Anda di halaman 1dari 26

Pengelolaan Persediaan

Makalah ini di ajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah

Manajemen Keuangan

Dosen Pengampu :

Andriani Samsuri , SSos.,MM

Disusun Oleh Kelompok 1:

1. Aisyah Adinda Nugroho (G02217002)


2. Arta Agustin Melania (G02217004)
3. Fiza Sofiya R. (G02217011)
4. Putri Anjjarwati (G72217047)
5. Alifia Putri Rahma Sari (G72217055)
6. Muhammad Iqbal Lu’ay (G72217068)

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang maha mengetahui dan maha bijaksana yang telah
memberi petunjuk agama yang lurus kepada hamba-Nya dan hanya kepada-Nya. Salawat
serta salam semoga tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW yang membimbing umat nya
degan suri tauladan-Nya yang baik
Syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan anugerah, kesempatan dan
pemikiran kepada kami untuk dapat menyelesaikan makalah ini . Makalah ini merupakan
pengetahuan tentang pengelolaan persediaan dan telah dirangkum di dalamnya agar
pemahaman terhadap permasalahan lebih mudah di pahami dan lebih singkat.
Sistematika makalah ini dimulai dari pengantar yang merupakan persepsi atas materi
yang telah dan akan dibahas dalam bab tersebut. Selanjutnya, pembaca akan masuk pada inti
pembahasaan dan diakhiri dengan kesimpulan. Diharapkan pembaca dapat mengkaji berbagai
permasalahan tentang materi ini. Akhirnya, kami penyusun mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu proses pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, maka dari itu kami
menunggu kritik dan saran dari pihak lain untuk membagikannya kepada kami demi
memperbaiki kekurangan pada makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaaat bagi anda
semua.

Surabaya, Oktober 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .......................................................................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................... 2
1.3 Tujuan penelitian ........................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Manajemen Persediaan ................................................................................................... 3
2.2 Jenis Manajemen Persediaan .......................................................................................... 4
2.3 Pertimbangan di dalam manajemen persediaan ............................................................. 5
2.4 Bentuk pengaplikasiannya di dalam suatu perusahaan ................................................ 17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sejalan dengan laju perkembangan yang terus berkembang di Indonesia, maka
banyak bermunculan perusahaan, baik perusahaan kecil maupun perusahaan besar.
Tujuan utama suatu perusahaan yaitu memperoleh laba seoptimal mungkin dan
mengawasi berjalannya perusahaan serta berkembangnya perusahaan, maka hal yang
perlu dilakukan oleh suatu perusahaan adalah mengadakan penilaian terhadap
persediaan dan pengaruhnya terhadap laba perusahaan. Hal ini dilakukan karena
persediaan bagi kebanyakan perusahaan merupakan salah satu modal kerja yang sangat
penting didalam suatu perusahaan, dimana prosedurnya terus menerus mengalami
perubahan dan perputaran.
Dalam suatu perusahaan, pelaporan mengenai persediaan sangat penting bagi
perusahaan dalam mengambil suatu keputusan dan persediaan merupakan salah satu
dari beberapa unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara terus
meneru diperoleh, diproduksi dan dijual. Oleh karena itu, system akuntansi itu sendiri
harus dilaksanakan sebaik mungkin sehingga tidak mengalami hal-hal yang
mengganggu jalannya operasi perusahaan.
Pelaporan persediaan yang diteliti dan relevan dianggap vital untuk memberikan
informasi yang berguna bagi perusahaan. Apabila terjadi kesalahan dalam pencatatan
persediaan, maka akan mengakibatkan kesalahan dalam menentukan besarnya laba
perusahaan yang diperoleh. Jika persediaan akhir dinilai terlalu rendah dan
mengakibatkan harga pokok barang yang dijual terlalu rendah, maka pendapatan bersih
akan mengalami peningkatan. Begitu juga dengan lamanya persediaan yang tersimpan
digudang akan mempengaruhi biaya sehingga kemungkinan akan terjadinya kerusakan
yang mengakibatkan kerugian dan kemungkinan juga persediaan akan kadaluarsa
sehingga tidak laku dipasar.
Dari penjelasan diatas, maka dapat diketahui bahwa persediaan sangat penting
artinya bagi perusahaan. Dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk lebih mengetahui
dan memahami bagaimana persediaan dimanage secara benar yang diterapkan dalam
suatu perusahaan agar membawa manfaat yang baik dalam pencapaian laba yang
diinginkan. Menurut prinsip-prinsip akuntansi persediaan merupakan barang dagang
yang disimpan kemudian dijual dalam operasi normal perusahaan.
. Seseorang manajer hendaklah mempelajari dan memahami secara keseluruhan
tentang manajemen persediaan. Sehingga seorang manajer dapat mengetahui keadaan
bahan persedian disebuah perusahaan secara langsung dilapangan, bukan sekedar yang
termuat di laporan atau dikertas semata. Dan yang paling penting, seorang manajer tau
persis metode perhitungan persediaan seperti apa yang akan digunakan dalam
perusahaannya. Dengan demikian apabila seorang manajer menghadapi situasi yang
berkenaan dengan persediaan, manajer tersebut dengan cepat dan mudah dalam
mengambil keputusan yang tepat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Manajemen Persediaan ?
2. Bagaimana jenis manajemen persediaan ?
3. Bagaimana pertimbangan di dalam manajemen persediaan ?
4. Bagaimana bentuk pengaplikasiannya terhadap suatu perusahaan ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui Manajemen Persediaan
2. Mengetahui jenis manajemen persediaan
3. Mengetahui pertimbangan di dalam manajemen persediaan
4. Mengetahui bentuk pengaplikasiannya terhadap suatu perusahaan

