Judul Paper Bachtiar
Judul Paper Bachtiar
PENDAHULUAN
perhatian yang sangat serius. Ini terlihat dari apabila dilihat jumlah kasus
Juni 2012, kasus HIV / AIDS tersebar di 378 (76%) dari 498
dilakukan oleh Menkes dari tahun 1987-Juni 2012 kasus AIDS terbanyak
dilaporkan dari DKI Jakarta (5.118 kasus), Papua (4865 kasus), Jawa timur
(4664 kasus), Jawa Barat (4043 kasus), Bali (2775 kasus), Jawa Tengah
kasus), Riau (731 kasus), DIY (712 kasus). Tetapi, angka kematian AIDS
menurun dari 3,7% pada tahun 2010 menjadi 0.2% pada tahun 2012.
1
Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) disebabkan oleh
Lentivirus
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tahun-tahun pertama setelah terinfeksi tidak ada gejala atau tanda infeksi,
gejala yang mirip gejala flu selama beberapa minggu. Penyakit ini disebut
3
sebagai infeksi HIV primer atau akut. Selain itu tidak ada tanda infeksi
HIV. Tetapi, virus tetap ada di tubuh dan dapat menular pada orang lain.5
menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama
degenerasi susunan saraf pusat. Virus HIV menginfeksi berbagai jenis sel
sistem imun termasuk sel T CD4+, makrofag dan sel dendritik. Tingkat
biakan virus HIV dalam tubuh makhluk hidup. Sindrom AIDS timbul
CD4 pada sel darah putih yang banyak dirusakoleh Virus HIV. 7 Pada tahun
4
orang HIV positif dengan jumlah CD4+ di bawah 200 per μL darah atau
yang memerlukan perhatian yang sangat serius. Ini terlihat dari apabila
ditemukan (1987) sampai dengan Juni 2012, kasus HIV / AIDS tersebar di
Namun, saat ini sudah diwaspadai telah terjadi penularan HIV yang
Indonesia yang dilakukan oleh Menkes dari tahun 1987-Juni 2012 kasus
AIDS terbanyak dilaporkan dari DKI Jakarta (5.118 kasus), Papua (4865
kasus), Jawa timur (4664 kasus), Jawa Barat (4043 kasus), Bali (2775
Sulawesi Selatan (999 kasus), Riau (731 kasus), DIY (712 kasus). Tetapi,
angka kematian AIDS menurun dari 3,7% pada tahun 2010 menjadi 0.2%
5
kelompok umur 30-39 tahun (30,8%), kelompok umur 40-49 tahun
(11,6%) , kelompok umur 15-19 tahun (4,1%) dan umur 50-59 tahun
menggunakan kondom
anal.
cairan vagina dan air susu ibu. Sedangkan cairan yang tidak berpotensi
6
untuk menularkan virus HIV adalah cairan keringat, air liur, air mata
dari protein p17. Setelah itu terdapat inti HIV yang dibentuk oleh protein
p24. Didalam inti terdapat komponen penting berupa dua buah rantai RNA
spesifik CD4 dari sel Host. Molekul RNA dikelilingi oleh kapsid berlapis
salinan Deoxyribo Nucleic Acid (DNA) dari RNA yang ada di dalam virus.
halnya virus yang lain, HIV hanya dapat bereplikasi di dalam sel induk. Di
membuat salinan RNA, yang diperlukan untuk replikasi HIV yakni antara
7
lain: reverse transcriptase, integrase, dan protease. RNA diliputi oleh
kapsul berbentuk kerucut terdiri atas sekitar 2000 kopi p24 protein virus.
Dikenal dua tipe HIV yaitu HIV -1 yang ditemukan pada tahun 1983 13 dan
HIV-2 yang ditemukan pada tahun 1986 pada pasien AIDS di Afrika
Afrika Barat dan beberapa negara Eropa yang mempunyai hubungan erat
mempunyai perbedaan struktur genom. HIV-1 punya gen vpu tapi tidak
penyakit infeksi HIV ke AIDS. Sel T yang terinfeksi tidak akan berfungsi
lagi dan akhirnya mati. Infeksi HIV ditandai dengan adanya penurunan
8
dapat dipantau dengan mengukur jumlah virus dalam serum pasien dan
menghitung jumlah sel T CD4+ dalam darah tepi. Bergantung pada lokasi
masuknya virus ke dalam tubuh, sel T CD4+ dan monosit dalam darah
atau sel T CD4+ dan makrofag dalam jaringan mukosa merupakan sel – sel
dalam penyebaran awal HIV dalam jaringan limfoid, karena fungsi normal
sel dendritik adalah menangkap antigen dalam epitel lalu masuk ke dalam
kelenjar getah bening. Setelah berada dalam kelenjar getah bening, sel
dendritik meneruskan virus kepada sel T melalui kontak antar sel. Dalam
beberapa hari saja jumlah virus dalam kelenjar berlipat ganda dan
mengakibatkan viremia. Pada saat itu, jumlah partikel HIV dalam darah
Infeksi akut awal ditandai oleh infeksi sel T CD4+ memori (yang
infeksi akut, berlangsunglah fase kedua dimana kelenjar getah bening dan
limfa merupakan tempat replikasi virus dan destruksi jaringan secara terus
menerus. Oleh karena itu, jumlah virus menjadi sangat banyak dan jumlah
9
gatal – gatal. Selama periode ini sistem imun dapat mengendalikan
sebagian besar infeksi, karena itu fase ini disebut fase laten.19
Pada fase laten atau pada fase yang kedua ini merupakan infeksi
menunjukkan gejala atau simptom untuk beberapa tahun yang akan datang.
