Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor:812/Menkes/
SK/VII/2007 tantangan yang kita hadapi pada di hari-hari kemudian nyata
sangat besar. Meningkatnya jumlah pasien dengan penyakit yang belum
dapat disembuhkan baik pada dewasa dan anak seperti penyakit kanker,
penyakit degeneratif, penyakit paru obstruktif kronis, cystic fibrosis,stroke,
Parkinson, gagal jantung /heart failure, penyakit genetika dan penyakit
infeksi seperti HIV/ AIDS yang memerlukan perawatan paliatif, disamping
kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.Namun saat ini,
pelayanan kesehatan di Indonesia belum menyentuh kebutuhan pasien
dengan penyakit yang sulit disembuhkan tersebut, terutama pada stadium
lanjut dimana prioritas pelayanan tidak hanya pada penyembuhan tetapi juga
perawatan agar mencapai kualitas hidup yang terbaik bagi pasien dan
keluarganya.
Pada stadium lanjut, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya
mengalami berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan
berat badan, gangguan aktivitas tetapi juga mengalami gangguan psikososial
dan spiritual yang mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya.
Maka kebutuhan pasien pada stadium lanjut suatu penyakit tidak hanya
pemenuhan/ pengobatan gejala fisik,, namun juga pentingnya dukungan
terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang dilakukandengan
pendekatan interdisiplin yang dikenal sebagai perawatan paliatif. (Doyle &
Macdonald, 2003: 5).
Masyarakat menganggap perawatan paliatif hanya untuk pasien dalam
kondisi terminal yang akan segera meninggal. Namun konsep baru
perawatan paliatif menekankan pentingnya integrasi perawatan .
Paliatif lebih dini agar masalah fisik, psikososial dan spiritual dapat
diatasi dengan baik Perawatan paliatif adalah pelayanan kesehatan yang

Makalah penanganan paliatif care pada AIDS 1


bersifat holistik dan terintegrasi dengan melibatkan berbagai profesi dengan
dasar falsafah bahwa setiap pasien berhak mendapatkan perawatan terbaik
sampai akhir hayatnya. (Doyle & Macdonald, 2003: 5) .
Rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan perawatan paliatif di
Indonesia masih terbatas di 5 (lima) ibu kota propinsi yaitu Jakarta,
Yogyakarta, Surabaya, Denpasar dan Makassar. Ditinjau dari besarnya
kebutuhan dari pasien, jumlah dokter yang mampu memberikan pelayanan
perawatan paliatif juga masih terbatas. Keadaan sarana pelayanan perawatan
paliatif di Indonesia masih belum merata sedangkan pasien memiliki hak
untuk mendapatkan pelayanan yang bermutu, komprehensif dan holistik,
maka diperlukan kebijakan perawatan paliatif di Indonesia yang
memberikan arah bagi sarana pelayanan kesehatan untuk menyelenggarakan
pelayanan perawatan paliatif. (KEPMENKES RI NOMOR: 812, 2007) .
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi paliatif care ?
2. Apakah definisi HIV / AIDS ?
3. Apakah faktor penyebab HIV / AIDS ?
4. Bagaimana penularan dan tanda-tanda terserang HIV/AIDS ?
5. Apakah permasalahan paliatif care pada AIDS ?
6. Apakah jenis-jenis tindakan terapiotik pada perawatan AIDS ?
7. Bagaimana penanggulan / pencegahan HIV / AIDS?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui arti paliatif care !
2. Untuk mengetahui apa itu HIV/ AIDS !
3. Untuk mengetahui faktor penyebab HIV / AIDS!
4. Untuk mengetahui penularan dan tanda-tanda terserang HIV/AIDS!
5. Agar mengetahui lebih lanjut permasalah paliatif care pada AIDS !
6. Untuk mengetahui jenis-jenis tindakan terapiotik pada perawatan AIDS !
7. Agar mengetahui cara penanggulan / pencegahan HIV / AIDS!

Makalah penanganan paliatif care pada AIDS 2


BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi paliatif care


Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki
kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang
berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui
pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini dan penilaian yang tertib
serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain, fisik, psikososial dan
spiritual (KEPMENKES RI NOMOR: 812, 2007)

B. Definisi HIV / AIDS

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat


menyebabkan AIDS. HIV termasuk keluarga virus retro yaitu virus yang
memasukan materi genetiknya ke dalam sel tuan rumah ketika melakukan
cara infeksi dengan cara yang berbeda (retro), yaitu dari RNA menjadi
DNA, yang kemudian menyatu dalam DNA sel tuan rumah, membentuk pro
virus dan kemudian melakukan replikasi.
Virus HIV ini dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel
darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem
kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari
gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun.
Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat
berkembang biak Virus HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak
dapat digunakan lagi. Sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem
kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika diserang penyakit
maka tubuh kita tidak memiliki pelindung. Dampaknya adalah kita dapat
meninggal dunia akibat terkena pilek biasa.

