Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH TUTORIAL SKENARIO 1 BLOK 11

TUTOR :
drg. M. Aminullah Majedi
DISUSUN OLEH

KELOMPOK 10:

Cimey Youventri 1611111120002

Hasvina Sofrullah 1611111220013

Lailatul Qomariyah 1611111220015

Luthfi Ridhwana 1611111110011

Muhammad Rezky Gunawan 1611111310030

Noor Khalishah 1611111120015

Noor Laila Alfina 1611111320034

Nurmaishela Oktaviani 1611111220025

Patrycia Solavide Br. Sijabat 1611111220026

Pradnja Surya Paramitha 1611111120020

Udur Sinaga 1611111220033

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa. Karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami selaku kelompok sepuluh dalam diskusi tutorial dengan judul
skenario “Mengapa tiba-tiba gatal dan perih?” yang dilaksanakan pada blok 11
kali ini dapat menyelesaikan makalah yang merupakan hasil dari tutorial pertama
dan kedua skenario satu, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Lambung
Mangkurat tahun ajaran 2018/2019. Kami mengharapkan makalah ini dapat
bermanfaat untuk pembelajaran selanjutnya.
Kami selaku kelompok sepuluh mengucapkan terima kasih terutama
kepada drg. M. Aminullah Majedi selaku pembimbing tutorial kelompok sepuluh.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan pada makalah ini.
Oleh karena itu dengan terbuka kami memohon maaf atas segala kekurangan kami
dan kami bersedia menerima saran dan masukkan dari pembaca. Atas
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Banjarmasin, 29 Agustus 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................. ii


Daftar Isi .............................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Tujuan Penulisan...............................................................................1
1.3 Identifikasi & Klarifikasi Istilah Asing ............................................ 4
1.4 Identifikasi & Analisa Masalah .....................................................4-5
1.5 Problem Tree .................................................................................... 5
1.6 Sasaran Belajar ................................................................................. 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................6-15
2.1 Definisi Hipersensitivitas ................................................................ 6
2.2 Etiologi Hipersensitivitas.................................................. .............. 6
2.3 Patofisiologi dan Mekanisme Hipersensitivitas .........................7-10
2.4 Diagnosis dan Etiologi Alergi dikarenakan Lipstik ...................... 10
2.5 Diagnosis dan Etiologi Alergi dikarenakan Coklat..................10-11
2.6 Diagnosis Banding Stomatitis Alergika ........................................ 11
2.7 Pemeriksaan Penunjang ...........................................................12-13
2.8 Penatalaksanaan Stomatitis Alergika ......................................13-15
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………..…16-17
3.1 Kesimpulan ..............................................................................16-17
3.2 Saran ............................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................18-19

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Skenario
Mengapa tiba-tiba gatal dan perih?
Pasien wanita usia 25 tahun datang ke RSGM dengan keluhan sariawan yang
cukup banyak dan sakit sejak 3 hari yang lalu. Berdasarkan anamnesis
menunjukkan bahwa pasien memiliki riwayat asma saat masih kecil. Pasien
sering mengkonsumsi coklat. Sebelumnya 3 bulan yang lalu, pasien
mengalami bibirnya gatal dan menebal setelah memakai lipstik baru,
akhirnya sembuh setelah lipstik tidak dipakai. Pemeriksaan klinis
menunjukkan pada mukosa bukal kanan dan kiri serta lidah tampak ulser,
multiple 3-5 mm, sakit, berwarna kuning dan dikelilingi kemerahan.

1.2 Klasifikasi dan identifikasi istilah asing


1. Asma : Sesak Napas
2. Ulser : Bekas sariawan yang pecah dan keputihan

1.3 Identifikasi dan Analisis masalah


1. Apa Etiologi dari penyakit tersebut?
2. Apa ada hubungan antara coklat dan lipstik pada pemeriksaan klinis?
3. Pemeriksaan Apakah yang digunakan sesuai dengan skenario tersebut?
4. Apa diagnosis penyakit pada skenario?
5. Apakah penyakit tersebut termasuk penyakit genetik?
6. Apa rencana perawatan yang akan dilakukan?
7. Apa dampak jika tidak dilakukan perawatan?

