2.2 Implementasi Metode Pengajaran


Setelah melalui tahapan penyusunan modul Metode Pengajaran dan Lokakarya
bersama, tahapan berikutnya adalah pengimplementasian. Dalam tahap ini kami akan
secara langsung terlibat ke dalam proses pengajaran dan pemahaman Globalisasi
kepada peserta didik di SMA partner. Pada saat proses ini berlangsung, kami akan
melibatkan pula pengajar mata pelajaran yang bersangkutan.
Seiring dengan perkembangan zaman, dalam memasuki era globalisasi, setiap
individu dituntut untuk dapat berkomunikasi dengan baik dengan orang lain
dimanapun ia berada. Tentunya hal tersebut didukung oleh perkembangan teknologi
yang semakin canggih yang menjadikan proses komunikasi semakin mudah. Sebagai
pelajar yang hidup di era Globalisasi seperti sekarang ini, tantangan yang akan
dihadapi dalam kuliah maupun dunia kerja tentunya sangatlah besar dan memerlukan
persiapan yang matang sehingga dapat menyongsong masa depan dengan gemilang.

2.2.1 Metode Pengajaran Secara Umum


Metode-medote pengajaran yang dapat diterapkan diantaranya:
1. Beri studi kasus globalisasi di kehidupan sehari-hari dalam kelompok-kelompok
kecil
2. Mengenalkan contoh-contoh globalisasi melalui kebebasan akses informasi
dengan memanfaatkan akses internet
3. Menginstruksikan pada siswa untuk mengidentifikasi jenis-jenis hasil globalisasi,
masing-masing untuk globalisasi budaya, ekonomi, politik, teknologi
4. Games-simulasi, dibutuhkan dalam mendukung kegiatan public speaking dan
membentuk persepsi mengenai globalisasi. Public speaking dengan praktek
langsung sedangkan membentuk persepsi bisa dilakukan dengan memberikan

20
tampilan audio-visual atau sebuah tayangan singkat tentang bagaimana sikap
ketika menghadapi rintangan ataupun tantangan baru
5. Dapat dibuat games simulasi seperti games diplomasi. Siswa diberi sebuah
kondisi negara mereka dengan sejumlah potensi dan kekurangan, terus siswa lain
diberi kan kondisi yang berbeda, potensi dan kekurangannya, sehingga negara-
negara tersebut bisa saling bekerjasama (globalisasi politik-ekonomi/
interconnectedness)
6. Pemutaran dan diskusi film

2.2.2 Metode Pengajaran Bidang Komunikasi


Menghadapi tantangan yang semakin besar di era globalisasi, langkah pertama
tentunya harus diawali dengan menghadapi tantangan pada diri sendiri. Ilmu yang
didapatkan di dalam kelas diyakini belum cukup guna menjawab persoalan tersebut.
Tiap pelajar harus mampu menjadikan dirinya ideal dengan memiliki standar
kemampuan yang teruji. Teruji dalam hal ini, dipahami dengan adanya pencapaian
beberapa kualifikasi soft skill seperti public speaking (kemampuan berbicara di depan
publik) yang baik, leadership (kepemimpinan), dan time management yang akurat. Hal
ini tentunya didapatkan melalui suatu proses yang tidak instan, yang didapatkan dari
segudang pengalaman dalam memimpin organisasi dan aktivitas kepanitiaan.
Terkait proses implementasi metode pengajaran dalam KKN Globalisasi ini,
kami memberikan perhatian lebih pada kemampuan Public Speaking. Karena dalam
hal ini kami berkeyakinan bahwa public speaking memegang peranan yang mendasar
dan cukup krusial dalam konteks menghadapi tantangan dari dalam diri sendiri. Public
speaking akan menolong guna memperlancar hubungan dan komunikasi dengan orang
lain karena berbicara dengan setiap orang baik dikenal ataupun tidak dikenal
merupakan kegiatan public speaking. Eksistensi Public speaking memegang peranan
yang sangat penting sebagai hal mendasar dalam menghadapi era globalisasi saat ini.
Pelatihan yang akan dilakukan dalam program KKN ini adalah memberikan
pengarahan dan tips terkait dengan sukses dalam melakukan public speaking. Para
pelajar dilatih untuk mengalahkan rasa gugup, menguasai kondisi serta berbagai hal
lain yang dapat menunjang menjadi seorang public speaker yang sukses. Adapun

