Hipersensitivitas
Hipersensitivitas
TUTOR :
drg. M. Aminullah Majedi
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 10:
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa. Karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami selaku kelompok sepuluh dalam diskusi tutorial dengan judul
skenario “Mengapa tiba-tiba gatal dan perih?” yang dilaksanakan pada blok 11
kali ini dapat menyelesaikan makalah yang merupakan hasil dari tutorial pertama
dan kedua skenario satu, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung
Mangkurat tahun ajaran 2018/2019. Kami mengharapkan makalah ini dapat
bermanfaat untuk pembelajaran selanjutnya.
Kami selaku kelompok sepuluh mengucapkan terima kasih terutama
kepada drg. M. Aminullah Majedi selaku pembimbing tutorial kelompok sepuluh.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan pada makalah ini.
Oleh karena itu dengan terbuka kami memohon maaf atas segala kekurangan kami
dan kami bersedia menerima saran dan masukkan dari pembaca. Atas
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Skenario
Mengapa tiba-tiba gatal dan perih?
Pasien wanita usia 25 tahun datang ke RSGM dengan keluhan sariawan yang
cukup banyak dan sakit sejak 3 hari yang lalu. Berdasarkan anamnesis
menunjukkan bahwa pasien memiliki riwayat asma saat masih kecil. Pasien
sering mengkonsumsi coklat. Sebelumnya 3 bulan yang lalu, pasien
mengalami bibirnya gatal dan menebal setelah memakai lipstik baru,
akhirnya sembuh setelah lipstik tidak dipakai. Pemeriksaan klinis
menunjukkan pada mukosa bukal kanan dan kiri serta lidah tampak ulser,
multiple 3-5 mm, sakit, berwarna kuning dan dikelilingi kemerahan.
4
7. Virus dan jamur akan muncul dan menyebabkan penyembuhan terhambat,
serta gangguan sistem pencernaan
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
a. Respon pada antigen asing yang sebabkan cedera jaringan khususnya pada
reaksi berulang atau dikontrol secara buruk (tidak dirawat).
b. Respon imun terhadap antigen dan diri sendiri secara langsung akibat
kesalahan terhadap toleransi terhadap antigen yang normal pada diri sendiri.
disebut juga sebagai penyakit autoimun 2
6
2.3 Patofisiologis dan Mekanisme Hipersensitivitas
7
Anti gen dikenali oleh Ig E, kemudian Sel Mast memicu keluarnya
Mediatorseperti Membran posfolipid yang hasilkan Asam Arakidonat
sehingga timbulkan PGE, dan Leukotrienes, disisi lain juga keluar Sitokin
sehingga hasilkan Leukosit, rusaknya lapisan epitel, dan ASMA
(Bronchospasm). Terakhir, ketiga mediator tadi memicu respon cepat dengan
Vasodilatasi, Pelebaran vaskular, dan Spasme otot.6
8
Pada hipersensitivitas tipe 3 terdapat antibodi, komplemen reseptor, dan
enzim hapten yang terlibat pada hipersensitivitas tipe ini sehingga
menunjukkan penampakan histopatologi berupa inflamasi dan nekrotik pada
vaskular. Contoh penyakitnya yaitu lupus sistemik eritematosus, reaksi
arthus, dan serum sickness. 6
Mekanisme hipersensitivitas tipe 3 yaitu:
9
1. APC mengenal jaringan antigen, lalu memicu terbentuknya CD4+ Sel dan
menjadi Sitokin. Sitokin memicu inflamasi dan kemudian terjadi
kerusakan jaringan.
2. APC memperkenalkan jaringan antigen dengan CD8+ Sel T, lalu sel T
tersebut langsung membunuh dan merusak jaringan.
