Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak merupakan bagian atau anggota keluarga, sering dikatakan sebagai

potret atau gambar dari orang tuanya saat masih kecil. Namun tidaklah

demikian, karena anak merupakan individu tersendiri yang tumbuh dan

berkembang secara unik dan tidak dapat diulang setelah usianya bertambah.

Menurut UU No. 4 tentang kesejahteraan anak, yang dimaksud anak

adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah

kawin (menikah). Saat ini yang disebut anak bukan lagi yang berumur 21

tahun, tetapi berumur 18 tahun seperti yang ditulis Hurlock maka dewasa dini

dimulai umur 18 tahun.

Meskipun demikian, anak masih dikelompokkan lagi menjadi tiga sesuai

dengan kelompok usia, yaitu ; usia 2-5 tahun disebut usia prasekolah, usia 6-

12 tahun disebut usia sekolah, usia 13-18 tahun disebut usia remaja.

B. Tujuan

a. Agar mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian pada keluarga dengan

anak usia sekolah.

b. Agar mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada keluarga

dengan anak usia sekolah.

c. Agar mahasiswa mampu melakukan intervensi pada keluarga dengan anak

usia sekolah.

1
d. Agar mahasiswa mampu melaksanakan implementasi pada keluarga dengan

anak usia sekolah.

e. Agar mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada keluarga dengan anak usia

sekolah.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Anak

Anak usia sekolah dapat disebut sebagai akhir masa kanak-kanak sejak

usia 6 tahun atau masuk sekolah dasar kelas satu, ditandai oleh kondisi yang

sangat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial anak. Akhir

masa kanak-kanak memiliki beberapa ciri:

1. Label yang digunakan oleh orangtua

a. Usia yang menyulitkan, yaitu suatu masa ketika anak tidak mau lagi

menuruti perintah dan ketika anak lebih dipengaruhi oleh teman sebaya

dari pada oleh orangtua dan anggota keluarga lain.

b. Usia tidak rapi, yaitu suatu masa ketika anak cenderung tidak

memperdulikan dan ceroboh dalam penampilan.

c. Usia bertengkar, yaitu suatu masa ketika banyak terjadi pertengkaran

antar-keluarga dan suasana rumah yang tidak menyenangkan bagi semua

anggota keluarga.

2. Label yang digunakan pendidik/guru

a. Usia sekolah dasar, yaitu suatu masa ketika anak diharapkan

memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang dianggap penting untuk

keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan mempelajari

berbagai keterampilan penting tertentu baik kurikuler maupun

ekstrakurikuler.

3
b. Periode kritis dalam berprestasi, yaitu suatu masa ketika anak

membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak sukses, atau sangat

sukses, yang cenderung menetap sampai dewasa.

3. Label yang digunakan oleh ahli psikologi

a. Usia berkelompok, yaitu suatu masa ketika perhatian utama anak

tertuju pada keinginan diterima oleh teman-teman sebaya sebagai

anggota kelompok.

b. Usia penyesuaian diri, yaitu suatu masa ketika anak ingin

menyesuaikan dengan standar yang disetujui oleh kelompok dalam

penampilan, berbicara, dan perilaku.

c. Usia kreatif, yaitu suatu masa ketika akan ditentukan apakah anak akan

menjadi konformis (pencipta karya baru) atau tidak.

d. Usia bermain, yaitu suatu masa ketika besarnya keinginan bermain

karena luasnya (adanya) minat dan kegiatan untuk bermain.

B. Perkembangan Akhir Masa Kanak-Kanak

1. Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-

permainan yang umum.

2. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang

sedang tumbuh.

3. Belajar menyesuaikan diri dengan teman-temannya.

4. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat.

5. Mengembangkan keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan

berhitung.

4
6. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan

sehari-hari.

7. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tingkatan nilai.

8. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga.

9. Mencapai kebebasan pribadi.

C. Masalah Anak Usia Sekolah

Masalah-masalah yang sering terjadi pada anak usia sekolah meliputi bahaya

fisik dan psikologis.

