OLEH:
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
LAPORAN PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Definisi Penyakit ....................................................................................... 1
B. Epidemiologi ............................................................................................. 1
C. Etiologi ...................................................................................................... 1
D. Tanda dan Gejala ...................................................................................... 2
E. Patofisiologi .............................................................................................. 3
F. Komplikasi ................................................................................................ 3
G. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................ 4
H. Clinical Pathway ....................................................................................... 6
I. Penatalaksanaan Medis ............................................................................. 7
J. Penatalaksanaan Keperawatan .................................................................. 7
J.1 Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul (PES) ............................ 7
J.2 Perencanaan/Nursing Care Plan .......................................................... 8
J.3 Evaluasi ............................................................................................... 11
H. Daftar Pustaka ........................................................................................... 13
1
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Defines Penyakit
Asmatikus adalah suatu serangan asma yang berat, berlangsung dalam
beberapa jam sampai beberapa hari, yang tidak memberikan perbaikan pada
pengobatan yang lazim. Status asmatikus adalah asma yang berat dan persisten
yang tidak berespons terhadap terapi konvensional dan tidak berespon
terhadap pengobatan awal standar dengan bronkodilator. Serangan dapat
berlangsung lebih dari 24 jam. Serangan akan bertambah berat yang refrakter
bila serangan 1 – 2 jam pemberian obat untuk serangan asma akut seperti
adrenalin subkutan, aminofilin intravena, atau antagonisβ2 tidak ada perbaikan
atau malah memburuk.
B. Epidemiologi
Asma merupakan salah satu penyakit kronis yang paling sering pada usia
anak-anak, sekitar 5-10% terjadi pada anak-anak dan menjadi penyebab
kepada sejumlah kurang lebih 400,000 rawat inap di rumah sakit tiap tahun.
Pada tahun 1997, National Heart, Lung, and Blood Institute of America
mendefinisikan asma sebagai penyakit inflamasi kronis pada salur pernafasan
yang melibatkan banyak jenis sel termasuk sel mast, eosinofil, dan limfosit T.
Pada status asmatikus lebih banyak terjadi pada permempuan. Dapat terjadi
pada setiap usia dan memiliki angka kematian yang lebih tinggi pada anak
yang masih sangat muda dan pada usia lanjut.
C. Etiologi
1. Factor ekstrinsik
Asma yang timbul karena reaksi hipersensitivitas yang disebabkan oleh
adanya IgE yang bereaksi terhadapa antigen yang terdapat di udara
(antigen – inhalasi), seperti debu, serbuk – serbuk dan bulu binatang.
2
2. Factor instrinsik
a. Infeksi
1. Virus yang menyebabkan adalah influenza virus, respiratory syncytial
virus (RSV)
2. Bakteri, misalnya pertusis dan streptokokkus
3. Jamur, misalnya aspergillus
3. Cuaca, perubahan tekanan udara, suhu udara, angin dan kelembaban
dihubungkan dengan percepatan.
4. Iritan bahan kimia, minyak wangi, asap rokok, polutan udara.
5. Emosional adanya rasa takut, cemas, dan tegang.
6. Aktifitas yang berlebihan misalnya olahraga lari.
E. Patofisiologi
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma
adalah spasme otot polos, edema dan inflamasi membran mukosa jalan udara,
dan eksudasi mucus intraliminal, sel-sel radang dan debris selular. Obstruksi
menyebabkan pertambahan resistensi jalan udara yang merendahkan volume
ekspresi paksa dan kecepatan aliran, penutupan prematur jalan udara,
hiperinflasi paru, bertambahnya kerja pernafasan, perubahan sifat elastik dan
frekuensi pernafasan. Walaupun jalan udara bersifat difus, obstruksi
menyebabkan perbedaaan satu bagian dengan bagian lain, ini berakibat perfusi
bagian paru tidak cukup mendapat ventilasi dan menyebabkan kelainan gas-
gas darah terutama penurunan pCO2 akibat hiperventilasi.
Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan dengan alergen
menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut, histamin
dilepaskan. Histamin menyebabkan konstriksi otot polos bronkiolus. Apabila
respon histamin berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik. Karena
histamin juga merangsang pembentukan mukkus dan meningkatkan
permiabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan
ruang iterstisium paru.
Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang
sensitif berlebihan terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu
mudah mengalami degranulasi. Di manapun letak hipersensitivitas respon
peradangan tersebut, hasil akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan
mukus, edema dan obstruksi aliran udara.
F. Komplikasi
1. Atelektasis
2. Hipoksemia
3. Pneumonia
4. Pneumothorax
5. Emfisema
6. Gagal nafas
4
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan sputum untuk melihat adanya :
1. Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari
kristal eosinopil.
2. Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan)
dari cabang bronkus.
3. Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
4. Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya
bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang
terdapat mucus plug.
b. Pemeriksaan darah
1. Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula
terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
2. Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
3. Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas
15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.
4. Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari
Ig E pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari
serangan.
2. Pemeriksaan diagnostic
1. Arus puncak ekspirasi (APE)
APE mudah diperiksa dengan alat yang sederhana, flowmeter dan
merupakan data yang objektif dalam menentukan derajat beratnya
penyakit. Dinyatakan dalam presentase dari nilai dungaan atau nilai
tertinggi yang pernah dicapai.Apabila kedua nilai itu tidak diketahui
dilihat nilai mutlak saat pemeriksaan.
2. Pemeriksaan foto thoraks
Pada serangan asma berat gambaran radiologis thoraks
memperlihatkan suatu hiperlusensi, pelebaran ruang interkostal dan
5
Antigen dan
antibody
berikatan
Mempengaruhi
otot polos dan
kelenjar jalan
napas
H. Clinical Pathways
FAKTOR PENYEBAB
bronkospasme
Permiabilitas
kapiler alveoli
Alkalosis
respiratorik
Hiperventilasi
alveoli
Obstruksi berat
saat respirasi
6
I. Penatalaksanaan Medis
1. Pemberian terapi O2 dilanjutkan
2. Bronkodilator
3. Agonis β2
4. Aminofilin
5. Kortikosteroid
6. Antikolonergik
7. Mukolitik dan ekspektorans
8. Antibiotic
J. Penatalaksanaan Keperawatan
J.1 Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul (PES)
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d bronkospasme yang ditandai dengan
sesak nafas dan kelainan suara nafas.
7
2. Gangguan pertukaran gas b.d edema ruang interstitium paru yang ditandai
dengan hipoksia dan somnolen.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d sesak
napas/dipsneu yang ditandai dengan penurunan nafsu makan.
8
J.3 Evaluasi
No Diagnosa Evaluasi
Keperawatan
1 Bersihan jalan napas S: pasien mengatakan, “hari saya merasa lebih mudah untuk bernafas, sesaknya berkurang
tidak efektif b.d O: Terlihat pasien benafas tanpa otot bantu pernafasan.
bronkospasme yang A: masalah teratasi sebagian
ditandai dengan sesak P: tindakan dilanjutkan
nafas dan kelainan
suara nafas.
2 Gangguan pertukaran S: Pasien mengatakan “sus, nafas saya sudah kembali normal”
gas b.d edema ruang O: RR pasien 18x/menit
interstitium paru yang
A: Masalah teratasi sebagian
ditandai dengan
P: Tindakan dilanjutkan
hipoksia dan somnolen.
3 Ketidakseimbangan S: Pasien mengatakan, “sus, saya menghabiskan jatah makan saya tadi pagi”
nutrisi kurang dari O: terlihat pada porsi makan pasien yang sudah habis
kebutuhan tubuh b.d
12
DAFTAR PUSTAKA