Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

TEKNIK RADIOGRAFI 3
DOSEN PENGAMPU : rasyid S.Si, MT

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN TEKNIK RADIOLOGI


JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI SEMARANG
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Tak lupa kami mengucap syukur kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah Teknik
Radiografi 3 ini yaitu Ibu Sri Mulyati, S.Si, MT yang telah memberikan bimbingan pada
penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Namun penulis menyadari
bahwa masih banyak kekurangan di dalam makalah ini. Oleh karena itu penulis mohon kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca demi kebaikan makalah ini.

Semarang, November 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i


KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................. 2
D. Manfaat Penulisan ............................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Media Kontras ....................................................................................... 4
1. Definisi Media Kontras ...................................................................... 4
2. Fungsi Media Kontras ........................................................................ 4
3. Jenis-jenis media kontras ................................................................... 9
4. Hal yang Diperhatikan Dalam Media Kontras................................... 10
5. Cara Pemberian Media Kontras……………………………………..
6. Penggunaan Media Kontras………………………………………..
7. Penyimpanan Media Kontras ............................................................ 13
8. Reaksi dan Penanganan Efek Samping Media Kontras……………

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ........................................................................................... 40
B. Saran ...................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Radiologi adalah ilmu kedokteran yang menggunakan radiasi untuk diagnosis dan
pengobatan penyakit. Radiasi dimanfaatkan untuk terapi atau studi pencitraan. Untuk
tujuan diagnostik, radiasi menjadi sumber energi untuk tes pencitraan. Radiologi diagnostik
juga disebut sebagai radioskopi. Dengan radiasi, dokter dapat melihat bagian dalam tubuh
tanpa prosedur invasif. Di jaman modern seperti sekarang ini, teknologi lebih berkembang
pesat. Contohnya seperti pemeriksaan menggunakan Ultrasonography (USG) dan juga
Magnetic Resonance Imaging (MRI). Pemeriksaan dengan memanfaatkan sinar-x pertama
kali ditemukan pada tanggal 8 November 1895 oleh Wilhelm Conrad Rontgen. Penemuan
ini merupakan suatu revolusi dalam dunia kedokteran kaena dengan hasil penemuan ini
dapat digunakan untuk pemeriksaan bagian-bagian tubuh manusia yang sebelumnya tidak
pernah tercapai.

Seriring dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi, sekarang ini dunia
radiologi sudah banyak mengalami perkembanga dalam segi peralatan maupun tata cara
pemeriksaannya. Adapun pemeriksaan di radiologi ada dua macam, yaitu :

1. Pemeriksaan Kontras

Merupakan pemeriksaan radiologi yang menggunakan media kontras. Media kontras


adalah suatu bahan yang digunakan untuk membedakan dan menambah kontras dari
struktur atau cairan dalam tubuh dalam pencitraan medik. Bahan kontras merupakan
senyawa-senyawa yang digunakan untuk meningkatkan visualisasi (visibility)
struktur-struktur internal pada sebuah pencitraan diagnostij medik. Bahan kontras dipakai
pada pencitraan dengan sinar-X untuk meningkatkan daya attenuasi sinar-X (bahan kontras
positif) atau menurunkan daya attenuasi sinar-X (bahan kontras negative dengan bahan
dasar udara atau gas). Yang termasuk pemeriksaan dengan kontras antara lain, pemeriksaan
pada traktus urinarius, saluran pencernaan, pembuluh darah, pembuluh limfe, dan
sebagainya.