1. Bahaya Fisik

a. Penyakit infeksi pada usia sekolah jarang sekali terjadi dengan adanya

kekebalan yang didapat dari imunisasi yang pernah didapatkan semasa

bayi dan diulang pada kelas satu atau enam, tetapi berbahaya adalah

penyakit palsu atau khayal untuk menghindarkan tugas-tugas yang

menjadi tanggung jawabnya. Penyakit yang sering ditemui adalah

penyakit yang berhubugan dengan keberhasilan diri anak.

b. Kegemukan terjadi bukan karena adanya perubahan pada kelenjar, tetapi

akibat banyaknya karbohidrat yang dikonsumsi. Bahaya kegemukan

yang mungkin dapat terjadi: anak kesulitan mengikuti kegiatan bermain

sehingga kehilangan kesempatan untuk mencapai keterampilan yang

penting untuk keberhasilan sosial, dan teman-temannya sering

mengganggu dan mengejek dengan sebutan-sebutan “gendut” atau

sebutan lain sehingga anak merasa rendah diri.

5
c. Kecelakaan terjadi akibat keinginan anak untuk bermain yang

menghasilkan keterampilan tertentu. Maskipun tidak meninggalkan

bekas fisik, kecelakaan yang dianggap sebagai kegagalan dan anak

lebih bersikap hati-hati akan berbahaya bagi psikologisnya sehingga

anak merasa takut terhadap kegiatan fisik. Bila hal ini terjadi dapat

berkembang menjadi rasa malu yang mempengaruhi hubungan sosial.

d. Kecanggungan, pada masa ini anak mulai membandingkan

kemampuannya dengan teman sebaya. Bila muncul perasaan tidak

mampu dapat menjadi dasar untuk rendah diri.

e. Kesederhanaan sering dilakukan oleh anak-anak pada saat apapun.

Orang yang lebih dewasa memandangnya sebagai perilaku yang kurang

menarik sehingga anak menafsirkan sebagai penolakan yang dapat

mempengaruhi perkembangan konsep diri anak.

2. Bahaya Psikologis

a. Bahaya dalam berbicara, ada empat bahaya dalam berbicara yang umum

terdapat pada anak usia sekolah: kosakata yang kurang dari rata-rata

menghambat tugas-tugas di sekolah dan menghambat komunikasi

dengan orang lain, kesalahan dalam berbicara, seperti salah ucap dan

kesalahan tata bahasa, cacat dalam bicara seperti gagap atau pilar, akan

membuat anak menjadi sadar diri sehingga anak hanya berbicara bila

perlu, anak yang mempunyai kesulitan berbicara dalam bahasa yang

digunakan di lingkungan sekolah akan terhalang dalam usaha untuk

berkomunikasi dan mudah merasa bahwa ia “berbeda” dan pembicaraan

6
yang bersifat egosentris, yang mengkritik dan merendahkan orang lain,

dan yang bersifat membual akan ditentang oleh temannya.

b. Bahaya emosi, anak akan dianggap tidak matang baik oleh teman-teman

sebaya maupun orang dewasa, bila ia masih menunjukkan pola-pola

ekspresi emosi yang kurang menyenangkan, seperti marah yang

meledak-ledak, dan juga bila emosi yang buruk seperti marah dan

cemburu masih sangat kuat sehingga kurang disenangi orang lain.

c. Bahaya bermain, anak yang kurang memiliki dukungan sosial akan

merasa kekurangan kesempatan untuk mempelajari permainan dan

olahraga yang penting untuk menjadi anggota kelompok. Anak yang

dilarang berkhayal karena membuang waktu atau dilarang melakukan

kegiatan kreatif dan bermain akan mengembangkan kebiasaan penurut

yang kaku.

d. Bahaya dalam konsep diri, anak yang mempunyai konsep diri yang ideal

biasanya merasa tidak puas pada perlakuan orang lain. Bila konsep

sosialnya didasarkan pada berbagai stereotip, ia cenderung

berprasangka dan bersikap diskriminatif dalam memperlakukan orang

lain. Karena konsepnya berbobot emosi maka itu cenderung menetap

dan terus memberikan pengaruh buruk pada penyesuaian sosial anak.