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Manajemen Perusahaan
Pada awal bab ini telah disinggung sedikit mengenai arti manajemen persediaan.
Memang benar persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam operasi
perusahaan dagang dan perusahaan industry serta perusahaan jasa. Tanpa adanya
persediaan, para pengusaha akan dihadapkan pada keadaan bahwa perusahaannya pada
suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan para pelanggannya sehingga kontinuitas
perusahaan dapat teranggu karena sumber utama pendapatan perusahaan berasal dari
penjualan persediaan. Ini berarti perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk
memperoleh keuntungan yang seterusnya didapatkan.
Istilah persediaan memberikan pengertian yang berbeda-beda tetapi pada
dasarnya maksud dan tujuannya adalah sama. Berikut pendapat para ahli mengenai
manajemen persediaan:
1. C. Rolln Niwwonger, Philip E. Fess dan Carl S. Wareen
“istilah persediaan (inventories) merupakan barang dagangan yang disimpan
untuk dijual dalam operasi perusahaan dan merupakan barang yang terdapat
dalam proses produksi atau yang disimpan untuk tujuan itu”.
2. Prawirosentono
Persediaan adalah aktiva lancar yang terdapat dalam perusahaan dalam bentuk
persediaan bahan mentah (bahan baku / raw material, bahan setengah jadi / work
in process dan barang jadi / finished goods).
3. Ikatan Akuntansi Indonesia.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan Indonesia, Manajemen persediaan
merupakan:
a. Tersedia untuk dijual (dalam kegiatan operasi normal)
b. Dalam proses produksi ( dalam kegiatan usaha normal)
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supllies) untuk digunakan proses
produksi atau pemberian jasa
Persediaan mempunyai arti dan peranan yang penting dalam suatu perusahaan.
Persediaan barang dagangan yang secara terus menerus dibeli dan dijual yang
merupakan salah satu unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan, baik itu
perusahaan dagang maupun perusahaan industry. Penjualan barang dagangan

3
merupakan sumber utama penghasilan bagi perusahaan, karena sebagian besar sumber
perusahaan tertanam dalam persediaan.
2.2 Jenis-jenis Persediaan
Jenis persediaan setiap perusahaan tidaklah sama. Karena setiap perusahaan
membutuhkan bahan persedian bergantung pada aktivitaas produksi yang dikerjakan.
Namun, secara teori persediaan yang terdapat dalam perusahaan dapat dibedakan atas:
2.2.1 Jenis Persediaan Menurut Fungsinya
a. Bacth Stock/Lot Size Inventory
yaitu persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat
bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar yang
dibutuhkan pada saat itu. Jadi, dalam hal ini pembelian atas pembuatan yang
dilakukan dalam jumlah besar sedangkan penggunaan atau pengeluarannya
dalam jumlah kecil.
Terjadinya persediaan karena pengadaan barang atau bahan yang
dilakukan lebih banyak lagi yang dibutuhkan. Keuntungan yang akan
diperoleh dari adanya Bacth Stock/Lot Size Inventory ini adalah :
- Memperoleh potongan harga pada harga pembelian
- Memperoleh efisiensi produksi (manufacturing economic) karena
adanya operasi (production run) yang lebih lama.
- Adanya penghematan dalam biaya pengangkutan
b. Fluctuation Stock
yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi
permintaan konsumen yang dapat diramalkan. Dalam hal ini perusahaan
mengadakan persediaan untuk dapat memenuhi permintaan konsumen.
Apabila tingkat permintaan menunjukkan keadaan yang tidak beraturan atau
tidak tetap dan fluktuasi permintaan yang sangat besar, maka persediaan
yang dibutuhkan sangat besar pula untuk menjaga kemungkinan naik
turunnya permintaan tersebut.
c. Anticipation Stock
yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan
yang dapat diramalkan berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu
tahun dan untuk menghadapi penggunaan/penjualan atau permintaan yang
meningkat. Disamping itu, menurut Rangkuti Freddy dalam buku
Manajemen Persediaan, “anticipation stock juga dimaksudkan untuk menjaga
4
kemungkinan sukarnya diperoleh bahan-bahan sehingga tidak mengganggu
jalannya produksi atau untuk menghindari kemacetan produksi”.
2.2.2 Jenis Persediaan Menurut Cara Pengolahannya Dan Posisi Barang
a. Persediaan bahan baku (Raw Material Stock)
yaitu persediaan dari barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses
produksi.
b. Persediaan bagian produksi / parts yang dibeli (Purchased
Parts/Component Stock)
yaitu persediaan barang yang terdiri dari parts yang diterima dari
perusahaan lain yang dapat secara langsung tanpa melalui proses produksi
selanjutnya.
c. Persediaan bahan pembantu / bahan-bahan pelengkap (supplier Stock),
yaitu persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlukan dalam
proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau yang
dipergunakan dalam bekerjanya suatu perusahaan tetapi tidak merupakan
bagian atau komponen dari barang jadi.
d. Persediaan barang setengah jadi / barang dalam proses (Works in
Process/Progress),
yaitu barang-barang yang dikeluarkan dari tiap-tiap bagian dalam suatu
pabrik atau bahan-bahan yang diolah menjadi suatu bentuk tetapi masih
perlu diproses kembali untuk kemudian menjadi barang jadi.
2.2.3 Persediaan Hubungan antara Produksi dan Penjualan Produk.
Perseddiaan dalam kategori hubungan antara produksi dan penjualan produk
terdiri dari dua jenis, yaitu:
a. Perusahaan Dagang.
- Persediaan barang dagangan.
b. Perusahaan Manufaktur
- Persediaan bahan baku
- Persediaan barang dalam proses
- Persediaan barang jadi
2.3 Alasan Memiliki Persediaan
Laba yang maksimal dapat dicapai dengan meminimalkan biaya yang berkaitan
dengan persediaan. Namun meminimalkan biaya persiapan dapat dicapai dengan