21
beberapa tips yang dapat dilakukan untuk menghilangkan rasa gugup terbagi dalam
dua kondisi, sebelum dan selama melakukan public speaking.
a. Sebelum melakukan public speaking
Gugup, merupakan salah satu masalah yang sering kali dialami public speaker
ketika mereka tampil di depan khalayak ramai. Gejala ini pada umumnya
disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya: berkeringat, tidak bisa diam, panik, sakit
perut, dan lain-lain. Gejala ini sangat wajar, karena biasanya akan timbul ketika
orang tersebut tidak merasa siap untuk berbicara di depan umum. Berikut beberapa
cara yang dapat digunakan untuk menanggulanginya antara lain:
- Bernafas : Bernafaslah secara teratur dan pelan-pelan, lalu isi udara ke dalam
diafragma (tarik nafas hingga 10 kali). Niscaya keteraturan dalam bernafas sangat
membantu menghilangkan rasa gugup yang mendera.
- Suara : Keluarkan suara dengan bertenaga, tetapi bukan berteriak. Caranya
dengan menggunakan suara tenggorokan, bukan suara tenggorokan.
- Dengar dan perhatikan : Sebelum berbicara di depan umum, sebaiknya kualitas
suara harus sangat diperhatikan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menutup
telinga dengan tangan, lalu berbicara, sehingga suara yang terdengar menjadi
lebih jelas.
- On time : Datanglah tepat waktu. Ketepatan waktu sangat mempengaruhi
ketenangan dalam melakukan public speaking.
- Pilih pakaian yang tepat : Pakaian merupakan bagian yang sangat penting untuk
diperhatikan. Penampilan visual akan diperhatikan oleh audiens dan memberikan
kesan pertama kali dan penilaian ini akan sangat mempengaruhi selama empat
menit pertama sejak public speaking dimulai.
- Kenali audiens : Mengetahui siapa audiens dan bagaimana audiens bersikap
sangat mempengaruhi keberhasilan dari public speaking yang dilakukan.
- Membaca Que Card : Que card akan membantu anda dalam berbicara agar arah
pembicaraan anda terkonsep dan tetap di dalam arahnya.

b. Selama melakukan public speaking

22
Beberapa hal yang harus dikuasai agar public speaking berlangsung dengan baik
adalah:
- Intonasi : Jangan bicara dengan nada datar, gunakan intonasi dengan baik. Hal ini
akan menghindarkan orang yang mendengar akan mengantuk atau merasa bosan.
Aturlah intonasi, naik-turunnya nada berbicara.
- Artikulasi : Atur artikulasi agar orang yang mendengarkan dapat mendengar
dengan jelas apa yang diucapkan.
- Aksentuasi : Beri penekanan pada kata-kata tertentu untuk memperjelas makna
yang ingin disampaikan.
- Kecepatan : Jangan bicara terlalu cepat atau terlalu lambat. Sesuaikanlah
dengan kondisi dan keadaan yang terjadi.
- Body language : Minimalisir body language saat melakukan public speaking.
Usahakan untuk tidak melakukan hal-hal yang dapat memperlihatkan rasa gugup
seperti garuk-garuk, tidak bisa diam (goyang-goyang) berlebihan, menggerak-
gerakkan kaki, dan lain-lain.
- Eye contact : Gunakan kontak mata dengan audiens. Tatap audiens sehingga
terjadi kontak mata dengan mereka.
- Jokes : Candaan yang dapat mencairkan suasana sangat diperbolehkan
dalam melakukan public speaking. Pilih candaan yang sesuai dengan tema public
speaking, sehingga tidak mengurangi konten dari public speaking yang dilakukan.
- Happy ending : Tutup public speaking dengan meninggalkan kesan yang baik
dan berkesan. Berkaca pada penjelasan sebelumnya, public speaking memegang
peranan yang cukup penting dalam globalisasi. Dengan memberikan beberapa tips
yang telah dijelaskan diatas, diharapkan para pelajar dapat mempraktekkan public
speaking yang baik sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk menghadapi
era globalisasi di depan mata.