4
2. Pemeriksaan Non Kontras

Merupakan pemeriksaan radiologi tanpa menggunakan media kontras. Yang termasuk


pemeriksaan non kontras antara lain, pemeriksaan ekstremitas atas, ekstremitas bawah,
tengkorak, vertebra, dan sebagainya.
Seiring ditemukannya modalitas pencitraan radiografi yang canggih seperti CT –
Scanning dan MRI, maka diagnostik imejing saat ini tidak lagi hanya sebatas foto rontgen
konvensional tetapi telah berkembang menjadi berbagai jenis pemeriksaan radiologi
dengan berbagai kelebihan. Salah satunya yakni pemeriksaan radiologi dengan
menggunakan bantuan media kontras, yakni suatu bahan yang digunakan untuk melihat
jaringan tubuh yang tidak terlihat (samar) dalam pemeriksaan radiodiagnostik.
Bahan Kontras merupakan senyawa-senyawa yang digunakan untuk meningkatkan
visualisasi (visibility) struktur-struktur internal pada sebuah pencitraan diagnostic medik.
Bahan kontras dipakai pada pencitraan dengan sinar-X untuk meningkatkan daya attenuasi
sinar-X. (Bahan kontras positif) atau menurunkan daya attenuasi sinar-X (bahan kontras
negative dengan bahan dasar udara atau gas). Ada berbagai macam jenis kontras
tergantung dari muatannya, cara pemberian dan lain sebagainya.Yang akan dibahas lebih
lanjut di sini adalah evaluasi mengenai pemberian bahan contras pada sebuah pencitraan
diagnostic medic melalui intravascular (intra vena) khususnya pada ibu menyusui. Dan
pada kesempatan kali ini akan dicoba dibahas mengenai evaluasi media kontras
intravaskular pada ibu menyusui sekaligus berbagai hal yang perlu diperhatikan di dalam
pemberiannya, efek samping, dan lain sebagainya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan media kontras ?
2. Bagaimana penjelasan mengenai fungsi media kontras ?
3. Bagaimana penjelasan mengenai jenis media kontras ?
4. Bagaimana penjelasan mengenai hal yang harus diperhatikan dalam media kontras ?
5. Bagaimana penjelasan mengenai pemberian media kontras ?
6. Bagaimana cara penggunaan dan penyimpanan media kontras?
7. Bagaimana reaksi dan penanganan efek samping media kontras?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari media kontras.

5
2. Untuk mengetahui penjelasan mengenai fungsi, jenis, hal yang harus diperhatikan,
dan penyimpanan media kontras.

D. Manfaat Penulisan
Dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk Manfaat untuk ilmu
pengetahuan yaitu untuk memberikan informasi tentang penggunaan media kontras
dalam radiologi

6
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. MEDIA KONTRAS
1. Definisi Media Kontras
a. Media Kontras adalah suatu bahan atau media yang dimasukkan kedalam tubuh
pasien untuk membantu pemeriksaan radografi, sehingga media yang
dimasukkan tampak lebih radioopaque atau lebih radiolucent pada organ tubuh
yang akan diperiksa.
b. Bahan Kontras merupakan senyawa-senyawa yang digunakan untuk
meningkatkan visualisasi (visibility) struktur-struktur internal pada sebuah
pencitraan diagnostic medik. Bahan kontras dipakai pada pencitraan dengan
sinar-X untuk meningkatkan daya attenuasi sinar-X (Bahan kontras positif) atau
menurunkan daya attenuasi sinar-X (bahan kontras negative dengan bahan dasar
udara atau gas). Ada berbagai macam jenis kontras tergantung dari muatannya,
cara pemberian dan lain sebagainya.

2. Fungsi kontras media


a. Kontras media digunakan untuk membedakan jaringan-jaringan yang tidak dapat
terlihat dalam radiografi. Selain itu kontras media juga untuk memperlihatkan
bentuk anatomi dari organ atau bagian tubuh yang diperiksa serta untuk
memperlihatkan fungsi organ yang diperiksa.
b. Secara terperinci fungsi dari kontras media adalah:
1) Visualisasi saluran kemih ( ginjal, vesika dan saluran kemih)
2) Visualisasi pembuluh darah (anggota badan, otak, jantung, ginjal)
3) Visualisasi saluran empedu ( kandung empedu dan saluran empedu )
4) Visualisasi saluran cerna ( lambung dan usus )

3. Jenis-jenis kontras media


Jenis media kontras dibedakan menjadi dua jenis yaitu media kontras positif dan
media kontras negatif. Bahan media kontras positif memberikan efek radiopaque

