Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOTEKNOLOGI PERTANIAN
“Preparasi Medium MS dan ZPT (2,4-D dan BAP)”

Disusun Oleh :

NAMA : I MADE ADI SAPUTRA


NIM : D1B116213
KELAS : AGT-A
KELOMPOK : IV (EMPAT)

LABORATORIUM AGROTEKNOLOGI

UNIT IN VITRO

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

2018
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur

jaringan. Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman dengan

metode kultur jaringan secara umum sangat tergantung pada jenis media. Media

tumbuh pada kultur jaringan sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan

perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkannya. Berbagai komposisi media

kultur telah diformulasikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan

perkembangan tanaman yang dikulturkan. Media kultur fisiknya dapat berbentuk

padat atau cair. Media berbentuk padat menggunakan pemadat media seperti

agar. Media kultur yang memenuhi syarat adalah yang mengandung nutrient

makro dan mikro dalam kadar dan perbandingan tertentu, sumber energi

(sukrosa), serta mengandung berbagai macam vitamin dan ZPT.

Media biakan terdiri dari garam organik, sumber energi (karbon), vitamin

dan zat pengatur tumbuh (ZPT). Zat pengatur tumbuh adalah salah satu usaha

dalam memacu pertumbuhan tanaman sehingga akan diperoleh peningkatkan hasil

tanaman. Telah diketahui bahwa auksin, karbohidrat dan nitrogen yang dikandung

dalam bahan tanaman merupakan bahan baku yang memungkinkan terbentuknya

akar, selain itu dapat pula ditambahkan komponen lain seperti senyawa organik

dan senyawa kompleks lainnya. Media merupakan faktor penentu dalam

perbanyakan dengankultur jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung

dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media kultur yang baik seharusnya

menyediakan unsur hara baik makro maupun mikro, sumber vitamin dan asam
amino, sumber karbohidrat, zat pengatur tumbuh, senyawa organik sebagai

tambahan seperti air kelapa, ekstrak buah dll, bahan pemadat agar-agar dan gelrite

dan juga menyediakan arang aktif untuk kasus tertentu untuk tanaman.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlu diadakan praktikum mengenai cara

pembuatan medisa MS dan ZPT dalam kultur jaringan.

1.2. Tujuan

Mahasiswa dapat mengetahui komponen penyusun dengan fungsinya

masing-masing dalam media kultur jaringan dan mahasiswa mengetahui serta

dapat mempraktekan cara membuat larutan MS dan ZPT yang akan dipergunakan

dalam membuat media kultur jaringan sesuai komposisi medium yang diinginkan.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur

jaringan. Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman dengan

metode kultur jaringan secara umum sangat tergantung pada jenis media. Media

tumbuh pada kultur jaringan sangat besar pengaruhnya terhadap partumbuhan dan

perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkannya (Tuhuteru et al, 2010).

Media Murashige & Skoog (MS) merupakan perbaikan komposisi media

Skoog, terutama kebutuhan garam anorganik yang mendukung pertumbuhan

optimum pada kultur jaringan tembakau. Media MS mengandung 40 mM N dalam

bentuk NO3 dan 29 mM N dalam bentuk NH4+. Kandungan N ini, lima kali lebih

tinggi dari N total yang terdapat pada media Miller, 15 kali lebih tinggi dari media

tembakau Hildebrant, dan 19 kali lebih tinggi dari media White. Kalium juga

ditingkatkan sampai 20 mM, sedangkan P, 1.25 mM. Unsur makro lainnya

konsentrasinya dinaikkan sedikit. Pertama kali unsur-unsur makro dalam media

MS dibuat untuk kultur kalus tembakau, tetapi komposisi MS ini sudah umum

digunakan untuk kultur jaringan jenis tanaman lain (Erwin, 2009).

Unsur-unsur yang dibutuhkan pada media kultur jaringan antara lain

seperti unsur mikro, unsur makro, gula, vitamin, zat pengatur tumbuh, dan agar-

agar. Unsu rmakronutrien terdiri dari N, P, K, S, Ca, dan Mg sedangkan unsur

mikronutrieterdiri atas Co, Mn, Fe, Cu, Zn, B dan Mo. Media yang digunakan

adalah media MS Murashige and Skoog (Hemawan et, al, 2016).

Sitokinin berperan dalam mendorong pembelahan sel atau jaringan yang

digunakan sebagai eksplan dan merangsang perkembangan pucuk-pucuk tunas.


Dalam perbanyakan in vitro, sitokinin digunakan untuk mengatasi dormansi

apikal dan mempertinggi percabangan tunas lateral dari ketiak daun. BAP

merupakan salah satu sitokinin yang sering digunakan dalam penelitian kultur

jaringan (Kartaji dan Buchory, 2008).

Zat pengatur tumbuh adalah salah satu usaha dalam memacu pertumbuhan

tanaman sehingga akan diperoleh peningkatkan hasil tanaman. Telah diketahui

bahwa auksin, karbohidrat dan nitrogen yang dikandung dalam bahan tanaman

merupakan bahan baku yang memungkinkan terbentuknya akar (Djamhari, 2010).