2.3 Pemutaran Film Bertemakan Globalisasi


Judul film dan waktu pemutaran akan disesuaikan ketika workshop dilaksanakan.

3. Pengembangan Kemampuan dan Manajemen Teknologi Informasi

23
3.1 Pembuatan Jaringan Perpustakaan Digital
Sebagai bagian dari pola globalisasi dalam bidang informasi dan teknologi,
digitalisasi menjadi sebuah trend masa kini. Digitalisasi akan kami tuangkan melalui
bentuk perpustakaan digital. Konsep perpustakaan digital adalah sebagai perpustakaan
elektronik yang informasinya didapat, disimpan, dan diperoleh kembali melalui format
digital. Perpustakaan digital merupakan kelompok workstations yang saling berkaitan
dan terhubung dengan jaringan (networks) berkecepatan tinggi (International
Conference of Digital Library 2004).
Alasan-alasan yang mendasari pengembangan perpustakaan digital antara lain :
a. Pada perpustakaan konvensional, akses terhadap dokumen terbatas pada kedekatan
fisik. Pengguna harus datang untuk mendapat dokumen yang diinginkan, atau
melalui jasa pos. Untuk mengatasi keterbatasan ini perpustakaan digital diharap
mampu untuk menyediakan akses cepat terhadap katalog dan bibliografi serta isi
buku, jurnal, dan koleksi perpustakan lainnya secara lengkap.
b. Melalui komponen manajemen database, penyimpanan teks, sistem telusur, dan
tampilan dokumen elektronik, sistem perpustakaan digital diharap mampu mencari
database koleksi yang mengandung karakter tertentu, baik sebagai kata maupun
sebagai bagian kata. Di perpustakaan konvensional penelusuran seperti ini tidak
mungkin dilakukan.
c. Untuk menyederhanakan perawatan dan kontrol harian atas koleksi perpustakaan.
d. Hasil yang ingin didapat adalah terkoneksinya 12 sekolah menengah atas di kota
yogyakarta ke dalam jaringan perpustakaan digital.

3.2 Seminar
Pola seminar yang akan digunakan adalah satu sekolah menjadwalkan satu
seminar dengan tema-tema yang sudah ditentukan.
Contoh tema yang dapat digunakan antara lain :
- “Ngeblog dan dunia putih abu-abu”
- “Asyiknya situs jejaring sosial”
- “Internet: antara kawan dan lawan”

24
3.3 Community Development
Pembangunan komunitas-komunitas IT dalam tiap sekolah bertujuan untuk
mereka yang berminat dalam bidang tertentu. Tujuan dari komunitas ini adalah sebagai
sarana keberlanjutan program, agar tidak hanya sampai pada tahap penyampaiaan saja.
Contoh:
- Komunitas Blogger
- Komunitas Facebooker
- Komunitas Web Desainer

3.4 Majalah IT
Konsep majalah IT sebenarnya sebagai suplemen dan bahan bacaan tentang
informasi dunia IT. Majalah ini akan direncanakan terbit setiap seminggu sekali
dengan asumsi 50 eksemplar bagi tiap sekolah

4. Program Tambahan / Bantu


4.1 Ketahanan Pangan Lokal terhadap Globalisasi
Tingkat impor daging dan susu yang lebih besar dari ekspor. Selama ini, impor
kebutuhan pangan di Indonesia terutama daging dan susu lebih besar daripada ekspor.
Hal ini disebabkan karena pola masyarakat Indonesia yang konsumtif sedangkan
tingkat produksi dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan masyarakat rendah
sehingga masyarakat Indonesia lebih cenderung impor. Kualitas komoditas daging dan
susu yang belum sesuai dengan standar global. Masyarakat lebih cenderung impor
karena bila memproduksi sendiri akan mengalami kendala dalam persaingan kualitas
produk. Sejauh ini, produksi dalam negeri terutama daging dan susu masih memiliki
kualitas yang lebih rendah bila dibandingkan dengan produk impor karena proses
produksi belum didukung tata cara produksi yang baik.
Maka selanjutnya kegiatan yang dapat dilakukan untuk mewujudkan hal ini
adalah mengubah pola pikir masyarakat terutama siswa SMA agar tidak bergantung
pada impor. Selain itu, perbaikan proses produksi daging dan susu dari hulu ke hilir
serta implementasi pengetahuan tentang aplikasi teknologi yang mendukung proses
produksi agar menghasilkan produk yang optimal.

