12 PERBANKAN 1
NAMA-NAMA KELOMPOK :
1. IRMA NAINGGOLAN
2. SULASTRI JITMAU
3. SARTIKA SAGISOLO
4. PAYANG KENDI
PAJAK PENGHASILAN
Penghasilan dapat diartikan sebagai tambahan kemampuan ekonomis yang dimiliki oleh individu atau kelompok
untuk menambah kekayaannya dan digunakan untuk konsumsi. Penghasilan umumnya sering disama artikan
dengan pendapatan. Hal ini karena pendapat juga berkaitan dengan penambahan keuangan atau kondisi ekonomi
seseorang yang tujuannya menambah kekayaan. Dan kekayaan ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
Penghasilan memiliki berbagai bentuk dan didapatkan dengan cara bekerja atau melakukan usaha.
Berdasarkan pengertian di atas maka Pajak Penghasilan adalah pajak atau iuran yang dibayar masyarakat
kepada negara yang berasal dari penghasilannya. Secara sederhana maka pajak penghasilan dapat dikatakan
sebagai pajak yang dikenakan kepada masyarakat atas penghasilan yang dimilikinya.
Subjek-subjek yang telah disebutkan di atas akan dikenai wajib sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang
telah ditetapkan. Akan tetapi terdapat beberapa subjek penghasilan yang tidak termasuk subjek pajak. Sehingga
jika tidak termasiuk subjek pajak maka tidak dikenai wajib pajak.
Beban-beban yang dapat dapat di perkenankan sebagai pengurangan penghasilan bruto dapat dibagi 2, yaitu
beban atau biaya yang mempunyai kemampuan massa manfaat tidak lebih dari 1 lebih tahun dan yang
mempunyai manfaat lebih dari 1 tahun.
Beban yang mempunyai massa manfaat tidak lebih dari 1 merupakan biaya pada rahun yang bersangkutan,
misalnya gaji, biaya administrasi dan bunga. Biaya rutin pengelohan limbah dan sebagainya, sedangkan
pengeluaran yang mempunyai massa manfaat lebih dari 1 tahun, pembebanannya dilakukan melalui penyusutan
atau melalui amortitasi.
Di samping itu, apabila dalam satu tahun pajak di dapat kerugian karena penjualan harta atau karena selisih kurs,
kerugian-kerugian tersebut dapat di kurangkan dari penghasilan bruto.
Pengeluaran dan biaya yang tidak berkaitan ( baik langsung maupun tidak langsung ) dengan kegiatan
mendapatkan, menagih,dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak penghasilan, tidak dapat di
kurangkan dari hasil penghasilan bruto.
Selain itu, pengeluaran yang bersifat pemakaian penghasilan atau yang jumlahnya melebihi kewajaran tidak
dapat dikurangkandari penghasilan bruto.
HARGA PEROLEHAN
a.Harga .perolehan untuk aktiva/harta berwujud yang diperoleh dengan pembelian tunai terdiri dari biaya/uang
yang dikeluarkan/terjadi untuk memperoleh aktiva/harta berwujud sampai ditempat dan siap dipakai, antara
lain :
1. Harga beli aktiva/harta berwujud tersebut.
2. Biaya pengiriman.
3. Biaya asuransi.
https://www.ilmudasar.com/2018/02/Pajak-Penghasilan-PPh.html4. Biaya pemasangan.
5. Biaya bea balik nama (notaris dan lain-lain)
6. Biaya lain yang berhubungan langsung dengan perolehan akiva/harta berwujud tersebut.
Apabila terhadap untuk pembelian tanah dan bangunan tidak bisa dipisahkan biaya notaris untuk tanah dan
bangunan maka biaya notaris dialokasikan sesuai harga masing-masing tanah dan bangunan.
Contoh :
Harga tanah 20.000.000, Bangunan 60.000.000, biaya notaris 1.000.000.
