Anda di halaman 1dari 30

METODOLOGI RISET DAN STATISTIK

PPT DALAM PRESENTASI DAN


KARYA TULIS ILMIAH

KELOMPOK 4

Achmad Rifai P27226016001


Beta Yunita P P27226016010
Diah Ambarwati P27226016014
Dwi Ayu Mayzaroh P27226016017
Eka Aning Safitri P27226016018
Feryda Triyana K P27226016023
Ganang Arya Bima P27226016026
Inadya O.A.W. P27226016029
Latifatu Animatuzahro P27226016033
Mustika C P27226016037
Priestha agwiana Y P27226016041
Yusita Sari P27226016048

JURUSAN DIII-A FISIOTERAPI


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
2018

1
DAFTAR ISI

Halaman Judul……………………………………………………………………..1

Daftar Isi…………………………...………………………………………….......2

Rangkuman………………………...……………………………...........................3

POWER POINT DALAM PRESENTASI DAN KARYA TULIS ILMIAH

I. Power Point dalam Presentasi


A. Definisi………………………………………………………….……...4
B. Manfaat
…...………………………………………………………………..........4
C. Kelebihan Power Point………………………………………................4
D. Kekurangan Power Point……………………………………..………...4
E. Strategi Pembuatan Power Point…………………………….…………4
F. Kriteria Power Point yang Baik…………………………..…………….5
II. Karya Tulis Ilmiah
A. Definisi………………………..………………………………………...6
B. Fungsi Karya Tulis Ilmiah……………………...……………………….6
C. Cirri-Ciri Karya Tulis Ilmiah………………...………………………….7
D. Klasifikasi Karya Tulis Ilmiah……………...…………………………...8
E. Langkah-Langkah Penulisan Karya Tulis Ilmiah……………...………11
F. Pengunaan Bahasa……………………………………………………..15
G. Teknik Penulisan Karya Tulis Ilmiah…………………………...……..18
H. Publikasi Karya Tulis Ilmiah………………………...………………...25

Daftar Pustaka………………………………...………………………………....27

Lampiran………………………………………………………………………...28

2
RANGKUMAN
Dalam melakukan presentasi, diperlukan media yang mempermudah
presentasi itu. Salah satunya adalah melalui Microsoft Power Point. Power point
adalah salah satu software yang digunakan sebagai media untuk presentasi dalam
bentuk slide. Power point memiliki beberapa manfaat, seperti : membantu
presenter menyampaikan ide dan gagasan dalam bentuk audio, visual, maupun
audiovisual, membuat audience memahami materi, dan membuat penyajian materi
lebih berkesan. Selain itu, power point juga memiliki kelebihan dan kekurangan.
Agar menjadi power point yang baik dan menarik audien diperlukan strategi
dalam pembuatannya.
Karya tulis ilmiah pada hakekatnya merupakan laporan tertulis tentang
(hasil) suatu kegiatan ilmiah. Sementara itu, kegiatan berpikir secara ilmiah
sendiri hanya dapat dilakukan dengan cara meneliti fenomena yang menjadi
subject matter atau sasaran penelitian, berdasarkan metodologi ilmiah. Penulisan
karya ilmiah harus pula dilakukan berdasarkan kerangka berpikir ilmiah. Yaitu
meliputi ruang lingkup tulisan, pembatasan masalah, metodologi dan sistematika
penulisan, serta yang tak kalah pentingnya pula berupa penggunaan bahasa yang
baik dan benar. Fungsi utama karya ilmiah adalah fungsi akademik. Melalui karya
ilmiah terjalin komunikasi akademik antarberbagai komponen dalam sebuah
bidang keilmuan. Fungsi lainnya adalah sebagai fungsi ekpresif dan fungsi
instrumental. Fungsi ekspresif adalah seseorang dapat menuangkan berbagai
gagasan tertulis yang dikomunikasikan kepada pihak lain. Sementara itu, fungsi
instrumental adalah bahwa menulis menjadi media bagi seseorang untuk meraih
tujuan-tujuan lainnya.

3
POWER POINT DALAM PRESENTASI
DAN KARYA TULIS ILMIAH

I. POWER POINT DALAM PRESENTASI


A. Definisi
Power point adalah salah satu software yang digunakan sebagai
media untuk presentasi dalam bentuk slide.
B. Manfaat
- Membantu presenter menyampaikan ide dan gagasan dalam bentuk
audio, visual, maupun audiovisual.
- Membuat audience memahami materi
- Membuat penyajian materi lebih berkesan
C. Kelebihan Power Point
- Mudah dioperasikan
- Tersedia berbagai macam desain dan animasi
- Tersedia berbagai macam template yang menarik
- Dapat dibuat dengan berbagai format
- Dapat mengedit foto secara langsung
- Dilengkapi banyak tools untuk membuat sebuah presentasi yang bagus
D. Kekurangan Power Point
- Ketidakstabilan dari dokumen untuk tiap versi power point
- Tidak dapat digunakan oleh platform lain selain microsoft
- Tergolong software yang berat
- Harganya mahal, akan tetapi aplikasi ini gratis jika menggunakan versi
bajakan
E. Strategi Pembuatan Power Point
1. Membuat desain background
 Memilih warna sesuai dengan tema (anak-anak, dewasa, dsb) atau
bisa menggunakan warna yang disukai oleh presenter.
 Memilih warna huruf yang kontras dengan background.

4
 Memilih template yang menarik
2. Meringkas teks
 Hindari memasukkan teks yang terlalu banyak
 Gunakan poin-poin ide atau gagasan
 Menggunakan ukuran huruf yang tepat
 Highlight pada keyword
3. Menggunakan gambar
 Menghindari gambar diagram proses yang rumit
4. Membuat animasi
5. Cek ulang tata bahasa dan penulisan

F. Kriteria Power Point Yang Baik


Power point yang baik harus memenuhi beberapa kriteria di bawah ini:
1. Judul
2. Outline
3. Latar belakang
4. Rumusan masalah/tujuan
5. Karya inovasi
6. Ketercapaian target
7. Metode penelitian/metode pelaksanaan
8. Hasil
9. Peranan pembimbing
10. Potensi khusus (paten/komersial)