Zat pengatur tumbuh yang sering digunakan untuk menginduksi

pertumbuhan pada teknik mikropropagasi adalah kombinasi golongan auksin dan

sitokinin dimana pada penelitian ini jenis yang digunakan adalah NAA

yang dikombinasikan dengan BAP (Paramartha, 2012).

Kombinasi penggunaan zat pengatur tumbuh (ZPT) auksin dan

sitokinin mempengaruhi pertumbuhan eksplan. Jika rasio sitokinin dan

auksin relatif seimbang maka eksplan akan membentuk massa sel yang bersifat

meristematik dan terus melakukan pertumbuhan. Hormon adalah bahan organik

yang disintesa pada jaringan tanaman. Hormon diperlukan dalam konsentrasi

rendah untuk mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Banyak

molekul sintetis organik yang telah dikenal memiliki aktivitas serupa hormon.

Senyawa sintetis dan hormon yang secara alami ada, dikenal dengan sebutan zat

pengatur tumbuh (Heddy, 2014).

Pertumbuhan tanaman in vitro sebagian besar dipengaruhi oleh komposisi

media kultur. Komponen media yang utama dalam kultur jaringan tanaman yaitu
garam, mineral dan gula sebagai sumber karbon dan air. Komponen lain

merupakan tambahan organik, pengatur pertumbuhan, gell agar. Terdapat 13

komposisi media dalam kultur jaringan antara lain Murashige dan Skoog (MS),

Linsmaier dan Skoog (LS), Woody Plant Medium (WPM), Knop, Knudson-C,

Anderson dan lain-lain. Meskipun beberapa jumlah komposisi dirubah untuk

langkah-langkah kultur jaringan dan spesies tanaman berbeda, media MS

(Murashige dan Skoog, 1962) dan LS (Linsmaier dan Skoog, 1965) paling banyak

digunakan dalam kultur jaringan tanaman (Nugroho dan Sugianto, 2014).

Media kultur yang biasa digunakan adalah media dengan formulasi

Murashige and Skoog (MS). Media MS merupakan media dasar yang mempunyai

formulasi yang sangat lengkap. Komposisi media MS ini pada umumnya dapat

digunakan pada hampir semua jenis tanaman (Wattimena, 2010).


DAFTAR PUSTAKA

Djamhari, S. 2010. Memecah Dormansi Rimpang Temulawak (Curcuma


xanthorrhiza Roxb) Menggunakan Larutan Atonik dan Stimulasi
Perakaran dengan Aplikasi Auksin. Jurnal Sains dan Teknologi
Indonesia. 12(1): 66-70.

Erwin. 2009. Mikrobiologi Farmasi Dasar. Universitas Hasanuddin, Makassar.

Heddy, T. 2008. Bioteknologi Pertanian. UGM Press. Yogyakarta.


Hermawan, T dan Na’iem 2016. Pengaruh Jenis Media dan Konsentrasi Zat
Pengatur Tumbuh Terhadap Perakaran pada Kultur Jaringan Cendana
(Santalum album Linn.). Jurnal Agrosai. 19(2): 103-109.
Karjadi, A.K. dan Buchory A. 2008. Pengaruh Auksin dan Sitokinin terhadap
Pertumbuhan dan Perkembangan Jaringan Meristem Kentang Kultivar
Granola. J. Hort. 18(4):380-384.
Nugroho, A., dan H. Sugianto. 2014. Keanekaragaman Jenis Mikroorganisme
Sumber Kontaminasi Kultur In vitro di Sub-Lab. Jurnal Biodiversitas.
2(1): 110-114.
Pramartika. 2012. Pesona Sansevieria. Agromedia Pustaka. Jakarta
Tuhuteru, S., Hehanussa, M. L. dan Raharjo, S. H. T. 2010. Pertumbuhan dan
Perkembangan Anggrek Dendrobium anosmum pada Media Kultur In-
Vitro dengan Beberapa Konsentrasi Air Kelapa. Jurnal Agrologia. 1(1):
1-12.
Wattimena, G. A. 2010. Kultur Jaringan : Teknik Perbanyakan Tanaman Secara
Modern. Penerbit Swadaya, Jakarta.
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 02 Oktober 2018 pukul

10:00 WITA - selesai. Bertempat di Laboratorium Agroteknologi Unit In Vitro

Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu 10 buah botol kultur, botol

semprot, pipet mikro, timbangan analitik, spatula, magnetik stirrer, hot plate dan

kamera.

Bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu aquadest, bayclin, gula,

agar, medium MS, karet, aluminium foil, 2,4-D dan BAP, plastik, alkohol 70 %

dan alat tulis menulis.

3.3. Prosedur Kerja

Pelaksanaan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Menyediakan alat dan bahan.

2. Mensterilkan botol kultur karet gelang dan plastik tutup menggunakan bayclin

dan handsprayer.