1.4 Analisis masalah


1. Etiologi dari penyakit tersebut adalah reaksi hipersensitif pada pasien
2. Menunjukkan bahwa pasien tersebut memiliki riwayat alergi, kemudian
adanya sistem imun yang rusak, Menunjukkan reaksi langsung dan reaksi
tidak langsung, Reaksi hipersensitif menunjukkan sel mast yang memakan
antigen yang rusak mengalami gangguan pada pasien.
3. Pemeriksaan melalui Cek darah , Tes tusuk yang telah diberi allergen, Tes
patch, Pemeriksaan IgE
4. Alergi /Hipersensitif dan Stomatitis Alergika
5. Diperlukan pemeriksaan riwayat kesehatan kedua orangtuanya untuk
mengetahui hal tersebut
6. Pemberiaan Antihistamin, Mencari tau apakah ada alergi obat, serta
Pemberian Obat kumur Povidone Iodine

4
7. Virus dan jamur akan muncul dan menyebabkan penyembuhan terhambat,
serta gangguan sistem pencernaan

1.5 Problem tree

1.6 Sasaran belajar


1. Definisi Hipersensitivitas
2. Etiologi Hipersensitivitas
3. Patofisiologis dan Mekanisme Hipersentivitas
4. Diagnosis dan etiologi alergi dikarenakan lipstik?
5. Diagnosis dan etiologi alergi dikarenakan coklat?
6. Diagnosa Banding
7. Pemeriksaaan Penunjang
8. Penatalaksanaan penyakit pasien

5
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Hipersensitivitas

Hipersensitivitas adalah reaksi imun patologik akibat respon imun yang


berlebihan sehingga menimbulkan kerusakan jaringan tubuh. Hipersensitivitas
Merupakan respon imun yang bersifat Patologik atau meng-injuri atau merusak
jaringan. 1,2

Hipersensitivitas adalah istilah yang digunakan saat respon imun


menghasilkan reaksi yang tidak diinginkan bahkan membahayakan hidup
seseorang. Itu terjadi ketika tubuh bereaksi berlebihan terhadap antigen yang
ditemui sebelumnya, menyebabkan kerusakan jaringan atau bahkan kerusakan
seluruh tubuh.3,4

2.2 Etiologi Hipersensitivitas

Reaksi hipersensitivas atau alergi disebabkan oleh alergen, bisa berupa


partikel debu, serbuk tanaman, obat atau makanan, yang bertindak sebagai antigen
yang merangsang terjadinya respons kekebalan. Reaksi hipersensitivitas yang
paling sering adalah kerang, buah jeruk, coklat, dan obat-obatan. Beberapa
penelitian juga menyebutkan makanan yang dapat menyebabkan alergi adalah
ikan, telur, susu, coklat dan kacang. 5

Penyebab hipersensitivitas juga terbagi menjadi 2, yaitu :

a. Respon pada antigen asing yang sebabkan cedera jaringan khususnya pada
reaksi berulang atau dikontrol secara buruk (tidak dirawat).

b. Respon imun terhadap antigen dan diri sendiri secara langsung akibat
kesalahan terhadap toleransi terhadap antigen yang normal pada diri sendiri.
disebut juga sebagai penyakit autoimun 2

6
2.3 Patofisiologis dan Mekanisme Hipersensitivitas

a. Hipersensitivitas Tipe 1 (Reaksi Anafilaksik


Merupakan hipersensitivitas yang melibattkan Sel T helper, Antibodi
IgE, Sel Mast, dan Eosinofil. Penampakan histopatologi pada
hipersensitivitas tipe 1 yaitu dilatasi pembuluh darah, edema, kontraksi otot,
rusaknya jaringan, dan inflamasi. Adapun contoh penyakit dari
hipersensitivitas tipe ini yaitu Shock anafilaksis, alergi, asma bronkial, dan
bentukan atopic pada lesi. 6
Mekanisme dari hipersensitivitas tipe 1 ini yaitu:

7
Anti gen dikenali oleh Ig E, kemudian Sel Mast memicu keluarnya
Mediatorseperti Membran posfolipid yang hasilkan Asam Arakidonat
sehingga timbulkan PGE, dan Leukotrienes, disisi lain juga keluar Sitokin
sehingga hasilkan Leukosit, rusaknya lapisan epitel, dan ASMA
(Bronchospasm). Terakhir, ketiga mediator tadi memicu respon cepat dengan
Vasodilatasi, Pelebaran vaskular, dan Spasme otot.6

b. Hipersensitivitas Tipe 2 (Reaksi Sitotoksik)