5
II. KARYA TULIS ILMIAH
A. Definisi
Karya tulis ilmiah pada hakekatnya merupakan laporan tertulis
tentang (hasil) suatu kegiatan ilmiah. Sementara itu, kegiatan berpikir
secara ilmiah sendiri hanya dapat dilakukan dengan cara meneliti
fenomena yang menjadi subject matter atau sasaran penelitian,
berdasarkan metodologi ilmiah. Karenanya kegiatan berpikir yang hanya
didasarkan kepada asumsi dan spekulasi yang belum teruji kebenarannya
maka tidak bisa dikatagorikan sebagai karya ilmiah. Penulisan karya
ilmiah harus pula dilakukan berdasarkan kerangka berpikir ilmiah. Yaitu
meliputi ruang lingkup tulisan, pembatasan masalah, metodologi dan
sistematika penulisan, serta yang tak kalah pentingnya pula berupa
penggunaan bahasa yang baik dan benar.
B. Fungsi Karya Tulis Ilmiah
Fungsi utama karya ilmiah adalah fungsi akademik. Melalui karya
ilmiah terjalin komunikasi akademik antarberbagai komponen dalam
sebuah bidang keilmuan. Seorang dosen akan mengetahui model-model
terbaru dalam pembelajaran bahasa apabila membaca jurnal ilmiah atau
tulisan dari berbagai sumber. Demikian pula apabila menuliskan
temuannya, dosen yang lain akan mengetahui hasil penelitian dosen yang
lain.
Fungsi lainnya adalah sebagai fungsi ekpresif dan fungsi
instrumental. Fungsi ekspresif adalah seseorang dapat menuangkan
berbagai gagasan tertulis yang dikomunikasikan kepada pihak lain.
Sementara itu, fungsi instrumental adalah bahwa menulis menjadi media
bagi seseorang untuk meraih tujuan-tujuan lainnya.
Apabila kita bersepakat bahwa menulis itu berkomunikasi dengan
orang lain, maka akan didapati fungsi menulis sebagaimana fungsi
komunikasi, yakni:
1. Fungsi sosial : Menulis akan menentukan citra diri dan eksistensi diri
para penulis secara sosial. Bagi kalangan akademik, kemampuan

6
menulis merupakan kebanggaan, karena mereka menyadari bahwa
menulis merupakan keterampilan tingkat tinggi yang tidak dimiliki
setiap orang.
2. Fungsi ekspresi : Menulis diyakini sebagai media untuk
mengekspresikan pikiran, ide, gagasan, imajinasi si penulis. Melalui
tulisan, para penulis bisa menyampaikan keinginan, penyesalan,
kegalauan, angan-angan, ambisi, pendapat, bahkan cita-cita hidupnya.
Melalui tulisan pula seseorang bisa mengetahui pikiran dan perasaan
orang lain.
3. Fungsi Ritual : Mungkin saja dengan menulis dan membacakannya
kegiatan ritual disampaikan. Melalui tulisan orang menyampaikan bela
sungkawa. Melalui tulisan pula orang menyampaikan doa dan ucapan
selamat. Tulisan mungkin saja telah menyebabkan orang yang stress
dan prustasi menjadi semangat dan optimis. Menulis ternyata bisa
berfungsi ritual dalam konteks ini.
4. Fungsi instrumental : Menulis juga bisa menjadi alat untuk mengubah
sesuatu (informasi, sikap, pendapat, pandangan) seseorang terhadap
sesuatu. Seseorang yang semula berpandangan picik terhadap
reformasi mahasiswa, mungkin saja berubah ketika membaca sebuah
tulisan tentang reformasi. Seseorang yang memiliki sikap jahat
mungkin saja sadar akan perbuatannya setelah membaca sebuah buku
keagamaan. Inilah yang dimaksud dengan fungsi intrumental menulis.
C. Ciri-Ciri Karya Tulis Ilmiah
Ciri-ciri karya ilmiah yang baik antara lain:
1. Mendalam/Tuntas.
Artinya, topik pembahasan yang diangkat dalam karya ilmiah
dikupas secara mendalam, mendetail sampai ke akar-akarnya. Agar
sebuah topik dapat dibahas dengan tuntas, maka seorang penulis
hendaknya tidak mengangkat topik yang terlalu luas. Contoh
“Pemberantasan Korupsi di Indonesia”
2. Objektif

7
Segala keterangan yang dikemukakan dalam tulisan itu adalah
benar dan apa adanya sesuai dengan data dan fakta yang diperoleh.
Keobjektifan karya ilmiah dapat dicapai dengan tersedianya data
literatur dan data lapangan yang memadai (datanya harus
representatif), dan jangan sekali-kali seorang penulis memanipulasi
data.
3. Sistematis
Artinya, uraian disusun menurut pola tertentu sehingga jelas urutan
dan kaitan antara unsur-unsur tulisan (berkesinambungan, berurutan,
berkaitan).
4. Cermat, Seorang penulis harus berupaya menghindari
kesalahan/kekeliruan baik dalam pengutipan, penyajian data, dan
penulisan huruf.
5. Lugas, artinya pembicaraan langsung pada persoalan yang dikaji tanpa
basa-basi.
6. Tidak emosional, artinya tanpa melibatkan perasaan.
7. Logis, maksudnya segala keterangan yang disajikan memiliki dasar
dan alasan yang masuk akal.
8. Bernas, artinya meskipun uraian itu singkat, isinya padat.
9. Jelas, keterangan yang dikemukakan dapat mengungkap makna secara
jernih sehingga mudah dipahami pembaca.
10. Terbuka, tidak menutup kemungkinan adanya pendapat baru yang
tidak sesuai dengan apa yang ditulis dalam karya ilmiah tersebut.
11. Menggunakan bahasa baku, tepat, ringkas, dan jelas
D. Klasifikasi Karya Tulis Ilmiah
Adapun jika dilihat dari panjang pendek uraian serta kedalamannya,
maka karya ilmiah dibedakan atas makalah (paper) dan laporan penelitian:
1. Karya Ilmiah Populer
Yaitu tulisan ilmiah yang biasanya ditulis dengan menggunakan
bahasa yang mudah difahami oleh orang kebanyakan. Contohnya,

