Anda di halaman 1dari 13

EKSTENBILITAS DAN ELASTISITAS OTOT

LAPORAN PRAKTIKUM

Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Fisiologi Hewan Dan Manusia


Yang dibimbing oleh Bapak Dr. Abdul Gofur, M.Si

Disusun Oleh:
Kelompok 6 / Offering I
Endah Retno Atdha Sari (170342615502)
Farida Ariyani (170342615518)
Muhammad Haidar Amrullah (130342615319)
Mega Berliana (170342615550)
Vina Rizkiana (170342615504)

The Learning University

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Oktober 2018
A. TANGGAL PRAKTIKUM
Praktikum Ekstenbilitas dan Elastisitas Otot dilaksanakan pada hari Rabu,
tanggal 03 Oktober 2018 di gedung O5 210 Laboratorium Fisiologi Hewan
Universitas Negeri Malang.

B. TUJUAN
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang
sifat ekstensibilitas dan elastisitas otot polos dan otot lurik, serta mampu
mengembangkan lewat penelitian.

C. DASAR TEORI
Otot merupakan jaringan terbesar dalam tubuh yang kegiatannya berupa
kontraksi. Secara fisiologis, otot dibagi menjadi tiga, yaitu otot jantung, otot
rangka, dan otot polos. Terdapat lebih dari 500 otot skeletal, yaitu otot yang
terdiri dari serabut otot dan membentuk 40% tubuh (Lesmana, 2013). Kontraksi
otot terjadi apabila otot menerima rangsangan pada saraf motoris dari sistem
saraf pusat atau sumsum tulang belakang. Impuls tersebut dipindahkan dari
saraf ke saraf lain sampai mencapai neuromuscular junction dan mengeluarkan
neurotransmitter berupa asetilkolin. Asetilkolin inilah yang dapat meningkatkan
elastisitas membran serat otot (Sulistyo, 2010).
Jaringan otot memiliki sifat-sifat umum, yaitu iritabilitas, konduktivitas,
dan metabolisme. Sifat yang khas dari jaringan otot yaitu kemampuan untuk
melakukan kontraktilitas, ekstensibilitas, dan elastisitas. Sifat kontraktilitas
merupakan sifat atau kemampuan otot untuk berkontraksi. Kontraksi otot ini
disebabkan oleh protein kontraktil yang dimiliki oleh jaringan otot. Sifat
ekstensibilitas merupakan kemampuan otot untuk memanjang apabila otot
diberi beban atau gaya (Soewolo, 2000).
Jaringan otot dapat melakukan kemampuan untuk ekstensibilitas dan
elastisitas. Ekstensibilitas adalah kemampuan otot untuk memanjang sedangkan
elastisitas adalah kemampuan otot untuk kembali pada panjang semula.
Kemampuan untuk melakukan ekstensibilitas dan elastisitas ini dimiliki oleh
semua jenis otot termasuk otot polos, otot lurik, dan otot jantung (Rahmatullah,
2005).
Hukum Starling menyatakan bahwa, “Kuat kontraksi otot berbanding
lurus dengan panjang mula-mula otot tersebut”. Sifat elastisitas merupakan
lawan dari sifat ekstensibilitas otot, yaitu kemampuan otot untuk kembali ke
bentuk semula apabila beban atau gaya yang diberikan pada otot dihilangkan
atau ditiadakan (Soewolo, 2000).
Otot polos dan otot lurik memiliki perbedaan struktur yang
mempengaruhi ekstensibilitas dan elastisitas jaringan otot. Sifat ekstensibilitas
dan elastisitas yang dimiliki oleh otot ini memungkinkan agar otot tidak mudah
rusak apabila diberi beban atau gaya. Misalnya pada alat pencernaan makanan
seperti usus dan pembuluh darah yang memiliiki kemampuan untuk melakukan
ekstensibilitas dan elastisitasBilik mampu menampung darah tanpa mengalami
kerusakan. Hal tersebut terjadi karena sel-sel otot pada serambi dan bilik
jantung memiliki kemampuan untuk meregang, sehingga memungkinkan
serambi dan bilik jantung dapat menampung darah dengan jumlah cukup
banyak (Susilowati, 2016).