Di fase ini juga hanya sedikit virus yang diproduksi dan sebagian besar sel
jaringan limfoid adalah 90% dari jumlah sel T diseluruh tubuh. Pada
awalnya sel T dalam darah perifer yang rusak oleh virus HIV dengan cepat
diganti oleh sel baru tetapi destruksi sel oleh virus HIV yang terus
bereplikasi dan menginfeksi sel baru selama masa laten akan menurunkan
disebut AIDS, pada saat mana destruksi sel T dalam jaringan limfoid
perifer lengkap dan jumlah sel T dalam darah tepi menurun hingga
10
infeksi dan menunjukkan respon imun yang infektif terhadap virus
onkogenik.20
Selain tiga fase tersebut ada masa jendela yaitu periode di mana
virus sudah ada dalam darah pasien dengan jumlah yang cukup banyak.
karena pada perode jendela ini pasien sudah mampu dan potensial
dapat dipantau dengan mengukur jumlah virus dalam serum pasien dan
menghitung jumlah sel T CD4+ dalam darah tepi. Bergantung pada lokasi
masuknya virus ke dalam tubuh, sel T CD4+ dan monosit dalam darah atau
sel T CD4+ dan makrofag dalam jaringan mukosa merupakan sel – sel
dalam penyebaran awal HIV dalam jaringan limfoid, karena fungsi normal
sel dendritik adalah menangkap antigen dalam epitel lalu masuk ke dalam
kelenjar getah bening. Setelah berada dalam kelenjar getah bening, sel
dendritik meneruskan virus kepada sel T melalui kontak antar sel. Dalam
beberapa hari saja jumlah virus dalam kelenjar berlipat ganda dan
mengakibatkan viremia. Pada saat itu, jumlah partikel HIV dalam darah
11
makrofag dalam jaringan linfoid perifer. Sistem imun spesifik kemudian
Infeksi akut awal ditandai oleh infeksi sel T CD4+ memori (yang
infeksi akut, berlangsunglah fase kedua dimana kelenjar getah bening dan
limfa merupakan tempat replikasi virus dan destruksi jaringan secara terus
menerus. Oleh karena itu, jumlah virus menjadi sangat banyak dan jumlah
sebagian besar infeksi, karena itu fase ini disebut fase laten.19
Pada fase laten atau pada fase yang kedua ini merupakan infeksi
menunjukkan gejala atau simptom untuk beberapa tahun yang akan datang.
Di fase ini juga hanya sedikit virus yang diproduksi dan sebagian besar sel
jaringan limfoid adalah 90% dari jumlah sel T diseluruh tubuh. Pada
awalnya sel T dalam darah perifer yang rusak oleh virus HIV dengan cepat
diganti oleh sel baru tetapi destruksi sel oleh virus HIV yang terus
12
bereplikasi dan menginfeksi sel baru selama masa laten akan menurunkan
disebut AIDS, pada saat mana destruksi sel T dalam jaringan limfoid
perifer lengkap dan jumlah sel T dalam darah tepi menurun hingga
onkogenik.20
Selain tiga fase tersebut ada masa jendela yaitu periode di mana
virus sudah ada dalam darah pasien dengan jumlah yang cukup banyak.
karena pada perode jendela ini pasien sudah mampu dan potensial
13
Sindroma HIV akut adalah istilah untuk tahap awal infeksi HIV.
Berat badan turun >10% dalam 1 bulan Batuk menetap >1 bulan
Diare kronik >1 bulan
Dermatitis generalisata
dan berulang
Penurunan kesadaran Kandidiasi orofaringeal
Demensia / HIV ensefalopati Herpes simpleks kronis progresif
Limfadenopati generalisata
kelamin wanita
fungsi hati, pemeriksaan fungsi ginjal : Ureum dan Creatinin, analisa urin,
14
pemeriksaan feses lengkap. Pemeriksaan Penunjang adalah tes antibodi
Gejala dan tanda klinis yang patut diduga infeksi HIV menurut
1. Keadaan umum :
satu bulan.