8
artikel ilmiah di media masa, dan buku-buku ilmiah populer untuk
kalangan awam.
2. Makalah
Makalah merupakan bagian dari kegiatan akademik terstruktur. Di
samping itu makalah juga disusun untuk diajukan di dalam kegiatan
ilmiah (seminar, simposium, kongres, dan sebagainya), atau untuk
dimuat di dalam penerbitan, panjangnya lebih kurang 5 hingga 15
halaman (relative). Pada umumnya makalah merupakan penyajian
yang bersifat deskriptif dan ekspositoris. Namun, ada juga makalah
yang di sana-sini mengandung uraian yang bersifat argumentatif.
3. Kertas kerja
Kertas kerja ialah karya tulis ilmiah yang bersifat lebih mendalam
daripada makalah dengan menyajikan data di lapangan atau
kepustakaan; data itu bersifat empiris dan objektif.
4. Laporan Penelitian
Jika dibandingkan dengan makalah, laporan penelitian lebih
panjang, sekurang-kurangnya 70 halaman. Sesuai dengan sebutannya
(laporan penelitian) , analisisnya lebih mendalam serta uraiannya lebih
luas dan tuntas. Di dalam bagian pendahuluan dinyatakan secara
eksplisit teori, metode, dan tehnik yang digunakan di dalam
penelitiannya, juga dinyatakan sistematika penyusunan karya tersebut.
Dalam beberapa hal, ada perbedaan tehnik dan sistematika penyusunan
makalah dan laporan penelitian. Walaupun demikian, biasanya
lembaga pendidikan, instansi penyelenggara pertemuan ilmiah, atau
pengelola penerbitan mempunyai persyaratan khusus tentang tehnik
dan sistematika ini.
5. Skripsi
Skripsi ialah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat
penulis berdasarkan pendapat orang lain (karya ilmiah S-1). Karya
ilmiah ini ditulis untuk meraih gelar sarjana.
6. Tesis

9
Tesis ialah karya tulis ilmiah yang mengungkapkan pengetahuan
baru dengan melakukan pengujian terhadap suatu hipotesis. Tesis ini
sifatnya lebih mendalam daripada skripsi (karya ilmiah S-2). Karya
ilmiah ini ditulis untuk meraih gelar magister.
7. Disertasi
Disertasi ialah karya tulis ilmiah yang mengemukakan teori atau
dalil baru yang dapat dibuktikan berdasarkan fakta secara empiris dan
objektif (karya ilmiah S-3). Karya ilmiah ini ditulis untuk meraih gelar
doktor.
8. Bahasa Karya Ilmiah
Secara umum, bahasa ilmiah adalah bahasa Indonesia yang baku
(resmi) dan mengandung hal-hal teknis yang sesuai dengan bidang
keilmuannya. Bahasa yang demikian memiliki karakteristik-
karakteristik berikut.
1) Kencedekiaan
Bahasa karya ilmiah harus mengandung sebuah bidang keilmuan
(cendekia) melalui pertanyaan yang tepat.
2) Lugas dan Jelas
Bahasa karya tulis ilmiah harus disajikan dalam bahasa yang
memiliki makna yang jelas, tidak bertele-tele dan tidak bermakna
ganda. Bahasa yang digunakan harus pasti dan memberikan
kepastian kepada pembaca.
3) Formal dan Objektif
Bahasa karya tulis ilmiah harus disajikan secara formal, baik dalam
hal penggunaan kosakata, diksi, kalimat, dan sistem ejaaan yang
digunakan. Objektif berarti menyajikan fakta dalam bahasa yang
langsung dan tidak berpihak kepada siapapun.
4) Ringkas dan Padat
Bahasa karya tulis ilmiah harus disajikan secara tingkas, langsung
pada sasaran yang dimaksud, dan padat secara isi. Dalam karya
tulis ilmiah panjang uraian tidak menentukan baik-buruknya

10
sebuah karya tulis. Oleh karena itu, bahasa yang disajikan harus
bahasa yang ringkas dan padat.
5) Konsisten
Bahasa yang konsisten adalah bahasa yang stabil dan mapan
dipakai penulis, terutama dalam hal istilah atau penggunaan diksi.
Konsistensi isilah dan diksi penting dalam karya ilmiah.
E. Langkah-Langkah Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Makalah)
Untuk menghasilkan tulisan ilmiah yang baik, maka seorang penulis
hendaknya melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pemilihan Topik Penyusunan karya ilmiah dimulai dengan memilih
topik karangan. Jika penyusunan karya ilmiah itu merupakan suatu
penugasan dari seorang dosen, maka harus diperhatikan ruang lingkup
topik yang ditentukan oleh dosen tersebut. Banyak orang menganggap
bahwa topik sama dengan judul. Sesungguhnya tidak demikian; topik
adalah pokok yang akan diberikan atau masalah yang hendak
dikemukakan di dalam karya ilmiah, sedangkan judul adalah nama
karya ilmiah. Jadi, topik ditentukan sebelum orang mulai menulis,
sedangkan judul dipikirkan setelah karangan selesai. Topik yang
menarik akan memikat pembaca untuk membaca seluruh isi karya
ilmiah. Oleh karena itu, topik sebaiknya sesuai dengan masalah yang
dikuasai penulis. Jika Anda hendak menulis karya ilmiah bukan
sebagai penugasan, maka dalam memilih topic hendaknya
memperhatikan pertanyaan seperti: pentingkah masalah itu
dikemukakan (dibahas)? Menarikkah masalah (untuk dibahas) itu bagi
kita? Cukupkah pengetahuan, kemampuan, dan sarana yang
diperlukan? Mungkinkah/mudahkah kita memperoleh data (karena
datanya harus akurat). Topic tulisan yang terlalu luas pasti
pembahsanya dangkal dan tidak mendalam.
2. Pembuatan Outline (Kerangka Tulisan) Langkah kedua setelah
penentuan topic adalah membuat kerangka tulisan atau outline.

11
Kerangka tulisan ini sangat membantu seorang penulis untuk
mensistematikan tulisannya. Bisanya sebuah tulisan ilmiah terdiri dari:
a. Judul Tulisan Judul
Suatu karya ilmiah hendaknya dapat memberikan gambaran
yang jelas tentang materi dan ancangan atau ruang lingkup masalah
yang akan dibahas. Selain itu, judul harus dapat menarik perhatian
pembaca dan menggelitik rasa ingin tahu akan keseluruhan isi
karya tersebut. Pada umumnya judul baru dipikirkan penulis
setelah karya yang dibuat selesai .
b. Bagian Pendahuluan.
Pendahuluan bermaksud mengantar pembaca ke alam
pembahasan suatu masalah. Dengan membaca bagian pendahuluan,
pembaca sudah mendapat gambaran tentang pokok pembahasan
dan gambaran umum tentang penyajiannya. Pendahuluan
hendaklah dapat merangsang dan memudahkan pembaca
memahami seluruh karya ilmiah tersebut. Bagian pendahuluan
laporan penelitian berisi (1) latar belakang masalah, (2) tujuan
pembahasan, (3) ruang lingkup/pembatasan masalah, (4) teori yang
dipakai, (5) sumber data, (6) metode dan teknik yang digunakan,
serta biasanya dilengkapi dengan (7) sistematika penyajian.
1) Latar belakang masalah mengemukakan tentang penalaran
pentingnya pembahasan masalah atau alasan yang mendorong
pemilihan topik, telaah pustaka atau komentar mengenai tulisan
yang telah ada yang berhubungan dengan masalah yang
dibahas. Manfaat praktis hasil pembahasan di dalam karya
ilmiah, serta, perumusan masalah pokok yang akan dibahas
secara jelas dan eksplisit di dalam bentuk pertanyaan atau
pernyataan yang dapat membangkitkan perhatian pembaca.
2) Tujuan pembahasan, mengungkapkan rumusan tentang upaya
pokok yang akan dikerjakan di dalam pemecahan masalah, dan
garis besar hasil yang hendak dicapai.