Makalah penanganan paliatif care pada AIDS 3


AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem
kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV (Human Immunodeficiency
Virus).(Aziz Alimul Hidayat, 2006)
AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana
mengalami penurunan sistem imun yang mendasar (sel T berjumlah 200
atau kurang) dan memiliki antibodi positif terhadap HIV. (Doenges, 1999)

AIDS disebabkan oleh Human Immunodeficiency virus (Nasronudin,


2007).
C. Faktor penyebab HIV / AIDS
Secara umum penyebab penyakit AIDS hanya dibagi dalam 4 kategori
umum, yaitu :
1) Penggunaan Jarum Suntik yang tidak Steril
Penggunaan jarum suntik yang tidak steril sangat mampu mendorong
seseorang terkena penyakit AIDS, para pengguna Narkoba yang terkadang
saling bertukar jarum suntik sangat rentan tertular penyakit ini, karena
penularan HIV AIDS sangat besar presentasenya terjadi karena cairan pada
tubuh penderita yang terkena HIV AIDS berpindah ke tubuh normal (sehat).
2) Seks Bebas serta seks yang kurang sehat dan aman
Berhubungan intim yang tidak sehat dan tidak menggunakan pengaman
adalah peringkat pertama terbesar penyebab menularnya virus HIV AIDS,
transmisi atau penularan HIV (Human Immunodeficiency Virus) dalam
hubungan seksual peluang terjadinya sangat besar, karena pada saat terjadi
kontak antara sekresi pada cairan vagina pada alat kelamin.
Hubungan seksual kurang aman dan tanpa dilengkapi pelindung
(Kondom) akan lebih sangat berisiko dibandingkan hubungan seksual yang
tanpa dilengkapi pelindung (Kondom) dan risiko hubungan seks anal lebih
besar dibanding hubungan seks biasa dan oral seks, meskipun tidak berarti
bahwa kedua jenis seks tersebut tidak beresiko.

Makalah penanganan paliatif care pada AIDS 4


3) Penyakit Menurun
Seseorang ibu yang terkena AIDS akan dapat menurunkan penyakitnya
pada janin yang dikandungnya, transmisi atau penularan HIV melalui rahim
pada masa parinatal terjadi pada saat minggu terakhir pada kehamilan dan
pada saat kehamilan, tingkat penularan virus ini pada saat kehamilan dan
persalinan yaitu sebesar 25%. Penyakit ini tergolong penyakit yang dapat
dirutunkan oleh sang ibu terhadap anaknya, menyusui juga dapat
meningkatkan resiku penulaan HIV AIDS sebesar 4%.
4) Tranfusi darah yang tidak steril
Cairan didalam tubuh penderita AIDS sangat rentan menular sehingga
dibutuhkan pemeriksaan yang teliti dalam hal transfusi darah pemilihan dan
penyeleksian donor merupakan tahap awal untuk mencegah penularan
penyakit AIDS, Resiko penularan HIV AIDS di sangat kecil presentasenya
di negara-negara maju, hal ini disebabkan karena dinegara maju keamanan
dalam tranfusi darah lebih terjamin karena proses seleksi yang lebih ketat.

D. Cara Penularan Virus HIV/AIDS


Virus HIV terdapat dalam darah, sehingga dapat disimpulkan bahwa
semua yang berupa cara tubuh yang bersal dari tubuh penderita HIV dapat
dipastikan infeksius dan sangat berpotensial untuk menularkan virus ini
pada orang lain, termasuk ketika seseorang penderita HIV positif melakukan
hubungan seksual dengan pasangannya. Dan bukan tidak mungkin jika
pasangan seksual itu juga terjangkit penyakit HIV/AIDS apalagi tidak
menggunakan kondom. Baik penderita pria maupun wanita sangat beresiko
menularkan virus HIV ini ketika pasangan melakukan hubungan badan,
yakni melalu cairan sperma (laki-laki) dan melalu darah menstruasi pada
vagina(perempuan). Selain itu HIV juga ditularkan melalui jarum suntik
yang digunakan bersamaan dengan penderita HIV dengan yang bukan
penderita(kemungkinan besar akan terinfeksi). Dan juga virus HIV bias
ditularkan oleh seorang ibu yang positif menderita HIV/AIDS ketika ia
hamil dan memberi ASI untuk anakanya.

