Anda di halaman 1dari 10

TENTANG MINAHASA

MINAHASA terletak di ujung jazirah utara pulau Sulawesi, pada posisi geografis 124°40′ –
124°50′ BT dan 1°30′ – 1°40′ LU Kota Manado Merupakan dari provinsi Sulawesi Utara Kota
Manado seringkali disebut sebagai Menado. Minahasa berasal dari kata dasar “ESA” yang
berarti “Satu”. Motto dari Sulawesi utara adalah Si Tou Timou Tumou Tou, sebuah filsafat hidup
masyarakat Minahasa yang dipopulerkan oleh Sam Ratulangi, yang berarti: "Manusia hidup
untuk memanusiakan orang lain" atau "Orang hidup untuk menghidupkan orang lain". Dalam
ungkapan Bahasa Manadonya, yang berarti: "Baku beking pande" yang secara umum berarti
"Saling menambah pintar dengan orang lain".

Orang Minahasa atau lebih dikenal masyarakat umum sebagai orang Manado, adalah
salah satu suku bangsa yang mendiami kawasan semenanjung pulau Sulawesi atau
pada zaman dahulu disebut Celebes. Ini adalah suku asli pemilik tanah adat Wenang
atau dikenal sebagai Kota Manado sekarang.
Meskipu saat ini memang, seperti kota-kota lain di Indonesia, di kota Manado sudah
banyak pendatang dari suku-suku lain entah yang berasal dari sekitar Minahasa seperti
suku Sanger, Mongondow atau Hulontalo (Gorontalo) namun orang Minahasa bisa
dikenali dengan melihat marga dan parasnya.
Suku Minahasa adalah salah satu suku bangsa yang terdapat di Sulawesi Utara, Indonesia. Suku
Minahasa merupakan suku bangsa terbesar di provinsi Sulawesi Utara.

Sejarah Suku Minahasa


Asal Usul Minahasa Menurut Para Peneliti

Sejarah Asal Usul Suku Minahasa- Daerah Minahasa di Sulawesi Utara diperkirakan
pertama kali telah dihuni oleh manusia sejak ribuan tahun sebelum Masehi. Para
peneliti memperkirakan suku bangsa Minahasa berasal dari Formosa Taiwan,
keturunan suku bangsa Austronesia dari Formosa Taiwan, yang melakukan perjalanan
panjang melalui Filipina dan terus ke Sulawesi. Banyak terdapat kemiripan bahasa
dari bahasa Minahasa dengan bahasa-bahasa di Formosa Taiwan.
Suku Minahasa awal mula

Suku Minahasa

Menurut pendapat Tandean, seorang ahli bahasa dan huruf Tionghoa Kuno, 1997,
melakukan penelitian pada Watu Pinawetengan. Melalui tulisan “Min Nan Tou” yang
terdapat di batu itu, ia mengungkapkan, tou Minahasa diperkirakan merupakan
keturunan Raja Ming yang berasal dari tanah Mongolia, yang datang berimigrasi ke
Minahasa. Arti dari Min Nan Tou adalah “orang turunan Raja Ming”. Tapi pendapat
tersebut dianggap lemah menurut David DS Lumoindong, karena kalau Minahasa
memang berasal dari keturunan Raja Ming, maka ilmu pengetahuan dan kebudayaan
Kerajaan Ming yang sudah pada taraf maju seharusnya terlihat pada Peninggalan
Arsitektur Minahasa ditahun 1200-1400, tetapi kenyataannya peninggalan atau
kebudayaan zaman Ming tidak ada satupun di Minahasa, jadi pendapat Tandean
lemah untuk digunakan sebagai dasar dalam penulisan Sejarah Asal Usul Suku
Minahasa. Sedangkan berdasarkan pendapat para ahli A.L.C Baekman dan M.B Van
Der Jack, orang Minahasa berasal dari ras Mongolscheplooi yang sama dengan
pertalian Jepang dan Mongol ialah memiki lipit Mongoloid dan kesamaan warna kulit,
yaitu kuning langsat. Persamaan dengan Mongol dalam sistem kepercayaan dapat
dilihat pada agama asli Minahasa Shamanisme sama seperti Mongol.
Dan juga dipimpin oleh walian (semacam pendeta/pemimpin agama) yang langsung
dimasuki oleh opo. Agama Shamanisme ini memang dipegang teguh secara turun
temurun oleh suku Mongol dan terlihat juga kemiripan dengan agama asli suku Dayak
di Kalimantan, dan Korea.

