Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS SUBSEQUENT EVENT PADA KASUS PEMALSUAN LAPORAN

KEUANGAN PERUSAHAAN TOSHIBA TAHUN 2005

MATA KULIAH PENGAUDITAN I

Disusun Oleh

INDIRA TRI PAMUNGKAS 16312115

M HIFZAN SADIDA 16312118

KI AGUS DIMAS YUSUF 16312148

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

1
DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN .............................................................................................. 3

BAB II : PEMBAHASAN ..................................................................................................4

BAB III : KESIMPULAN ...................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................8

2
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Sangat banyak sekali kasus yang berkaitan tentang pelanggaran, penyalahgunaan wewenang
ataupun kesalahan pencatatan di dalam perusahaan, khususnya di negeri kita. Laporan keuangan dan
proses audit merupakan suatu bagian yang terpenting dari baiknya aktivitas bisnis perusahaan. Namun
tidak sedikit hambatan yang menjadi penyebab terkendalanya pencatatan laporan keuangan, contohnya
adalah terjadinya peristiwa ataupun kesalahan tertentu.

Dalam penyelesaian proses audit, ada situasi dimana auditor harus memperhatikan peristiwa yang
terjadi setelah tanggal neraca sampai tanggal penerbitan laporan auditor. Hal ini bertujuan untuk mencari
bukti tambahan mengenai suatu transaksi dan bahkan auditor dapat menemukan bukti baru yang sebelum
nya tidak dapat ditemukan. Karena terdapat kemungkinan terjadi peristiwa penting selama tanggal audit
atau tanggal sesudah tanggal neraca.

Salah satu contoh kasus yang terdapat subsequent event di dalamnya adalah kasus yang terjadi
pada perusahaan TOSHIBA pada bulan Mei 2015. Toshiba adalah perusahaan pemroduksi elektronik
teknologi tinggi yang bermarkas di Tokyo, Jepang. Toshiba adalah perusahaan elektronik terbesar di
dunia. Toshiba saat ini kebanyakan buatan RRC. Semikonduktor buatan Toshiba termasuk ke dalam
jajaran 20 Semikonduktor dengan Penjualan Terbesar. Tahun 2009, Toshiba merupakan perusahaan
komputer terbesar kelima di dunia, di bawah Hewlett-Packard dari AS, Dell dari AS, Acer dari Taiwan,
dan Apple dari AS.

2. TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui sejauh mana pengaruh dari
subsequent event pada kasus perusahaan TOSHIBA. Karena kasus ini dapat mempengaruhi kredibiltas
dan integritas sebuah perusahaan, termasuk di dalamnya adalah transparansi laporan keuangan, proses
audit dan aktivitas bisnis perusahaan itu sendiri.

3
BAB II

PEMBAHASAN

1. SUBSEQUENT EVENT

Subsequent Events adalah peristiwa atau transaksi yang terjadi setelah tanggal neraca tetapi
sebelum diterbitkannya laporan audit yang mempunyai akibat yang material terhadap laporan keuangan
dan memerlukan penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan tersebut. Terdapat 2 jenis subsequent
eventmerujuk pada PSAK no. 46, yakni peristiwa yang memberikan tambahan bukti yang berhubungan
dengan kondisi yang ada pada tanggal neraca dan berdampak terhadap taksiran yang melekat dalam
proses penyusunan laporan keuangan, peristiwa yang menyediakan tambahan bukti yang berhubungan
dengan kondisi yang tidak ada pada tanggal neraca, namun kondisi tersebut ada sesudah tanggal neraca.
Menurut Sukrisno Agoes (2004:138), subsequent event yang harus di audit oleh akuntan publik adalah:

1. Subsequent Collection

Penagihan sesudah tanggal neraca, sampai mendekati selesainya pekerjaan lapangan/audit field
work, dan dilaksanakan dalam pemeriksaan piutang, dan barang dalam perjalanan

2. Subsequent Payment

Pembayaran sesudah tanggal neraca sampai mendekati selesainya audit field work, dan
dilaksanakan pada saat pemeriksaan hutang dan biaya yang masih harus dibayar.

Pemeriksaan subsequent event dilakukan bertujuan pertama untuk menentukan keberadaan kejadian
penting sesudah tanggal neraca yang membutuhkan penyesuaian terhadap laporan keuangan atau
memerlukan pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan agar tidak menyesatkan pengguna
laporan keuangan, kedua menentukan kemungkinan tertagihnya piutang dan memastikan bahwa “barang
dalam perjalanan” yang tercantum di neraca per tanggal neraca, masih di perjalanan, ketiga untuk
memastikan kewajiban dan beban yang masih harus dibayar yang tercantum di neraca per tanggal neraca,
merupakan kewajiban perusahaan yang akan dilunasi pada saat jatuh temponya (sesudah tanggal neraca),
dan terakhir untuk memastikan bahwa tidak ada kewajiban perusahaan yang belum dicatat per tanggal
neracanya.