12
3) Sedangkan ruang lingkup /pembatasan masalah,menjelaskan
pembatasan masalah yang dibahas (sumber data ataupun
analisis), perincian masalah yang dibahas, dan perumusan
istilah secara tepat (selanjutnya penggunaan istilah harus taat
bahasa).
4) Teori, mengungkapkan tentang prinsip-prinsip teori yang dapat
menggambarkan langkah dan arah analisis, serta alasan
pemilihan teori yang dipakai (kelemahan dan keunggulannya).
5) Sedangkan sumber data, menjelaskan tentang kriteria
penentuan jumlah data, kriteria penentuan mutu data, serta
kesesuaian data dengan sifat dan tujuan pembahasan.
6) Metode dan teknik yang digunakan, serta biasanya dilengkapi
dengan metode yang digunakan; misalnya deskriptif,
komparatif, atau eksperimental, dan teknik yang digunakan di
dalam pengumpulan data; misalnya wawancara, observasi,
kuesioner, atau tes.
7) Sistematika penyajian memuat penjelasan kode data (kalau
ada), serta urutan hal-hal yang dimuat di dalam karya ilmiah,
mulai dari pendahuluan sampai dengan daftar pustaka dan,
kalau perlu, lampiran serta indeks.
Ketujuh butir (1-7) itu diperlukan jika karya ilmiah yang
disusun merupakan laporan penelitian. Ketujuh butir itu,
masing-masing menjadi anak bab pendahuluan yang memiliki
nomor dan tajuk. Karya ilmiah yanbg berupa makalah cukup
mengemukakan (a) latar belakang masalah, (b) tujuan
pembahasan, dan (c) ruang lingkup. Ketiga itu, masing-masing
diungkapkan di dalam paragraf, tidak perlu diberi nomor anak
bab dan tajuk.
c. Bagian Isi
Bagian yang merupakan inti karya ilmiah ini memaparkan
uraian pokok masalah yang dibahas. Uraian bagian ini hendaknya

13
dapat memberikan petunjuk kepada pembaca di dalam memahami
setiap langkah dan keseluruhan pembahasan. Di samping itu,
bagian isi ini harus menunjukkan kelengkapan, ketatabahasaan,
keeksplisitan, analisis dan kesimpulan materi yang dibahas.
Dalam hal ini, uraian tentang hal-hal yang bersifat teoritis
yang datadatanya sebagian besar diperoleh dari hasil penelitian
kepustakaan ditempatkan pada permulaan penguraian masalah.
Data-data beserta analisisnya yang diperoleh melalui penelitian
lapangan dibicarakan sesudah itu.
Panjang lebar uraian harus proporsional dengan pentingnya
(anak) masalah yang dibahas. Bagian isi dapat dijadikan lebih dari
satu bab, bergantung pada keluasan masalah yang dibahas. Tajuk
bab masing-masing (jika lebih dari satu bab) mencerminkan
masalah pokok yang dibahas. Karangan ilmiah yang berupa
makalah tidak perlu mencantumkan kata “BAB” dan bagian-
bagiannya langsung menjadi anak-anak bab isi.
Bagian isi ini terdiri atas:
a) Uraian masalah yang dibahas,
b) Analisis dan interpretasi
c) Ilustrasi atau contoh-contoh, serta
d) Tabel, bagan, gambar (jika ada)
d. Bagian Penutup
Bagian penutup ini berisi kesimpulan dan saran (kalau ada
saran). Yang dikemukakan di dalam kesimpulan ialah pernyataan-
pernyataan kesimpulan analisis atau pembahasan yang dilakukan di
dalam bab-bab isi. Kesimpulan merupakan jawaban permasalahan
yang dikemukakan di dalam pendahuluan. Kesimpulan bukan
rangkuman atau ikhtisar. Pernyataan kesimpulan dapat berupa
uraian (esai) atau berupa butir-butir yang bernomor. Pada bagian
akhir penutup ini dapat dikemukakan saran yang dirasakan perlu

14
disampaikan kepada pembaca berkenaan dengan pembahasan
masalah di dalam karya ilmiah itu.
Contoh outline makalah:
Judul: Radikalisme di Kalangan Umat Islam
A. Pengantar (Pendahuluan)
B. Fenomena Radikalisme dalam Beragama
1. Kekerasan atas nama agama
2. Terorisme
C. Faktor Penyebab Timbulnya Radikalisme Beragama
1. Pemahaman terhadap teks-teks keagamaan
2. Latar belakang psikologis
3. Latar belakang sosio-kultural-ekonomi
4. Faktor ideology global
D. Upaya Preventif Mengatasi Radikalisme
1. Melalui jalur pendidikan
2. Melalui jalur politik
3. Melalui jalur keamanan
4. dan lain-lain
E. Penutup (Kesimpulan)
Daftar Pustaka

F. Penggunaan Bahasa
Melalui karya ilmiah hendak disampaikan suatu hasil pengamatan
(observasi), percobaan (eksperimen), penelitian, atau telaah pustaka.
Penyampaian itu dilakukan dengan menggunakan media bahasa. Bahasa
yang digunakan di dalam penyampaian hasil pengamatan, percobaan,
penelitian atau telaah pustaka itu adalah ragam bahasa tulis, bukan ragam
bahasa lisan. Ragam bahasa tulis di dalam karya ilmiah hendaknya jelas,
lugas dan komunikatif supaya pembaca dengan mudah dapat memahami
isinya.

