OLEH:
KELOMPOK II
Setiawati 1308505067
I Gde Pande Anindhita Putra W. 1508505030
I Komang Subagia 1508505036
I Ketut Duantara 1508505051
Dede Jerry Sartika Putra 1508505052
Putu Bagus Pradnya Putra Budiartha 1508505058
Ni Putu Wulanda Eva Yanti 1508505060
Ni Ketut Tria Purnamisari 1508505067
Luh Adi Kusuma S. 1508505069
0
BAB I
PENDAHULUAN
1
menyusun asam nukleat dan termasuk dalam kelompok asam amino, yang
merupakan unsur pembentukan protein. Produksi asam urat juga dapat meningkat
karena mengkonsumsi obat seperti (obat-obat kanker, vitamin B12, diuretika,
dosis rendah asam salisilat), serta pada orang yang mengalami obesitas dan pada
penderita diabetes melitus yang tidak terkontrol dengan baik (Tehupeiroy, 2006).
Terapi untuk gout artritis dapat berupa terapi nonfarmakologis dan
farmakologis. Terapi nonfarmakologis yaitu perubahan gaya hidup, banyak
minum air, menghindari minuman beralkohol, mengurangi makanan berlemak dan
mengandung protein tinggi, dan mengurangi berat badan jika memiliki berat
badan berlebihan. Terapi farmakologis berupa pemberian NSAID dan colchicine
pada serangan akut, atau glucocorticoid jika kontraindikasi. Serta pemberian
allopurinol untuk dapat mengurangi timbunan asam urat dalam darah (Brunner,
2002).
2
BAB II
Analisis SOAP
2.1. Subjektif
Subjektif merupakan segala bentuk pernyataan atau keluhan dari pasien
(Wildan dan Hidayat, 2008). Bentuk subjektif dari kasus ini adalah seorang pasien
berusia 55 tahun mengalami rasa nyeri persendian. Selain itu, pasien merupakan
perokok aktif (5-10 batang per hari) dan memiliki pola makan sering
mengkonsumsi olahan daging merah dan jeroan.
2.2. Objektif
Objektif merupakan data yang diobservasi dari hasil pemeriksaan yang dapat
dikonfirmasi kebenarannya oleh orang lain, contohnya tenaga kesehatan (Wildan
dan Hidayat, 2008). Bentuk objektif dari kasus ini adalah pasien didiagnosis oleh
dokter mengalami serangan akut gout yang ketiga pada tahun ini. Hasil
laboratorium menunjukkan kadar asam urat 9 mg/dL. Pasien diresepkan natrium
diklofenak per oral 2 x 50 mg per hari.
2.3 Assessment
Penyakit gout artritis berhubungan erat dengan gangguan metabolisme purin
yang dapat menyebabkan tingginya kadar asam urat di dalam darah atau yang
biasa disebut hiperurisemia. Kadar asam urat dalam darah yang normal yaitu 7,0
mg/dL (Gliozzi et al., 2015). Berdasarkan hasil laboratorium pasien, ditunjukkan
dengan kadar asam urat yang melebihi normal sebesar 9 mg/dL, hal ini
menandakan bahwa pasien mengalami hiperurisemia. Hiperurisemia ditandai
dengan terbentuknya kristal-kristal monosodium urat monohidrat pada sendi-sendi
dan jaringan sekitarnya. Kristal-kristal inilah yang akan mengakibatkan reaksi
peradangan yang apabila berlanjut akan menimbulkan nyeri hebat pada persendian
(Anastesya, 2009). Maka dari itu, pasien sering mengalami rasa nyeri di
persendian.
Berdasarkan diagnosis dokter, pasien mengalami serangan akut gout artritis.
Gout artritis akut merupakan radang sendi yang timbul sangat cepat dalam waktu
singkat. Keluhan utamanya berupa nyeri, bengkak, terasa hangat, merah dengan
3
gejala sistemik berupa demam, menggigil dan merasa lelah. Faktor pencetus
serangan akut antara lain berupa trauma lokal, diet tinggi purin, kelelahan fisik,
stress, tindakan operasi, pemakaian obat diuretik, konsumsi alkohol dalam jumlah
besar dan lain-lain (Sholihah, 2014). Serangan biasanya berhenti dalam waktu 3-
10 hari, walaupun tanpa pengobatan, dan serangan berikutnya mungkin tidak akan
terjadi dalam beberapa bulan bahkan beberapa tahun (NIAMS, 2002).