7
(putih) dalam citra radiografi, sedangkan bahan media kontras negatif
memberikan efek radiolulcent (hitam) dalam citra radiografi.
a. Kontras media negatif (mempunyai nomor atom rendah), contoh:
1) Udara
2) CO2
3) Gas lainnya
b. Kontras media positif ( mempunyai nomor atom tinggi), contoh:
1) Barium sulfat (media kontras non-Iodinated)
Bahan kontras barium sulfat, berbentuk bubuk putih yang tidak larut.
Bubuk ini dicampur dengan air dan beberapa komponen tambahan lainnya
untuk membuat campuran bahan kontras. Bahan ini umumnya hanya
digunakan pada saluran pencernaan; biasanya ditelan atau diberikan sebagai
enema. Setelah pemeriksaan, bahan ini akan keluar dari tubuh bersama
dengan feces.
2) Media Kontras Ionadinated (mengandung yodium)
Bahan kontras iodium bisa terikat pada senyawa organik (non-ionik) atau
sebuah senyawa ionic. Bahan-bahan ionic memiliki profil efek samping yang
lebih buruk. Senyawa-senyawa organik memiliki efek samping yang lebih
sedikit karena tidak berdisosiasi dengan molekul-molekul komponen. Banyak
dari efek samping yang diakibatkan oleh larutan hyperosmolar yang
diinjeksikan, yaitu zat-zat ini membawa lebih banyak atom iodine per molekul.
Semakin banyak iodine, maka daya attenuasi sinar-X bertambah. Media kontras
yang berbasis iodium dapat larut dalam air dan tidak berbahaya bagi tubuh.
Bahan-bahan kontras ini banyak dijual sebagai larutan cair jernih yang tidak
berwarna.
 Golongan larut dalam air ( water soluble )
(1) Bahan Kontras Ionik
Ion-ion penyusun media kontras terdiri dari kation (ion
bermuatan positif) dan anion (ion bermuatan negatif). Kation
terikat pada asam radikal (-COO-) rantai C1 cincin benzena. Kation
juga memberikan karakteristik media kontras, dimana setiap jenis
memberikan karakteristik yang berbeda satu sama lain. Ada
beberapa macam kation yang digunakan dalam media kontras,

8
(a) Bahan Kontras Ionik Monomer
Bahan Kontras ionik manomer merupakan bentuk bahan kontras
ionik yang memiliki satu buah cincin asam benzoat dalam satu
molekul.
(b) Bahan Kontras Ionik Dimer
media kontras ionik yang memiliki dua buah cincin asam benzoat
dalam satu molekul. Salah satu contoh bentuk dan susunan kimia
jenis bahan kontras ini adalah Ioxaglate (Hexabrix) yang merupakan
media kontras ionik dimer pertama dibuat.
 Golongan tidak larut dalam air ( oil soluble )
- Vehikel berupa minyak tumbuhan (poppy-seed, sesame-seed)
- Digunakan untuk arthrografi, histerosalpingografi, limfografi,
fistulografi, mielografi
- Kekurangan:
 Eliminasi sangat lamat, dalam tubuh untuk waktu lama
 Dapat mengakibatkan peradangan menings (mielografi)
 Dapat mengakibatkan emboli pulmoner (limfografi)
- Harus segera dihilangkan setelah tindakan diagnostik selesai
dilakukan.

4. Hal yang Diperhatikan Dalam Media Kontras


a. Osmolalitas
Konsentrasi molekul yang secara aktif memberikan tekanan osmotik larutan,
sehingga memberikan kemampuan suatu pelarut (air) melewati suatu membran.
Dapat dinyatakan dengan milliosmol per liter (osmolaritas) atau milliosmol per
kilogram Air (H2O) pada suhu 37°C (Osmolalitas). Osmolalitas tidak
dipengaruhi oleh ukuran partikel namun nilainya tergantung dari ; Jumlah
partikel dan konsentrasi iodium. Bahan kontras ionik memiliki jumlah partikel
lebih besar daripada bahan kontras non-ionik karena dalam media kontras ionik
terdapat dua partikel (kation dan anion) sehingga osmolalitas dua kali lebih besar.
Osmolalitas berpengaruh terhadap toleransi kontras media pada tubuh. Makin

9
tinggi tekanan osmotik , maka makin buruk toleransi kontras media tersebut
terhadap tubuh.

b. Protein Binding
Adalah daya ikat suatu bahan terhadap jaringan atau sel tubuh (protein).
Bertambah tinggi protein binding, maka bertambah tinggi chemotoxisity bahan
tersebut terhadap tubuh atau sebaliknya.