e. Bahaya yang menyangkut minat, ada dua bahaya yang umum

dihubungkan dengan minat masa kanak-kanak: pertama, tidak berminat

pada hal-hal yang dianggap penting oleh teman-teman sebaya, dan

7
kedua, mengembangkan sikap yang kurang baik terhadap minat yang

dapat bernilai bagi dirinya, seperti kesehatan atau sekolah

f. Bahaya dalam perkembangan kepribadian, ada dua bahaya yang serius

dalam perkembangan kepribadian periode ini. Pertama, perkembangan

konsep diri yang buruk yang mengakibatkan penolakan diri, dan kedua,

egosentrisme yang merupakan lanjutan dari awal masa kanak-kanak.

Egosentrisme merupakan hal yang serius karena memberikan rasa

penting diri yang palsu.

g. Bahaya hubungan keluarga, pertentangan dengan anggota-anggota

keluarga mengakibatkan dua hal: melemahkan ikatan keluarga dan

menimbulkan kebiasaan pola penyesuaian yang buruk, serta masalah-

masalah yang dibawa keluar rumah.

8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
PADA KELUARGA Tn. Z DENGAN MASALAH ISPA

I. PENGKAJIAN
A. Data Umum.
1. Nama KK : Tn. Z
2. Usia : 40 tahun
3. Pendidikan KK : SMA
4. Pekerjaan : Wiraswasta
5. Alamat : Ds. Geulanggang Kulam, Kab. Bireuen
6. Komposisi Keluarga :

Hub
Jenis
No Nama dg Umr Pddkn
Kelamin
KK
1 Ibu W Perempuan Istri 33 SMA
2 An. Y Perempuan Anak 8 -

7. Tipe Keluarga : Keluarga Tn. T termasuk keluarga inti (nuclear family) yaitu
keluarga yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak-anak.
8. Latar belakang Budaya / kebiasaan keluarga
a. Suku bangsa Aceh Bangsa Indonesia.
b. Bahasa yang digunakan keluarga sehari hari adalah bahasa Aceh, keluarga
menguasai bahasa indonesia.
c. Kebiasaan budaya anggota keluarga mencuci tangan sebelum makan, cuci
muka, kaki dan gosok gigi sebelum tidur selain kegiatan rutin sehari – hari
yang sudah umum dilakukan seperti keluarga lain antara lain mandi dan
mencuci. Sedangkan dalam menjaga kebersihan rumah kurang
diperhatikan.

9
d. Jaringan kerja : Tn. T adalah seorang tukang kayu, relasinya banyak berasal
dari sesama profesi dan jika order pekerjaan sepi tak ada pekerjaan lain yang
dilakukan. Sedangkan Ny. W seorang penjual nasi bungkus di pasar.
e. Kebiasaan makan : Komposisi makanan pada Tn. Z adalah makanan pokok
selalu ada, sayur mayur selalu ada, lauk nabati dan lauk hewani kadang-
kadang, susu kadang-kadang ada untuk anaknya dan dalam keluarga tidak
mempunyai makanan pantangan atau alergi (kecuali makanan yang dilarang
sesuai keyakinan atau agama yang dianut ). Keluarga tidak mengalami
kesulitan dalam memperoleh bahan makanan karena Ny. W sendiri penjual
nasi di pasar. Dalam pengolahan, keluarga selalu memperhatikan
kebersihan bahan makanan dengan mencuci bahan makanan yang akan
diolah, dihidangkan dalam keadaan terbuka dan keluarga mengatakan
kurang mengetahui tentang komposisi makanan bergizi dan cara
memodifikasinya.
f. Pemanfaatan fasilitas kesehatan : Fasilitas kesehatan yang tersedia dan
paling mudah dijangkau yaitu PKD yang berjarak 400 m dan puskesmas
yang berjarak kurang lebih 2 km. Keluarga Tn. Z merupakan peserta BPJS
JKRA.
g. Pengobatan tradisional : Keluarga Tn. Z sering menggunakan pengobatan
tradisional untuk mengatasi masalah kesehatan di keluarga, namun keluarga
tahu tentang tanaman obat yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah
kesehatan yang sifatnya ringan.
h. Status sosial ekonomi keluarga Tn Z bekerja sebagai tukang kayu dengan
penghasilan rata-rata Rp 700.000 perbulan.

B. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini Keluarga Tn. Z merupakan
keluarga dengan tahap perkembangan keluarga dengan anak usia
sekolah.
2. Tugas perkembangan saat ini :
a. Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi

10
sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya
b. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
c. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga
3. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.
Tugas perkembangan yang belum terpenuhi adalah mempertahankan
komunikasi terbuka antara anak dan orang tua. Orang tua belum dapat
mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah
dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya. Pernyataan An.
Y, “ setelah menderita masalah sesak dan sering batuk sekarang saya
merasa malas untuk mengikuti kegiatan disekolah”. Ny.W menyatakan
bahwa Ny.W belum tahu tentang perubahan yang terjadi pada anaknya,
sehingga belum bisa menerangkan tentang masalah tersebut pada An.
Y. Pernyataan Ny W, “waktu anak saya menanyakan tentang kenapa
nafas saya terasa sesak, saya jawab itu cuma masalah biasa, dengan
beristirahat saja akan sembuh sendiri”.

B. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan An. Y Ibu. W Bpk. Z


Kepala Bersih Bersih Bersih

Tanda – tanda N = 80 x/i TD = 110/ 90 TD = 140/ 70


vital R = 24 x/i N = 80 x/i N = 80 x/i
S = 360C R = 24 x/i R = 23 x/i
S = 36,50C S = 360C
BB, TB, PJ BB = 26 kg BB = 48 kg BB = 68 kg
PJ = 100 cm, kondisi PJ = 160 cm, PJ = 170 cm, kondisi
normal kondisi normal normal
Mata mata tidak anemis, mata tidak anemis mata tidak anemis

Hidung Tidak bersekret, tidak Tidak bersekret, Tidak ada kelainan


ada kelainan tidak ada kelainan penciuman
penciuman penciuman

11
Mulut Mukosa lembab, Mukosa lembab, Mukosa lembab,
kesulitan menelen = - kesulitan menelen = kesulitan menelen = -
-
Leher Tidak ada benjolan, Tidak ada benjolan, Tidak ada benjolan, tidak
tidak ada pembesaran tidak ada ada pembesaran kelenjar
kelenjar linfe pembesaran linfe
kelenjar linfe
Dada Bunyi jantung dan paru Bunyi jantung dan Bunyi jantung dan paru
normal paru normal normal
Abdomen Tidak ada kembung Tidak ada kembung Tidak ada kembung
Tangan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembengkakan, turgor pembengkakan, pembengkakan, turgor
baik. LLA = 15 cm turgor baik. baik.
Kaki Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembengkakan, turgor pembengkakan, pembengkakan, turgor
baik turgor baik baik
Keluhan
umum

Harapan keluarga dari masalah kesehatan adalah agar keluarga tahu bahwa masalah
yang dihadapi An. Y dapat teridentifikasi dan segera teratasi serta dapat
memodifikasi lingkungan yang mendukung untuk pencegahan terhadap penularan
kepada anggota keluarga yang lain.

C. ANALISA DATA
1. Data subjektif
Ibu mengatakan anaknya sering demam
Ibu mengatakan anaknya sering pilek
2. Data objektif
a. Kesadaran kompos mentis
b. Keadaan umum baik
c. Terdapat secret pada an. Y
d. N : 80 x/ mnt
e. R : 24x/ mnt

12
D. DIAGNOSA
Pola nafas tidak efektif pada An. Y b.d ketidakmampuan keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang sakit

E. IMPLEMENTASI
1. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan
kebutuhan kesehatan dengan cara :
 Memberikan informasi tentang ISPA
 Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan
2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat
terhadapat An Y dengan dengan cara :
 Memberikan obet penurun panas / kompres dingin
 Membersihkan hidung dengan kain bersih
 Memberikan minum lebih banyak dari biasanya
 Melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur pada pelayanan
kesehatan
3. Memberikan kepercayaan diri dalam membina hubungan baik dengan cara:
 Mendemonstrasikan cara perawatan
 Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah
 Mengawasi keluarga melakukan perawatan
4. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat
lingkungan menjadi sehat, dengan cara ;
 Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
 Melakukan perubahan lingkungan dengan seoptimal mungkin
5. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
dengan cara :
 Memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga
 Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