15
Jelas berarti bahwa yang digunakan memperlihatkan secara jelas
unsur-unsur kalimat –seperti subjek, predikat, objek, pelengkap, dan
keterangan. Di dalam setiap kalimat terlihat bagian mana yang merupakan
subjek, bagian mana yang merupakan predikat, bagian mana yang
merupakan objek (di dalam struktur transitif aktif), bagian mana yang
merupakan pelengkap, dan bagian mana yang merupakan keterangan
(kalau ada) sehingga setiap kalimat yang terdapat di dalam karya ilmiah
itu memenuhi persyaratan kaidah tata bahasa. Dengan demikian, karya
ilmiah itu dengan mudah dapat dipahami pembaca.
Lugas berarti bahasa yang digunakan tidak menimbulkan tafsir
ganda. Bentuk dan pilihan kata serta susunan kalimat di dalam karya
ilmiah hanya memungkinkan satu pilihan tafsiran, yaitu tafsiran yang
sesuai dengan maksud penulisnya. Setiap kata diberi bobot makna yang
sewajarnya sehingga tidak perlu diulang dengan berbagai sinonim atau
pararelisme. Pemakaian pleonasme sedapat-dapatnya dihindarkan.
Demikian juga, pemakaian metafora dihindarkan karena bahasa yang lugas
harus langsung menunjukkan persoalan. Disamping itu, bahasa yang lugas
memperhatikan ekonomi bahasa sepanjang tidak mengganggu kaidah tata
bahasa, ejaan, atau pilihan kata.
Komunikatif berarti apa yang ditangkap pembaca dari wacana yang
disajikan sama dengan yang dimaksud penulisnya. Wacana dapat menjadi
komunikatif jika disajikan secara logis dan bersistem. Kelogisan itu
terlihat pada hubungan antarbagian di dalam kalimat, antarkalimat di
dalam paragraf, dan antarparagraf di dalam sebuah wacana, yaitu
memperlihatkan hubungan yang masuk akal; misalnya hubungan sebab
akibat, urutan peristiwa, dan pertentangan.
Bersistem berarti uraian yang disajikan menunjukkan urutan yang
mencerminkan hubungan yang teratur. Hubungan yang masuk akal dan
teratur itu tercermin di dalam penggunaan kata penghubung intrakalimat-
seperti ketika, jika, karena, sehingga, supaya, dan, lalu, tetapi dan
ketepatan penggunaan kata atau ungkapan penghubung antar kalimat-

16
misalnya jadi, namun, sebaliknya, oleh karena itu, di samping itu,
sehubungan dengan itu, tegak dengan demikian. Di dalam ragam bahasa
tulis karya ilmiah kata penghubung dan kata depan tidak boleh dilepaskan.
Disamping itu, tentu saja tanda baca itu menunjang penyajian uraian yang
logis dan bersistem itu.
Pemakaian kata/istilah asing atau daerah dihindarkan, terutama
kata atau istilah yang telah mempunyai padanan di dalam bahasa
indonesia. Jika kata/istilah Indonesia yang digunakan masih dirasakan
perlu dijelaskan dengan kata/istilah asingnya, karena istilah Indonesia itu
belum dikenal oleh masyarakat luas, istilah Indonesia ditulis dahulu, lalu
disertakan istilah asing yang ditempatkan di dalam kurung dan
digarisbawahi (jika digunakan mesin ketik manual) atau dicetak miring
(jika digunakan komputer). Untuk selanjutnya digunakan istilah
Indonesianya saja. Demikian juga, pemakaian singkatan sedapat-dapatnya
dihindarkan karena singkatan tidak memiliki nilai komunikatif yang
efektif, kecuali singkatan yang sudah sangat umum diketahui oleh
masyarakat, seperti SD, MPR, ASEAN. Jika terpaksa digunakan
singkatan, pertama kali muncul singkatan itu ditulis dengan didahului
bentuk lengkapnya dan singkatannya ditempatkan di dalam kurung.
Selanjutnya, cukup dituliskan singkatannya.
Ejaan yang digunakan adalah ejaan yang resmi, yaitu ejaan bahasa
Indonesia yang disempurnakan. Di dalam penulisan kata atau istilah dan
penggunaan pungtuasi (tanda baca) benar-benar harus diperhatikan kaidah-
kaidah yang terdapat di dalam buku Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan.
Dilihat dari jenis ungkapan bahasa yang digunakan, sebuah karya
ilmiah bisa dibedakan menjadi:
1. Narasi, mengisahkan suatu peristiwa atau kejadian secara kronologis
(biografi, roman, novel, sejarah)
2. Deskripsi, menggambarkan sesuatu hal yang sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya (keadaan kota Jakarta, tentang gedung-gedung

17
bersejarah, tentang kehidupan di pelabuhan) berkaitan dengan
pelukisan kesan pancaindra terhadap sebuah objek.
3. Eksposisi (bertujuan memberi penjelasan atau informasi) tema akan
diuraikan dalam sebuah proses, bagaimana beternak sapi, bagaimana
membuat perahu. Melukiskan sesuatu yang belum diketahui oleh
pembaca, misalnya bagaimana membuat baja, bagaimana mengadakan
reboisasi akibat kebakaran hutan. Menerangkan tentang proses kerja
sesuatu barang, bagaimana operasi mesin pintal, bagaimana sebuah
kapal menyelam atau timbul, bagaimana kerja mesin jahit.
4. Argumentasi termasuk dalam eksposisi, hanya sifatnya jauh lebih sulit,
diajukan buktibukti termasuk analisis yang menyangkut pemecahan
suatu pokok persoalan atas bagianbagiannya, penggabungan masalah-
masalah yang terpisah menjadi suatu klasifikasi yang lebih luas.
Misalnya Apa ciri-ciri pendidikan kita dewasa ini? Perlukah seorang
mahasiswa bekerja di samping belajar?
G. Teknik Penulisan Karya Tulis Ilmiah
Penulisan karya ilmiah harus memenuhi tatacara teknik penulisan yang
berlaku secara umum. Antara lain:
1. Kutipan
Kutipan terdiri dari dua macam, yaitu:
a. Kutipan langsung, adalah kutipan yang sama dengan bentuk asli
yang dikutip baik dalam susunan kata maupun tanda bacanya.
Kutipan langsung tidak dibenarkan lebih dari satu halaman.
Kutipan langsung dipergunakan hanya untuk hal-hal yang penting
saja seperti definisi atau pendapat seseorang yang khas. Kutipan
langsung yang tidak lebih dari empat baris, diketik biasa dalam
teks skripsi dengan diawali dan diakhiri oleh tanda petik (“) dan
diberi nomor kutipan yaitu dengan pola catatan kaki (footnote). Ini
dimaksudkan jika diperlukan notasi dapat lebih leluasa dan
memudahkan pembaca. Kutipan yang lebih dari empat baris
diketik dengan masuk (menjorok) tujuh ketukan dan tidak