Hipersensitivitas tipe 2 melibatkan sistem imun IgG, IgM, antibodi
extraseluler, reseptor FC, dan komplemen. Penampakan histopatologi yaitu
adanya fagositosis dan lisi dari sel, adanya inflamasi, serta hilangnya fungsi
jaringan tanpa adanya kerusakan jaringan. Contoh penyakit hipersensitivitas2
yaitu, sindrom goodpasture, anemia karena hemolitik autoimun dan lain-lain.6
Mekanisme dari hipersensitivitas tipe 2 ini yaitu:

Terbagi menjadi 3 mekanisme:


1. Komplemen dan FC komplemen me mediasi neutrophil dan makrofag
untuk melisis antigen dan terjadi imflamasi serta kerusakan jaringan.
2. Sel antigen diopsonisasi oleh C3b reseptor, lalu dikenali sehingga terjadi
aktivasi komplemen. Kemudian anti gen memfagositosis sel antigen.
3. Abnormalitas pada media yaitu antibody langsung menstimulasi reseptor
tanpa hormone thyroid karena lepasnya Ach Antibodi dari Ach Reseptor.6

c. Hipersensitivitas Tipe 3 ( Reaksi Imun Kompleks)

8
Pada hipersensitivitas tipe 3 terdapat antibodi, komplemen reseptor, dan
enzim hapten yang terlibat pada hipersensitivitas tipe ini sehingga
menunjukkan penampakan histopatologi berupa inflamasi dan nekrotik pada
vaskular. Contoh penyakitnya yaitu lupus sistemik eritematosus, reaksi
arthus, dan serum sickness. 6
Mekanisme hipersensitivitas tipe 3 yaitu:

Hipersensitifitas ini komplek karena meliputi Tipe 2 yang disertai


keterlibatan pembuluh darah. Setelah antibody dan antigen ekstraseluler
merangsang komplemen untuk memicu keluarnya Neutrofil dan Makrofag.
Kemudian antibody bersama komplemen dan antibody membentuk Imunitas
kompleks di dalam pembuluh darah dan menimbulkan penumpukan sehingga
muncul radang pembuluh darah (Vasculitis) akibat sel-sel radang yang
terdeposisi di dinding pembuluh darah. 6

d. Hipersensitivitas Tipe 4 (Reaksi Tipe Lambat)


Yang berperan yaitu limfosit T, sitokin, dan makrofag. Penampakan
histopatologi pada tipe ini yaitu infiltrasi pembuluh seluler, edema,
granuloma, dan destruksi sel. Adapun contoh penyakitnya yaitu, dermatitis
kontak, multiple sclerosis, diabetes, dan TBC. 6
Mekanisme hipersensitivitas tipe ini yaitu:

9
1. APC mengenal jaringan antigen, lalu memicu terbentuknya CD4+ Sel dan
menjadi Sitokin. Sitokin memicu inflamasi dan kemudian terjadi
kerusakan jaringan.
2. APC memperkenalkan jaringan antigen dengan CD8+ Sel T, lalu sel T
tersebut langsung membunuh dan merusak jaringan.
2.4 Diagnosis alergi dikarenakan lipstik baru
Allergic contact cheilitis merupakan allergic contact dermatitis yang
mengenai bibir. Reaksi dari hipersensitivitas tipe IV yang melalui kontak dengan
alergen dan biasanya berupa keradangan yang mengenai vermilion border atau
peri-oral tampak kemerahan, kering, deskuamasi dan berfisur. Pasien mengeluh
kaku, gatal, panas dan sakit pada bibirnya. Sebuah penelitian menyatakan
penyebab atau etiologi dari allergic contact cheilitis dibedakan berdasarkan:
perempuan dikarenakan lipstick, laki-laki dikarenakan pasta gigi, orang tua
dikarenakan obat-obatan, dan semua usia dikarenakan dental material.7
Gambaran klinis allergic contact cheilitis berupa keradangan pada
vermillion border, tampak kemerahan, kering, deskuamasi dan berfisur, jarang
melibatkan mukosa labial, pasien mengeluh kaku, gatal, panas dan sakit pada
bibirnya. Diagnosis banding dari allergic contact cheilitis adalah exfoliative
cheilitis yaitu radang kronik pada bibir yang ditandai dengan deskuamasi, fisura,
kering, adanya rasa terbakar dan sakit yang disebabkan oleh kebiasaan buruk
menjilat-jilat atau menggigit bibir.7
2.5 Diagnosis alergi dikarenakan coklat
Reaksi Alergi adalah respon hipersensitif atau abnormal dari sistem imun
terhadap subsstansi dalam lingkungan, yang biasanya tidak berbahaya. Untuk
pasien pada skenario, didiagnosis mengalamai Stomatitis Alergika. Stomatitis
alergika juga disebut mukositis alergika merupakan reaksi hipersensitivitas rongga