Makalah penanganan paliatif care pada AIDS 5


E. Prinsip perawatan paliatif care pada AIDS
Menghormati atau menghargai martabat dan harga diri dari pasient dan
keluarga pasien, Dukungan untuk caregiver, Palliateve care merupakan
accses yang competent dan compassionet, Mengembangkan professional
dan social support untuk pediatric palliative care, Melanjutkan serta
mengembangkan palliative care melalui penelitian dan pendidikan (Ferrell,
& Coyle, 2007: 52)
Sebuah pendekatan kasihan kebutuhan ini meningkatkan kemungkinan
pemulihan atau perbaikan. Dalam contoh terburuk, ia menawarkan
kenyamanan dan persiapan untuk individu melalui proses traumatis penyakit
terakhir sebelum kematian. (Doyle, Hanks and Macdonald, 2003 :101)

F. Jenis Tindakan Terapeutik Perawatan Palliative pada AIDS


a. Definisi Komunikasi Terapeutik
Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi terapeutik,
dalam hal ini komunikasi yang dilakukan oleh seorang perawat pada saat
melakukan intervensi keperawatan harus mampu memberikan khasiat terapi
bagi proses penyembuhan pasien. Komunikasi terapeutik adalah suatu
pengalaman bersama antara perawat-klien yang bertujuan untuk
menyelesaikan masalah klien. Maksud komunikasi adalah untuk
mempengaruhi perilaku orang lain. Oleh karenanya seorang perawat harus
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan aplikatif komunikasi terapeutik
agar kebutuhan dan kepuasan pasien dapat dipenuhi. Di dalam komunikasi
terapeutik ini harus ada unsure kepercayaan.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara
sadar dan bertujuan dan kegiatannya difokuskan untuk kesembuhan pasien,
dan merupakan komunikasi professional yang mengarah pada tujuan untuk
penyembuhan pasien

Makalah penanganan paliatif care pada AIDS 6


b. Tujuan Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi klien
kearah yang lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan klien
yangmeliputi :
1. Realisi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan
diri. Memulai komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalm diri
klien. Klien yang menderita penyakit kronis ataupun terminal umumnya
mengalami perubahan dalam dirinya, ia tidak mampu menerima keberadaan
dirinya, mengalami gambaran diri, penurunan harga diri, merasa tidak
berarti dan padaakhirnya merasa putus asa dan depresi.
2. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan
saling bergantung dengan orang lain. Melalui komunikasi terapeutik, orang
belajar bagaimana menerima danditerima orang lain.
Dengan komunikasi yang terbuka, jujur dan menerima klien apa adanya,
perawat akan dapat meningkatkan kemampuan klien dalam membina
hubungan saling percaya (Hibdon, 200).
3. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan
sertamencapai tujuan yang reistis. Terkadang klien menetapkan ideal diri
atau tujuan terlalu tinggi tanpa mengukur kemampuannya.
Taylor, Lilis dan La Mone (1997) mengemukakan bahwa individu yang
merasa kenyataan dirinya mendekati ideal dirimempunyai harga diri yang
tinggi sedangkan individu yang merasa kenyataan hidupnya jauh dari ideal
dirinya akan merasa rendah diri.
4. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta
mencapai tujuan yang reistis.

c. Jenis Komunikasi Terapeutik


 Komunikasi Verbal
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan
keperawatan di rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal

Makalah penanganan paliatif care pada AIDS 7


terutama pembicaraan dengan tatap muka. Komunikasi verbal biasanya
lebih akurat dan tepat waktu. Kata-kata adalah alat atau simbol yang dipakai
untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon
emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan ingatan. Sering juga
untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat seseorang.
Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap
individu untuk berespon secara langsung. Komunikasi Verbal yang efektif
harus :
1. Jelas dan ringkas
2. Perbendaharaan Kata (Mudah dipahami)
3. Arti denotatif dan konotatif
4. Selaan dan kesempatan berbicara
5. Waktu dan Relevansi
6. Humor
 Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa
menggunakan kata-kata. Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk
menyampaikan pesan kepada orang lain. Perawat perlu menyadari pesan
verbal dan non-verbal yang disampaikan klien mulai dan saat pengkajian
sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non verbal menambah
arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mendektesi suatu kondisi dan
menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Morris (1977) dalam Liliweni
(2004) membagi pesan non verbal sebagai berikut :
1. Kinesik
Kinesik adalah pesan non verbal yang diimplementasikan dalam bentuk
bahasa isyarat tubuh atau anggota tubuh. Perhatikan bahwa dalam
pengalihan informasi mengenai kesehatan, para penyuluh tidak saja
menggunakan kata-kata secara verbal tetapi juga memperkuat pesan-pesan
itu dengan bahasa isyarat untuk mengatakan suatu penyakit yang berbahaya,
obat yang mujarab, cara memakai kondom, cara mengaduk obat, dan lain-
lain.