Berdasarkan pendapat para ahli diantaranya A.L.C Baekman dan M.B Van Der Jack
yaitu berasal dari ras Mongolscheplooi yang sama dengan pertalian Jepang dan
Mongol ialah memiki lipit Mongolia. Memang bangsa mongol terkenal dengan
dengan gaya hidup berperang dengan menguasai 1/2 dunia saat dipimpin oleh
Genghis Khan, dan bangsa Mongol menyebar tidak terkecuali pergi ke Manado.
Persamaan dengan Mongol dalam sistem kepercayaan dapat dilihat pada agama asli
Minahasa Shamanisme sama seperti Mongol. Dan juga dipimpin oleh Walian yang
langsung dimasuki oleh opo. Agama Shamanisme ini memang dipegang teguh secara
turun temurun oleh suku Mongol. Dapat dilihat juga di Kalimantan Dayak, dan Korea

Jadi orang Minahasa memang berasal dari keturunan ras Mongoloid, tetapi bukan
orang Mongol. Ras ini juga terdapat pada suku Dayak, Nias dan Mentawai. Ras
Mongoloid tersebut diperkirakan berasal dari Formosa Taiwan. Namun memang
orang Minahasa sudah tidak murni dari Mongol saja, namun sudah campuran
Spanyol, Portugis, dan Belanda yang diketahui keturunan Yahudi, namun lebih
dipengaruhi oleh Kristen. Sebenarnya aslinya Suku Minahasa dari Mongol yang
terkenal dengan kehebatan perang, dan Yahudi yang terkenal dengan kecerdasannya.
Memang Belanda sebagi Yahudi yang masuk ke Indonesia hanya mendirikan 1 tempat
ibadah di Indonesia silahkan lihat Sinagog di Tondano.

Seperti kita tahu Manado dalam prosesnya oleh Indonesia dibilang bangsa asing
karena sangat dimanja oleh Belanda dan Sekutu. Serta sangat berbeda dengan ciri
orang Indonesia pada umumnya.

Suku Minahasa terbagi atas sembilan subsuku yaitu: 1.Babontehu, 2.Bantik, 3.Pasan
Ratahan (Tounpakewa), 4.Ponosakan, 5.Tonsea, 6.Tontemboan, 7.Toulour,
8.Tonsawang, 9.Tombulu
Nama Minahasa mengandung suatu kesepakatan mulia dari para leluhur melalui
musyarawarah dengan ikrar bahwa segenap tou Minahasa dan keturunannya akan
selalu seia sekata dalam semangat budaya Sitou Timou Tumou Tou. Dengan kata lain
tou Minahasa akan tetap bersatu (maesa) dimanapun ia berada dengan dilandasi sifat
maesa-esaan (saling bersatu, seia sekata), maleo-leosan (saling mengasihi dan
menyayangi), magenang-genangan (saling mengingat), malinga-lingaan (saling
mendengar), masawang-sawangan (saling menolong) dan matombo-tomboloan (saling
menopang). Inilah landasan satu kesatuan tou Minahasa yang kesemuanya bersumber
dari nilai-nilai tradisi budaya asli Minahasa (Richard Leirissa, Manusia Minahasa,
1995).

Jadi walaupun orang Minahasa ada di mana saja pada akhirnya akan kembali dan
bersatu, waktu itu akan terjadi pada akhir jaman, yang tidak seorangpun yang tahu.
Seperti Opo Karema pernah kasih amanat “Keturunan kalian akan hidup terpisah oleh
gunung dan hutan rimba. Namun, akan tetap ada kemauan untuk bersatu dan berjaya.
Pada tahun masehi kira-kira awal abad 6, orang Minahasa telah membangun
Pemerintahan Kerajaan di Sulawesi Utara yang berkembang menjadi kerajaan besar.
Kerajaan ini memiliki pengaruh yang luas ke luar Sulawesi hingga ke Maluku. Pada
sekitar tahun 670, para pemimpin dari suku-suku yang berbeda, dengan bahasa-bahasa
yang berbeda, bertemu di sebuah batu yang dikenal sebagai Watu Pinawetengan. Di
sana mereka mendirikan sebuah komunitas negara merdeka, yang membentuk satu
unit dan tetap bersatu untuk melawan setiap musuh dari luar jika mereka diserang.
Bagian anak suku Minahasa yang mengembangkan pemerintahannya sehingga
memiliki pengaruh luas adalah anak suku Tonsea pada abad 13, yang pengaruhnya
sampai ke Bolaang Mongondow dan daerah lainnya. Kemudian keturunan campuran
anak suku Pasan Ponosakan dan Tombulu membangun pemerintahan kerajaan yang
terpisah dari ke empat suku lainnya di Minahasa.