Dalam melakukan prosedur pemeriksaan Subsequent Event, prosedur ini terdiri dari beberapa
langkah yakni pertama periksa pengeluaran dan penerimaan kas sesudah tanggal neraca, sampai
mendekati tanggal selesainya audit field work, kedua periksa cut-off pembelian dan penjualan, ketiga
review laporan keuangan interim untuk periode sesudah tanggal neraca, keempat memiinta copy notulen
rapat direksi, dewan komisaris, pemegang saham, periksa apakah ada commitment dari perusahaan yang
baru dipenuhi pada periode sesudah tanggal neraca, kelima lakukan tanya jawab dengan pejabat
perusahaan yang berwenang, mengenai:

4
a. Ada/tidaknya contingent liabilities

b. Ada/tidaknya perubahan dalam modal saham, kewajiban jangka panjang atau kredit modal kerja dalam
periode sesudah tanggal neraca

c. Ada/tidaknya kejadian penting sesudah tanggal neraca yang memerlukan adjustment terhadap laporan
keuangan atau penjelasan catatan laporan keuangan. Keenam kirim konfirmasi ke penasihat hukum
perusahaan, analisa perkiraan profesional fees, ketujuh dapatkan surat representasi klien (client
representation letter).

2. KASUS PEMALSUAN LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN TOSHIBA TAHUN 2015

Kasus yang melibatkan subsequent event adalah kasus yang menyangkut perusahaan besar
Toshiba. Pabrik ini didirikan untuk memenuhi permintaan dari pemerintah Jepang yang saat itu sedang
membawa Jepang masuk ke era modernisasi. Sebagai salah satu merek ternama di Jepang, Toshiba telah
menerima berbagai penghargaan karena menjadi pionir dalam menemukan radar, oven microwavge,
sistem MRI, laptop, dan DVD. Pada tahun 2015, Toshiba telah mengoperasikan seluruh bisnisnya dalam
skala global di berbagai industri, termasuk semikonduktor, elektronik, infrastruktur, peralatan rumah
tangga dan alat-alat kesehatan dengan penjualan yang mencapai lebih dari 63 milyar dolar Amerika dan
telah mempekerjakan lebih dari 200.000 karyawan di seluruh dunia.Kualitas seluruh produk maupun jasa
yang ditawarkan oleh Toshiba menempatkan perusahaan tersebut dalam 10 perusahaan terbesar di Jepang.

Namun pada bulan Mei 2015, Toshiba mengejutkan seluruh dunia saat menyatakan bahwa
perusahaannya tengah melakukan investigasi atas skandal akuntansi internal dan harus merevisi
perhitungan laba dalam 3 tahun terakhir. Pengumuman tersebut sangat tidak disangka karena Toshiba
telah menjadi lambang perusahaan Jepang yang sangat kuat. Setelah diinvestigasi secara menyeluruh,
diketahuilah bahwa Toshiba telah kesulitan mencapai target keuntungan bisnis sejak tahun 2008 di mana
pada saat tengah terjadi krisis global. Krisis tersebut juga melanda usaha Toshiba hingga akhirnya
Toshiba melakukan suatu kebohongan melalui accounting fraud senilai 1.22 milyar dolar Amerika.
Tindakan ini dilakukan dengan berbagai upaya sehingga menghasilkan laba yang tidak sesuai dengan
realita.

Pada tanggal 21 Juli 2015, CEO Hisao Tanaka mengumumkan pengunduran dirinya terkait
skandal akunting yang ia sebut sebagai peristiwa yang paling merusak merek Toshiba sepanjang 140
tahun sejarah berdirinya Toshiba. Delapan pimpinan lain juga ikut mengundurkan diri, termasuk dua CEO
sebelumnya. Nama Toshiba kemudian dikeluarkan dari indeks saham dan mengalami penurunan
penjualan yang signifikan. Pada akhir tahun 2015, Toshiba telah merugi sebesar 8 milyar dolar Amerika.

Terbongkarnya kasus ini diawali saat audit pihak ketiga melakukan investigasi internal terhadap
keuangan perusahaan. Berdasarkan informasi tersebut diketahui bahwa manajemen perusahaan
menetapkan target laba yang tidak realistis sehingga saat target tersebut tidak tercapai, pemimpin divisi
terpaksa harus berbohong dengan memanipulasi data laporan keuangan.