c. Lipophylisity
Adalah kelarutan bahan dalam larutan organik seperti lemak ( lipid ),
bertambah tinggi lipophylisity maka bertambah tinggi kemungkinan terjadi
reaksi bahan kontras media atau sebaliknya
d. Viscosity ( kekentalan )
Diukur dengan tingkat mengalirnya melalui tabung kapiler kecil dalam standar
tekanan dan temperatur yang ditentukan. Hal ini berhubungan dengan kekuatan
yang diperlukan untuk penyuntikan yang membatasi tingkat kecepatan
penyuntikan. Pada katerisasi diperlukan penyuntikan cepat dibandingkan
biasanya, sehingga kontras media yang dipilih adalah yang paling rendah
viscositynya.
Viscosity dapat dikurangi dengan merendahkan tingkat konsentrasi iodium, dan
tentu akan berpengaruh pada opasitas gambar. Dapat juga kontras media
dipanaskan pada temperatur tertentu untuk mengurangi viscosity.
5. Cara Pemberian Media Kontras
a. Pemberian Media Kontras per oral (barium meal) Yakni pemberian media kontras per oral
atau melalui mulut pasien dengan cara meminum atau menelen media kontras, umumnya
media kontras barium sulfat.
b. Pemberian Media Kontras per anal (barium enema untuk usus besar & usus halus) Yakni
pemberian media kontras melalui dubur atau anus dalam bentuk media kontras dimasukan
melalui dubur layaknya enema dengan bantuan rectal kateter.
c. Pemberian Media Kontras intravascular (umumnya media kontras iodium) Yakni pemberian
media kontras melalui injeksi intra vascular (i.v), biasanya bahan kontras yang berbasis
iodium
10
d. Pemberian Media Kontras intra arterial, intrathecal (tulang belakang) dan intraabdominally
(hampir pada seluruh rongga tubuh atau ruang yang potensial) Pemberian media kontras
melalui injeksi intra arteri (i.a) dan lain sebagainya disesuaikan dengan objek yang akan
diperiksa atau ruang yang potensial untuk memasukan media kontras.

6. Penggunaan Media Kontras


a. Saluran Pencernaan
1) Oesofagografi
 Definisi
Pemeriksaan dengan memasukkan bahan kontras. Umumnya dilakukan
dengan bahan kontras tunggal (+) tetapi dapat dilakukan juga dengan
kontras ganda. Oesafaogografi ialah pemeriksaan sinar-X yang
digunakan unutk menentukan anatomi dan traktur digestif bagian atas.
 Anatomi
 Indikasi
 Fistula Trakeo-Esofagei ialah terdapatnya hubungan antara
esophagus dan trachea. Pada pemeriksaan ini tidak boleh
menggunakan kontras BaSO4 karena tidak larut dalam air, yang
dapat masuk ke trachea menuju paru-paru dan merangsang
terjadinya pneumonia. Bahan kontras yang dipakai harus larut
dalam air, seperti : dionosil, gastrografin.
 Varises Esofagus. Biasanya terjadi pada orang dewasa tua,
keadaan sirosis, hepatis, gizi buruk, kurus dan muntah darah.
Predileksi letak tersering ialah pada 1/3 distal esophagus.
Terjadi susunan yang berbentuk batubara disebut cobble stone
appearance. Terdapat filing defect berupa lusensi. Pada valsava
test tampak gambaran di atas yang menetap.
 Massa (tumor) Esofagus
- Tumor jinak. Berupa polip (tunggal), polyposis (banyak), batas
tepi jelas, dan tidak terjadi erosi dasar.
- Tumor ganas (Carcinoma Esofagus). Biasanya terdapat pada
orang tua, lakilaki > wanita, pada esophagus 1/3 distal. Tipe
yang terbanyak berupa adenokarsinoma
 Kontra indikasi :
11
 Megaesofagus adalah penyakit yang susah didiagnosa
dengan mata biasa . penyakit ini sering dikelirukan
dengan penyakit saluran nafas karena saat membesar
esophagus akan menekekan trakea sehingga terlihat
seperti adanya gangguan sistem pernafasan,
megaeesofagus harus didiagnosa dengan menggunakan
x-ray.
 Regurgitasi adalah naiknya makanan kekerongkongan
atau lambung tanpa disertai rasa mual maupun kontraksi
oto perut yang sangat kuat. Regurgitasi sering disebabkan
oleh asam yang naik dari lambung dan bias disebabkan
oleh penyempitan atau penyumbatan kerongkongan.
 Alat dan Bahan
a. Kontras media Barium Sulfate
b. Pesawat X-Ray + Fluoroscopy
c. Baju Pasien
d. Gonad Shield
e. Kaset + film ukuran 30 x 40 cm
f. Grid g. X-Ray marker
h. Tissue / Kertas pembersih
i. Bahan kontras
j. Air Masak
k. Sendok / Straw ( pipet )
 Teknik pemeriksaan
1. AP/PA