Serangan akut yang dialami oleh pasien dapat disebabkan oleh kebiasaan
buruknya yaitu mengonsumsi rokok hingga 5-10 batang per hari. Pada pasien
perokok berat dapat meningkatkan durasi terjadinya nyeri sendi (Naga, 2013).
Selain itu, serangan akut juga disebabkan akibat pasien mengonsumsi daging
merah dan jeroan. Daging merah dan jeroan merupakan makanan dengan kadar
purin tinggi (150-180 mg/100 gram). Apabila mengonsumsi daging merah dan
jeroan dapat meningkatkan risiko asam urat 21% (Sustrani dkk., 2004).
Tujuan terapi serangan gout artritis akut adalah menghilangkan gejala, sendi
yang sakit diistirahatkan, dan terapi obat dilaksanakan secepat mungkin untuk
menjamin respon yang cepat dan sempurna (Depkes RI, 2006). Dokter
meresapkan pasien dengan natrium diklofenak per oral 2 x 50 mg per hari.
Natrium diklofenak termasuk ke dalam obat golongan NSAID yang menjadi lini
pertama untuk terapi farmakologi penyakit gout artritis. Natrium diklofenak dapat
mengontrol inflamasi dan rasa sakit pada penderita gout artritis (Anastesya, 2009).
Dosis natrium diklofenak melalui rute pemberian oral sebesar 100-150 mg/hari.
Jadi, dengan penggunaan natrium diklofenak pada pasien sebanyak 2 x 50 mg per
hari sudah sesuai untuk pengobatan gout artritis akut pada pasien.
4
Gambar 1. Algoritma Terapi Gout Artritis Akut (Direktorat Bina
Farmasi Komunitas dan Klinik, 2006)
2.4 Plan
Berdasarkan hasil assessment, maka dibuat suatu plan yang bertujuan untuk
menghentikan serangan akut gout artritis, mencegah kekambuhan dari gout
artritis, mencegah komplikasi yang berkaitan dengan deposit kristal asam urat
kronis di jaringan dengan plan sebagai berikut:
1. Terapi Farmakologi
a. Diberikan terapi dengan menggunakan NSAID yang merupakan lini
pertama pada pengobatan gout artritis akut, untuk meringankan
bengkak dan rasa sakit. Pada kasus ini NSAID yang digunakan yaitu
natrium diklofenak per oral 2 x 50 mg per hari. Dimana dosis natrium
diklofenak untuk oral adalah 75 – 150 mg sehari dengan dosis terbagi.
5
Pemberian dosis tersebut sudah sesuai dengan indikasinya dalam
penanganan nyeri (Sweetman, 2009).
b. Terapi profilaksis perlu untuk dilakukan dengan melihat keadaan
pasien yang sering mengalami serangan akut gout (lebih dari 2 atau 3
kali tiap tahun), meskipun serum konsentrasi normal atau sedikit
mengalami kenaikan. Terapi profilaksis dengan dosis rendah kolkisin
0,5-0,6 mg 2x sehari, efektif dalam mencegah nyeri sendi akibat gout
yang kambuh. Terapi menggunakan kolkisin menunjukkan efek
dengan mengurangi respon inflamasi yang disebabkan oleh kristal
yang terdeposit dan juga dengan mengurangi fagositosis. Kolkisin
mengurangi produksi asam laktat oleh leukosit secara langsung dan
dengan mengurangi fagositosis sehingga mengganggu siklus deposisi
kristal urat dan respon inflamasi. Pasien tidak akan resisten dengan
pemberian dosis harian kolkisin, dan jika pasien merasakan awal dari
serangan akut, pasien dapat menambah dosis kolkisin sebanyak 1-2
mg. Jika konsentrasi serum urat berada dalam rentang normal dan
pasien bebas dari symptom selama 1 tahun, dosis maintenance
kolkisin dapat dihentikan ( Dipiro et al, 2005).