D. ALAT DAN BAHAN

ALAT : 1. Papan dan alat seksi 5. Plastik


2. Gelas arloji 6. Statif
3. Tiang penggantung
4. Benang besar
BAHAN : 1. Larutan Ringer
2. Katak hijau (Rana sp.)
3. Beban logam @10 gram
E. PROSEDUR KERJA
1. Membuat sediaan otot lurik

Membuat Merendam
Memisahkan
potongan potongan otot
Merusak dengan hati-hati
longitudinal pada dalam larutan
otak katak kuliat pada daerah
otot rektus Ringer pada
dengan abdomen, hingga
abdominis dengan gelas arloji, dan
single pith nampak rektus
panjang 3 cm dan mengistirahatkan
abdominis nya.
lebar sesuai lebar selama 2-3 menit
ususnya

2. Membuat sediaan otot polos

Mengeluarkan Membersihkan usus Memasukkan potongan


usus katak dari katak dan mengeluarkan usus dalam larutan Ringer
dalam rongga fesesnya. Membuat pada gelas arloji, dan
abdomen dari potongan usus mengistirahatkan selama
katak yang sepanjang 3 cm 2-3 menit
sama

3. Mengukur ekstensiblitas dan elastisitas otot lurik dan otot polos

Mengikat kedua Mengikatkan Mengukur panjang otot antara


ujung pototngan benang yang kedua ikatan sebelum diberi
otot dengan seutas satu pada beban (pO1), kemudian
tali, mengusahakan penggantung, berturut-turut menambahkan
ikatan tidak terlalu sedang benang 10 gram sampai 50 gram
kencang atau pun yang lain pada (pO50) dan mengukur panjang
longgar tempat beban. otot tiap ditambah beban 10
gram

Mengurangi beban 10
Mengulangi cara yang sama gram secara berturut-turut
pada usus katak dan hingga akhirnya tanpa
mencatat hasilnya pada tabel beban (pO2) dan mengukur
panjang otot tiap dikurangi
beban 10 gram
F. HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. hasil pengamatan Ekstenbilitas dan Elastisitas Otot pada Katak (Rana sp.)
Otot
Cara Kerja Beban
Lurik (cm) Polos (cm)
Ikat kedua ujung
potongan otot rektus P01 2 2
abdominis dengan
seutas tali (usahakan
ikatan tidak terlalu
kuat ataupun P10 2,5 4
longgar)
Ikat benang yang
satu P20 2,7 5
penggantung,dan
yang lain pada P30 3 5,7
tempat beban
Ukur panjang otot
antara dua ikatan P40 3,4 6,7
sebelum diberi
beban ( P01)
kemudian
menambahkan P50
beban10 gram 3,7 7,5
hingga 50 gram
Mengukur panjang
otot setiap kali
P40 3,5 7,2
penambahan beban
10 gram
Beban dikurangi P30 3 7
secara berturut-turut
setiap 10 gram
sampai tanpa beban P20 2,8 6,5
( P02)
Mengukur panjang P10 2,7 5,3
otot setiap
pengurangan 10 P02 2,5 4,7
gram