Posisi Pasien
Recumbent / erect

Posisi Pasien
• MSP pada pertengahan meja / kaset.
• Shoulder dan hip tidak ada rotasi.
• Tangan kanan memegang gelas barium.
• Tepi atas film 5 cm di atas shoulder.

12
Central Ray
Tegak lurus terhadap kaset.

Central Point
Pada MSP 2,5 cm inferior angulus sternum (T5-T6 ) atau 7,5 cm inferior
jugular notch.

FFD
100 cm
Eksposi pada saat tahan nafas setelah menelan barium.

Catatan
• Pasien menelan 2/3 sendok barium kental kemudian diekspose.
• Untuk “full filling” digunakan barium encer. Pasien minum barium
dengan straw langsung expose dilakukan setelah pasien menelan 3-4
tegukan.

Kriteria Evaluasi
• Oesophagus terisi barium.
• Tidak ada rotasi dari pasien (Sternoclavicular joint simetris ).
• Seluruh oesophagus masuk pada lapangan penyinaran.
• Teknik yang digunakan mampu menampakkan oesophagus
superimposed dengan vertebra thorakalis.
• Tepi yang tajam menunjukkan tidak ada pergerakan pasien saat eksposi.

13
2

2. Lateral

Posisi Pasien
Recumbent / erect ( recumbent lebih disukai karena pengisian lebih baik )

Posisi Pasien
 Atur kedua tangan pasien di depan kepala saling superposisi dan elbow flexi.
 MCP pada garis tengah meja / kaset.
 Shoulder dan hip diatur true lateral, lutut flexi untuk fiksasi.
 Tangan kanan memegang gelas barium.
 Tepi atas kaset 5 cm di atas shoulder.

Central Ray
14
Tegak lurus terhadap kaset.

Central Point
Pada MSP setinggi T5-T6 / 7,5 cm inferior jugular notch.

FFD
100 cm bila pasien recumbent
180 cm bila pasien berdiri
Eksposi pada saat tahan nafas setelah menelan barium.

Catatan
• Pasien menelan 2/3 sendok barium kental kemudian diekspose.
• Untuk “full filling” digunakan barium encer. Pasien minum barium dengan straw langsung
expose dilakukan setelah pasien menelan 3-4 tegukan.

Kriteria Evaluasi
• Oesophagus terisi barium dan terlihat diantara columna vertebral dan jantung
• True lateral ditunjukan dari superposisi costa posterior.
• Bahu pasien tidak superposisi dengan oesophagus.
• Oesophagus terisi media kontras.
• Seluruh Oesophagus masuk pada lapangan penyinaran.
• Teknik yang digunakan mampu menampakkan oesophagus secara jelas yang terisi dengan
kontras.
• Tepi yang tajam menunjukkan tidak ada pergerakan pasien saat eksposi.

2) Maag- Duodenum (OMD)

15
 Definisi Pemeriksaan OMD adalah teknik pemeriksaan secara radiologi
saluran pencernaan atas dari organ oesofagus maag duodenum menggunakan
media kontras barium swallow dan barium meal, kemudian diamati dengan
fluoroscopy.

 Anatomi
 Indikasi
 Stenosis pylorus: penutupan atau penyempitan dari lumen pylorus.
 Gastritis: peradangan yang terjadi pada gaster (baik akut maupun
kronik).
 Kontra indikasi
 Obstruksi usus besar
 Perforasi
 Persiapan Alat dan Bahan
a. Pesawat sinar-x + fluoroscopy
b. Baju pasien c. Gonad shield
d. Kaset dan film ukuran 30 x 40 cm
e. Bengkok f. Marker R/L g. Tissue
h. Obat emergency: dexametason, delladryl, dll
i. Air masak sendok/sedotan dan gelas
j. Media kontras positif (+): BaSO₄ (1:4), Jumlah kurang lebih 100 ml s/d
200 ml
k. Media kontras negatif (-): Natrium Bicarbonat + Asam Sitrun misalnya Ez
gas.