2. Terapi Non Farmakologi
Terapi non farmakologi yang dapat dilaukan untuk mengurangi
keluhan gout uang dialami pasien adalah sebagai berikut :
a. Perbanyak Minum Air
Normalnya, sekitar 2-3 produksi asam urat setiap hari dieksresikan
melalui urin. Meminum banyak air putih adalah salah satu solusi yang
bisa dilakukan untuk membantu meningkatkan kerja ginjal dalam
mengekskresikan asam urat dari dalam tubuh melalui urin. Dengan
berkemih sebanyak 2 liter atau lebih setiap hari dapat membantu
pembuangan asam urat sehingga dapat mencegah hiperurisemia dan
pengendapan asam urat dalam tubuh (Damayanti, 2012; Khanna et al,
2012).
6
b. Diet Rendah Purin
Salah satu faktor penyebab gout arthritis pasien adalah kebiasaan
pasien dalam mengkonsumsi olahan daging merah dan jeroan. Hal ini
disebabkan kedua macam makanan tersebut tergolong kedalam
makanan yang mengandung purin tinggi. Maka dari itu untuk
mencegah kekambuhan gout, disarankan kepada pasien untuk
menghentikan kebiasaan mengkonsumsi olahan daging merah dan
jeroan. Berikut ini merupakan makanan yang sebaiknya dihindari dan
diperbolehkan untuk pasien yang mengalami kekambuhan gout akut :
Bahan Bahan Makanan Dibatasi Dihindari
Makanan
Sumber nasi, bubur, - -
Karbohidrat bihun, roti,
gandum,
makaroni, pasta,
jagung,
kentang, ubi,
talas, singkong,
havermout
Sumber telur, susu daging ayam, otak, ham, sosis,
Protein krim/susu ikan tongkol, babat, usus,
Hewani rendah lemak kerang, udang paru, sarden,
dibatasi kaldu daging,
bebek, burung,
angsa, dan
remis
Sumber - tempe, tahu Ragi
Protein maksimum 50
Nabati gram/hari dan
kacang-
kacangan
(kacang hijau,
kacang tanah,
7
kedelai) paling
banyak 25
gram/hari
Sayuran wortel, labu bayam, buncis, -
siam, kacang daun/biji
panjang, terong, melinjo, kapri,
pare, oyong, kacang polong,
ketimun, labu kembang kol,
air, selada air, asparagus,
tomat, selada, kangkung dan
lobak jamur
maksimum 100
gram/hari
Buah- Semua macam - -
buahan buah-buahan
Minuman Semua macam Teh kental atau Minuman yang
minuman yang kopi mengandung
tidak beralkohol soda dan
alkohol: soft
drink, arak, ciu,
bir
Lain-lain Semua macam Makanan yang -
bumbu berlemak dan
secukupnya penggunaan
santan kental,
makanan yang
digoreng
(Direktorat Bina Gizi, 2011).
c. Rutin Berolahraga dan Manajemen Stress
Olah raga yang rutin dan manajemen stress dapat meningkatkan
kebugaran tubuh pasien dan menjaga homeostasis tubuh, sehingga
proses metabolisme dan ekskresi asam urat dalam tubuh dapat berjalan
dengan normal (Lingga, 2012).
3. Hentikan Kebiasaan Merokok
8
Faktor lainnya yang dapat memicu terjadinya kekambuhan gout arthritis
akut adalah kebiasaan pasien dalam merokok. Dalam kasus disebutkan
bahwa pasien merupakan perokok aktif (5-10 rokok/hari). Kandungan
nikotin dan gas karbon monoksida yang dihasilkan dalam rokok dapat
menyebabkan stress oksidatif yang mempengaruhi sistem eksresi, salah
satunya adalah eksresi asam urat (Lingga, 2012).
4. KIE
Komunikasi Informasi dan Edukasi yang dapat diberikan oleh apoteker
kepada pasien adalah sebagai berikut:
a. Konseling mengenai indikasi obat yang diberikan kepada pasien, yaitu
tablet Natrium diklofenak 50 mg yang merupakan golongan NSAID.