G. ANALISIS DATA
Praktikum ekstensibilitas dan elastisitas otot dilakukan dengan
menggunakan potongan sediaan otot lurik (rektus abdominalis) dan otot polos.
Perlakuan pertama yaitu melakukan pengukuran panjang otot antara dua ikatan
sebelum diberi beban (beri kode P01), kemudian secara berturut-turut menambahkan
10 gram beban sampai 50 gram (beri kode P50). Selanjutnya secara berturut-turut
mengurangi beban 10 gram, sampai akhirnya tanpa beban (beri kode P02).
Berdasarkan pengukuran pada saat praktikum, hasil pengukuran yang
diperoleh yaitu pada saat kedua ujung potongan otot rektus abdominis diikatkan
dengan seutas tali tanpa beban (P01), panjang otot lurik sebesar 2 cm, begitupun
juga dengan panjang otot polos sebesar 2 cm. Saat ditambah dengan beban sebesar
10 gram (P10), panjang otot lurik menjadi 2,5 cm sedangkan panjang otot polos
menjadi 4 cm.
Pada perlakuan pertambahan beban sebesar 20 gram (P20), terjadi
penambahan ukuran panjang dari otot lurik, yaitu dari yang semula 2,5 cm
panjangnya menjadi 2,7 cm. Pertambahan ukuran panjang juga terjadi pada otot
polos, yaitu bertambah dari 4 cm menjadi 5 cm. Pada perlakuan penambahan beban
sebesar 30 gram (P30), terjadi pertambahan ukuran panjang dari otot lurik dari 2,7
cm menjadi 3 cm. Pertambahan panjang juga terjadi pada otot polos, yaitu
bertambah dari yang panjangnya 5 cm menjadi sebesar 5,7 cm.
Perlakuan yang kelima, yaitu dengan menambahkan beban sebesar 40 gram
(P40), hasilnya yaitu terjadi pertambahan ukuran panjang pada otot lurik dan otot
polos. Pada otot lurik, ukuran panjang berubah dari 3 cm menjadi 3,4 cm sedangkan
pada otot polos ukuran panjang bertambah dari 5,7 cm menjadi 6,7 cm. Pada
perlakuan penambahan beban sebesar 50 gram (P50), terjadi pertambahan ukuran
panjang dari otot lurik dari 3,4 cm menjadi 3,7 cm. Pertambahan panjang juga
terjadi pada otot polos, yaitu bertambah dari 6,7 menjadi 7,5 cm.
Perlakuan selanjutnya adalah dengan mengurangi beban pada sediaan otot
lurik dan otot polos. Pada saat beban dikurangi 10 gram (P40), otot lurik berkurang
panjangnya dari 3,7 menjadi 3,5 cm. Berkurangnya ukuran panjang ini juga terjadi
pada otot polos dari yang semula ukuran panjangnya 7,5 cm menjadi 7,2 cm. pada
saat beban dikurangi 10 gram (P30), otot lurik berkurang panjangnya dari 3,5 cm
menjadi 3 cm. berkurangnya ukuran panjang juga terjadi pada otot polos, dari 7,2
cm menjadi 7 cm.
Perlakuan selanjutnya yaitu dengan tetap mengurangi beban 10 gram. Pada
perlakuan (P 20), pada otot lurik terjadi pengurangan ukuran panjang dari 3 cm
menjadi 2,8 cm. Pada otot polos jugs terjadi pengurangan ukuran panjang yang
semula 7 cm setalah dikurangi bebannya, ukran usus menjadi 6,5 cm. Selanjutnya
beban dikurangi lagi 10 gram (P10), panjang otot lurik yang semula 2,8 cm berubah
menjadi 2,7 cm. Pada otot polos dari yang semula panjangnya 6,5 cm berubah
memendek menjadi 5,3 cm. Langkah selanjutnya adalah mengurangi lagi beban
pada sediaan otot lurik dan otot polos. Pada perlakuan (P02), otot lurik mengalami
pemendekan lagi dari yang semula 2,7 cm memendek menjadi 2,5 cm. Begitu juga
dengan otot polos, mengalami pemendekan dari yang semula 5,3 cm berubah
menjadi 4,7 cm.
Perubahan ukuran panjang dari sediaan potongan otot lurik dan otot polos
tersebut menunjukkan bahwa otot lurik dan otot polos memiliki sifat ekstensibilitas,
yang merupakan sifat dari sel-sel otot yang dapat meregang (memanjang) sampai
batas tertentu apabila otot diberi gaya (beban/tarikan) dan tidak memiliki
kemampuan untuk kembali seperti pada panjang yang semula.
Berikut ini adalah hasil perhitungan dari ekstensibilitas otot lurik dan otot
polos:

• Ekstensibilitas otot lurik


𝑃50−𝑃01
Ekstensibilitas = 𝑥 100%
𝑃01

3,7−2
= 𝑥 100%
2

= 85%

• Ekstensibilitas otot polos


𝑃50−𝑃01
Ekstensibilitas = 𝑥 100%
𝑃01

7,5−2
= 𝑥 100%
2

= 275%

Sel-sel otot dikatakan memiliki sifat ekstenbilitas apabila dapat meregang atau
memanjang pada batas tertentu apabila diberikan beban. Jadi dapat disimpulkan
bahwa ekstenbilitas yang dimiliki oleh otot polos lebih besar yaitu 275%
dibandingkan otot lurik (rektus abdominalis) yaitu 85%.
Berikut ini adalah hasil perhitungan dari elastisitas otot lurik dan otot polos:

• Elastisitas otot lurik


𝑃50−𝑃02
Elastisitas = 𝑃50−𝑃01 𝑥 100%
3,7−2,5
= 𝑥 100%
3,7−2
1,2
= 1,7 𝑥 100%

= 70,588235 ≈ 71 %
• Elastisitas otot polos
𝑃50−𝑃02
Elastisitas = 𝑝50−𝑃01 𝑥 100%
7,5 −4,7
= 𝑥 100%
7,5−2
2,8
= 5,5 𝑥 100%

= 50,909091 ≈ 51%

Dari hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa otot lurik (rektus abdominalis)
memiliki sifat elastisistas yang besar yaitu 71% dibandingkan dengan otot polos
yang hanya memiliki elastisitas sebesar 51%.