Daerah Minahasa dari Sulawesi Utara diperkirakan telah pertama kali dihuni oleh
manusia dalam ribuan tahun SM an ketiga dan kedua. [6] orang Austronesia awalnya
dihuni China selatan sebelum pindah dan menjajah daerah di Taiwan, Filipina utara,
Filipina selatan, dan ke Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. [7]

Etimologi Suku Minahasa Dari Cerita Rakyat

Indonesia, Sulawesi Utara, Manado. Suku asli di sana adalah Minahasa, lalu dari
mana asalnya nenek moyang suku Minahasa? menurut cerita mitos, mitos adalah
cerita suci, sakral dan tidak sembarang di ceritakan. Nenek moyang suku Minahasa
adalah Dewi Bumi dan Dewa Matahari yang akhirnya melahirkan keturunan
Minahasa, cerita ini diceritakan dalam bahasa daerah dan yang mengetahui hanyalah
para Walian yang memang ditunjuk oleh Opo secara turun – temurun. Biasanya cerita
ini diceritakan secara umum pada saat upacara Rumages, menjadi cerita Toar
Lumimu’ut. Toar Dewa Matahari yang selalu menyinari Minahasa dan Lumimu’ut
Dewi Bumi yang memberikan kesuburan pada tanah Minahasa dan keturunan.
Berikut cerita singkat tentang Mitos Minahasa yang dapat saya ceritakan karena cerita
lebih lengkapnya memang hanya rahasia dan cuma di ceritakan secara turun temurun.
Karena jika diceritakan akan terjadi banyak pertanyaan yang akan susah dijelaskan
lebih lanjut misalnya Dewi Bumi ini pada bahasa asli Astoreth dalam Alkitab.
Sayapun hanya bisa menceritakan begini saja mengenai mitos.
Lalu darimana nenek moyang Minahasa pada awal mulanya? jika cerita berdasarkan
fakta?.Dari pendapat Tandean, seorang ahli bahasa dan huruf Cina Kuno, 1997 datang
meneliti di Watu Pinawetengan. Melalui tulisan “Min Nan Tou” yang terdapat di batu
itu, ia mengungkapkan, tou Minahasa merupakan turunan Raja Ming dari tanah
Mongolia yang datang berimigrasi ke Minahasa. Arti dari Min Nan Tou adalah “orang
turunan Raja Ming dari pulau itu. Namun aneh juga seperti diketahui Dinasti Ming
bukanlah orang Mongolia justru Dinasti Ming adalah yang mengganti Dinasti Yuan
yang dipimpin bangsa Mongol, oleh Kubilai Khan.
Berdasarkan pendapat para ahli diantaranya A.L.C Baekman dan M.B Van Der Jack
yaitu berasal dari ras Mongolscheplooi yang sama dengan pertalian Jepang dan
Mongol ialah memiki lipit Mongolia. Memang bangsa mongol terkenal dengan
dengan gaya hidup berperang dengan menguasai 1/2 dunia saat dipimpin oleh
Genghis Khan, dan bangsa Mongol menyebar tidak terkecuali pergi ke Manado.
Persamaan dengan Mongol dalam sistem kepercayaan dapat dilihat pada agama asli
Minahasa Shamanisme sama seperti Mongol. Dan juga dipimpin oleh Walian yang
langsung dimasuki oleh opo. Agama Shamanisme ini memang dipegang teguh secara
turun temurun oleh suku Mongol. Dapat dilihat juga di Kalimantan Dayak, dan Korea.
Namun memang orang Minahasa sudah tidak murni dari Mongol saja, namun sudah
campuran Spanyol, Portugis, dan Belanda yang diketahui keturunan Yahudi, namun
lebih dipengaruhi oleh Kristen. Sebenarnya aslinya Suku Minahasa dari Mongol yang
terkenal dengan kehebatan perang, dan Yahudi yang terkenal dengan kecerdasannya.
Memang Belanda sebagi Yahudi yang masuk ke Indonesia hanya mendirikan 1 tempat
ibadah di Indonesia silahkan lihat Sinagog di Tondano
Seperti kita tahu Manado dalam prosesnya oleh Indonesia dibilang bangsa asing
karena sangat dimanja oleh Belanda dan Sekutu. Serta sangat berbeda dengan ciri
orang Indonesia pada umumnya.