 Teknik pemeriksaan
 Single Kontras
o Penjelasan pada pasien tentang prosedur Foto Polos Abdomen
o Dilakukan persiapan pemeriksaan
o Dibuat foto polos abdomen / dilakukan fluoroskopi hepar, dada dan abdomen.
o Pasien diberi media kontras 1 gelas
o Jika memungkinkan pasien dalam posisi berdiri, jika pasien recumbent pasien minum
dengan sedotan
o Pasien diinstruksikan minum 2 – 3 teguk media contrast, dilakukan manipulasi agar seluruh
mukosa terlapisi diikuti fluoroskopi atau dibuat foto yang diperlukan
o Setelah melihat rugae pasien minum sisa barium untuk melihat pengisian penuh dari
duodenum.
o Dengan teknik fluoroskopi pasien dirotasi dan meja dapat disudutkan sehingga seluruh
aspek oesophagus, lambung dan duodenum terlihat
 Double Kontras

o Setelah minum media kontras positif, pasien diberi pil, bubuk carbonat dsb untuk
menghasilkan efek gas ( teknik lama, sisi sedotan dilubangi sehingga pada saat minum media
kontras sekaligus udara masuk ke lambung.
o Pasien diposisikan recumbent dan diinstruksikan untuk berguling – guling 4 – 5 putaran
sehingga seluruh mukosa terlapisi.
o Dapat diberikan glucagon atau obat lain untuk mengurangi kontraksi lambung ( lambung
tidak relax )

16
o Dilakukan pengambilan foto dengan proyeksi sesuai yang diinginkan sama pada teknik
single kontras.
o Bila menggunakan fluoroskopi diambil spot foto pada daerah – daerah yang diinginkan.

Proyeksi pemeriksaan

 Proyeksi PA (film 30 x40)


o Fungsi : untuk memperlihatkan polip, divertikul, gastritis, pada badab dab pylorus lambung
o Posisi Pasien : berdiri, prone menghadap kaset
o Posisi Objek : MSP pada pertengahan meja / kaset. Batas Atas : Xyphoid ( Th 9-10 ), Batas
Bawah: SIAS, diyakinkan tidak ada rotasi abdomen.
o CR : Tegak Lurus
o CP : Pada pylorus dan bulbus duodeni.
 Stenik : 1-2 inchi dibawah L2 menuju lateral batas costae dan 1 inchi kekiri dari C.
Vertebrae
 Astenic : 2 inchi dibawah L2
 Hiperstenic : 2 Inchi diatas level duodenum

o Expose : ekspirasi dan tahan nafas.


o Kriteria Radiograf :
 Struktur yang tampak daerah lambung dan duodenum
 Body dan pylorus tercover
 Struktur gambar dapat menampakkan jaringan dari lambung dan duodenum.
 Tampak struktur anatomis sesuai dengan kelainan dan patologi yang ada

 Proyeksi Lateral Erect (Lateral kanan)


o Fungsi : memperlihatkan proses pada daerah retrogastric seperti divertikel, tumor, ulkus
gastric, trauma pada perut dan batas belakang lambung.
o Posisi Pasien : pasien miring arah kanan, atur kaki dan dan tangan mengikuti kemiringan
pasien
o Posisi Objek : bahu dan daerah costae dalam posisi lateral, batas atas xyphoid, batas bawah
crista iliaka
o Central Ray : Tegak Lurus
o Central Point : bulbus duodenum pada L1
 Stenik : 1-1,5 ke depan dari mid coronal plane
 Astenic : 2 inchi dibawah L1
 Hiperstenic : 2 Inchi diatas L1
17
o FFD : 100 cm
o Expose : ekspirasi dan tahan nafas.
o Kriteria Radiograf :
 Struktur yang tampak daerah lambung dan duodenum tercover celah retrogastric,
pylorus dan lengkung duodenum akan terlihat jelas khususnya pada tipe
hiperstenic
 Lengkung duodenum terletak pada sekitar L1
 Dapat memperlihatkan anatomi dan kelainan yang ada.