3. Menyiapkan erlenmeyer 250 ml yang telah diisi dengan 200 ml aquadest.

4. Menimbang gula 7,5 gram dan agar 1,75 gram.

5. Memasukkan gula dan agar kedalam erlenmeyer.

6. Memasukkan magnetik stirrer ke dalam erlenmeyer kemudian di kocok

dengan pelan.
7. Mengambil larutan bayclin 250 ml/500 ml sebanyak 250 µl, larutan 2,4-D 250

ml/500 ml sebanyak 250 µl dan larutan BAP 250 ml/500 ml sebanyak 250 µl.

Kemudian memasukkan ke dalam erlenmeyer.

8. Menambahkan aquadest sampai volume 250 ml, kocok dan dipanaskan

dengan hot plate sampai mendidih.

9. Memasukkan medium secukupnya yang sudah dibuat ke dalam botol kultur

yang sudah di sterilkan dan dikeringkan.

10. Menunggu larutan sampai dingin kemudian ditutup dengan plastik lalu diikat

dengan karet gelang. Kemudian dimasukkan di dalam ruang inkubasi dan

disimpan di rak kultur yang sebelumnya telah di semprot dengan alkohol 70%.

11. Melakukan pengamatan selama 3 hari yaitu rabu, kamis dan jum’at.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Hasil pengamatan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel Hasil Kecepatan Kontaminasi terhadap Medium (HSI)

No Perlakuan Hari Ulangan Waktu Gambar


Ke- Kontaminasi
1.

MS+0,5 3
1
BAP

5
2.

MS+0,5
2
BAP 3

3.

2
MS+0,5 3 3
BAP

4.2. Pembahasan

Media MS (Murashige And Skoog) merupakan jenis media yang

digunakan untuk perbanyakan tanaman. Setiap jenis tanaman yang ditanam atau

dibiakkan dengan menggunakan jenis media MS mempunyai komposisiyang

sedikit berbeda yaitu pada penggunaan bahan hormon tumbuh. Media yang

digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormone.Selain itu,

diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur

tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun

jumlahnya tergantung dengan tujuan dari percobaan yang dilakukan. Media yang

sudah jadi ditempatkan pada botol kultur dan media yang digunakan juga harus

steril dengan cara memanaskannya dengan autoklaf.


Zat pengatur tumbuh adalah salah satu usaha dalam memacu pertumbuhan

tanaman sehingga akan diperoleh peningkatkan hasil tanaman. Telah diketahui

bahwa auksin, karbohidrat dan nitrogen yang dikandung dalam bahan tanaman

merupakan bahan baku yang memungkinkan terbentuknya akar. Zat pengatur

tumbuh yang diberikan dalam media MS adalah auksin (IAA) dan sitokinin

(kinetin). Kedua hormone ini mempengaruhi pertumbuhan akar, tunas, dan kalus

berdasarkan keseimbangan konsentrasi dari kedua ZPT tersebut yang terkandung

pada media. Pada konsentrasi yang hamper tepat sama antara auksin dan sitokinin

lebih besar dari auksin akan menginduksi tunas, sedangkan konsentrasi auksin

lebih besar dari sitokinin akan menginduksi perakaran yang lebih cepat .

Komposisi media yang digunakan dalam kultur jaringan dapat berbeda

jenis dan konsentrasinya. Perbedaan komposisi media dapat mengakibatkan

perbedaan pertumbuhan dan perkembangan eksplan yang ditumbuhkan secara

invitro. Media Murashige dan Skoog (MS) yang sering digunakan karena cukup

memenuhi unsur hara makro, mikro dan vitamin untuk pertumbuhan tanaman.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa

dengan adanya perlakuan pemberian konsentrasi zat pengatur tumbuh 2,4-D dan

BAP yang diberikan pada media MS memberikan pengaruh pada pertumbuhan

kalus tanaman atau tanpa ada kontaminasi pada pengamatan hari pertama, kedua

dan ketiga yang diberi label dengan tulisan “MS + 0,5 B / 0,3 D”.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan dapat diperoleh

kesimpulan Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur

jaringan. Pembuatan media dilakukan dengan mencampur larutan bayclin, larutan

2,4-D, larutan BAP 250 serta agar dan gula dengan cara dididihkan kemudian

disterilisasi dan disimpan dalam botol kultur. Keberhasilan perbanyakan dan

perkembangbiakan tanaman dengan metode kultur jaringan secara umum sangat

tergantung pada jenis media. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan

selama 3 hari berturut-turut dalam pemberian konsentrasi zat pengatur tumbuh

2,4-D dan BAP yang diberikan pada media MS memberikan pengaruh pada

pertumbuhan kalus tanaman atau tanpa ada kontaminasi.

5.2. Saran

Saran saya yaitu agar asisten pembimbing jangan pernah jenuh dalam

membimbing dan praktikan harus lebih fokus lagi dalam melakukan pengamatan

pada larutan yang diuji, agar hasil yang didapatkan sesuai dengan yang

diharapkan.

Anda mungkin juga menyukai