18
dibubuhkan tanda petik, serta ditulis dengan jarak 1 spasi. Kutipan
terjemah al-Qur’an dianggap seperti kutipan langsung yang lebih
dari empat baris dan tidak ditulis miring serta tidak menyebut kata
Artinya;
b. Kutipan tak langsung (parafrase) adalah kutipan yang hanya
mengambil isinya saja, seperti saduran, atau ringkasan. Dalam
kutipan semacam ini, penulis tidak perlu memberi tanda petik,
ditulis seperti teks biasa dengan menyebut sumber
pengambilannya;
c. Sumber kutipan merujuk pada ilmuwan yang ahli dalam
bidangnya;
d. Kutipan Tafsir dan Hadis harus bersumber pada kitab asli (sumber
primer);
e. Kutipan dapat bersumber dari internet atau CD dengan
mencantumkan situs dan menunjukkan print-outnya.
2. Catatan Kaki (Footnote)
a. Catatan kaki merupakan catatan pada bagian kaki halaman teks
yang menyatakan sumber sesuatu kutipan atau pendapat mengenai
sesuatu hal yang diuraikan dalam teks;
b. Catatan kaki dapat berfungsi sebagai tambahan yang berisi
komentar atau penjelasan yang dianggap tidak dapat dimasukkan di
dalam teks.
c. Catatan kaki diketik satu spasi dan dimulai langsung dari margin
kiri untuk tulisan Latin dan margin kanan untuk tulisan Arab,
dimulai pada ketukan kelima di bawah garis catatan kaki;
d. Catatan kaki pada tiap bab diberi nomor urut mulai dari angka 1
Arab sampai habis, dan diganti dengan nomor 1 kembali pada bab
baru;
e. Cara penulisannya secara berurutan: nama pengarang (tanpa gelar
dan tidak dibalik), koma, judul sumber/buku dengan huruf kapital
setiap awal kata kecuali kata tugas, koma, jilid/juz, koma, kurung

19
buka kemudian tempat/kota penerbit, titik dua, nama penerbit,
koma, tahun terbit kemudian kurung tutup, koma, nomor cetakan,
koma, dan nomor halaman diakhiri dengan titik.
f. Judul buku dengan huruf miring (italic), kecuali berbahasa Arab,
maka ditulis dengan huruf tebal (bold) dan halaman bisa disingkat
dengan hlm.
contoh:
1
Mastuhu, Menata Ulang Pemikiran Sistem Pendidikan Nasional dalam Abad 21,
(Yogyakarta: Safiria Insania Press dan UII, 2003), Cet. 1, hlm. 15.

g. Nama pengarang yang jumlahnya terdiri dari dua orang, maka


kedua nama itu ditulis. Apabila lebih dari dua orang, hanya
disebutkan nama pengarang yang pertama dan setelah koma
dituliskan singkatan et. al. ditulis dengan huruf miring (italic) atau
dkk., atau wa akhoruna (dalam bahasa Arab). Contoh: Djaali, Pudji
Mulyono dan Ramly, Pengukuran dalam Bidang Pendidikan,
Jakarta: PPS Universitas Negeri Jakarta, 2000. penulisan dalam
2 footnote
Djaali, sebagai
et. al., berikut: dalam Bidang Pendidikan, (Jakarta: PPs Universitas
Pengukuran
Negeri Jakarta, 2000), hlm. 10.

h. Kumpulan karangan yang dirangkum oleh editor, yang dianggap


pengarangnya atau yang dicantumkan dalam catatan kaki nama
editor saja. Caranya di belakang nama editor itu dicantumkan
“(ed.)” dengan italic (ed.). Bila editornya lebih dari satu maka
diberi tambahan “s” (eds.), Contohnya:
3
Darmu’in (ed.), Pemikiran Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1998), hlm. 125.

4
Harun Nasution dan Azyumardi Azra (eds.), Perkembangan Modern dalam
Islam, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1985), hlm. 125.

20
i. Apabila dari sumber yang sama dikutip lagi pada halaman yang
sama maka cukup dengan “Ibid.” (dicetak miring) atau (dicetak
tebal dalam bahasa Arab) tanpa menyebutkan halamannya lagi.
Ibid. singkatan dari Ibidem yang berarti pada tempat yang sama.
Sedangkan bila dari sumber yang sama dikutip lagi pada halaman
yang berbeda, maka dalam catatan kaki ditulis: Ibid., lalu
disebutkan halamannya, contoh:
5
Ismail SM (eds.), Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2001), hlm. 20.

6
Ibid. (bila mengutip halaman yang sama).

7
Ibid., hlm. 30 (bila mengutip pada halaman yang berbeda).

j. Apabila dari sumber tersebut dikutip lagi tetapi telah diselingi oleh
kutipan dari sumber lain, maka pada catatan kaki ditulis: Nama
pengarang, judul buku/sumber (jika ada lebih dari satu buku),
op.cit., (italic) atau (dicetak tebal dalam bahasa Arab) diikuti
dengan hlm. Adapun op.cit. singkatan dari “opere citato” yang
artinya dalam karangan yang telah disebut. Sedangkan apabila dari
halaman yang sama dikutip lagi tetapi telah diselingi kutipan dari
sumber lain, maka ditulis loc.cit ataudicetak tebal dalam bahasa
Arab). Tanpa menyebutkan halaman. Loc.cit. adalah singkatan dari
“loco citato” yang artinya pada tempat yang telah dikutip). Contoh:
8
Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 21.
9
Fazlur Rahman, Islam dan Modernitas, (Bandung: Pustaka, 1986), hlm. 65.
10
Mustaqim, op.cit., hlm. 30
11
Fazlur Rahman, Loc.cit.

k. Kutipan yang berasal dari buku yang berbentuk bunga rampai


(antologi) atau kumpulan tulisan dari beberapa penulis, cara
penulisannya sebagai berikut: nama penulis, koma, tanda petik (“),

21
judul tulisan, tanda petik (“), koma, dalam, nama editor, koma,
judul buku (italic), koma, kurung buka, tempat terbit, titik dua,
nama penerbit,koma, tahun terbit, kurung tutup, koma, dan
halaman. Contoh:

17
Abdul Wahid, “Pendidikan Islam Kontemporer: Problem Utama, Tantangan
dan Prospek”, dalam Ismail SM (eds.), Paradigma Pendidikan Islam,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 278.

l. Kutipan yang berasal dari majalah yang yang ditulis sebagai


berikut: nama penulis, koma, judul artikel diapit tanda petik (“---”),
koma, nama majalah ditulis italic, koma, volume, koma, nomor
edisi, koma, bulan, koma, tahun terbit, koma, dan nomor halaman.
Contoh:
18
Novel Ali, “Kejahatan Sebagai Akibat Lumpuhnya Pendidikan
Moral”, Panji Masyarakat, XXXV, 789, April, 1994, hlm. 66.