25
Tim kemudian akan menyampaikan materi, seperti presentasi tentang keadaan
ekspor-impor daging dan susu di Indonesia saat ini. Presentasi tentang potensi
komoditas daging dan susu yang ada di Indonesia juga patut dilakukan agar ketahanan
pangan dapat dipahami oleh generasi muda. Berikutnya, presentasi tentang proses pra
produksi (pemeliharaan sapi potong dan sapi perah yang benar sampai berproduksi),
pasca produksi (pengolahan hasil produksi daging dan susu sebagai pangan yang
berkualitas), serta pemanfaatan dan pengolahan limbah juga akan diberikan oleh
anggota tim pada siswa-siswa SMA.
Kegiatan ini mengharapkan hasil berupa kemampuan siswa mengetahui keadaan
ekspor impor daging dan susu sapi di Indonesia. Siswa juga dapat mengetahui kualitas
daging dan susu sapi yang sesuai dengan standar global. Selain itu, siswa dapat
mengetahui proses produksi daging dan susu yang baik dan benar dari hulu ke hilir.
Pola pikir siswa selanjutnya dapat di-reframe untuk memanfaatkan komoditas daging
dan susu sapi dengan teknologi yang ada agar menghasilkan produk berkualitas (agar
tidak cenderung impor).

4.2 Sosialisasi Kantin Kejujuran


Memberikan pemahaman akan pentingnya sebuah globalisasi dalam bidang
ekonomi. Globalisasi ekonomi sendiri meliputi globalisasi produksi, globalisasi
pembiayaan, globalisasi tenaga kerja, globalisasi jaringan informasi, globalisasi
perdagangan. Banyak masyarakat mendapat pemahaman yang salah akan adanya
sebuah globalisasi ekonomi. Adanya globalisasi dalam hal ini seringkali dipandang
secara negatif. Banyak orang menganggap adanya globalisasi ini mengakibatkan
terjadinya penjajahan negara-negara barat terhadap negara-negara-negara timur.
Padahal di sisi lain, globalisasi ekonomi membawa banyak dampak positif pula, bagi
masyarakat, bagi negara, dan bagi perekonomian sebuah negara.
Adanya subprogram ini diharapkan mampu memberikan tambahan pemahaman
bagi masyarakat, sehingga nantinya masyarakat akan mampu memberikan penilaian
yang lebih objektif mengenai adanya sebuah globalisasi ekonomi. Apa saja dampak-

26
dampak yang dihasilkan dan bagaimana nantinya globalisasi ekonomi mempengaruhi
kehidupan bermasyarakat.
Kantin kejujuran merupakan sebuah program dari KPK yang diharapkan
mampu untuk memberikan pendidikan akan perilaku jujur dalam masyarakat.
Masyarakat yang telah terbiasa untuk berperilaku jujur, walaupun dalam hal kecil,
diharapkan mampu untuk nantinya menjadi terbentuk menjadi masyarakat antikorupsi.
Masyarakat inilah yang nantinya diharapkan akan mampu memajukan Indonesia.
Di sekolah-sekolah negeri di Yogyakarta ini telah terbentuk kantin-kantin
kejujuran semacam ini. Adanya subprogram ini nantinya akan membantu
pembentukan kantin-kantin kejujuran pada SMA negeri yang belum memiliki kantin-
kantin kejujuran ini. Di lain hal, subprogram ini akan membantu pengelolaan kantin-
kantin kejujuran pada SMA-SMA negeri yang telah memiliki kantin-kantin kejujuran
semacam ini.

