PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekskresi merupakan proses pembebasan sisa sisa metabolisme dari tubuh. Kelebihan
air, gas, garam-garam dan material organik (termasuk sisa metabolisme) di ekskresikan
keluar tetapi substansi yang untuk fungsi tubuh disimpan. Material yang dikeluarkan ini
biasanya terdapat dalam bentuk terlarut dan ekskresinya melalui suatu proses filterisasi
selektif. Alat-alat tubuh yang berfungsi dalam hal ekskresi secara bersama-sama disebut
sistem ekskresi.
Sistem ekresi adalah proses pengeluaran zat-zat sisa hasil metabolisme yang sudah
tidak digunakan lagi oleh tubuh. seperti CO 2, H2O, NH3, zat warna empedu dan asam urat.
Zat hasil metabolisme yang tidak diperlukan oleh tubuh akan dikeluarkan melalui alat
ekskresi. Alat ekskresi yang dimiliki oleh makhluk hidup berbeda-beda. Semakin tinggi
tingkatan mahluk hidup, semakin kompleks alat ekskresinya.
Secara umum proses osmoregulasi adalah upaya atau kemampuan untuk mengontrol
keseimbangan air dan ion antara di dalam tubuh dan lingkungannya melalui mekanisme
pengaturan tekanan osmose. Proses osmoregulasi diperlukan karena adanya perbedaan
konsentrasi cairan tubuh dengan lingkungan disekitarnya. Jika sebuah sel menerima terlalu
banyak air maka ia akan meletus, begitu pula sebaliknya, jika terlalu sedikit air, maka sel
akan mengerut dan mati. Osmoregulasi juga berfungsi ganda sebagai sarana untuk membuang
zat-zat yang tidak diperlukan oleh sel atau organisme hidup.
B. Tujuan
1. Mengetahui ekskresi hewan darat dan aquatik
2. Mengetahui organ-organ ekskresi pada hewan
3. Mengetahui ekskresi pada hewan tingkat rendah dan tingkat tinggi
4. Mengetahui Ekskresi nitrogen
5. Mengetahui osmoregulasi pada hewan tingkat rendah dan tingkat tinggi
6. Mengetahui prinsip-prinsip dasar osmoregulasi
BAB II
PEMBAHASAN
1
A. Ekskresi Hewan Darat dan Aquatik
Ekskresi merupakan eliminasi atau pengeluaran zat buangan hasil metabolisme tubuh
makhluk hidup.
Fungsi utama dari sistem ekskresi :
1. Memelihara volume air tubuh
2. Memelihara kosentrasi osmotik
3. Mengekskresikan sisa-sisa metabolisme(urea,asam urat)
4. Mengekskresikan zat-zat asing atau hasil-hasil metabolism
2. vakuola kontraktil
Dua kelompok hewan yang memiliki vakuola kontraktil, yaitu protozoa dan
bunga karang. Semua protozoa air tawar memiliki vakuola kontraktil, sedangkan
protozoa air laut tidak selalu memilikinya.
Karena cairan tubuh protozoa air tawar hiperosmotis terhadap mediumnya, dan
permukaan tubuhnya permeabel terhadap air, maka tubuhnya cenderung
menggelembung.
3
Bagian akhir dari saluran yang berliku-liku ini akan membesar seperti
gelembung. Kemudian gelembung ini akan bermuara ke bagian luar tubuh melalui
pori yang merupakan lubang (corong) yang kedua, disebut nefridiofor. Cairan tubuh
ditarik kecorong nefrostom masuk ke nefridium oleh gerakan silia dan otot. Saat
cairan tubuh mengalir lewat celah panjang nefridium,bahan-bahan yang berguna
seperti air,molekul makanan,dan ion akan diambil oleh sel-sel tertentu dari tabung.
Bahan-bahan ini lalu menembus sekitar kapiler dan disirkulasikan lagi. Sampah
nitrogen dan sedikit air tersisa di nefridium dan kadang diekskresikan keluar.