Maka biaya notaris untuk tanah dialokasikan 20.0000.000 / 80.000.000 = 250.000
Maka biaya notaris untuk bangunan dialokasikan 60.0000.000 / 80.000.000 = 750.000
b. Apabila Wajib Pajak melakukan penilaian kembali aktiva berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 19 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang PPh, maka harga perolehan / dasar
penyusutan atas harta adalah nilai setelah dilakukan penilaian kembali aktiva tersebut.
c.Apabila akitva/harta berwujud diperoleh dengan cara hibah/sumbangan maka harga perolehan / dasar
penyusutan bagi penerima hibah adalah nilai sisa buku harta hibahan.
d.Apabila akitva / harta berwujud diperoleh dengan cara hibah/sumbangan/warisan dari keluarga sedarah dalam
garis keturunan lurus satu derajat maka harga perolehan / dasar penyusutan bagi penerima hibah adalah
harga NJOP tahun diterimanya aktiva/harta tersebut.
e.Apabila akitva / harta berwujud diperoleh dengan cara sewa guna usaha dengan hak opsi maka harga
perolehan / dasar penyusutan bagi lessee (yang mengunakan barang) adalah nilai sisa (residual-value) barang
modal yang bersangkutan.
Sebagai ilustrasi mengenai metode penilaian persediaan FIFO dalam sistem persediaan periodik, kita akan
memberikan contoh ayat jurnal persediaan awal dan pembelian barang pada bulan Januari 2018 berikut ini :
Perhitungan fisik pada tanggal 31 Januari 2018 terdapat sisa persediaan sebanyak 150 unit.
Dengan menggunakan metode FIFO, biaya sisa persediaan pada akhir periode berasal dari biaya perolehan
paling akhir.
Biaya 150 unit dalam persediaan akhir pada tanggal 31 Januari 2018 dihitung sebagai berikut :
Mengurangkan biaya persediaan per 31 Januari 2018 sebesar Rp 3.250.000 dari biaya barang tersedia untuk
dijual sebesar Rp 5.880.000 akan menghasilkan harga pokok penjualan sebesar Rp 2.630.000.
Persediaan akhir 31 Januari 2018 sebesar Rp 3.250.000 berasal dari biaya perolehan paling kahir. HPP sebesar
Rp 2.630.000 berasal dari biaya persediaan awal dan biaya paling awal.
Dan untuk menggambarkan hubungan antara harga pokok penjualan (HPP) untuk bulan Januari 2018 dan
persediaan akhir per 31 Januari 2018, saya sajikan sebuah gambar.
Oleh karena itu metode FIFO akan menghasilkan laba kotor yang lebih tinggi.
Akan tetapi, persediaan perlu diganti dengan harga yang lebih tinggi daripada yang ditunjukkan oleh HPP
(harga pokok penjualan).
Kenyataannya, neraca akan melaporkan persediaan akhir pada nilai yang kurang lebih sama dengan biaya
penggantian atau biaya untuk membeli barang persediaan sejenis saat ini.
Ketika tingkat inflasi mencapai dua digit, seperti yang pernah terjadi pada tahun 1970 an di Amerika Serikat,
laba kotor yang tinggi yang dihasilkan dari penggunaan metode FIFO sering disebut laba persediaan atau laba
ilusi.
Sebaliknya, selama periode deflasi atau penurunan harga-harga secara umum, pengaruhnya adalah
kebalikannya.
Saat metode penilaian persediaan LIFO digunakan, sisa biaya persediaan pada akhir periode berasal dari biaya
perolehan paling awal.
Berdasarkan data seperti yang sama dengan contoh metode FIFO, biaya 150 unit dalam persediaan akhir per 31
Januari 2018 dihitung sebagai berikut :
Mengurangkan biaya persediaan per 31 Januari 2018 sebesar Rp 3.050.000 dari biaya barang tersedia untuk
dijual sebesar Rp 5.880.000 akan menghasilkan harga pokok penjualan (HPP) sebesar Rp 2.830.000
HPP (harga pokok penjualan) sebesar Rp 2.830.000 berasal dari biaya persediaan paling akhir.
Hubungan harga pokok penjualan untuk bulan Januari 2018 dan persediaan akhir per 31 Januari 2018 bisa
dilihat pada gambar ilustrasi berikut ini :
Saat metode LIFO digunakan selama periode inflasi atau kenaikan harga-harga hasilnya adalah kebalikan
dengan dua metode yang lain.
Seperti ditunjukkan dalam contoh di atas, metode LIFO akan menghasilkan jumlah yang lebih tinggi untuk HPP
(Harga Pokok Penjualan).
Dan jumlah yang lebih rendah untuk laba kotor dan jumlah yang lebih rendah untuk persediaan akhir,
dibandingkan dengan metode yang lain.
Alasan pengaruh ini adalah biaya peroehan unit yang paling akhir kurang lebih sama dengan biaya
penggantiannya.
Dalam periode inflasi, biaya unit yang lebih baru akan lebih tinggi dibandingkan dengan harga unit yang lebih
awal.
Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa metode LIFO nyaris berhasil membandingkan biaya saat ini dengan
pendapataan saat ini (matching current costs against current revenues).
Selama periode kenaikan harga-harga, metode LIFO menawarkan penghematan dalam pajak penghasilan.
Karena melaporkan jumlah laba bersih yang lebih rendah dibandingkan metode FIFO dan biaya rata-rata.
Pada saat inflasi dua digit tahun 1970-an di AS, banyak perusahaan beralih dari metode FIFO menjadi LIFO
untuk menghemat pembayaran pajak.
Tapi, persediaan akhir dalam neraca bisa berbeda dari biaya penggantian saat ini.
Dalam kasus seperti ini, Laporan Keuangan biasanya memasukkan catatan yang menyebutkan selisih yang
diperkirakan antara persediaan LIFO dan persediaan FIFO.
Dan perlu disadari bahwa pada saat deflasi, atau secara umum terjadi penurunan harga-harga, maka
pengaruhnya sebaliknya.
( Baca juga : Cara Menghitung HPP Usaha Jus Buah (Tutorial + Case Study)
Metode biaya rata-rata disebut juga dengan metode biaya rata-rata tertimbang (weighted average method).
Ketika metode ini digunakan biaya dipadankan terhadap pendapatan sesuai dengan rata-rata biaya unit yang
terjual.
Biaya unit rata-rata tertimbang yang sama digunakan dalam menghitung biaya persediaan pada akhir periode.
Untuk perusahaan yang memiliki barang penjualan yang terdiri dari berbagai pembelian unit yang identik,
penerapan metode biaya rata-rata hampir menyerupai arus fisik barang.
Biaya unit rata-rata tertimbang dihitung dengan membagi jumlah biaya unit setiap barang yang tersedia untuk
dijual selama periode tertentu dengan jumlah unit barang terkait.
Dengan menggunakan data biaya yang sama dengan contoh metode FIFO dan LIFO, biaya rata-rata 280 unit
adalah sebesar Rp 21.000, dan biaya 150 unit dalam persediaan akhir, dihitung sebagai berikut :
Mengurangi biaya persediaan per 31 Januari 2018 sebesar Rp 3.150.000 dari biaya barang tersedia untuk dijual
sebesar Rp 5.880.000 akan menghasilkan harga pokok penjualan (HPP) sebesar Rp 2.730.000, seperti
ditunjukkan berikut ini :
Metode biaya rata-rata adalah hasil kompromi antara metode FIFO dan LIFO. Pengaruh kecenderungan harga
diambil rata-ratanya dalam menghitung HPP (Harga Pokok Penjualan) dan persediaan akhir.
Untuk serangkaian pembeliaan, biaya rata-rata akan tetap sama, tanpa memperhatikan arah kecenderungan
harga.
Sebagai contoh, urutan biaya unit yang secara keseluruhan dibalik dengan biaya unit seperti disajikan dalam
contoh di atas, tidak akan berpengaruh terhadap harga pokok penjualan (HPP), laba kotor atau persediaan akhir
yang dilaporkan.
Untuk me-refresh kembali, sekarang ada satu contoh lagi perhitungan biaya persediaan.
Unit suatu barang yang tersedia untuk dijual selama tahun berjalan adalah sebagai berikut :
Terdapat 16 unit barang dalam penghitungan fisik persediaan per 31 Desember. Menggunakan sistem periodik
dalam menentukan persediaan.
Hitunglah biaya persediaan menggunakan : 1) metode FIFO, 2) Metode LIFO, dan 3) Metode biaya rata-rata.
Jawaban :
= Rp 2.310.000 / 40 = Rp 57.750
= 16 unit X Rp. 57.750 = Rp 924.000
04. Kesimpulan
Dari pembahasan ketiga metode di atas, arus biaya yang berbeda diasumsikan untuk masing-masing dari tiga
metode alternatif biaya persediaan.
Perhatikan bahwa jika biaya unit tetap stabil, seluruh metode akan mendapatkan hasil yang sama.
Akan tetapi karena harga berubah-ubah, tiga metode tersebut biasanya akan menghasilkan jumlah yang berbeda
untuk :
Persediaan akhir
Dengan menggunakan contoh, misalnya penjualan sebesar Rp 3.900.000, hasil dari perhitungan 130 unit x Rp
30.000, penggalan laporan laba rugi berikut ini menunjukkan pengaruh setiap metode saat harga naik.