Toshiba memiliki budaya perusahaan yang menuntut kepatuhan terhadap atasan, dan hal ini
merupakan faktor penting yang menghasilkan praktek manipulasi laporan keuangan. Selain itu hasil

5
investigasi juga menunjukkan masalah internal sehingga Toshiba gagal untuk mencegah tanda-tanda yang
merugikan perusahaan. Meskipun pimpinan manajemen Toshiba telah berupaya keras untuk memulihkan
kondisi perusahannya, namun hingga awal 2017 Toshiba masih dalam proses bangkit dari dampak buruk
skandal di tahun 2015.

3. ANALISIS SUBSEQUENT EVENT PADA KASUS PERUSAHAAN TOSHIBA

Pada kasus di atas, terdapat kejanggalan yang ditemukan oleh auditor pada proses audit internal
perusahaan. Peristiwa tersebut adalah pemalsuan data keuangan yang dilakukan oleh pimpinan. Dan ini
bisa dikategorikan sebagai subsequent event, karena ini adalah peristiwa yang terjadi setelah tanggal
neraca tetapi sebelum diterbitkannya laporan audit yang mempunyai akibat yang material terhadap
laporan keuangan dan memerlukan penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan tersebut. Akibatnya,
saham perusahaan Toshiba mulai turun sebanyak 20% semenjak isu-isu keuangan tersebut mulai beredar.

Data laba yang ada di laporan keuangan perusahaan harus direvisi, dikarenakan terjadinya kasus
ini. Perusahaan membutuhkan prosedur subsequent event dan penyesuaian kembali atas laporan keuangan
agar benar-benar sesuai dengan asli dan terjamin validitasnya.

Jika perusahaan tidak melakukan penyesuaian dan prosedur subsequent event, maka laporan
keuangan menjadi tidak valid dan tidak sesuai dengan realita.

6
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Dengan demikian, kita mengetahui Kasus yang melibatkan subsequent event adalah kasus yang
menyangkut perusahaan besar Toshiba pada tahun 2015. Pada bulan Mei 2015, Toshiba mengejutkan
seluruh dunia saat menyatakan bahwa perusahaannya tengah melakukan investigasi atas skandal
akuntansi internal dan harus merevisi perhitungan laba dalam 3 tahun terakhir. Terbongkarnya kasus
Toshiba diawali saat audit pihak ketiga melakukan investigasi internal terhadap keuangan perusahaan.
Berdasarkan informasi tersebut diketahui bahwa manajemen perusahaan menetapkan target laba yang
tidak realistis sehingga saat target tersebut tidak tercapai, pemimpin divisi terpaksa harus berbohong
dengan memanipulasi data laporan keuangan.

Analisis kelompok kami pada kasus ini terdapat kejanggalan yang ditemukan oleh auditor pada
proses audit internal perusahaan. Peristiwa tersebut adalah pemalsuan data keuangan yang dilakukan oleh
pimpinannya. Pada tanggal 21 Juli 2015, CEO Hisao Tanaka mengumumkan pengunduran dirinya terkait
skandal akunting yang ia sebut sebagai peristiwa yang paling merusak merek Toshiba sepanjang 140
tahun sejarah berdirinya Toshiba. Delapan pimpinan lain juga ikut mengundurkan diri, termasuk dua CEO
sebelumnya

Dan kasus ini bisa dikategorikan sebagai subsequent event, karena kasus ini adalah peristiwa
yang terjadi setelah tanggal neraca tetapi sebelum diterbitkannya laporan audit yang mempunyai akibat
yang material terhadap laporan keuangan dan memerlukan penyesuaian atau pengungkapan dalam
laporan tersebut. Akibatnya, saham perusahaan Toshiba mulai turun sebanyak 20% semenjak isu-isu
keuangan tersebut mulai beredar.

7
DAFTAR PUSTAKA

Sari, K. (2017, September 17). SKANDAL KEUANGAN PERUSAHAAN TOSHIBA. Dipetik Juli 07, 2018,
dari integrity-indonesia.com: https://integrity-indonesia.com/id/blog/2017/09/14/skandal-
keuangan-perusahaan-toshiba/

Yusuf, E. M. (2018, Mei 13). Subsequent Events. Dipetik Juli 07, 2018, dari keuanganlsm.com:
http://keuanganlsm.com/subsequent-events/

Anda mungkin juga menyukai