Metanefridium berlaku seperti penyaring yang menggerakkan sampah dan
mengembalikan substansi yang berguna ke sisttem sirkulasi. Cairan dalam rongga
tubuh cacing tanah menngandung substansi dan zat sisa. Zat sisa ada dua
bentuk,yaitu ammonia dan zat lain yang kurang toksik,yaitu ureum. Oleh karena
cacing tanah hidup di dalam tanah dalam llingkungan yang lembab,annelid
mendifusikan sisa amonianya di dalam tanah tetapi ureum di ekskresikan lewat
sistem ekskresi.
4) Kelenjar anternal
● Crustacea
Organ ekresi pada crustacean adalah kelenjar tunal atau kelenjar hijau,
sepasang kelenjar ini terletak pada kepala,yang masing-masing terdiri dari suatu
kantung awal yaitu suatu saluran ekresitori bergulung yang panjang dan bledder
yang bermuara pada lubang dekat dasar antenna. Oleh karena itu namanya kelenjar
anternal. Urin pada kelenjar anternal di bentuk melalui filtrasi dan reabsorbsi.
5) Pembuluh Malpighi
Insecta
Alat ekskresi pada belalang adalah pembuluh Malpighi, yaitu alat pengeluaran yang
berfungsi seperti ginjal pada vertebrata. Pembuluh Malpighi berupa kumpulan benag
halus yang berwarna putih kekuningan dan pangkalnya melekat pada pangkal dinding
usus. Di samping pembuluh Malpighi, serangga juga memiliki sistem trakea untuk
mengelurkan zat sisa hasil oksidasi yang berupa c02. Sistem trakea ini berfungsi seperti
paru-paru pada vertebrata.
4
Belalang tidak dapat mengekskresikan ammonia dan harus memelihara kondisi air di
dalam tubuhnya, ammonia yang diperoduksinya diubah menjadi bahan yang kurang
toksik yang disebut asam urat. Asam urat berbentuk Kristal yang tidak larut.
Pembuluh Malpighi terletak diantara usus tengah dan usus belakang. Darah mengalir
lewat pembuluh Malpighi. Saat cairan bergerak lewat bagian proksimalpembuluh
Malpighi, bahan yang mengandung nitrogen diendapkan sebagai asam urat, sedangkan
air dan berbagai garam diserap kembali biasanya secara osmosis dan transport aktif.
Asam urat dan sisa air masuk ke usus halus, dan sisa air akan diserap lagi. Kristal asam
urat dapat diekskresikan lewat anus bersama dengan feses.
6) Ginjal
Pisces (Ikan)
Ikan mempunyai sitem ekskresi berupa ginjal dan satu lubang pengeluaran yang
disebut urogenital. Lubang urogenital ialah lubang tempat bermuaranya saluran ginjal
dan saluran kelamin yang berada tepat dibelakang anus. Ginjal pada ikan yang hidup
diair tawar dilengkapi sejumlah glomelurus yang jumlahnya sedikit lebih banyak.
Sedangkan ikan yang hidup diair laut memiliki sedikit glomelurus sehingga penyaringan
sisa hasil metabolisme berjalan lambat.
Mamalia
Pada mamalia ginjal merupakan organ utama yang melakukan proses ekskresi dan
osmoregulasi. Peranan fungsi ginjal adalah :
Mensekresikan zat sisa hasil buangan
Bila banyak air yang masuk kedalam tubuh ginjal membuang kelebihan sehingga
lebih banyak lagi urin yang di sekresikan. Bila tubuh banyak kehilangan air, ginjal akan
mengeluarkan sedikit air (urin pekat).
Menjaga tekanan osmose pada keadaan seharusnya dengan cara mengekskresi garam-
garam.
Gambar. Makhluk hidup satu sel membentuk vakuola yang berisi sisa metabolisme, lalu
mengeluarkannya dari dalam sel.
Pada hewan Coelenterata dan Porifera yang hidup sebagai koloni sel-sel,
mekanisme ekskresinya dengan cara mendifusikan zat-zat yang akan dibuang dari satu
sel ke sel yang lain hingga akhirnya dilepaskan ke lingkungan.
6
Gambar. Sistem ekskresi pada planaria.
Gambar. Cacing tanah memiliki struktur ginjal sederhana yang disebut nefridia.