2.4 Diagnosis alergi dikarenakan lipstik baru
Allergic contact cheilitis merupakan allergic contact dermatitis yang
mengenai bibir. Reaksi dari hipersensitivitas tipe IV yang melalui kontak dengan
alergen dan biasanya berupa keradangan yang mengenai vermilion border atau
peri-oral tampak kemerahan, kering, deskuamasi dan berfisur. Pasien mengeluh
kaku, gatal, panas dan sakit pada bibirnya. Sebuah penelitian menyatakan
penyebab atau etiologi dari allergic contact cheilitis dibedakan berdasarkan:
perempuan dikarenakan lipstick, laki-laki dikarenakan pasta gigi, orang tua
dikarenakan obat-obatan, dan semua usia dikarenakan dental material.7
Gambaran klinis allergic contact cheilitis berupa keradangan pada
vermillion border, tampak kemerahan, kering, deskuamasi dan berfisur, jarang
melibatkan mukosa labial, pasien mengeluh kaku, gatal, panas dan sakit pada
bibirnya. Diagnosis banding dari allergic contact cheilitis adalah exfoliative
cheilitis yaitu radang kronik pada bibir yang ditandai dengan deskuamasi, fisura,
kering, adanya rasa terbakar dan sakit yang disebabkan oleh kebiasaan buruk
menjilat-jilat atau menggigit bibir.7
2.5 Diagnosis alergi dikarenakan coklat
Reaksi Alergi adalah respon hipersensitif atau abnormal dari sistem imun
terhadap subsstansi dalam lingkungan, yang biasanya tidak berbahaya. Untuk
pasien pada skenario, didiagnosis mengalamai Stomatitis Alergika. Stomatitis
alergika juga disebut mukositis alergika merupakan reaksi hipersensitivitas rongga
10
mulut tipe 1 terhadap obat-obatan atau makanan bahan kedokteran gigi dan timbul
pada rongga mulut yang disebabkan oleh kontak terhadap alergen.8
Manifestasi klinis stomatitis alergika adaah sebagai berikut:
Persamaan dari stomatitis alergika dan fixed food eruption terletak pada
etiologi yang disebabkan bahan makanan. namun, terdapat perbedaan pada
11
manifestasi klinisnya yaitu pada fixed food eruption yang merupakan
hipersensitivitas kulit yang cenderung kambuh dilokasi yang sama setelah
kembali terpapar oleh bahan makanan yang menyinggung.9
IgE mudah Berikatan dengan permukaan sel mast, basofil dan eusinofil yang pada
permukaannya memiliki reseptor untuk fraksi Fc dari IgE. IgE yang terikat
berfungsi sebagai reseptor antigen (alergen) dan kompleks antigen-antibodinya
memicu terjadinya respon alergi melaluipelepasan mediator. Jumlah IgE pada
serum normal sangat sedikit kurang lebih 0,004% tetapi jumlahnya dapat
meningkat pada penderita reaksi alergi.10
12
2. Tes tempel (patch test)
6. Immunofluorescence
13
analgesik. Anti-inflamasi dapat mengurangi peradangan, antiseptik untuk
mencegah infeksi sekunder karena disintegrasi mukosa (ulkus multipel) yang akan
menjadi port d’entry berbagai mikroorganisme, dan analgesik dapat
menghilangkan rasa sakit.5
14
Derivat fenotiazin
Prometazin 10-25 mg 4-6 jam +++ Sedasi kuat, antiemetik
Lain-lain
Siproheptadin 4 mg ± 6 jam + Sedasi sedang, juga antiserotonin
Mebhidrolin 50-100 mg ± 4 jam +
napadisilat
ANTIHISTAMIN GENERASI II
Astemizol 10 mg <24 jam - Mulai kerja lambat
Feksofenadin 60 mg 12-24 jam - Risiko aritmia lebih rendah
Lain-lain
Loratadin 10 mg 24 jam - Masa kerja lebih lama
Setirizin 5-10 mg 12-24 jam
15
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
16
Pengobatan Stomatitis Alergika dapat dilakukan dengan Menghindari
alergen dan pemberian Antihistamin dengan dosis yang sesuai.
4.2 SARAN
17
DAFTAR PUSTAKA
2. Abbas, A.K; Lichtman, A.H; Pillai, S. 2016. Basic Immunology Functions and
Disorders of the Immune System. Missouri: Elsevier
8. Langlais RP, Miller CS, Nield-Gehrig JS. 2015. Atlas Berwarna Lesi Mulut
yang Sering gitemukan Edisi 4. Jakarta: EGC
10. Nugroho RA, Nur FM. 2018. potensi bahan hayati sebagai imunostimulan
hewan akuatik. Deepublish; 13
11. Hospital JH, Kahl L, Hughes HK. 2017. The Harriet Lane Handbook ed 21.
elsevier Health Scieces;15
12. Apriasari ML, Dachlan YP, Ernawati DS. 2017. Potensi bahan alam terhadap
penyembuhan ulser mukosa mulut. Salemba medika. Jakarta;hal 20
18
13. Syarif A. et al. 2016. Farmakologi dan Terapi Edisi 6. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI
19