5
memesan atau memproduksi dalam jumlah yang kecil, sedangkan untuk meminimalkan
biaya pemesanan dapat dicapai dengan melakukan pesanan yang besar dan jarang.
Jadi, meminimalkan biaya penyimpanan mendorong jumlah persediaan yang
sedikit atau tidak ada, sedangkan meminimalkan biaya pemesanan harus dilakukan
dengan melakukan pemesanan ,persediaan dalam jumlah yang relatif besar, sehingga
mendorong jumlah persediaan yang besar.
Alasan yang kedua yang mendorong perusahaan menyimpan persediaan dalam
jumlah yang relative besar adalah masalah ketidakpastian permintaan. Jika permintaan
akan bahan atau produk lebih besar dari yang diperkirakan, maka persediaan dapat
berfungsi sebagai penyangga, yang memberikan perusahaan kemampuan untuk
memenuhi tanggal penyerahan sehingga pelanggan merasa puas.
Secara umum alasan untuk memiliki persediaan disebuah perusahaan adalah
sebagai berikut :
1. Untuk menyeimbangkan biaya pemesanan atau persiapan dan biaya
penyimpanan.
2. Untuk memenuhi permintaan pelanggan, misalnya menepati tanggal pengiriman.
3. Untuk menghindari penutupan fasilitas manufaktur akibat :
a. Kerusakan mesin
b. Kerusakan komponen
c. Tidak tersedianya komponen
d. Pengiriman komponen yang terlambat
4. Untuk menyanggah proses produksi yang tidak dapat diandalkan.
5. Untuk memanfaatkan diskon
6. Untuk menghadapi kenaikan harga di masa yang akan datang
2.4 Fungsi dan Manfaat Manajemen Persediaan
Menurut Handoko Manajemen Persediaan memiliki banyak sekali fungsi dan
manfaat dalam sebuah perusahaan. Beberapa fungsi dari manajemen persediaan dapat
mempengaruhi kestabilan, kelancaran, keuntungan sebuah perusahaan. Fusngsi-fungsi
terrsebut antara lain yaitu:
a. Fungsi Decoupling
Persediaan decoupling ini memungkinkan perusahaan dapat memenuhi
permintan langganan tanpa tergantung pada supplier. Untuk dapat memenuhi
fungsi ini dilakukan cara-cara sebagai berikut:

6
- Persediaan bahan mentah disiapkan dengan tujuan agar perusahaan tidak
sepenuhnya tergantung penyediaannya pada suplier dalam hal kuantitas dan
pengiriman.
- Persediaan barang dalam proses ditujukan agar tiap bagian yang terlibat
dapat lebih leluasa dalam berbuat.
- Persediaan barang jadi disiapkan pula dengan tujuan untuk memenuhi
permintaan yang bersifat tidak pasti dari langganan.
b. Fungsi Economic Lot Sizing
Tujuan dari fungsi ini adalah pengumpulan persediaan agar perusahaan dapat
berproduksi serta menggunakan seluruh sumber daya yang ada dalam jumlah
yang cukup dengan tujuan agar dapat menguranginya biaya perunit produk.
c. Fungsi Antisipasi
Perusahaan sering menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan
permintaan akan barang barang selama periode pemesanan kembali, sehingga
memerlukan kuantitas persediaan ekstra. Persediaan antisipasi ini penting agar
proses produksi tidak terganggu. Sehubungan dengan hal tersebut perusahaan
sebaiknya mengadakan seaseonal inventory (persediaan musiman).
Adapun manfaat dari persediaan adalah menjamin kebebasan atau kelancaran
kegiatan operasional internal dan eksternal sehingga permintaan pelanggan dapat
terpenuhi tanpa tergantung pemasok.
2.5 Pertimbangan Manajemen Persediaan
Mengingat peranan dan fungsi manajemen dalam perusahaan begitu penting,
maka seorang manajer dalam mengambil keputusan atau kebijakan harus
mempertimbangkan sesuatu dengan matang dan teliti. Sehingga dalam pengambilan
keputusan dan kebijakan tidak merugikan sebuah perusahaan yang dikelolanya.
Pertimbangan pertimbangan yang harus di perhatikan tidaklah semudah
mengucapkan kata-kata. Melainkan harus dilakukan sebuah evaluasi dan metode-
metode perhitungan manajemen persediaan. Tujuannya tidak lain untuk
meminimalisasi persediaan dan menciptakan keuntungan yang sebesar-besarnya.
2.6 Prinsip Pengendalian Manajemen Persediaan
Prinsip dalam mengendalikan persediaan sangat diperlukan dalam Manajemen
persediaan. Hal ini dikarenakan prinsip persediaan dijadikan sebagai salah satu
landasan dan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Menurut Matz, sistem dan
teknik pengendaliaan persediaan harus didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:
7
a. Persediaan diciptakan dari pembelian bahan dan suku cadang, tambahan biaya
pekerja dan overhead untuk mengelola bahan menjadi barang jadi.
b. Persediaan berkurang melalui penjualan dan perusakan.
c. Perkiraan yang tepat atas jadwal penjualan dan produksi merupakan hal yang
esensial bagi pembelian, penanganan, dan investasi bahan yang efisien.
d. Kebijakan manajemen, yang berupaya menciptakan keseimbangan antara
keragaman dan kuantitas persediaan bagi operasi yang efisien dengan biaya
pemilikan persediaan tersebut merupakan faktor yang paling utama dalam
menentukan investasi persediaan.
e. Pemesanan bahan merupakan tanggapan terhadap perkiraan dan penyusunan
rencana pengendalian produksi.
f. Pencatatan persediaan saja tidak akan mencapai pengendalian atas persediaan.
g. Pengendalian bersifat komparatif dan relatif, tidak mutlak.
2.7 Pertimbangan Manajemen Persediaan
Banyak hal yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam manajemen
persediaan. Baik itu dari segi biaya, waktu, proses pemesanan, dan juga dari jenis bahan
persediaan yang dibutuhkan. Seorang manajer akan menganalisis itu semua dengan
pertimbangan yang sudah mereka tetapkan. Berikut beberapa hal yang dijadikan
sebagai bahan pertimbangan dalam manajemen persediaan:
1. Struktur Biaya Persediaan
Struktur biaya persediaan dapat kita kelompokkan sesuai dengan model
pemesannanya, seperti:
a. Biaya per unit (item cost)
b. Biaya penyiapan pemesanan (ordering cost)
- Biaya pembuatan perintah pembelian (purchasing order)
- Biaya pengiriman pemesanan
- Biaya transportasi
- Biaya penerimaan (Receiving cost)
- Jika diproduksi sendiri maka akan ada biaya penyiapan (set up cost): surat
- menyurat dan biaya untuk menyiapkan perlengkapan dan peralatan.
c. Biaya pengelolaan persediaan (Carrying cost)
- Biaya yang dinyatakan dan dihitung sebesar peluang yang hilang apabila
nilai persediaan digunakan untuk investasi (Cost of capital).