NSAID adalah obat lini pertama untuk pengobatan gout akut yang
diderita pasien. Selain itu, apabila onset serangan gout kurang dari 36
jam dapat disarankan kombinasi dengan oral kolkisin sebagai
profilaksis namun harus disertai dengan persetujuan dokter.
b. Konseling mengenai aturan pemakaian obat, yaitu diminum 2 kali
sehari setelah makan. Diminum selama 2-3 hari, atau hingga keluhan
nyeri akibat gout akut teratasi (sesuai resep dokter).
c. Informasikan efek samping, interaksi dan kontraindikasi dari Natrium
diklofenak. Efek samping yang terkadang timbul ketika mengonsumsi
Natrium diklofenak adalah mengantuk, mual, dan pusing. Interaksi
dengan aspirin akan menurunkan konsentrasi Natrium diklofenak.
Natrium diklofenak dapat meningkatkan konsentrasi plasma digoksin,
metrotreksat, siklosporin dan litium dan menurunkan konsentrasi
diuretik (IAI, 2014)
d. Informasikan cara penyimpanan obat, yaitu disimpan di tempat sejuk,
kering dan terlindung dari cahaya (IAI, 2014)
e. Menyarankan pasien untuk diet rendah purin dan perbanyak minum
air putih untuk memudahkan kerja ginjal dalam ekskresi asam urat
f. Edukasi pasien tentang bahaya rokok dan sarankan beliau untuk
melepaskan kebiasaan merokok
9
g. Sarankan pasien untuk melakukan pola hidup sehat dengan cara rutin
berolah raga dan manajemen stress untuk menjaga kondisi tubuh agar
tetap prima sehingga sistem metabolisme purin dan ekskresi asam urat
dapat berjalan dengan normal.
h. Sarankan pasien untuk melakukan cek kadar asam urat secara berkala
(setiap 3-6 bulan sekali) untuk mengetahui apakah kadar asam urat
berada pada rentang normal (pria dewasa: 3.4–7.0 mg/dL).
BAB III
KESIMPULAN
10
Penyakit gout arthritis adalah salah satu penyakit inflamasi sendi yang
paling sering ditemukan, ditandai dengan penumpukan kristal monosodium urat di
dalam ataupun di sekitar persendian. Berdasarkan hasil Analisis SOAP, dapat
disimpulkan bahwa pemberian NSAID, yaitu natrium diklofenak 2 x 50 mg sehari
sudah tepat sebagai terapi farmakologi untuk pasien usia 55 tahun yang
mengalami gout akut. Apabila onset serangan gout kurang dari 36 jam dapat
disarankan kombinasi dengan oral kolkisin sebagai profilaksis, namun harus
disertai dengan persetujuan dokter. Terapi non farmakologi yang dapat diberikan
adalah perbanyak minum air, diet rendah purin, hentikan kebiasaan merokok dan
rutin berolahraga serta manajemen stress. Selain itu pasien juga perlu diberikan
KIE untuk menjamin tercapainya sasaran terapi gout akut. Salah satu sasaran
terapi ini, yaitu menghentikan serangan gout akut.
DAFTAR PUSTAKA
11
Anastesya W. 2009. Artritis Pirai (Gout) dan Penatalaksanaannya. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana.
Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol
2. Jakarta: EGC.
Direktorat Bina Gizi. 2011. Diet Rendah Purin. Jakarta: Dinas Keesehatan
Republik Indonesia - Direktorat Bina Gizi.
Gliozzi, M., Malara N., Muscoli S., and Mollace V. 2016. The Treatment of
Hyperuricemia. J. International Journal of Cardiology, 213: 23-27.
IAI. 2014. Informasi Spesialite Obat Indonesia. Vol. 49 – 2014 s/d 2015. Jakarta:
PT. ISFI Penerbitan.
Lingga, L. 2012. Bebas Penyakit Asam Urat Tanpa Obat. Jakarta: Agromedia
Pustaka.
NIAMS. 2002. Questions and Answers About Gout, Health Topics. National
Institute of Health.
12
Sustrani, L., Syamsir A., & Iwan H. 2004. Asam Urat Informasi Lengkap untuk
Penderita dan Keluarga. Edisi 6. Jakarta: Gramedia.
Tehupeiroy ES. 2006. Artrtritis pirai (arthritis gout). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
13