H. PEMBAHASAN
Otot hewan vertebrata terdiri atas : 1) Otot lurik (disebut juga otot rangka,
karena melekat pada rangka); 2) Otot polos, terdapat pada dinding organ-organ
dalam dan pembuluh darah, saluran pencernaan makanan, uterus, dll. ; 3) Otot
jantung (Soewolo, 2000). Dalam praktikum ini, kelompok kami menggunakan
katak hijau (Rana sp.) yang telah dibedah pada papan seksi dan dipotong otot rektus
abdominisnya sebagai sampel otot lurik, dan dipotong ususnya sebagai sampel otot
polos.
Otot memiliki sifat ekstensibilitas, elastisitas dan kontraktilitas.
Kontraktilitas merupakan kemampuan otot untuk meregang (berkontraksi), hal ini
dikarenakan sel otot memiliki protein kontraktil., namun bila terdapat rangsangan
yang cukup kuat, maka otot akan memendek. Sifat ekstensibilitas adalah
kemampuan otot untuk memanjang (meregang) hingga batas tertentu apabila diberi
gaya (beban). l. Misalnya, uterus pada ibu hamil dan hal yang sama terjadi pada
otot usus katak yang berisi makanan, dan otot rangka yang diberi beban. Kebalikan
dari ekstensibilitas adalah elastisitas otot , yaitu kemampuan otot untuk kembali
pada bentuk semula apabila beban (gaya) yang diberikan dikurangi atau
dihilangkan (Soewolo, 2000). Pada praktikum kali ini, kelompok kami
mendapatkan ekstensibilitas otot rektus abdominis dari katak sebesar 85%
sedangkan pada otot polos yang diambil dari potongan usus katak menunjukkan
ekstensibilitas sebesar 73%. Pertambahan panjang dari otot katak ini tidak konstan
meskipun beban yang diberikan atau ditambahkan sama yaitu 10 gram setiap
penambahan.
Penambahan beban yang diberikan pada otot rektus abdominis memiliki
pengaruh, yang akan terjadi pada komponen elastin (aktin dan miosin) dan tegangan
dalam otot meningkat dengan tajam, sarkomer memanjang dan bila dilakukan terus
menerus otot akan beradaptasi untuk meregang atau memanjang namun dalam
waktu yang sementara, karena ketika beban dikurangi atau dilepaskan otot akan
kembali kepada kondisiawal (elastis). Respon mekanik otot terhadap peregangan
bergantung pada myofibril dan sarkomer otot. Setiap otot tersusun dari beberapa
serabut otot. Satu serabut otot terdiri atas beberapa myofibril. Serabut myofibril
tersusun dari beberapa sarkomer yang terletak sejajar dengan serabut otot.
Sarkomer merupakan unit kontraktildari myofibril dan terdiri atas filament aktin
dan miosin yang saling tumpang tindih. Sarkomer memberikan kemampuan pada
otot untuk berkontraksi dan relaksasi, serta mempunyai kemampuan elastisitas jika
diregangkan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan alasan apa yang menyebabkan otot
lurik ini tidak mengalami pemanjangan yang stabil atau konstan meskipun beban
yang diberikan selalu sama setiap penambahan beban adalah seperti yang
dipaparkan diatas karena aktin dan myosin dan tegangan dalam otot meningkat,
sarkomernya pun juga memanjang dan ketika beban terus ditambah otot akan
beradaptasi meregang dan memanjang akan tetapi pertambahan panjang ini tidaklah
permanen, melainkan hanya sementara (Tim pembina MK Fisiologi Hewan, 2012).
Struktur dari sel otot polos menunjukkan sebuah bundles/berkas miofilamen
kontraktil terdiri atas aktin dan miosin yang menancap pada satu bagian ujung dari
dense area di membran plasma dan bagian ujung yang lain melalui dense bodies
pada filamen intermediate. Struktur internal sel-sel otot polos tampak kurang
terorganisasi dengan baik jika dibandingkan dengan otot rangka (lurik) dan otot
jantung. Susunan filamen tebal dan filamen tipis dalam otot polos tampak hampir
acak, organisasi sarkomerik dan pita Z-nya tidak ada. Proporsi dan organisasi
filamen tebal dan filamen tipisnya berbeda, tidak tersusun sejajar tetapi saling
menyilang membentuk kisi-kisi. Rasio filamen tebal dan tipis pada otot polos
sebesar 1 : 16 sedangkan pada otot rangka (lurik) sebesar 1:2 (Soewolo, 2005).
Filamen tipis hanya mengandung aktin dan tropomiosin tanpa troponin. Pada
kondisi relaksasi miofilamen kontraktil terorientasi dengan model memanjang pada
sel otot polos, dan pada saat terjadi sliding filamen aktin dan miosin, sel akan
memendek.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah diperoleh, diketahui bahwa
panjang awal usus sebelum diberi beban (Po1) adalah 2 cm sedangkan panjang usus