7
Alat ekskresi pada serangga, contohnya belalang adalah tubulus Malpighi. Badan
Malpighi berbentuk buluh-buluh halus yang terikat pada ujung usus posterior belalang
dan berwarna kekuningan. Zat-zat buangan diambil dari cairan tubuh (hemolimfa) oleh
saluran Malpighi di bagian ujung. Kemudian, cairan masuk ke bagian proksimal lalu
masuk ke usus belakang dan dikeluarkan bersama feses dalam bentuk kristalkristal asam
urat.
Cara kerja buluh malpighi atau tubulus malpighi adalah dengan cara menyerap zat-
zat yang terlarut dalam darah melalui dinding tubulus. Di dalam tubulus, cairan yang
masuk diseleksi, zat yang bermanfaat diserap untuk dikembalikan ke darah termasuk air
hingga tersisa limbah yang berbentuk padat, yaitu asam urat.
Tubulus malpighi tidak memiliki saluran keluaran sehingga asam urat disalurkan
ke usus belakang. Zat sisa metabolisme akan dibuang bersama feses untuk mencegah
belalang kehilangan air dari dalam tubuhnya. Bentuk ekskresi ini tidak terdapat pada
ekskresi hewan lain. Di samping pembuluh Malphigi, serangga juga memiliki sistem
trakea untuk mengeluarkan zat sisa hasil oksidasi yang berupa CO2. Sistem trakea ini
berfungsi seperti paru-paru pada vertebrata.
8
Insang dan ginjal yang merupakan alat untuk eksresi dari ikan
Ginjal pada ikan adalah sepasang ginjal sederhana yang disebut mesonefros. Setelah
dewasa, mesonefros akan berkembang menjadi ginjal opistonefros. Tubulus ginjal pada
ikan mengalami modifikasi menjadi saluran yang berperan dalam transport spermatozoa
(duktus eferen) ke arah kloaka. Ikan memiliki bentuk ginjal yang berbeda, sebagai
bentuk adaptasi terhadap lingkungan sekitarnya. Pada ikan air tawar, kondisi lingkungan
sekitar yang hipotonis membuat jaringan ikan sangat mudah mengalami kelebihan
cairan. Ginjal ikan air tawar memiliki kemiripan dengan ginjal manusia. Mekanisme
filtrasi dan reabsorpsi juga terjadi pada ginjal ikan. Mineral dan zat-zat makanan lebih
banyak diabsorbsi, sedangkan air hanya sedikit diserap. Dengan sedikit minum dan
mengeluarkan urine dalam volume besar, ikan air tawar menjaga jaringan tubuhnya agar
tetap dalam keadaan hipertonik. Ekskresi amonia dilakukan dengan cara difusi melalui
insangnya. Ikan yang hidup di air laut, memiliki cara adaptasi yang berbeda. Ikan air laut
sangat mudah mengalami dehidrasi karena air dalam tubuhnya akan cenderung mengalir
keluar ke lingkungan sekitar melalui insang, mengikuti perbedaan tekanan osmotik. Ikan
air laut tidak memiliki glomerulus sehingga mekanisme filtrasi tidak terjadi dan
reabsorpsi pada tubulus juga terjadi dalam skala yang kecil. Oleh karena itu, ikan air laut
beradaptasi dengan banyak meminum air laut, melakukan desalinasi (menghilangkan
kadar garam dengan melepaskannya lewat insang), dan menghasilkan sedikit urine.
Urine yang dihasilkan akan dikeluarkan melalui lubang di dekat anus. Hal ini berbeda
dengan pengeluaran urine dari ikan Chondrichthyes, misalnya hiu. Ikan hiu
mengeluarkan urine melalui seluruh permukaan kulitnya.
9
Gambar. Sistem ekskresi pada (a) ikan air tawar dan (b) ikan air laut.