m. Kutipan yang berasal dari surat kabar, cara penulisannya sebagai


berikut: nama penulis, koma, judul artikel diapit tanda petik (“---”),
koma, nama surat kabar ditulis miring (italic), koma, tempat terbit,
koma, tanggal, bulan dan tahun terbit, koma, diakhiri dengan
nomor halaman sesuai sumbernya. Contoh:

19
Nasirudin, “Pendidikan Agama Setengah Hati”, Suara Merdeka, Semarang, 4
Juli 2003, hlm. VI.

n. Kutipan yang berasal dari karya ilmiah yang tidak/belum


diterbitkan, cara penulisannya sebagai berikut: nama pengarang,
koma, judul karangan ilmiah dengan diapit tanda petik (“---”),
koma, disebutkan skripsi, tesis atau disertasi, koma, kurung buka,
nama kota penyimpanan, titik dua, nama tempat penyimpanan,
koma, tahun penulisan, koma, kurung tutup, koma, nomor

22
halaman, dan keterangan tidak diterbitkan yang disingkat dengan
“t.d.” Contoh:
20
Nasirudin, “Asketisisme Hasan al-Bashri (Tinjauan Sosio-Historis)”, Tesis
Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, (Yogyakarta: Perpustakaan
Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2000), hlm. 23, t.d.

o. Kutipan yang berasal dari buku/kitab yang asli dan terjemahnya,


angka kutipan diletakkan dibelakang terjemah; sedangkan kutipan
yang berasal dari buku/kitab berbahasa asing tanpa terjemah maka
angka kutipan diletakkan dibelakang kutipan tersebut. Hal ini
dimaksudkan untuk membedakan antara terjemahan dari
penerjemah dan penulis skripsi sendiri.
p. Sumber kutipan yang tidak ada tempat terbitnya maka tempat
terbitnya ditulis dengan singkatan tt.p. , jika tidak ada penerbitnya
maka nama penerbit ditulis dengan singkatan t.p. dan jika tidak ada
tahun terbitnya maka ditulis t.t.
q. Sumber kutipan yang diambil dari internet cara penulisannya
adalah sebagai berikut: nama penulis, koma, judul artikel diapit
tanda petik (“---“), koma, nama situs, koma, nomor halaman.
Contoh:

21
Ahmad Sapari, “Kurikulum Berbasis Kompetensi”,
http://www.surya.co.id/30052002/12pini.phtml, diakses pada tanggal…..

3. Daftar Kepustakaan
a. Daftar pustaka, yang merupakan keterangan mengenai bahan
bacaan yang dijadikan rujukan dalam proses pembuatan skripsi
ditempatkan di akhir skripsi dengan jarak satu setengah spasi (1,5)
dan tidak menggunakan nomor urut. Sedangkan jarak antara dua
sumber pustaka dua (2) spasi;
b. Daftar pustaka ditulis dengan urutan: nama pengarang (nama
kedua), koma, nama lengkap (tanpa gelar), koma, judul buku

23
dicetak miring (italic), koma, jilid atau volume, koma, tempat
penerbitan, titik dua, nama penerbit, koma, tahun penerbitan,
koma, nomor cetakan;
c. Penulisan nama pengarang disusun secara alfabetik dengan
mendahulukan nama keluarga dan marga (kalau ada) atau nama
belakang, dan diketik pada ketukan pertama. Untuk singkatan
mengikuti nama terakhir. Bila informasi tentang buku/sumber
rujukan itu melebihi satu baris, maka baris kedua dan berikutnya
diketik mulai ketukan kelima. Contoh: Nasution, Harun, Islam
Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, Jakarta: UI Press, 1973,
Cet. 3.
d. Apabila penulis terdiri dari dua orang, maka nama kedua-duanya
ditulis, dihubungkan dengan kata dan, seperti Nashiruddin dan
Karnadi. Apabila lebih dari dua orang, ditulis nama pertama dan
diikuti kata dkk. (dan kawan-kawan) , seperti Nashiruddin dkk.
e. Apabila ada dua karangan atau lebih berasal dari pengarang yang
sama, maka nama pengarang dicantumkan satu kali, lainnya cukup
diganti dengan garis sepanjang lima ketukan dari garis margin kiri
(tulisan latin) dan margin kanan (bahasa Arab) dan diikuti koma,
dengan ketentuan mendahulukan sumber pustaka yang lebih
dahulu tahun penerbitannya. Contoh: Nasution, Harun, Islam
Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, Jakarta: UI Press, 1973,
Cet. 3. ______, Teologi Islam, Jakarta: UI Press, 1986.
f. Apabila berupa buku terjemahan maka ditulis pengarang yang asli,
koma, judul buku, koma, kata terj., nama penerjemah, koma,
tempat penerbit, titik dua, nama penerbit, koma, tahun terbit
diakhiri dengan titik. Contoh: Benda, Harry J., Bulan Sabit dan
Matahari Terbit: Islam Indonesia pada Masa Pendudukan Jepang,
terj. Daniel Dhakidae, Jakarta: Pustaka Jaya, 1980.
g. Jika penulis dan tahunnya sama, sedangkan judul bukunya berbeda
maka di belakang keterangan tahun diberi kode a, b, c, dan

24
seterusnya sesuai dengan bulan terbit. Contoh: Nasution, Harun,
Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, Jakarta: UI Press,
1986a, Cet. 3. ______, Teologi Islam, Jakarta: UI Press, 1986b.
h. Sumber kutipan yang diambil dari internet cara penulisannya
adalah sebagai berikut: nama penulis, koma, judul artikel diapit
tanda petik (“---“), koma, nama situs, titik. Contoh: Sapari, Ahmad
“Kurikulum Berbasis Kompetensi”,
http://www.surya.co.id/30052002/12pini.phtml, diakses tanggal
……
H. Publikasi Karya Tulis Ilmiah
Publikasi penting dilakukan agar karya ilmiah dapat dibaca banyak
orang. Mempublikasikan tulisan berarti kita mengibarkan bendera
keilmuan kita. Di samping kemampuan yang sudah kita miliki, hal penting
dalam publikasi tulisan adalah keberanian kita untuk mengirimkannya
kepada media yang relevan dan kesiapan kita untuk dikritik orang lain.
Menulis untuk media massa berarti menulis untuk kepentingan publik.
Oleh karena itu, tulisan yang dibuat harus disesuaikan dengan kebutuhan
publik. Media massa (koran, majalah, jurnal) merupakan alat yang efektif
untuk menyebabkan pikiran dan gagasan seorang penulis. Persoalannya,
bagaimakah tulisan yang cocok untuk media massa tersebut.
1. Tulisan harus actual
Media selalu menyajikan informasi actual yang terjadi setiap saat.
Informasi actual tersebut menjadi syarat bagi keberlangsungan sebuah
media. Oleh karena masyarakat hanya menghendaki informasi actual
yang disajikan sebuah media. Informasi terkini bukan hanya disajikan
dalam ruang berita, tetapi juga dalam ruang opini. Seorang penulis
opini, mau tidak mau, harus mengikuti perkembangan informasi agar
dia bisa menulis sesuatu yang actual. Aktualitas berita biasanya
menjadi penilaian utama seorang editor media untuk menentukan
apakah sebuah tulisan layak dimuat atau tidak.
2. Tulisan harus menarik