setelah diberi beban 50 gram (Po5) adalah 7,5 cm. Setelah dilakukan analisis data
dengan cara perhitungan menggunakan rumus, diperoleh hasil bahwa
ekstensibilitas otot polos adalah sebesar 73 %. Jika kita membandingkannya dengan
otot lurik, maka dapat dikatakan bahwa ekstensibilitas otot polos jauh lebih kecil
daripada otot lurik yang ekstensibilitasnya sebesar 85 %. Seharusnya, dicapai nlai
ekstensibilitas otot polos yang lebih besar daripada otot lurik, hal ini dikarenakan
otot lurik memiliki sarkomer sedangkan otot polos tidak. Itulah yang menyebabkan
otot lurik memiliki ekstensibilitas yang lebih kecil daripada otot polos.
Besar elastisitas otot lurik katak pada kelompok kami adalah sebesar 71 %,
sedangkan pada otot polos katak sebesar 51%. Pada otot rangka, bila otot dalam
keadaan panjang regangan istirahat normal dan kemudian diaktifkan, otot akan
berkontraksi dengan daya kontraksi maksimal. Bila otot diregangkan jauh lebih
besar daripada panjang normal sebelum berkontraksi, timbul regangan istirahat
dalam jumlah besar, yaitu keadaan dimana kedua ujung-ujung otot ditarik saling
mendekati satu sama lain oleh daya elastik jaringan ikat, pembuluh darah, saraf dan
sebagainya. Untuk mengadakan suatu kontraksi yang seragam, otot rangka
memiliki suatu sistem tubulus transversal (tubulus T).
Sistem tubulus T ini merupakan invaginasi sarkolema yang membentuk
suatu jaringan tubulus kompleks yang saling beranastomistis melingkari batas
antara pita H dan pita I dari setiap sarkomer miofibril. Membran tubulus T ini
berhubungan dengan sisterna terminal dari retikulum sarkoplasma. Melalui
membran tubulus T ini potensial aksi dirambatkan untuk memicu pembebasan Ca2+
dari dalam retikulum sarkoplasma. Kontraktilitas atau kemampuan otot untuk
berkontraksi (menegang) pada sel otot disebabkan sel otot memiliki protein
kontraktil. Bila otot mendapat rangsangan yang cukup kuat maka otot akan
memendek. Pemendekan ini dapat mencapai 1/6 kali panjang semula, bahkan pada
otot rangka dapat memendek sampai 1/10 panjang semula. Pada percobaan tersebut
pengurangan panjang sekitar 1/10 dari panjang semula (Soewolo, 2000).
Selain itu pada otot rangka, bila otot dalam keadaan panjang regangan
istirahat normal dan kemudian diaktifkan, ia berkontraksi dengan daya kontraksi
maksimal. Bila otot diregangkan jauh lebih besar daripada panjang normal sebelum
berkontraksi, timbul regangan istirahat dalam jumlah besar, yaitu keadaan dimana
kedua ujung-ujung otot ditarik saling mendekati satu sama lain oleh daya elastik
jaringan ikat, pembuluh darah, saraf dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan
percobaan dimana ketika otot sedang meregang lalu kemudian diaktifkan dengan
pengurangan beban, otot akan berkontraksi secara maksimal dengan ujung-ujung
otot yang saling mendekat sehingga terjadi pemendekan otot dan panjangnya
berkurang. Beban merupakan determinan penting pada kecepatan otot untuk
memendek. Makin besar beban, makin lambat kecepatan memendek. Kecepatan
memendek akan maksimal bila tidak ada beban eksternal, kecepatan memendek
akan menurun bila beban dinaikkan dan kecepatan menjadi nol bila beban sama
dengan atau melebihi tegangan maksimal (Soewolo, 2000).
Pernyataan ini sesuai dengan percobaan dimana ketika beban berkurang otot
akan segera memendek. Pada otot rangka sel-sel otot rangka diadaptasikan untuk
melakukan kontraksi. Bila dipisahkan satu sel otot dari fasikulusnya maka dapat
dilihat bahwa di dalam sel otot tersebut terdapat beratus-ratus serabut halus yang
tersusun sejajar dan homogen, yang dikenal dengan nama miofibril. Bila diamati
lebih lanjut akan nampak bahwa di dalam miofibril terdapat miofilamen tebal dan
miofilamen tipis yang tersusun sejajar namun tidak homogen, sehingga
memberikan gambaran pita gelap-terang pada miofibril (Soewolo, 2000).
Sifat ekstensibilitas dan elastisitas mencegah otot agar tidak rusak dalam
kinerjanya apabila dikenai gaya. Perbedaan struktur otot polos dan otot lurik sangat
berpengaruh pada kedua sifat otot tersebut. Ekstensibilitas otot dapat diukur dari
selisih panjang otot sebelum dan sesudah diberi beban, sedangkan elastisitas otot
diukur dari selisih panjang otot sebelum dan sesudah beban dihilangkan
(Susilowati, 2016).

I. KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Sel-sel otot memiliki sifat khusus yang tidak dimiliki oleh sel-sel lain yaitu
sifat ekstensibilitas (sel-sel dapat meregang /memanjang sampai batas tertentu
apabila kepadanya diberikan gaya/ beban/tarikan), dan juga sifat elastisitas
(sel-sel otot dapat kembali pada bentuk semula apabila gaya yang diberikan
kepadanya dihilangkan).
2. Setelah dilakukannya percobaan ekstensibilitas dan elastisitas pada otot lurik
dan otot polos maka didapatkan hasil/nilai sebagai berikut:
Ekstensibilitas otot lurik (otot rectus abdominis) adalah 85%, elastisitas otot
lurik (otot rectus abdominis) adalah 73 %. Ekstensibilitas otot polos(usus)
adalah 71 %, sedangkan elastisitas otot polos (usus) adalah 51 %.

J. DAFTAR RUJUKAN
Lesmana, S. I. 2013. Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Terhadap Kekuatan dan
Daya Tahan Otot Biceps Brachialis Ditinjau dari Perbedaan Gender, Jurnal
Fisioterapi Indonusa, V (2). 1.
Rahmatullah, & Lesmana, S. I. 2005. Perbedaan Pengaruh Pemberian
Strenghthening Exercise Jenis Kontraksi Concentric dengan Eccentric
terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Biceps Brachii, Jurnal Fisioterapi
Indonusa, V (2) 20.
Sulistyo, W. 2010. Pengaruh Latihan Half Saraf dan latihan Quarter Squat pada
Kecepatan Tendangan dan Daya Ledak Otot Tungkai. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret.
Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta: Proyek Pembangunan Guru
Sekolah Menengah IBRD Loan No. 3979.
Susilowati, M. S., Lestari, S. R., Wulandari, N., Gofur, A. 2016. Fisiologi Hewan
dan Manusia. Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang.
Tim pembina MK Fisiologi Hewan. 2012. Praktikum Ekstensibilitas dan Elastisitas Otot. pdf

K. LAMPIRAN

Gambar 1. Perlakuan Ektenbilitas dan Elastisitas pada Otot Katak (Rana sp.)

Gambar 2. Pembedahan katak untuk mengambil otot polos dan otot lurik pada katak
(Rana sp.) untuk dijadikan perlakuan Ekstenbilitas dan Elastisitas

Anda mungkin juga menyukai