Berdasarkan lingkungan tempat hidupnya terdapat dua jenis ikan, yaitu ikan laut
dan ikan air tawar. Perbedaan salinitas lingkungan tempat hidup ikan itu menyebabkan
perbedaan pada kerja ginjal dari masing-masing ikan. Pada ikan air tawar, lingkungan
hipotonik menyebabkan air masuk terus-menerus ke dalam tubuh. Agar terhindar dari
pengenceran cairan tubuh, ginjal ikan harus bekerja keras mengeluarkan air ini dalam
bentuk urin. Darah yang membawa air dan garam-garam akan memasuki kapsula
Bowman melalui glomerulus. Pada kapsul bowman akan terjadi filtrasi. Zat-zat yang
masih dibutuhkan diserap kembali oleh arteri oeritubuler yang mengelilingi tubulus.
Ikan mempunyai system ekskresi berupa ginjal dan suatu lubang pengeluaran yang
disebut urogenital. Lubang urogenital ialah lubang tempat bermuaranya saluran ginjal
dan saluran kelamin yang berada tepat dibelakang anus. Pada ikan, eksresi tidak hanya
berfungsi untuk mengeluarkan zat sisa, tetapi untuk mengatur juga keseimbangan cairan
tubuh atau osmoregulasi. Osmoregulasi ikan air tawar berbeda dengan ikan air laut.
Ikan air tawar hidup di lingkungan hipotonis (konsentrasi air di dalam tubuh lebih rendah
daripada konsentrasi air di luar tubuh). Oleh sebab itu, ikan air tawar banyak
mengekskresikan urin. Sebaliknya, ikan air laut hidup di lingkungan hipertonis
(konsentrasi air di dalam tubuh lebih tinggi daripada konsentrasi air di luar tubuh)
sehingga ikan laut sedikit mengekspresikan urin.
Pada ikan bertulang rawan, seperti ikan hiu, ginjalnya lebih banyak menyerap urea
kembali ke dalam darahnya. Ini dilakukan agar tekanan osmosis darah sama dengan
tekanan osmosis air laut. Keadaan isotonis ini dapat mencegah mengalirnya cairan tubuh
ke luar. Kadar urea dalam darah hiu hampir 80 kali lipat kadar urea pada vertebrata
lainnya. Fungsi ginjal ikan laut sama dengan ginjal vertebrata darat, yaitu menyaring
limbah nitrogen, garam-garam, dan sedikit sekali air. Pebedaan hanya terdapat pada
kadar ureanya.
Ikan laut yang bertulang keras seperti bandeng contohnya mengatasi kehilangan air
dengan meminum air secara terus-menerus, sedangkan garam yang ikut tertelan akan
dikembalikan ke laut melalui transpor aktif oleh insang. Sementara itu, ginjal akan
sesedikit mungkin membentuk urin. Agar pembentukan urin tidak terlalu banyak, ikan
laut memiliki glomerulus yang sangat kecil. Namun, ada beberapa jenis ikan laut yang
tidak memiliki glomerulus. Garam-garam dan limbah nitrogen dikeluarkan melalui
tubulus dan sistem portal renal yang baik.
11
kekurangan cairan jika terlalu lama berada di darat. Begitu pula jika katak berada
terlalu lama dalam air tawar. Air dengan sangat mudah masuk secara osmosis ke
dalam jaringan tubuh melalui kulitnya. Sistem ekskresi pada Amphibia dibandingkan
sistem ekskresi pada ikan air tawar.
Katak dapat mengatur laju filtrasi dengan bantuan hormon, sesuai dengan
kondisi air di sekitarnya. Ketika berada dalam air dengan jangka waktu yang lama,
katak mengeluarkan urine dalam volume yang besar. Namun, kandung kemih katak
dapat dengan mudah terisi air. Air tersebut dapat diserap oleh dinding kandung
kemihnya sebagai cadangan air ketika katak berada di darat untuk waktu yang lama.
.
Letak kloaka, ginjal, paru-paru, dan kantung kemih pada kodok yang merupakan
alat untuk ekskresi hewan amfibi
Pada saat di darat, aliran darah pada glomerulus terbatas. Oleh karena itu, zat-
zat buangnya akan diserap oleh tubulus melalui sistem portal renal. Selain itu, katak
memiliki kantong kemih. Pada saat kekurangan air, air dalam kantong kemih diserap
kembali ke dalam darah. Saluran ekskresi pada katak jantan & betina memiliki
perbedaan, pada katak jantan saluran kelamin & saluran urin bersatu dengan ginjal,
sedangkan pada katak betina kedua saluran itu terpisah. Walaupun begitu alat lainnya
bermuara pada satu saluran dan lubang pengeluaran yang disebut kloaka.