8
- Biaya yang meliputi biaya gudang, asuransi, dan pajak (Cost of storage).
Biaya ini berubah sesuai dengan nilai persediaan.
d. Biaya resiko kerusakan dan kehilangan (Cost of obsolescence, deterioration
and loss).
e. Biaya akibat kehabisan persediaan (Stockout cost)
2. Faktor yang mempengaruhi investasi dalam persediaan.
Faktor ini mencakup beberapa aspek yang berkaitan dengan proses
produksi dan daya tahan suatu persediaan. Beriut cakupapn dari faktor yang
mempengaruhi investasi dalam persediaan:
a. Tingkat Penjualan.
Semakin tinggi omzet penjualan maka makin besar investasi persediaannya.
Begitu juga sebaliknya. Jika omzet penjualannya rendah maka persediaan
akan sedikit.
b. Sifak Teknis dan Sifat Produksi
- Produksi pesanan => persediaan beragam dan banyak
- Produksi massal => persediaan bisa diatur
c. Lamanya Proses Produksi
Jika proses produksi persediaan lama maka akan mengakibatkan BDP
biayanya semakin mahal dan tidak efisien.
d. Daya Tahan Bahan Baku dan Produk Akhir
- Barang tahan lama => Persediaan relatif tinggi
- Barang tahan tidak lama => Persediaan relatif rendah
- Barang Musiman => Persediaan tinggii pada musimnya
e. Lama Pembelian dan pengiriman
2.8 Metode Perhitungan Manajemen Persediaan
Penanganan persediaan tidak hanya dilakukan dengan melihat semata. Tetapi,
terdapat hal yang bisa dihitung untuk dijadikan sebagai bahan dalam menentukan
kebijakan dalam manajemen persediaan. Perhitungan dalam manajemen persediaan
banyak sekali jenisnya. Makalah ini akan membahas beberapa jenis perhitungan yang
sangat penting dalam manajemen persediaan dan juga sering digunakan dalam sebuah
perusahaan terutama dalam perusahaan industri manufaktur.
Dalam perusahaan industri manufaktur, bahan baku diproses menjadi barang jadi,
kemudian dijual. Proses ini memerlukan waktu panjang sehingga modal yang
diinvestasikan dalam persediaan cukup besar dan perputarannya relatif lambat. Kondisi
9
yang demikian manajemen persediaan harus mendapatkan perhatian manajemen yang
sangat serius. Kelebihan persediaan akan mengakibatkan pemborosan penggunaan
modal, sedangkan kekurangan persediaan proses produksi bisa terganggu.
Mengelola persediaan dalam perusahaan industri manufaktur relatif lebih sulit
dibanding dengan mengelola persediaan dalam perusahaan dagang. Dalam perusahaan
dagang, persediaan barang dagangan dibeli untuk dijual; waktu yang dibutuhkan relatif
pendek, sehingga modal yang digunakan berputar relatif cepat.
Manajemen persediaan dalam perusahaan industri manufaktur dapat
dikategorikan menjadi dua, yaitu model Economic Order Quantity atau EOQ dan Tepat
Waktu atau Just in Time (JIT). Penggunaan model tersebut tergantung pada kebijakan
manajemen terhadap pemasok. Jika pemasok diperlukan sebagai pesaing, yaitu mencari
pemasok yang paling murah dapat menyediakan bahan baku, maka model EOQ lazim
digunakan. Tetapi jika pemasok diperlakukan sebagai partner bisnis yang setia dan
dinyatakan satu kesatuan dalam proses produksi, maka model JIT lazim digunakan.
2.9 Model Economic Order Quantity atau EOQ
Pada umumnya perusahaan menggunakan cara tradisional dalam mengelola
persediaan, yaitu dengan cara memiliki persediaan minimal untuk mendukung
kelancaran proses produksi. Di samping itu, perusahaan juga memperhitungkan biaya
persediaan yang paling ekonomis yang dikenal dengan istilah Economic Order
Quantity atau EOQ. EOQ akan menjawab pertanyaan berapa banyak kualitas bahan
baku yang harus dipesan dan berapa biayanya yang paling murah atau paling ekonomis.
Biaya-biaya dalam manajemen persediaan sudah dipaparkan dalam bab tiga
dalam pertimbangan-pertimbangan manajemen persediaan. Pada bab ini kita tinggal
mengaitkan biaya-biaya yang sudah dipaparkan pada bab tiga dengan metode EOQ.
Pada umumnya biaya-biaya dalam manajemen persediaan saling berkaitan dan dapat
mempengaruhi harga persediaan. Sehingga seorang manajer harus jeli dan teliti dalam
memutuskan berapa persedeiaan yang harus dibeli. Hal ini tidak bisa dilihat dari kasat
mata saja tentunya.
Metode ini, Manajemen harus menghitung biaya yang paling ekonomis pada
setiap jumlah barang yang dibeli (dipesan). Biaya tersebut adalah saling hubungan
antara harga bahan baku, biaya penyimpanan yang umumnya dihitung berdasar
persentase tertentu dari nilai persediaan rata-rata, jumlah bahan baku yang dibutuhkan
dalam satu periode misalnya dalam satu tahun, dan biaya pesanan. Untuk itu mari kita
bahas satu persatu agar lebih jelas dalam memahaminya.
10
1. Total Biaya Penyimpanan Persediaan ( Total Carrying Cost / TCC)
Biaya penyimpanan persediaan dalam EOQ bersifat Variabel terhadap jumlah
inventori yang dibeli. Sehingga rumusnya sebagai berikut:

Dimana :
- Total Biaya Penyimpanan
Q = Kuantitas Pesanan
TCC = C. P. A S = Penjualan Tahunan
N = Frekuensi Pemesanan
- Persediaan Rata-Rata C = Biaya Penyimpanan
A = Q/2 P = Harga Beli Per Unit

=(S/N)/2
-
Biaya TCC ini mencakup sewa gudang, pemeliharaan barang didalam gudang,
modal yang tertanam dalam inventori, pajak dan ansuransi. Besarnya biaya TCC
dapat diperhitungkan dengan dua cara yaitu berdasarkan presentasi tertentu dari
nilai Inventori rata-rata dan berdasarkan biaya perunit barang yang disimpan ( dari
jumlah rata-rata).
2. Total Biaya Pemesanan ( Total Ordering Cost / TOC)
Biaya pemesanan persediaan dalam bersifat Variabel terhadap frekuensi pesanan
yang dibeli. Sehingga rumusnya sebagai berikut:

Dimana :
- Total Biaya Pesanan
Q = Kuantitas Pesanan
S = Penjualan Tahunan
TOC = F. ( S / Q ) F = Biaya Tetap

3. Total Biaya Persediaan ( Total Inventory Cost / TIC)


Total Biaya Perseddiaan atau TIC ini didapat dari penjumlahan toatal biaya
persediaan dan total biaya pemesanan. Sehingga hasilnya diketahui total biaya
persediaan tersebut. Jadi rumusnya sebagai berikut:

- Total Biaya Persediaan Dimana :

TIC = TCC + TOC Q = Kuantitas Pesanan


S = Penjualan Tahunan
Atau N = Frekuensi Pemesanan
C = Biaya Penyimpanan 11
P = Harga Beli Per Unit
TIC = C.P.( Q/2 ) + F. (
S/Q )
Ketiga perhitungan diatas bertujuan untuk mengetahui besaran biaya
dimasing-masing kategori. Setelah itu kita bisa mengaitkannya dengan Kuantitas
Pemesanan yang Ekonomis atau dikenal dengan EOQ ( Economic Ordering
Quantity Model).
Terdapat dua dasar keputusan dalam model EOQ ini dalam manajemen
persediaan, diantaranya yaitu:
1. Berapa jumlah bahan mentah yang harus dipesan pada saat bahan tersebut
perlu dibeli kembali – Replenishment Cycle.
2. Kapan perlu dilakukan pembelian kembali – Reorder point.
Rumus Model EOQ sebagai Beriku:

Dimana :

𝟐.𝐅.𝐒
EOQ = √ F = Biaya Tetap
𝐂.𝐏 S = Penjualan Tahunan
C = Biaya Penyimpanan
P = Harga Beli Per Unit