Nama Minahasa mengandung suatu kesepakatan mulia dari para leluhur melalui
musyarawarah dengan ikrar bahwa segenap tou Minahasa dan keturunannya akan
selalu seia sekata dalam semangat budaya Sitou Timou Tumou Tou. Dengan kata lain
tou Minahasa akan tetap bersatu (maesa) dimanapun ia berada dengan dilandasi sifat
maesa-esaan (saling bersatu, seia sekata), maleo-leosan (saling mengasihi dan
menyayangi), magenang-genangan (saling mengingat), malinga-lingaan (saling
mendengar), masawang-sawangan (saling menolong) dan matombo-tomboloan (saling
menopang). Inilah landasan satu kesatuan tou Minahasa yang kesemuanya bersumber
dari nilai-nilai tradisi budaya asli Minahasa (Richard Leirissa, Manusia Minahasa,
1995).

Jadi walaupun orang Minahasa ada di mana saja pada akhirnya akan kembali dan
bersatu, waktu itu akan terjadi pada akhir jaman, yang tidak seorangpun yang tau.
Seperti Opo Karema pernah kasih amanat “Keturunan kalian akan hidup terpisah oleh
gunung dan hutan rimba. Namun, akan tetap ada kemauan untuk bersatu dan berjaya.”

Penulis hanya memaparkan segala informasi dari sumber internet agar pembaca bisa
lebih muda mendapat Informasi.
KEPERCAYAAN SUKU MINAHASA
Mengenai kepercayaan masyarakat MINAHASA, sebelum Tahun 1702 (awal abat 17)
Penginjil dari Portugis Joseph Kamp Membawa Masuk Injil di Indonesia melalui Ambon,
ternate dan tiba di Tanah Minahasa. Joseph Kamp Masuk Ke Minahasa, Masyarakat
Minahasa sudah mempunyai kepercayaan yang masih Bersifat abstrak “Empung Wailan
Sima Lengkew Em Pekasa Kaoatan” (Allah Yang Menciptakan Segenap Alam). Selain
Percaya Kepada Allah Yang Menciptakan Segenap Alam, Mereka Juga Percaya Ilah-Ilah
Lain Yang Diyakini Dapat Membantu Kehidupan Manusia Saat Itu.
Namun, setelah masyarakat Minahasa mengenal dan mempelajari Injil dan agama
Kristen, banyak masyarakat Minahasa yg memeluk dan memegang kepercayaan Nasrani
sampai sekarang mayoritas di manado adalah yang beragama Kristen.
Berikut ini merupakan pengetahuan-pengetahuan masyarakat suku Minahasa yang
sudah ada dari zaman dulu dan Suku Minahasa sebagian besar masih mempercayai hal-
hal ini :
 Alam fauna; adanya kepercayaan terhadap tanda-tanda binatang seperti burung dan ular.
Ada dua macam burung yang menunjukkan berbagai tanda. Burung siang (waru endo,
kemekeke, totombara) dapat menunjukkan tanda adanya berita yang menyenangkan
(lowas, keeke rondor), tanda tidak mengganggu perasaan (keeke tenga wowos), tanda
tidak menyenangkan (mangalo/mangoro), dan tanda yang menakutkan atau beralamat
tidak baik (keke). Burung malam (wara wengi kembaluan) dapat bersuara merdu tanda
menyenangkan (manguni rendai), suara hampir merdu dan putus-putus tanda tidak
mengganggu perasaan (imbuang), suara parau tanda membimbangkan (paapian), dan
bunyi panjang serta keras (kiik) yang bertanda menakutkan jika terdengar dari arah
depan atau kanan pendengar. Di samping itu, ada juga tanda dari ular, misalnya ular
yang merayap dari barat ke timur dan ular yang mengangkat kepala. Tanda yang lainnya
ialah tanda dari empedu atau hati binatang yang disembelih (babi, ayam, sapi, dll) yang
dapat meramalkan masa depan.
 Alam flora; pengetahuan tentang alam flora dapat terlihat dari bermacam-macam bahan
makanan masyarakat Minahasa yang diperoleh dari tumbuh-tumbuhan. Banyak bahan-