4.3 Globalisation Day


 Deskripsi Acara
 Media Center
Membentuk tim Media Center, yang berguna untuk mensosialisasikan segala
macam rangkaian kegiatan, mulai dari Lokakarya Modul, Pemutaran Film, sampai
dengan Globalization Day, dengan informasi yang tepat. Hal ini bertujuan untuk
memberikan pemahaman jangka panjang kepada pengajar dan siswa SMA di
Yogyakarta, khususnya sebagai sasaran kegiatan.
Oleh karenanya, akan digunakan bauran beberapa media (media mix) agar
program ini tepat mencapai sasaran dengan hasil maksimal. Media-media yang
digunakan untuk menginformasikan program ini adalah sebagai berikut :
a. Media Lini atas (Above the line)
i. Radio
Pemilihan media radio berdasarkan pada pertimbangan-pertimbangan berikut ini:
- Radio memiliki pendengar dengan segmentasi yang jelas dan spesifik
- Biaya iklan lebih murah dengan intensitas yang lebih tinggi

27
- Pendengar tidak memerlukan waktu khusus untuk mendengarkan pesan dari
radio karena radio bisa didengarkan sambil lalu / sambil melakukan aktivitas
lain.
- Ketiga radio yang dipilih merupakan tiga besar radio yang kerap kali didengar
oleh sasaran kegiatan program ini.
- Memiliki jangkauan yang luas
ii. Surat Kabar
Pemilihan media cetak berdasarkan pada pertimbangan-pertimbangan berikut ini:
- Media cetak dapat menyampaikan informasi secara lebih detail dibanding media
lainnya
- Media cetak dapat didokumentasikan sehingga media ini bisa dibaca berulang-
ulang
- Keempat media cetak yang dipilih merupakan media cetak dengan readership
paling tinggi di Kota Yogyakarta.

b. Media Lini bawah (Below the line)


Dalam tahap pemeliharaan ini, penggunaan media lini bawah didasarkan pada
pertimbangan sebagai berikut:
- Memiliki jenis, bentuk, dan ukuran yang bervariasi sehingga lebih menarik dan
disesuaikan dengan kebutuhan
- Dapat diletakkan di tempat-tempat strategis.
- Dapat dilihat sambil lalu tanpa memerlukan waktu khusus

28
 Icon
Selain terciptanya produk berupa Modul Pendidikan Globalisasi, pada tahap
pemeliharaan ini, akan diperkenalkan ‘tokoh’ sebagai icon program ini. Penting
untuk diciptakan ‘tokoh’ yang menarik perhatian, sebagai bentuk simbolik program.
Hal ini bertujuan untuk memberikan ingatan jangka panjang kepada pengajar dan
siswa SMA.

J. Keberlanjutan Program
Setelah kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat sepenuhnya dilaksanakan
program lanjutan berada dalam kerangka kegiatan hasil dari Lokakarya Educating
Globalisation. Pada kerangka kegiatan tersebut telah dibentuk kegiatan rutin yaitu diskusi
bulanan yang difasilitasi oleh Laboratorium Studi Globalisasi Jurusan Ilmu Hubungan
Internasional. Diharapkan dengan kegiatan seperti ini nilai-nilai dari tema besar kegiatan
penelitian dan pengabdian masyarakat dapat terus dipertahankan. Secara lebih mendalam
melalui diskusi ini juga diharapkan dapat merumuskan kegiatan yang kontributif terhadap
pendidkan globalisasi khususnya. Sebagai wujud dari usaha tersebut misalnya pembuatan
lokakarya yang membahas kurikulum pendidikan globalisasi, pembuatan modul pengajaran
dan lain sebagainya.
Secara lebih jauh Laboratorium Studi Globaliasasi akan memfasilitasi diskusi bulanan
komunitas pengajar globalisasi. Di samping kegiatan tersebut juga akan dilakukan pelatihan
terkait dengan pendidikan globalisasi seperti telah diselenggarakan di SMA Negeri 1
Wonosari. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, akan dibuat suatu modul materi
pelatihan pendidikan globalisasi. Sasaran pelatihan ini adalah pengajar atau guru dan siswa di
sekolah menengah di Propinsi DIY

29

Anda mungkin juga menyukai