- Limfadenopati meluas
2. Kulit :
3. Infeksi
15
- Infeksi Jamur : Kandidiasis oral, dermatitis seboroik,
kondiloma.
Gejala neurologis : nyeri kepala yang makin parah (terus menerus dan
kognitif.
BAB III
KESIMPULAN
16
3.1 Kesimpulam
HIV merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus
(HIV) merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan
tubuh manusia (terutama CD4 positif T-sel dan makrofag–
komponenkomponen utama sistem kekebalan sel), dan menghancurkan
atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya
penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus, yang akan
mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh. Masalah HIV dan AIDS adalah
masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan perhatian yang sangat
serius. Ini terlihat dari apabila dilihat jumlah kasus AIDS yang dilaporkan
setiap tahunnya sangat meningkat secara signifikan. Menurut Menkes,
sejak pertama kali ditemukan (1987) sampai dengan Juni 2012.
DAFTAR PUSTAKA
17
1. WHO. HIV/AIDS. Available from : http://www.who.int/topics/hiv_ aids/en/.
2. UNAIDS. UNAIDS World AIDS Day Report 2011. Geneva (Swizerland); 2011.
13. Brooks, GF, Butell JS, Morse SA. “AIDS dan Lentivirus”. In: Buku Ajar
Mikrobiologi Kedokteran Jawetz, Melnick, & Adelberg Edisi 23. Editor: Elferia RN,
Ramadhani D, Karolina S, Indriyani F, Rianti SSP, Yulia P. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. 2007; p. 617.
4. Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. Info HIV dan AIDS. Jakarta; 2010.
6. Djoerban Z, Djauzi S. “HIV/AIDS di Indonesia”. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Edisi V. Editor: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Jakarta:
Pusat Penerbitan IPD FKUI. 2009; p. 2861.
8. WHO. WHO case definitions of HIV for surveilance and revised clinical
stagging and immunological classification of HIV related disease in adult and children.
Geneva (Switzerland); 2007.
9. Nasronudin. HIV/AIDS. In: Penyakit infeksi di Indonesia solusi kini dan mendatang.
Editor: Hadi U, Vitanata, Erwin AT, Suharto, Bramantono, Soewandojo E. Surabaya:
Airlangga University Press. 2007; p. 15 – 7. 69
10. Dewi RS. Angka harapan hidup sebagai indikator derajat kesehatan di Indonesia.
Surabaya (Indonesia): Universitas Airlangga; 2010. (Tesis).
11. Adetunji J. Trends in under-5 mortality rates and the HIV/AIDS epidemic. Bulletin
World Health Organitation; 2000.
12. KM Harisson. Life Expectancy Still Shorter for People With HIV; 2009.
18
13. JW Mellors, A Munoz, JV Giorgi, JB Margolick, CJ Tassoni, P Gupta et al. Plasma
viral load and CD4+ lymphocytes as prognostic markers of HIV-1 infection. Ann Intern
Med. 1997; 126(12):946-54.
14. R Baker. HIV viral load supercedes CD4 count as best marker for predicting risk of
AIDS and death. BETA.1996; 9-11. (Abstrak).
15. Wainberg MA, Zaharatos GJ, Brenner BG. Development of Antiretroviral Drug
Resistance. N Engl J Med. 2011; 365:637-46.
17. Sterling TR, Vlahov D, Astemborski J, Hoover DR, Margolick JB, Quinn TC. Initial
Plasma HIV-1 RNA Level and Progression To AIDS in Women And Men. N Engl J Med.
2001; 344(10):720-5.
19. Nguyen N, Holodny M. HIV infection in ederly. Clin Interv Aging. 2008; 3(3): 453
72. 70
20. Chen NE, Gallant JE, Page KR. A systematic review of HIV/AIDS
survival and delayed diagnosis among hispanics in the United States. Journal of
Immigrant and Minority Health. 2012; 14(1):65-81. (Abstrak).
21. Losina E, Schackman BR, Sadownik SN, Gebo KA, Walensky RP, Chiosi JJ,
Weinstein MC et al. Racial and gender disparities in life expectancy losses among HIV-
infected persons in the United States. Clin Infect Dis. 2009; 49(10):1570-8.
22. Swindells S, Cobos DG, Lee N, Lien EA, Fitzgerald AP, Pauls JS et al. Racial/ethnic
differences in CD4 T cell count and viral load at presentation for medical care and in
follow-up after HIV-1 infection. Journal of The International AIDS Society. 2002;
16(13):1832–4.
19