10
mulut tipe 1 terhadap obat-obatan atau makanan bahan kedokteran gigi dan timbul
pada rongga mulut yang disebabkan oleh kontak terhadap alergen.8
Manifestasi klinis stomatitis alergika adaah sebagai berikut:

 Berbentuk eritema multiforme atau lichen planus


 Terdapat daerah merah, mengkilat, dan kering
 Daerah fokal yang berwarna putih terdapat di sekitarnya
 Terbentuk vesikel pecah yang tertutupi fibrin
 Ulser mempunyai tepi yang meradang dan merah, terasa sakit dan panas
 Terdapat pada mukosa bukal/labial, gingiva, lidah, bibir8

Erithema multiforme Oral lichen planus

2.6 Diagnosa Banding

a) Stomatitis Aftosa Recurrent (SAR)

Stomatitis Alergika dan SAR memiliki beberapa persamaan, yaitu adanya


beberapa ulkus, tidak memiliki gejala prodomal dan berulang. Sedangkan,
perbedaannya adalah stomatitis alergika dapat terjadi pada mukosa keratin dan
non keratin, lokasi ulkus menyebar, sedangkan SAR hanya terjadi pada mukosa
keratin. Manifestasi stomatitis alergika didahului vesikula yang akan membentuk
ulkus, sedangkan SAR pembentukan vesikel tidak ditemukan, dan manifestasi
klinis menemukan ulkus.5

b) Fixed Food Eruption

Persamaan dari stomatitis alergika dan fixed food eruption terletak pada
etiologi yang disebabkan bahan makanan. namun, terdapat perbedaan pada

11
manifestasi klinisnya yaitu pada fixed food eruption yang merupakan
hipersensitivitas kulit yang cenderung kambuh dilokasi yang sama setelah
kembali terpapar oleh bahan makanan yang menyinggung.9

2.7 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Penunjang untuk menegakkan diagnosisnya berupa :

1. Pemeriksaan serologi (Pemeriksaan kadar IgE dalam darah)

IgE mudah Berikatan dengan permukaan sel mast, basofil dan eusinofil yang pada
permukaannya memiliki reseptor untuk fraksi Fc dari IgE. IgE yang terikat
berfungsi sebagai reseptor antigen (alergen) dan kompleks antigen-antibodinya
memicu terjadinya respon alergi melaluipelepasan mediator. Jumlah IgE pada
serum normal sangat sedikit kurang lebih 0,004% tetapi jumlahnya dapat
meningkat pada penderita reaksi alergi.10

(Sumber : Hospital JH, 2017)

12
2. Tes tempel (patch test)

3. Tes tusuk (prick test)

4. Enzymee-linked Immunosorbent Assay (ELISA)

5. Enzim immunoassay yang memiliki banyak variasi, terganting pada ikatan


enzim pada suatu antibodi. Enzim terdeteksi dari pengujian pada aktivitas enzim
dan substratnya. Untuk mengukur antibodi, anttigen yang diketahui diubah ke fase
solid, diinkubasi dengan tes antibodi, dicuci, dan inkubasi ulang dengan label anti-
imunoglobulin dengan enzim. Aktivitas enzim, diukur dengan menambahkan
substrat yang spesifik dan mengamati reaksi warna, adalah suatu reaksi langsung
dari jumlah antibody.12

6. Immunofluorescence

Celupan fluoresens dapat menjadi ikatan kovalen dengan molekul antibodi


dan membuat tampakan seperti sinar ultraviolet pada mikroskop fluoresens.
Contohnya antibodi berlabel dapat digunakan untuk mengidentifikasi antigen.
Sebuah reaksi langsung dari immunofluoresens terjadi ketika antibodi berlabel
berinteraksi secara langsung dengan antigen yang tidak diketahui. Sebuah reaksi
tidak langsung dari immunofluoresens terjadi ketika digunakan proses dua
langkah contohnya suatu antigen yang diketahui dibubuhkan pada kaca
mikroskop, serum yang belum diketahui di tambahkan, dan preparat dicuci. Jika
serum antibodi tersebut cocok dengan antigen akan ada sissa perubahan pada kaca
mikroskop dan dapat terdeteksi dengan menambahkan anti-imunoglobulin atau
reagen antibodi spesifik lainnya.12