13
e) Ekskresi Mamalia
Disebut mamaliaa karena ciri-ciri hewan mamalia yang paling dominan adalah
menyusui. Mamalia termasuk manusia di dalamnyaa, merupaakan hewan dengan
tingkat tertinggi. Segala sistem dalam tubuhnya sudah menyerupai sistem pada tubuh
manusia. Baca pula artikel sistem peredaran darah pada mamalia. Alat ekskresinya
berupa paru-paru, ginjal, kulit, dan hati.
Ekskresi pada mamalia umumnya sama dengan eksresi pada manusia dimana
terjadi pembentukan urin pada ginjal serta membuang karbondioksida dari paru-paru,
produk limbah ini dibuang melalui napas dan buang air kecil. Apabila ekskresi pada
suatu organisme tidak bekerja dengan baik, maka limbah sisa metabolisme yang
14
umumnya bersifat racun ini akan menumpuk dalam tubuh organisme tersebut dan
akhirnya akan menyebabkan kematian.
D. Ekskresi nitrogen
Makanan yang dimakan hewan pada umumnya mengandung karbohidrat, lemak
dan protein serta sejumlah kecil asam nukleat. Metabolisme karbohidrat dan lemak akan
menghasilkan zat sisa berupa CO2 dan air. Kedua jenis zat sisa tersebut dapat
dikeluarkan dengan mudah melalui organ pernafasan dan organ pengeluaran, sehingga
tidak menimbulkan masalah bagi tubuh.
Hal yang menimbulkan masalah adalah metabolisme senyawa bernitrogen
(terutama protein ) dan asam nukleat. Di dalam tubuh protein dihidrolisis menjadi asam
amino. Sementara ikan tidak dapat menyimpan kelebihan asam amino sehingga zat
tersebut harus dikeluarkan dari tubuh atau mengalami metabolisme lebih lanjut. Selama
metabolisme asam amino diubah menjadi senyawa lain yang dapat diproses lebih lanjut
menjadi glukosa.
Metabolisme asam amino disebut deaminasi. Proses ini menghasilkan zat sisa
berupa ammonia. Reaksi deaminasi dapat terjadi secara langsung atau melalui reaksi
transdeaminasi. Dalam reaksi transdeaminasi, mula-mula asam amino diubah menjadi
senyawa lain yang dapat di deaminasi lebih lanjut untuk menghasilkan ammonia. Asam
nukleat (purin dan pirimidin) akan diuraikan dengan cara yang sama dan menghasilkan
ammonia. Apabila zat tersebut tidak dikeluarkan, tubuh hewan akan penuh dengan
amonia, suatu senyawa yang sangat toksik. Oleh karena itu ikan harus berusaha untuk
mengeluarkan amonia dari dalam tubuhnya. Pengeluaran amonia dapat dilakukan dengan
salah satu cara berikut :
15
1. Mengeluarkan tanpa mengubahnya
2. Mengubahnya terlebih dahulu menjadi urea dan kemudian mengeluarkannya
Pengeluaran nitrogen dalam bentuk amoniak hanya dilakukan oleh hewan akuatik
(amonotelik). Bagi hewan akuatik, pembentukan amonia di dalam tubuh tidak
menimbulkan masalah karena amonia sangat mudah larut dalam air dan mudah
menembus membran sel sehingga akan segera keluar dari tubuh. Apalagi di luar tubuh
tersedia air dalam jumlah yang banyak, yang akan segera melarutkan dan menetralkan
sifat toksis amonia. Pada Teleostei sebagian besar amonia dikeluarkan dari dalam tubuh
melalui insang. Ikan karper dan ikan mas melakukannya melalui insang dan ginjal.