Makalah penanganan paliatif care pada AIDS 8


2. Proksemik
Proksemik yaitn bahasa non verbal yang ditunjukkan oleh “ruang” dan
“jarak” antara individu dengan orang lain waktu berkomunikasi atau antara
individu dengan objek.
3. Haptik
Haptik seringkali disebut zero proxemics, artinya tidak ada lagi jarak di
antara dua orang waktu berkomunikasi. Atas dasar itu maka ada ahli
komunikasi nonverbal yang mengatakan haptik itu sama dengan menepuk-
nepuk, meraba-raba, memegang, mengelus dan mencubit. Haptik
mengkomunikasikan relasi anda dengan seseorang.
4. Paralinguistik
Paralinguistik meliputi setiap penggunaan suara sehingga dia
bermanfaat kalaukita hendak menginterprestasikan simbol verbal.
5. Artifak
Artifak dalam komunikasi komunikasi non verbal dengan berbagai
benda material disekitar kita.
6. Logo dan Warna Kreasi perancang untuk menciptakan logo dalam
penyuluhan merupakan karya komunikasi bisnis.
7. Tampilan Fisik Tubuh
Acapkali anda mempunyai kesan tertentu terhadap tampilan fisik tubuh
dari lawan bicara anda. Kita sering menilai seseorang mulai dari warna
kulitnya, tipe tubuh (atletis, kurus, ceking, bungkuk, gemuk, gendut, dan
lain-lain).
Tipe tubuh itu merupakan cap atau warna yang kita berikan kepada
orang itu. Salah satu keutamaan pesan atau informasi kesehatan adalah
persuasif, bagaimana kita merancang pesan sedemikian rupa sehingga
mampu mempengaruhi orang lain agar mereka dapat mengetahui informasi,
menikmati informasi, memutuskan untuk membeli atau menolak
produk bisnis yang disebarluaskan oleh sumber informasi. (Liliweri,
2007:108).

Makalah penanganan paliatif care pada AIDS 9


d. Jenis-jenis tindakan terapeutik untuk perawatan palliative pada AIDS
Cobaan tidak bisa kita hindari. Orang-orang yang mengalami
cobaan penyakit yang tidak bisa disembuhkan sungguh berat menjalani
hidupnya. Sungguh menjadi dilema antara Dokter, pasien dan keluarga
pasien. Memang berat menerima cobaan demikian. Tapi dengan Perawatan
Paliatif, pasien akan tetap memiliki kualitas hidup yang baik meski
penyakitnya tak bisa disembuhkan.
Perawatan paliatif artinya meringankan penderitaan si pasien yang
sudah sakit parah dan tidak dapat disembuhkan seperti misalnya kanker
Stadium akhir, pasien penyakit motor neuron, penyakit degeneratif saraf dan
pasien HIV/AIDS.
Tujuannya agar penderita dapat menjalani hari-hari sakitnya dengan
semangat dan tidak putus asa serta memberi dukungan agar mampu
melakukan hal2 yang masih bisa dilakukan dan bermanfaat bagi Spiritual
pasien.
Perawatan paliatif merupakan metode yang ampuh dalam membantu
pasien lepas dari penderitaannya, baik nyeri berkepanjangan ataupun
keluhan lain. Kondisi ini akan membantu meningkatkan kualitas hidup
pasien dan juga keluarganya.
Pada awalnya perawatan paliatif ini hanya ditujukan untuk pasien
Kanker (kecuali di Afrika Selatan awalnya untuk pasien HIV/AIDS).
Tapi kini perawatan paliatif juga bisa digunakan untuk penyakit lain
seperti paru obstruktif kronis (COPD), stroke, parkinson, gagal jantung,
gagal ginjal, penyakit genetika dan juga infeksi seperti HIV/AIDS.
1. Untuk mencegah dan mengurangi penderitaan
2. Untuk meningkatkan kualitas hidup orang menghadapi yang serius, penyakit
yang kompleks.

Makalah penanganan paliatif care pada AIDS 10


3. Untuk meringankan penderitaan si pasien yang sudah sakit parah dan tidak
dapat disembuhkan seperti misalnya kanker Stadium akhir, pasien penyakit
motor neuron, penyakit degeneratif saraf dan pasien HIV/AIDS.