Model EOQ tidak lepas dari beberapa asumsi agar perhitungannya akurat. Berikut
ini beberapa asumsi mengenai model EOQ:
- Jumlah kebutuhan bahan mentah sudah dapat ditentukan lebih dulu secara pasti
untuk penggunaan selama satu tahun atau satu periode.
- Penggunaan bahan selalu pada tingkat yang konstan secara kontinyu
- Pesanan persis diterima pada saat tingkat persediaan sama dengan nol atau
diatas safety stock
- Harga konstan selama periode tersebut.
Metode EOQ memiliki kaitan dengan beberapa aktifitas disebuah industri
manufaktur, seperti aktifitas dalam manajemen persediaan di bawah ini:
- Permesanan ulang ( Reorder Point )
- Persediaan Pengaman (Safety Stocks)
- Penentuan Besaran Safety Stocks
Agar pemahaman tentang aktifitas diatas lebih mendalam lagi. Mari kita bahas
perhitungan atau rumus – rumusnya sekali lagi.
a. Pemesanan Ulang ( Reorder Point )
Pada dasarnya, sebuaah perusahaan dalam mempersiapkan bahan
persediaan tidak menunggu bahan perssediaan di gudang habis secara
12
keseluruhan. Hal ini dapat menghambat dan memperlambat proses produksi
didalam perusahaan tersebut. Sehingga seorang manajer akan menentukan titik
minimum atau standar dimana perusahaan harus melakukan pemesanan kembali
untuk mengisi persediaan yang telah kosong.
Jika digambarkan dalam sebuah grafik akan berbentuk seperti dibawah ini
sebagai ilustrasi:

Gambar i: Grafik Ilustrasi Pemesanan Ulang

Dari grafik tersebut bisa kita tarik kesimpulan bahwa Rusmus Pemesanan
Ulang atau Reorder Point yaitu:

Titik Pemesanan Ulang

Waktu Tunggu X Tingkat Penggunaan

b. Persediaan Pengaman ( Safety Stocks )


Persediaan Pengaman ini memang disengaja disediakan oleh perusahaan
untuk dijadikan alternatif pengganti terhadap perubahan tingkat penjualan atau
keterlambatan produksi-pengiriman. Tujuannya tidak lain sebagai jaga-jaga agar
aktifitas disebuah perusahaan tidak berhenti.
Dari gambaran itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa persediaan awal
mengandung safety stock. Jadi bisa di simpulkan menjadi:

Persediaan Awal
EOQ + Safety Stock
Persediaan Rata-rata 13

( EOQ / 2 ) + Safety Stock


Penentuan besar kecilnya Safety Stock dipengaruhi oleh faktor
pengalaman, Faktor dugaan, Faktor Biaya dan Faktor keterlambatan. Jadi, setiap
perusahaan dalam menentukan besar kecilnya safety stock persediaan tidaklah
sama. Contohnya sebagai berikut:
Diketahui:
- Penggunaan perhari 15 Kg.
- Keterlambatan Pengiriman 10 hari
Ditanya:
- Berapa besarnya Safety stock yang harus disiapkan??
Jawab:
Safety stock = Penggunaan per hari X Kendala atau faktor-faktor
= 10 x 15 kg
= 150 Kg.
Jadi Safety stock yang harus disediakan sebesar 150 kg.
Metode EOQ dalam manajemen persedian mempunyai kelebihan dan juga
kekurangan. Sehingga kita harus mengetahuinya. Berikut beberapa kelebihan dan
kelemahan dalam metode ini:
- Keunggulan Model EOQ:
1. Dapat dijadikan dasar penukaran (trade off) antara biaya penyimpanan
dengan biaya persiapan atau biaya pemesanan (setup cost).
2. Dapat mengatasi ketidakpastian penggunaan persediaan pengaman atau
persediaan besi (safety stock).
3. Mudah diaplikasikan pada proses produksi yang outputnya telah memiliki
standar tertentu dan diproduksi secara massal.
4. Lazim digunakan pada rumah sakit, yaitu pada persediaan obat. Jika ada
pasien yang sakit mendadak dan perlu obat segera, apotek rumah sakit
dapat melayani dengan cepat.
- Kelemahan Model EOQ:
Hakikatnya model EOQ adalah model yang menempatkan pemasok sebagai
mitra bisnis sementara karena paradigma untung-rugi diterapkan pada mereka,
sehingga penggunaan model ini terjadi berganti-ganti pemasok, dan hal ini
dapat mengganggu proses produksi.
2.10 Model Periodic Order Quality (POQ).

14
Period Order Quantity (POQ) : Pendekatan menggunakan konsep jumlah pemesanan
ekonomis agar dapat dipakai pada periode bersifat permintaan diskrit, teknik ini
dilandasi oleh metode EOQ. Dengan mengambil dasar perhitungan pada metode
pesanan ekonomis maka akan diperoleh besarnya jumlah pesanan yang harus dilakukan
dan interval periode pemesanannya adalah setahun.
PenggunaanPOQ:
 POQ digunakan sebagai pengganti EOQ, bila permintaan tidak uniform.
 Formula EOQ digunakan untuk menghitung waktu antarpemesanan (economic time
between orders)
 POQ = EOQ/Rata2 pemakaian per minggu
 Dengan POQ ini kuantitas pemesanan ditentukan oleh permintaan aktual, sehingga
akan menurunkan biaya penyimpanan (carrying cost).
2.11 Model Quantity Discount Model (QDM)
Dalam rangka meningkatkan volume penjualan seringkali perusahaan (supplier)
memberikan harga yang lebih rendah kepada pelanggan yang membeli dalam jumlah
yang lebih besar. Jadi harga per unit ditentukan semakin murah dengan semakin
banyaknya jumlah yang dibeli.
Dalam model potongan harga ini kita harus mempertimbangkan trade off antara
biaya pembelian dengan biaya penyimpanan, dimana semakin banyak jumlah yang
dibeli maka biaya pembelian per unit akan semakin menurun, tapi di lain pihak biaya
penyimpanan akan semakin meningkat
2.12 Model Analisis ABC
Analisis ABC adalah metode dalam manajemen persediaan (inventory
management) untuk mengendalikan sejumlah kecil barang, tetapi mempunyai nilai
investasi yang tinggi.
Analisis ABC didasarkan pada sebuah konsep yang dikenal dengan nama Hukum
Pareto (Ley de Pareto), dari nama ekonom dan sosiolog Italia, Vilfredo Pareto (1848-
1923). Hukum Pareto menyatakan bahwa sebuah grup selalu memiliki persentase
terkecil (20%) yang bernilai atau memiliki dampak terbesar (80%). Pada tahun 1940-
an, Ford Dickie dari General Electric mengembangkan konsep Pareto ini untuk
menciptakan konsep ABC dalam klasifikasi barang persediaan.
Berdasarkan hukum Pareto, analisis ABC dapat menggolongkan barang
berdasarkan peringkat nilai dari nilai tertinggi hingga terendah, dan kemudian dibagi

