PENDAHULUAN
1
Pada umumnya hordeolum dapat sembuh sendiri dalam waktu 5-7 hari.
Namun tak jarang memerlukan pengobatan secara khusus, antibiotik topikal
maupun obat antibiotik sistemik. Jika tidak membaik perlu dilakukan insisi pada
daerah abses dengan fluktuasi terbesar. Hordeolum dapat dicegah dengan cara
mencuci tangan terlebih dahulu ketika hendak menyentuh mata atau kelopaknya.2,8
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Palpebra
Palpebra atau kelopak mata mempunyai lapisan kulit yang tipis pada
bagian depan sedangkan di bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang
disebut konjungtiva tarsal. Palpebra melindungi mata dari cedera dan cahaya
berlebihan dengan gerakan menutup. Palpebrae terbagi atas palpebra superior
dan palpebra inferior, keduanya bertemu pada canthus medialis dan canthus
lateralis. Pinggir bebas palpebra dinamakan rima palpebrarum. Palpebra
superior lebih besar dan lebih mudah bergerak daripada palpebra inferior, dan
kedua palpebra saling bertemu di angulus oculi medialis dan lateralis.2,9,10
3
Gambar 1. Anatomi Palpebra (Diambil dari : Snell R S. Anatomi Klinis
Berdasarkan Sistem. Indonesia; EGC: 2012. h.612-4) 10
B. Histologi Palpebra
Lapisan luar kelopak mata terdiri dari kulit tipis. Epidermis terdiri dari
epitel berlapis gepeng dengan papilla. Di dermis terdapat folikel rambut dengan
kelenjar sebasea dan kelenjar keringat.
4
Lamina propia konjungtiva palpebral yang tipis mengandung serat
elastik dan kolagen. Di bawah lamina propria adalah lempeng jaringan ikat
kolagenosa padat yang disebut tarsus, tempat ditemukannya kelenjar sebasea
khusus yang besar yaitu kelenjar tarsal (Meibomian) (glandula sebacea tarsalis).
Asini sekretorik kelenjar tarsal bermuara ke dalam duktus sentralis yang
berjalan sejajar dengan konjungtiva palpebral dan bermuara di tepi kelopak
mata.
Ujung bebas kelopak mata terdapat bulu mata (cilia palpebrae) yang
berasal dari folikel rambut panjang dan besar. Bulu mata berhubungan dengan
kelenjar sebasea kecil. Di antara folikel-folikel rambut bulu mata terdapat
kelenjar keringat (Moll) (glandula sudorifera palpebralis) besar.
Kelopak mata mengandung tiga jenis otot : bagian palpebral otot rangka
yaitu orbicularis okuli (musculus orbicularis oculi); otot rangka siliaris (Riolan)
(musculus ciliaris) di bagian folikel rambut, bulu mata, dan kelenjar tarsal; dan
otot polos yaitu otot tarsal superior (Muller) (musculus tarsalis superior) di
kelopak mata atas.
5
Gambar 2. Histologi Palpebra (Diambil dari : Eroschenko V P. Atlas Histologi
DiFiore dengan korelasi fungsional. Edisi 11. Indonesia; EGC:
2012. h. 507).12
C. Hordeolum
1. Definisi
6
Gambar 3. Hordeolum Interna Palpebra Superior Kiri (Diambil dari : Vaughan
D G. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Cetakan kesatu. Widya Medika.
Jakarta : 2007).7
2. Epidemiologi
4. Patogenesis
7
Meibom yang terletak di dalam tarsus. Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini
memberikan reaksi pada tarsus dan jaringan sekitarnya. Kedua tipe
hordeolum dapat timbul dari komplikasi blefaritis.13
5. Manifestasi Klinis
6. Diagnosis Banding
Diagnosis banding hordeolum ialah kalazion (pada palpasi terasa
lebih lunak) dan inflamasi dari kelenjar lakrimal (jarang terjadi dan terasa
lebih sakit).6 Diagnosis banding lainnya ialah selulitis preseptal,
konjungtivitis adenovirus, dan granuloma pyogenik.2,6
7. Tatalaksana
8
dengan obat antibiotika oral (diminum). Urutan penatalaksanaan
hordeolum adalah sebagai berikut :
9
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama :M
Umur : 9 tahun
Pekerjaan : Siswi
Alamat : Warembungan
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Terdapat benjolan di kelopak mata kanan atas yang muncul sejak 3 hari
yang lalu. Nyeri pada benjolan tersebut mulai dirasakan pasien sejak 3 jam
lalu. Keluhan gatal, berair, silau, penglihatan kabur, riwayat demam, sakit
kepala, mual, muntah, pilek, serta batuk disangkal. Riwayat trauma dan
kontak dengan penderita sakit mata sebelumnya juga disangkal.
10
4. Riwayat penyakit dahulu
Pasien pernah mengalami keluhan seperti ini kurang lebih 2 bulan yang lalu
pada kelopak mata kanan atas. Keluhan mereda setelah dikompres air
hangat dan pemberian salep mata yang diresepkan dokter.
6. Riwayat kebiasaan
C. Pemeriksaan Fisik
Pernafasan : 24 x/menit
Suhu : 36,6oC
2. Status Oftalmikus
Segmen Anterior
Visus 6/6 6/6
Tekanan Intra Okuli N/palpasi N/palpasi
Inspeksi
11
Palpebra Hiperemi (+), Sekret (-), Hiperemi (-), Sekret (-)
Massa (+) berupa Massa(-)
benjolan pada palpebral
superior di daerah
konjungtiva tarsal dengan
diameter 1 cm x 1,5 cm.
Konjungtiva Injeksi konjungtiva (-) Injeksi konjungtiva (-)
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (-)
Sklera Normal, injeksi (-) Normal, injeksi (-)
Kornea Jernih, infiltrat (-) Jernih, infiltrat (-)
COA Cukup dalam Cukup dalam
Pupil RAPD (-), Bulat, Refleks RAPD (-), Bulat, Refleks
cahaya (+) diameter pupil cahaya (+) diameter pupil 3
3 mm mm
Iris Normal, sinekia (-) Normal, sinekia (-)
Lensa Jernih Jernih
Palpasi
Palpebra superior Benjolan (+) 1 cm x 1,5 Dalam batas normal
cm ke arah konjungtiva
tarsal, nyeri tekan (+)
Palpebra inferior Dalam batas normal Dalam batas normal
Segmen Posterior
Refeks Fundus (+) Uniform (+) Uniform
Retina Perdarahan (-), Perdarahan (-), Kalsifikasi (-
Kalsifikasi (-) )
Papil Bulat, batas tegas, warna Bulat, batas tegas, warna
vital, CDR 0,3 vital, CDR 0,3
Makula Refleks fovea (+) normal Refleks fovea (+) normal
12
D. Resume
13
E. Diagnosis
OS : Emetropia
F. Diagnosis Banding
Hordeolum eksterna
Kalazion
G. Tatalaksana
1. Medikamentosa
Ofloxacin 3 mg ED 4 x 1 gtt OD
Chloramphenicol 1 % EO app 3 x 1 OD
2. Non-Medikamentosa
Menjaga hygine
H. Komplikasi
Konjungtivitis
Keratitis
Selulitis
14
I. Prognosis
Ad Vitam : Bonam
Ad Functionam : Bonam
15
BAB IV
PEMBAHASAN
16
kontrol ke poliklinik mata untuk memantau perkembangan penyakit dan
keberhasilan terapi.
17
BAB V
PENUTUP
18
DAFTAR PUSTAKA
19