Tempat untuk melakukan perawatan paliatif beragam, seperti:

1. Rumah sakit, untuk pasien yang harus mendapatkan perawatan dengan


pengawasan ketat, tindakan khusus atau meemrlukan peralatan khusus.
2. Puskesmas, untuk pasien yang melakukan rawat jalan.
3. Rumah singgah atau panti (hospis), untuk pasien yang tidak memerlukan
pengawasan ketat, tindakan atau peralatan khusus, tetapi belum dapat
dirawat di rumah karena masih memerlukan pengawasan tenaga kesehatan.
4. Rumah Pasien, untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan ketat,
tindakan atau peralatan khusus, serta keterampilan perawatan bisa dilakukan
oleh anggota keluarga.
G. Penanggulangan /Pencegahan Virus HIV/AIDS

Beberapa hal yang bisa dilakukan agar semakin sedikit orang yang
terkena , yaitu dengan:
- Menghindari Free Sex sebisa mungkin
- Usahakan hanya melakukan hunungan seksual dengan 1 pasangan
- Memberikan vaksinanasi jika ibu hamil positif HIV agar bayi
kemungkinan kecil terkena HIV
- Tidak mendonorkan darah jika sudah terkena HIV

Adapun usaha lain yang dapat dilakukan yaitu : memberikan


penyuluhan/informasi kepada seluruh masyarakat tentang HIV/AIDS ,
melalui penyebaran brosur, poster-poster yang berhubungan dengan
HIV/AIDS , dan melalui iklan di media massa baik itu media cetak/ media
elektronik.

Makalah penanganan paliatif care pada AIDS 11


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perawatan Palliative adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki
kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang
berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui
pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini dan penilaian yang tertib
serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain, fisik, psikososial dan
spiritual.
HIV (Human Immuno–Devesiensi) adalah virus yang hanya hidup
dalam tubuh manusia, yang dapat merusak daya kekebalan tubuh manusia.
AIDS (Acguired Immuno–Deviensi Syndromer) adalah kumpulan
gejala menurunnya gejala kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dari
luar.
AIDS merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem
kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV (Human Immunodeficiency
Virus).(Aziz Alimul Hidayat, 2006)

Tanda dan Gejala Penyakit AIDS seseorang yang terkena virus HIV pada
awal permulaan umumnya tidak memberikan tanda dan gejala yang khas,
penderita hanya mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung
daya tahan tubuh saat mendapat kontak virus HIV tersebut.
Penyakit terminal merupakan penyakit progresif yaitu penyakit yang
menuju ke arah kematian. Contohnya seperti penyakit jantung,dan kanker
atau penyakit terminal ini dapat dikatakan harapan untuk hidup tipis, tidak
ada lagi obat-obatan, tim medis sudah give up (menyerah) dan seperti yang
di katakan di atas tadi penyakit terminal ini mengarah kearah kematian.
Agama dan keyakinan spiritual sebagai sumber kekuatan dan dukungan
dalam penyakit fisik yang serius Profesional kesehatan memberikan

Makalah penanganan paliatif care pada AIDS 12


perawatan medis menyadari pentingnya pasien dalam memenuhi 'kebutuhan
spiritual dan keagamaan serta pentingnya Psychoonkologi.
.

Makalah penanganan paliatif care pada AIDS 13


DAFTAR PUSTAKA

 Arnold Dorothee,1998 , Spiritual Care and Palliative Care:


Opportunities and Challeges for Pastoral Care, WWW.
Who.int/cancer/Palliative/definition/en/ diambil pada tanggal 11 Januari
2010
 Doyle, Hanks and Macdonald, 2003. Oxford Textbook of Palliative
Medicine. Oxford Medical Publications (OUP) 3 rd edn 2003
 Ferrell, B.R. & Coyle, N. (Eds.) (2007). Textbook of palliative nursing, 2nd
ed. New York, NY: Oxford University Press
 KEPMENKES RI NOMOR: 812/ MENKES/SK/VII/2007 Tentang
Kebijakan Perawatan Palliative Menteri Kesehatan Republik Indonesia
 Woodruff Asperula Melbourne 4th edn 2004. Standards for Providing
Quality Palliative Care for all Australians. Palliative Care
Australia.Palliative Medicine.
 Yosep Iyus,(2007), Keperawatan Jiwa, Refika Aditama, Bandung
 White,PG,2002 , Word Hospice Palliative Care The Loss of Child Day,
Pediatric Heart Network, www.hospiceinternational.com, diambil pada
tanggal 12 januari 2010

Makalah penanganan paliatif care pada AIDS 14

Anda mungkin juga menyukai