15
menjadi kelas-kelas besar terprioritas; biasanya kelas dinamai A, B, C, dan seterusnya
secara berurutan dari peringkat nilai tertinggi hingga terendah, oleh karena itu analisis
ini dinamakan “Analisis ABC”. Umumnya kelas A memiliki jumlah jenis barang yang
sedikit, namun memiliki nilai yang sangat tinggi.
Dalam hal ini, saya akan menggunakan tiga kelas, yaitu: A, B, dan C, di mana
besaran masing-masing kelas ditentukan sebagai berikut (Sutarman, 2003, pp. 144–
145):
1. Kelas A, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 15-20% dari total
seluruh barang, tetapi merepresentasikan 75-80% dari total nilai uang.
2. Kelas B, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 20-25% dari total
seluruh barang, tetapi merepresentasikan 10-15% dari total nilai uang.
3. Kelas C, merupakan barang-barang dalam jumlah unit berkisar 60-65% dari total
seluruh barang, tetapi merepresentasikan 5-10% dari total nilai uang.
Besaran masing-masing kelas di atas akan membentuk suatu kurva sebagaimana terlihat
pada Gambar 1 di bawah ini.

Gambar ii: Kurva Analisis ABC


Adapun langkah-langkah atau prosedur klasikasi barang dalam analisis ABC adalah
sebagai berikut:
1. Menentukan jumlah unit untuk setiap tipe barang.
2. Menentukan harga per unit untuk setiap tipe barang.
3. Mengalikan harga per unit dengan jumlah unit untuk menentukan total nilai uang
dari masing-masing tipe barang.

16
4. Menyusun urutan tipe barang menurut besarnya total nilai uang, dengan urutan
pertama tipe barang dengan total nilai uang paling besar.
5. Menghitung persentase kumulatif barang dari banyaknya tipe barang.
6. Menghitung persentase kumulatif nilai uang barang dari total nilai uang.
7. Membentuk kelas-kelas berdasarkan persentase barang dan persentase nilai uang
barang.
8. Menggambarkan kurva analisis ABC (bagan Pareto) atau menunjuk tingkat
kepentingan masalah.
Dengan analisis ABC, kita dapat melihat tingkat kepentingan masalah dari suatu
barang. Dengan begitu, kita dapat melihat barang mana saja yang perlu diberikan
perhatian terlebih dahulu.
2.13 Model Just In Time (JIT).
Salah satu metode untuk mengendalikan persediaan yang modern adalah metode Just In
Time atau bisa disebut juga JIT. Metode ini bertujuan untuk meminimalkan biaya
persediaan karena menggunakan metode JIT setiap pemesanan dari konsumen akan
langsung di produksi. Dalam JIT diusahakan persediaan nol (atau paling tidak pada
tingkat yang tidak signifikan), sehingga penilaian persediaan menjadi tidak relevan
untuk tujuan pelaporan keuangan.
Rumusan JIT yang digunakan adalah :

Dimana :
𝑰 + 𝑭𝟏 + 𝑿𝟐 . 𝑽𝟐 𝑿𝟏 = Unit produk yang harus
𝑿𝟏 =
𝑷 − 𝑽𝟏 dijual untuk mencapai
laba tertentu
I = Laba Sebelum Pajak
1.1.1 𝑭𝟏 = Total Biaya Tetap
𝑿𝟐 = Jumlah kuantitas Non
Unit
𝑽𝟐 = Biaya Variable Non Unit
𝑽𝟏 = Biaya Variable per unit
P = Harga Jual per unit

2.14 Bentuk Pengaplikasian dalam Perusahaan


Pada studi kasus ini, kami hanya membahas satu metode saja dari manajemen
persedian. Hal ini dikarenakan mengingat banyaknya metode dalam menganalisis dan
memperhitung persedian dalam sebuah perusahaan. Metode yang kami gunakan dalam