2.8 Penatalaksanaan Penyakit Pasien

Penanganan yang dapat diberikan yaitu menyarankan pasien untuk


menghindari faktor penyebab atau allergen. Kemudian di berikan terapi
simtomatis, dan pemberian kortikosteroid topikal, pemberian obat kumur yang
mengandung analgesik atau anti-inflamasi. Aloclair merupakan salah satu contoh
obat kumur yang mengandung aloevera, sodiumhyaluronate, asam glycyrhetinic,
povinilpirolon (pvp) yang berfungsi sebagai anti-inflamasi, antiseptik dan

13
analgesik. Anti-inflamasi dapat mengurangi peradangan, antiseptik untuk
mencegah infeksi sekunder karena disintegrasi mukosa (ulkus multipel) yang akan
menjadi port d’entry berbagai mikroorganisme, dan analgesik dapat
menghilangkan rasa sakit.5

Pemberian theragran multivitamin juga diperlukan apabila pasien


mengeluhkan sulit mengunyah sehingga jadwal makan menjadi tidak tetatur.
Vitamin A diperlukan untuk diferensiasi dan petumbuhan jaringan epitel dan
meningkatkan fungsi sistem kekebalan tubuh. Vitamin B kompleks sebagai
koenzim dalam berbagai reaksi kimia dalam tubuh yang mengubah karbohidrat
menjadi glukosa dan kemudian menjadi energi yang akhirnya mempercepat
metaolisme tubuh. Vitamin C atau asam askorbat sebagai kofaktor dalam
hidroksilasi residu protein dalam sintesis kolagen, vitamin C juga membantu
untuk mempertahankan jaringan kapsular dan membantu sintesis jaringan ikat
selama penyembuhan. Multivitamin diharapkan dapat memperbaiki kondisi umum
pasien.5

Penatalaksanaan pada pasien juga dapat diberikan anti histamin dengan


dosis yang sesuai. Contohnya, Setirizin HCL 10 mg tab.

Penggolongan Antihistamin(AH1), Dosis, Masa Kerja, Aktivitas


Antikolinergik.8,13

Golongan dan contoh Dosis Masa Kerja Aktivitas Komentar


obat dewasa Antikolinergik
ANTIHISTAMIN GENERASI I
Etanolamin
Karbinoksamin 4-8 mg 3-4 jam +++ Sedasi ringan sampai sedang
Difenhidramin 25-50 mg 4-6 jam +++ Sedasi kuat, anti-motion sickness
Dimenhidrinat 50 mg 4-6 jam +++ Sedasi kuat, anti-motion sickness
(garam difenhidramin)
Etilenediamin
Pirilamin 25-50 mg 4-6 jam + Sedasi sedang
Tripelenamin 25-50 mg 4-6 jam + Sedasi sedang
Piperazin
Hidroksizin 25-100 mg 6-24 jam ? Sedasi kuat
Siklizin 25-50 mg 4-6 jam - Sedasi ringan, anti-motion sickness
Meklizin 25-50 mg 12-24 jam - Sedasi ringan, anti-motion sickness
Alkilamin
Klorfeniramin 4-8 mg 4-6 jam + Sedasi ringan, komponen obat flu
Bromfeniramin 4-8 mg 4-6 jam + Sedasi ringan

14
Derivat fenotiazin
Prometazin 10-25 mg 4-6 jam +++ Sedasi kuat, antiemetik
Lain-lain
Siproheptadin 4 mg ± 6 jam + Sedasi sedang, juga antiserotonin
Mebhidrolin 50-100 mg ± 4 jam +
napadisilat

ANTIHISTAMIN GENERASI II
Astemizol 10 mg <24 jam - Mulai kerja lambat
Feksofenadin 60 mg 12-24 jam - Risiko aritmia lebih rendah
Lain-lain
Loratadin 10 mg 24 jam - Masa kerja lebih lama
Setirizin 5-10 mg 12-24 jam

15
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Hipersensitivitas adalah respon imun yang menghasilkan reaksi yang tidak


diinginkan bahkan membahayakan hidup seseorang, yang menyebabkan
kerusakan jaringan atau bahkan kerusakan seluruh tubuh. Penyebab dari
hipersensitivitas adalah respon imun terhadap antigen dan diri sendiri secara
langsung akibat kesalahan terhadap toleransi terhadap antigen yang normal pada
diri sendiri.