Dalam hal ini, pengeluaran amonia melalui insang mencapai 6-10 kali lebih besar dari
pada pengeluaran melalui ginjal. Oleh karena itu amonia yang terbentuk dalam jumlah
besar dengan sifat toksik yang tinggi, tidak menjadi masalah bagi hewan akuatik,
terutama sekali yang hidup diperairan yang luas.
17
2) Hewan harus mempunyai konsentrasi air yang sama (partikel konsentrasi terlarut
total) terhadap lingkungannya, yang berarti membutuhkan sejumlah besar energy
untuk membuang air dari tubuhnya.
3) Hewan perlu untuk membuang sejumlah sisa hasil metabolisme yang larut dalam air
seperti ammonia, kreatinin, dan pigmen darah.
2. Osmoregulator
Osmoregulasi adalah organisme yang menjaga osmolaritasnya tanpa tergantung
lingkungan sekitar. Oleh karena kemampuan meregulasi ini maka osmoregulator dapat
hidup di lingkungan air tawar, daratan, serta lautan. Di lingkungan dengan konsentrasi
cairan yang rendah, osmoregulator akan melepaskan cairan berlebihan dan sebaliknya.
20
kelebihan garam didalm tubhnya, hewan itu akan menyekresikan cairan pekat yang
banyak mengandung NaCl. Kelenjar garam ini hanya aktif pada saat tubuh burung
dijenuhkan oleh garam.
4) Osmoregulasi pada Mamalia
Pada mamalia kehilangan air dan garam dapat terjadi lewat keringat. Sementara,
cara mereka memperoleh air sama seperti vertebrata lainnya, yaitu dari air minum dan
makanan. Akan tetapi, untuk mamalia yang hidup dipadang pasir memperoleh air
denga cara minum merupakan hal yang mustahil sebagai contoh kangguru. Kangguru
tidak minum air, tetapi dapat bertahan dengan menggunakan air metabolic yang
dihasilkan dari oksidasi glukosa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sistem ekresi adalah proses pengeluaran zat-zat sisa hasil metabolisme yang sudah tidak
digunakan lagi oleh tubuh. seperti CO2, H2O, NH3, zat warna empedu dan asam urat.
2. Zat hasil metabolisme yang tidak diperlukan oleh tubuh akan dikeluarkan melalui alat
ekskresi.
21
3. Alat ekskresi yang dimiliki oleh makhluk hidup berbeda-beda. Semakin tinggi tingkatan
mahluk hidup, semakin kompleks alat ekskresinya.
4. Secara umum proses osmoregulasi adalah upaya atau kemampuan hewan air untuk
mengontrol keseimbangan air dan ion antara di dalam tubuh dan lingkungannya melalui
mekanisme pengaturan tekanan osmose.
5. Proses osmoregulasi diperlukan karena adanya perbedaan konsentrasi cairan tubuh
dengan lingkungan disekitarnya. Jika sebuah sel menerima terlalu banyak air maka ia
akan meletus, begitu pula sebaliknya, jika terlalu sedikit air, maka sel akan mengerut dan
mati.
6. Osmoregulasi juga berfungsi ganda sebagai sarana untuk membuang zat-zat yang tidak
diperlukan oleh sel atau organisme hidup.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.co.id/search?q=sistem+ekskresi+ginjal+pada+ikan&tbm=isch&tbo=u&s
ource=univ&sa=X&ved=0ahUKEwiB6MiV7-
22
PaAhWDro8KHYW4CGUQsAQISA&biw=1366&bih=662#imgrc=V-VgtNvn-
mMX1M:hari selasa 1 mei 2018.Jam 13:50.WIB
https://www.google.co.id/search?
q=sistem+ekskresikelenjar+internal+pada+crustacea&tbm=isch&source=iu&ictx=1&fi
r=uogC5TnBb_XvWM%253A%252CFNNd746uDYnLGM
%252C_&usg=__q6Cb0GnlrxwwkTlhzr-_e_pIkHw
%3D&sa=X&ved=0ahUKEwjHocGY7uPaAhXMPI8KHVY2DH8Q9QEILTAB&biw=
1366&bih=662#imgrc=_Hari Selasa 1 mei 2018 14.00.WIB
23