13
F. EVALUASI
S:
1. Ibu mengatakan cara perawatan ISPA di rumah dengan memberikan obat
panas sesuai resep atau kompres dingin
2. Ibu mengatakan jika anak pilek hidung di bersihklan dengan kain bersih

O:
1. Keluarga menyebutkan cara merawat ISPA sesauai standar
2. Keluarga mendemonstrasikan cara membersihkan hidung tersumbat

A:
Keluarga mampu menyebutkan cara perawatan ISPA, mendemonstrasikan cara
membersihkan hidung tersumbat

P:
Keluarga mampu merawat An Y dengan pola nafas tidak efektif

14
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat terdiri atas kepala keluarga,

serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal dalam satu atap dalam

keadaan saling ketergantungan. Adapun pengkajian yang dilakukan pada

keluarga dengan anak usia sekolah adalah meliputi: Identitas, riwayat dan tahap

perkembangan keluarga, lingkungan, Struktur keluarga, fungsi keluarga,

penyebab masalah keluarga dan koping yang dilakukan keluarga, identitas

anak, riwayat kehamilan sampai kelahiran, riwayat kesehatan bayi sampai saat

ini, kebiasaan saat ini (pola perilaku dan kegiatan sehari-hari), pertumbuhan

dan perkembangannya saat ini (termasuk kemampuan yang telah dicapai), dan

pemeriksaan fisik. Adapun diagnosa keperawatan yang sering muncul pada

anak usia sekolah adalah: Bersihan jalan nafas tidak efektif pada anak

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anak dengan ISPA.

B. Saran
Pada kesempatan ini kelompok akan mengemukakan beberapa saran

sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi usaha peningkatan mutu

pelayanan asuhan keperawatan yang akan datang, diantaranya : dalam

melakukan asuhan keperawatan, perawat mengetahui atau mengerti tentang

rencana keperawatan pada keluarga dengan anak usia sekolah,

pendokumentasian harus jelas dan dapat menjalin hubungan yang baik dengan

keluarga.

15
DAFTAR PUSTAKA

Arlina. 2012. Keluarga Anak Usia Sekolah. Diakses di http:/www.scribd

Friedman, M., Marilyn.. Family Nursing : Research, Theory & Practice. USE :
Appleton And Lange.

Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi dalam Pratik. EGC.


Jakarta.

16
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. Z
PADA ANAK USIA SEKOLAH

DI SUSUN

O
L
E
H

KELOMPOK 4

HALIMATUN SAKDIAH
M. KHADAFI
HAFDHALUDDIN
MUTIA ZAHARA
NURZAITUN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


MUHAMMADIYAH LHOKSEUMAWE
TAHUN 2017

17
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya, serta shalawat dan salam kami sanjungkan

kepangkuan Nabi Muhammad SAW yang mengantarkan kita dari alam jahiliyah

kealam penuh ilmu pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini

yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA ANAK USIA

SEKOLAH”.

Penyelesaian makalah ini mendapatkan bantuan dari berbagai pihak.

Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam menyelesaikan makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi

pembaca khusunya dibidang kesehatan masyarakat.

Bireuen, Oktober 2017

(Kelompok 4 )

ii
18
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1


A Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan .......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3


A. Konsep Dasar Anak ..................................................................... 3

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ...................................................... 9


A. Pengkajian Data Umum ............................................................... 9
B. Pemeriksaan Fisik ......................................................................... 11
C. Analisa Data ................................................................................. 12
D. Diagnosa ....................................................................................... 13
E. Implementasi ................................................................................ 13
F. Evaluasi ........................................................................................ 14

BAB IV PENUTUP ..................................................................................... 15


A. Kesimpulan ................................................................................... 15
B. Saran ............................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA

iii
19

Anda mungkin juga menyukai