Hipersensitivitas dibagi menjadi 4 tipe yaitu Hipersensitivitas Tipe I atau


Hipersensitivitas cepat yang biasanya disebut Alergi, Hipersensitivitas Tipe II
atau Hipersensitivitas yang diperantari Antibodi, Hipersensitivitas Tipe III atau
Hipersensitivitas yang dimediasi Sistem Imun yang Kompleks dan
Hipersensitivitas Tipe IV atau Hipersensitivitas yang dimediasi oleh Sel.
Hipersensitivitas yang menimbulkan manifestasi pada Mulut adalah
Hipersensitivitas Tipe I dan IV.

Penggunaan Lipstik baru seperti di skenario merupakan reaksi dari


hipersensitivitas (alergi) tipe IV akibat panjanan kulit dengan bahan-bahan yang
bersifat sensitizer (alergen).

Diagnosis pada skenario adalah Stomatitis Alergika. Stomatitis Alergika


merupakan reaksi hipersensitivitas rongga mulut tipe 1 terhadap obat-obatan atau
makanan bahan kedokteran gigi dan timbul pada rongga mulut yang disebabkan
oleh kontak terhadap alergen. Stomatitis Alergika memiliiki Manifestasi klinis
seperti terdapat daerah merah, mengkilat, dan kering, daerah fokal yang berwarna
putih terdapat di sekitarnya, terbentuk vesikel pecah yang tertutupi fibrin, Ulser
mempunyai tepi yang meradang, merah, terasa sakit, panas dan terdapat pada
mukosa bukal/labial, gingiva, lidah dan bibir.

16
Pengobatan Stomatitis Alergika dapat dilakukan dengan Menghindari
alergen dan pemberian Antihistamin dengan dosis yang sesuai.

4.2 SARAN

Untuk mencegah terjadinya hipersensitivitas, dapat dilakukan


dengan menghindari zat yang dicurigai sebagai alergen, melakukan tes alergi
untuk mengetahui alergen yang harus dihindari dan melihat riwayat
Hipersensitivitas pada keluarga. Apabila Reaksi Hipersensitivitas telah
membahayakan, maka segera lakukan pemeriksaan dan konsultasikan ke dokter
untuk mendapatkan perawatan yang tepat.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Buku ajar patologi. 7 nd ed , Vol. 1.


Jakarta : Penerbit. Buku Kedokteran EGC, 2012

2. Abbas, A.K; Lichtman, A.H; Pillai, S. 2016. Basic Immunology Functions and
Disorders of the Immune System. Missouri: Elsevier

3. Hafizi I, et all. Penentuan Konsentrasi Stainless Steel 316L dan Kobalt


Kromium Remanium GM-800 pada Uji GPMT. Majalah Kedokteran Gigi
Indonesia. 2016; 2(3).

4. Hou W. 2011. Treating Autoimun Disease with Chinese Medicine. China:


Churchill Livingstone Elsevier

5. Indrawati E, Harijanti K. Management of Allergic Stomatitis due to Daily


Food Consumtion. Dentofasial. 2014 Juni; 13(2): 129-134

6. Kumar, V; Abbas, A.K; Aster, J.C. 2015. ROBBINS AND COTRAN


Pathologic Basis of Disease 9th Ed. Philadephia: Elsevier Saunders.

7. Harijanti K, Santosa YS. Allergic Contact Cheilitis due to Lipstick. ODONTO.


2016 Desember; 3(2): 138-144

8. Langlais RP, Miller CS, Nield-Gehrig JS. 2015. Atlas Berwarna Lesi Mulut
yang Sering gitemukan Edisi 4. Jakarta: EGC

9. Sung E, Radithia D. Penatalaksanaan Stomatitis Alergika disertai Dermatitis


Perioral Akibat Alergi Telur. Insisiva Dental Journal. 2017 Mei; 6(1): 31

10. Nugroho RA, Nur FM. 2018. potensi bahan hayati sebagai imunostimulan
hewan akuatik. Deepublish; 13

11. Hospital JH, Kahl L, Hughes HK. 2017. The Harriet Lane Handbook ed 21.
elsevier Health Scieces;15

12. Apriasari ML, Dachlan YP, Ernawati DS. 2017. Potensi bahan alam terhadap
penyembuhan ulser mukosa mulut. Salemba medika. Jakarta;hal 20

18
13. Syarif A. et al. 2016. Farmakologi dan Terapi Edisi 6. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI

19

Anda mungkin juga menyukai