bahan obat pula yang diperoleh dari berbagai jenis akar-akaran, dedaunan, kulit-kulit
kayu, buah-buahan, rerumputan dan umbi-umbian. Beberapa contoh di antaranya, obat
malaria dibuat dari sejenis akar yang disebut riis (tali pahit), goraka (jahe) sebagai obat
batuk, obat sakit perut dan penolak roh jahat, serta kucai (sejenis bumbu dapur) sebagai
obat demam bagi anak-anak.
 Tubuh manusia; pengetahuan tentang tubuh manusia dibagi ke dalam dua bagian yakni
yang menyangkut perbuatan dan yang menyangkut hal-hal yang terjadi dalam tubuh.
Pengetahuan itu lebih bersifat larangan-larangan bagi setiap orang yang melakukannya
karena akan menimbulkan akibat tersendiri. Contohnya:
 jangan memotong kuku pada malam hari, nanti kematian ibu atau salah satu anggota
keluarga lekas terjadi; maksud sebenarnya ialah bila memotong kuku di waktu malam
gampang mendapat luka.
 Jangan suka tidur tiarap, nanti akan ditangkap hantu; maksudnya ialah agar peredaran
darah tidak terganggu.
 Bila ada kematian di desa, dilarang ke ladang/sawah, jika tidak diindahkan akan mati
lemas; sebenarnya adat yang berlaku di Minahasa bila ada peristiwa kematian, setiap
orang wajib memberikan bantuan, yang berarti tidak seorangpun yang boleh keluar dari
desa.
 Mata kiri bergerak, artinya akan mendapat surat atau akan segera bertemu dengan
saudara yang berada jauh. Sebaliknya, mata kanan bergerak berarti akan mendapat
berita buruk atau akan menangis nanti.
 Telapak tangan kiri gatal artinya akan mendapat untung atau uang. Jika telapak tangan
kanan yang gatal, tanda akan mengeluarkan uang.
 Ada juga kepercayaan rakyat Minahasa tentang mimpi, antara lain: mimpi gigi copot,
alamat seorang dari keluarga dekat akan meninggal; mimpi mayat, artinya akan
mendapat rejeki; mimpi mendapat uang atau dipagut ular, artinya akan mendapat sakit.
 Pengetahuan tentang alam, misalnya bila awan di langit kelihatan berpetak-petak,
tandanya banyak ikan atau juga terjadi gempa bumi; bila kelihatan atau kedengaran
segerombolan lebah yang terbang dari arah utara menuju selatan, alamatnya akan terjadi
kemarau yang panjang, dan bila anjing-anjing membuang kotoran di jalanan umum,
alamat musim kemarau panjang telah mulai.
 Pengetahuan tentang waktu; masyarakat Minahasa tradisional mengetahui tentang waktu
dengan berpatokan pada matahari dan suara binatang. Misalnya, matahari mulai timbul
berarti jam 6 pagi; di atas kepala adalah pukul 12.00; matahari terbenam pukul 6 sore.
Ayam berkokok tengah malam adalah pukul 00.00; berkokok selanjutnya merupakan
tanda sudah hampir siang. Para petani di sawah mendengar suatu binatang
bernama konkoriang sebagai pertanda mereka harus segera pulang sebab waktu telah
menunjukkan pukul 17.00. Ada juga semacam alat yang terbuat dari dua botol yang diikat
sedemikian rupa, di mana pasir dipindahkan dari satu botol ke botol lain. Waktu selama
pasir berpindah (lima jam) digunakan sebagai waktu bekerja (biasanya dalam mapalus).

Sumber/Referensi:

 https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Minahasa

 Internet

 https://hardysaerang.wordpress.com/sejarah/sejarah-suku-minahasa/

 http://isbd-alv.blogspot.co.id/2014/03/kehidupan-sosial-dan-budaya-suku.html

https://www.kaskus.co.id/thread/52f5f5debecb1776118b48a2/semua-tentang-suku-
minahasa-manado/

Anda mungkin juga menyukai