17
study kasus ini menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) yang biasa di
gunakan di sebuah perusahaan.
Studi kasus ini kami ambil dari sebuah pabrik roti yang terkenal mereknya. Sebut
saja namanya Pabrik Roti S. Dari kegiatan aktifitasnya diketahui Pabrik Roti S
penjualannya mencapai 2.600.000 Kg tepung terigu. Kemudian biaya pemesannanya
mencapai $ 5.000. dari tepung yang dipesannya setelah sampai diperusahaan dikenakan
biaya penyimpanan sebesar 2% dari harga beli. Dan harga belinya sebesar $5/Kg.
Pabrik Roti S ini memprioritaskan persediaan pengaman 50.000 kg tepung terigu.
Waktu pengiriman memakan waktu 2 minggu dan setiap pemesanan terigu harus
dengan kelipatan 2000 Kg. Dalam perjalanan Aktifitasnya, Perusahaan tepung terigu
yang biasa dijadikan langganan memberikan penawaran yang langka.
Penawarannya, Jika perusahaan Pabrik Roti S membeli terigu sebanyak 650.000 Kg.
Maka biaya pengiriman ditanggung oleh perusahaan tepung sebesar $ 3.500. Dari
aktifitas tersebut seorang manajer disuruh Direktur Pabrik Roti S untuk membuat
perencanaan besarnya persediaan yang harus disiapkan, pemesanan ulang, pembagian
waktu pemesanan dalam satu tahun, biaya penyimpanan, biaya pemesanan, biaya safety
stock dan total biaya persediaan serta analisis dari penawaran perusahaan tepung
tersebut.
Dari kasus diatas dapat disederhanakan menjadi sebagai Pokok yang diketahui
dari aktifitas Pabrik Roti S meliputi:
- S / Penjualan Pabrik Roti S 2,6 juta kg terigu
- F / Biaya pemesanan $ 5000
- C / Biaya penyimpanan 2% dari harga beli $ 5/Kg
- Safety Stock 50.000 Kg
- Waktu tunggu 2 Minggu
- Kelipatan pesanan 2000 Kg
- Jika pembelian 650.000 kg dapat diskon kirim $ 3.500
Dari data diatas seorang manajer akan menghitung semua hal yang berkaitan
dengan persediaan. Metode yang kami gunakan dalam menghitung masalah diatas
menggunakan metode EOQ. Berikut penyelesaianya:
1. Besarnya EOQ
𝟐.𝐅.𝐒
EOQ = √ 𝐂.𝐏

18
𝟐.𝟓𝟎𝟎𝟎.𝟐𝟔𝟎𝟎𝟎𝟎𝟎
= √ 𝟎,𝟎𝟐.𝟓

= 509902 Kg
= 510.000 Kg
2. Pemesanan Ulang (Reorder Point)
- Penggunaan per minggu
= 2.600.000 / 52
= 50.000 Kg
- Titik Pemesanan Ulang
= Waktu Pengiriman + Safety Stock
= ( 2 Minggu x 50.000 ) + 50.000
= 100.000 + 50.000
= 150.000 Kg
3. Pemesanan Dalam Satu Tahun
- Pemesanan Dalam Satu Tahun
= 2.600.000 / 510.000
= 5,098 kali
Jika dijadikan hari maka 365 hari / 5,098 kali = 72 hari
= 10 Minggu
- Tingkat Pemakaian Perhari
= 2.600.000 / 365 hari
= 7.123,29 Kg
= 7.124 Kg / hari
4. Biaya Penyimpanan / TCC
- TCC = C.P.A atau TCC = C.P.(Q/2)
- TCC = C . P . ( Q / 2 )
= 0,02 . $5 . ( 510.000 / 2 )
= 0,1 . 255.000
= $ 25.500
5. Biaya Pemesanan / TOC
- TOC = F. ( S / Q )
= $ 5000 . ( 2.600.000 / 510.000 )
= $ 5000 . 5,098
= $ 25.490,20

19
6. Biaya Safety Stock
- Safety Stock = C. P. (Safety Stock)
= 0,02 . $ 5 . (50.000)
= 0,1 . 50.000
= $ 5.000
7. Total Biaya Persediaan / TIC
- TIC = TCC + TOC + Biaya Safety Stock
= $ 25.500 + $ 25.490,20 + $ 5.000
= $ 55.990,20
8. Grafik EOQ

Gambar iii: Grafik EOQ


9. Biaya Persediaan – TIC Setelah Ada Tawaran
- Biaya Pemesanan
= $ 5.000 - $ 3.500
= $ 1.500
- TCC = 0,02 . $ 5 . ( 650.000 / 2 )
= 0,1 . 325.000
= $ 32.500
- TOC = $ 1.500 . ( 2.600.000 / 510.000 )
= $ 1.500 . 5,098
= $ 7.647
- TIC = $ 32.500 + $ 7.647 + $ 5.000
= $ 45.147
10. Hasil Analisis
- Jika pesanan sejumlah
a. 510.000 Kg Biaya persediaan sebesar $ 55.990,20
20
b. 650.000 Kg Biaya persediaan sebesar $ 45.147
Selesihnya mencapai $ 10.843,20
- Penawaran dari perusahaan pengolahan gandum perlu dipertimbanngkan.
- Pemesanan dalam satu tahun dilakukan 4 kali atau 13 Minggu
= 2.600.000 / 650.000 = 4 Kali

21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perusahaan dalam melakukan pelaporan mengenai persediaan sangat penting bagi
perusahaan dalam mengambil suatu keputusan dan persediaan merupakan salah satu
dari beberapa unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara terus
meneru diperoleh, diproduksi dan dijual. Oleh karena itu, system akuntansi itu sendiri
harus dilaksanakan sebaik mungkin sehingga tidak mengalami hal-hal yang
mengganggu jalannya operasi perusahaan.
Pelaporan persediaan yang diteliti dan relevan dianggap vital untuk memberikan
informasi yang berguna bagi perusahaan. Apabila terjadi kesalahan dalam pencatatan
persediaan, maka akan mengakibatkan kesalahan dalam menentukan besarnya laba
perusahaan yang diperoleh.

22
DAFTAR PUSTAKA
Miswanto dan Eko Widodo. 1998. Manajemen Keuangan 1. Jakarta: Gunadarma
Murwanto, Rahmadi, Insyafiah dan Subkhan. 2006. Manajemen Persediaan.
Jakarta:LPKPAP

23

Anda mungkin juga menyukai