25
Di samping actual, tulisan tersebut harus menarik. Hal ini berarti
sebuah tulisan harus disajikan dengan gaya yang mempersona dan
mengambil tema-tema yang menarik perhatian pembaca. Menarik
secara penyajian berkonsekuensi pada gaya penulisan seseorang. Kita
sering membaca tulisan yang datar-datar saja, tidak komunikatif, dan
kurang mengundang kepenasaranan pembaca. Secara tema, menarik
berarti mengundang perhatian karena tema tersebut dibutuhkan oleh
para pembaca.
3. Tulisan harus padat isi
Karena kolom media sangat terbatas, sementara media harus
memuat banyak hal, dengan demikian bahasa yang disajikan media
harus padat isinya. Tulisan di media harus langsung menyentuh
persolan yang dibahas atau diulas. Penulis tidak boleh berpanjang-
panjang bercerita. Tulisan yang berfokus menjadi syarat sebuah tulisan
untuk layak dimuat disebuah media. Oleh karena itu, media biasanya
membatasi jumlah halaman atau bait kata untuk sebuah tulisan
4. Tulisan harus bermanfaat
Tulisan yang actual, menarik, dan disajikan padat isi belumlah
cukup syarat untuk dimuat. Tulisan juga harus bermanfaat bagi
pembaca. Penerbit koran dan majalah adalah para pekerja professional
yang menggantungkan hidupnya dari penerbitan. Mereka hanya
memuat tulisan-tulisan yang laku dijual kepada konsumennya. Tulisan
dimaksud adalah yang mengandung manfaat bagi pembaca. Oleh
karena itu, tulisan artikel, kolom, opini, esai dll. merupakan tulisan-
tulisan yang tersaji di media dan harus ditulis dengan penuh
kebermanfaatan bagi pembaca.

26
DAFTAR PUSTAKA

DosenIT. 2018. “10 Kelebihan dan Kekurangan Power Point Presentasi”, Online
(https://dosenit.com/software/microsoft/kelebihan-dan-kekurangan-power-
point), diakses 30 Agustus 2018

Sumberpengertian. 2017. “Pengertian Microsoft Power Point”, Online


(http://www.sumberpengertian.co/pengertian-microsoft-power-point), diakses
30 Agustus 2018

Munip, Abdul. 2017. “Penulisan Karya Tulis Ilmiah”, Yogyakarta: Universitas


Islam Negeri Sunan Kalijaga

Sugiarto, Yusron. “The Power Of Power Point”, Malang: Universitas Brawijaya

Upi. “Karya Tulis Ilmiah”, Jakarta

27
LAMPIRAN

1. Fungsi utama karya ilmiah adalah . . .


A. Ekspresif
B. Instrumental
C. Akademik
D. Sosial
E. Ritual

Jawaban : C

2. Menulis diyakini sebagai media untuk mengekspresikan pikiran, ide,


gagasan, imajinasi si penulis merupakan menulis dalam arti fungsi . . .
A. Ekspresif
B. Instrumental
C. Akademik
D. Sosial
E. Ritual

Jawaban : A

3. Ciri-ciri karya tulis ilmiah yang baik, antara lain :


A. Mendalam, objektif, sistematis, bahasa nonbaku
B. Jelas, logis, bernas, sistematis
C. Objektif, logis, bernas, uraian panjang
D. Uraian ringkas, mendalam, objektif,
E. Cermat, mendalam, uraian panjang, bahasa nonbaku

Jawaban : B

4. Berikut ini yang termasuk karya tulis ilmiah jenis ‘paper’ adalah . . .
A. Laporan penelitian
B. Skripsi
C. Tesis
D. Disertasi

28
E. Karya ilmiah populer

Jawaban : E

5. Karya tulis ilmiah yang mengemukakan teori atau dalil baru yang dapat
dibuktikan berdasarkan fakta secara empiris dan objektif disebut sebagai . .
.
A. Tesis
B. Disertasi
C. Skripsi
D. Kertas kerja
E. Makalah

Jawaban : B

6. Langkah kedua pembuatan karya tulis ilmiah adalah . . .


A. Membuat kerangka tulisan/outline
B. Menyusun rancangan penelitian
C. Menentukan masalah atau topik
D. Melaksanakan percobaan
E. Menganalisis data

Jawaban : A

7. Salah satu software yang digunakan sebagai media untuk presentasi dalam
bentuk slide adalah . . .
A. Word
B. Exel
C. Note
D. Power point
E. Corel draw

Jawaban : D

29
8. Berikut ini yang termasuk dalam manfaat dari penggunaan power point
sebagai media presentasi adalah . . .
A. Membantu presenter menyampaikan ide dan gagasan dalam bentuk
audio, visual, maupun audiovisual
B. Terseda berbagai macam desain dan animasi
C. Dapat mengedit foto/gambar secara langsung
D. Dapat dibuat dengan berbagai format dan template yang menarik
E. Terdapat banyak tools untuk membuat presentasi yang bagus.

Jawaban : A

9. Berikut adalah strategi pembuatan power point terkait dengan teks adalah .
..
A. Memilih template yang menarik
B. Background haruslah yang disukai oleh pembuat presentasi
C. Menghidari gambar atau diagram yang rumit
D. Satu slide full dengan animasi
E. Tidak terlalu banyak kalimat, hanya poin-poin utama

Jawaban : E

10. Kriteria power point yang baik yaitu terdapat . . .


A. Judul, latar belakang
B. Outline, rumusan masalah
C. Hasil, karya inovasi
D. Benar semua
E. Salah semua

Jawaban : E

30

Anda mungkin juga menyukai