(Baca juga : 2 Cara Simpel Menghitung Laba Pembangunan Perumahan (Case Study)
Perhatikan laporan laba rugi sebagian di atas, metode FIFO menghasilkan jumlah paling rendah untuk HPP
(Harga Pokok Penjualan)
Dan jumlah paling tinggi untuk laba kotor dan laba bersih dan juga persediaan akhir.
Di satu sisi, metode penilaian persediaan LIFO menghasilkan jumlah paling tinggi untuk HPP (harga pokok
penjualan).
Dan jumlah paling rendah untuk laba kotor dan laba bersih, dan juga persediaan akhir.
Metode penilaian persediaan biaya rata-rata menghasilkan jumlah di antara yang dihasilkan FIFO dan LIFO.
Ada tiga klasifikasi tarif yang berlaku bagi badan usaha yang penghasilan brutonya berbeda-beda
a. Perhitungan pajak penghasilan jika penghasilan kotor kurang dari Rp4.8 Miliar
Pada tahun 2017, PT. Maju Bersama memperoleh penghasilan kotor sebesar Rp3 Miliar. Maka besar pajak
penghasilan PT. Maju Bersama adalah Rp3 Miliar x 1% = Rp30 juta. Cukup sederhana perhitungannya.
Namun, perlu dibuat catatan bahwa selama periode tahun 2017, PT. Maju Bersama telah menyetor pajak
penghasilan karyawan ke kas negara sebesar Rp8 juta dan pajak PPh Pasal 23 sebesar Rp2 juta. Maka, pajak
penghasilan terutang PT. Maju Bersama adalah Rp30juta–Rp8juta-Rp2 juta = Rp20 juta.
Inilah sisa pajak yang dibayar PT. Maju Bersama ke Kas Negara atas pajak penghasilan badan usaha di tahun
2017. Pajak ini bisa dicicil dengan meminta persetujuan dari kantor pajak setempat. Dalam bentuk tabel, berikut
adalah ringkasan dari perhitungan pajak penghasilan PT. Maju Bersama.
No Keterangan Jumlah
b. Perhitungan pajak penghasilan jika penghasilan kotor lebih dari Rp4.8 Miliar s/d Rp50 Miliar
PT. Maju bersama memperoleh penghasilan kotor di tahun 2017 sebesar Rp10 Miliar, dan Penghasilan Kena
Pajak adalah Rp3 Miliar, maka besar pajak PT. Maju Bersama menggunakan formula berikut:
Namun, perlu dibuat catatan bahwa selama periode tahun 2017, PT.Maju Bersama telah menyetor pajak
penghasilan karyawan ke kas negara sebesar, Rp 200 juta dan PPh Pasal 23 sebesar Rp100 juta. Maka, pajak
penghasilan terutang PT. Maju Bersama adalah Rp570 juta-Rp200 juta-Rp100 juta = Rp270 juta. Inilah sisa
pajak yang dibayar PT. Maju Bersama ke Negara atas pajak penghasilan badan usaha tersebut di tahun 2017.
Berikut adalah ringkasan dari perhitungan pajak penghasilan PT. Maju Bersama.
No Keterangan Jumah
Perhitungan pajak penghasilan bila penghasilan kotor lebih dari Rp50 Miliar
PT. ABC memperoleh penghasilan kotor sebesar Rp70 Miliar, dan Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp28
Miliar, maka besar pajak PT. ABC adalah 25% x Rp28 Miliar = Rp7 Miliar
Namun, perlu dibuat catatan bahwa selama periode tahun 2017, PT. ABC telah menyetor pajak penghasilan
karyawan ke kas negara sebesar Rp2 Miliar dan PPh Pasal 23 sebesar Rp1 Miliar. Maka, pajak penghasilan
terutang PT. ABC adalah Rp7 Miliar-Rp2 Miliar-Rp1 Miliar = Rp4 Miliar. Inilah sisa pajak yang dibayar
PT. ABC ke Negara atas pajak penghasilan badan usaha tersebut di tahun 2017.
Dalam bentuk tabel, berikut adalah ringkasan dari perhitungan pajak penghasilan PT.ABC.
No Keterangan Rp
Contoh penghitungan pajak penghasilan perusahaan di atas merupakan ilustrasi perhitungan pajak yang sudah
diesederhanakan. Pada kenyataannya, proses penghitungan pajak penghasilan dalam perusahaan tidaklah
sesederhana itu dan memerlukan laporan dari berbagai akun keuangan.