3)colon In Loop
 Definisi adalah pemeriksaan radiografi dari usus besar dengan menggunakan media
kontras yang dimasukkan per anal.
 Anatomi
 Indikasi
 Kolitis, adalah penyakit-penyakit inflamasi pada colon, termasuk didalamnya
kolitis ulseratif dan kolitis crohn.
 Divertikel, merupakan kantong yang menonjol pada dinding colon, terdiri atas
lapisan mukosa dan muskularis mukosa.
 Obstruksi atau illeus adalah penyumbatan pada daerah usus besar.
 Invaginasi adalah melipatnya bagian usus besar ke bagian usus itu sendiri.
 Stenosis adalah penyempitan saluran usus besar.
 Atresia ani adalah tidak adanya saluran dari colon yang seharusnya ada.
 Kontra Indikasi
 Obstruksi akut atau penyumbatan.
 Diare berat.
 Metode Pemeriksaan
Kontras media(+): barium sulfat dengan viskositas 1:8
Kontras media(-) : udara
1) Metode kontras tunggal
2) Metode kontas ganda
a) Metode satu tahap: pemasukan media kontras negatif (-) dilakukan setelah
pemasukan media kontras positif (+) tanpa evakuasi terlebih dahulu.
b) Metode dua tahap: pemasukan media kontras negatif (-) dilakukan setelah
pemasukan media kontras positif (+) setelah evakuasi terlebih dahulu
 Persiapan alat dan Bahan.
18
1) Pesawat sinar-x dengan fluoroscopy.
2) Irigator set atau disposable soft-plastic enema tips dan enema bags.
3) Receiver
4) Vaselin sebagai pelumas
5) Rectal canule/tube
6) Handscoen
7) Laken/kain penutup meja pemeriksaan

Teknik Pemasukan Media Kontras

1. Metode kontras tunggal

Barium dimasukkan lewat anus sampai mengisi daerah sekum. Pengisian diikuti dengan
fluoroskopi. Untuk keperluan informasi yang lebih jelas pasien dirotasikan ke kanan dan ke kiri
serta dibuat radiograf full filling untuk melihat keseluruhan bagian usus dengan proyeksi antero
posterior. Pasien diminta untuk buang air besar, kemudian dibuat radiograf post evakuasi posisi
antero posterior.

2. Metode kontras ganda

a. Pemasukan media kontras dengan metode satu tingkat.

Merupakan pemeriksaan colon in loop dengan menggunakan media kontras berupa campuran
antara BaSO4 dan udara. Barium dimasukkan kira-kira mencapai fleksura lienalis kemudian kanula
diganti dengan pompa. Udara dipompakan dan posisi pasien diubah dari posisi miring ke kiri
menjadi miring ke kanan setelah udara sampai ke fleksura lienalis. Tujuannya agar media kontras
merata di dalam usus. Setelah itu pasien diposisikan supine dan dibuat radiograf.

b. Pemasukan media kontras dengan metode dua tingkat.

(1). Tahap pengisian

Pada tahap ini dilakukan pengisian larutan BaSO4 ke dalam lumen kolon, sampai mencapai
pertengahan kolon transversum. Bagian yang belum terisi dapat diisi dengan mengubah posisi
penderita.

(2). Tahap pelapisan

Dengan menunggu kurang lebih 1-2 menit agar larutan BaSo4 mengisi mukosa kolon.

(3). Tahap pengosongan

Setelah diyakini mukosa terlapisi maka larutan perlu dibuang sebanyak yang dapat dikeluarkan
kembali.

(4). Tahap pengembangan

19
Pada tahap ini dilakukan pemompaan udara ke lumen kolon. Pemompaan udara tidak boleh
berlebihan (1800- 2000 ml) karena dapat menimbulkan kompikasi lain, misalnya refleks vagal yang
ditandai dengan wajah pucat, pandangan gelap, bradikardi, keringat dingin dan pusing.

(5). Tahap pemotretan

Pemotretan dilakukan bila seluruh kolon telah mengembang sempurna

 Proyeksi Radiograf

a. Proyeksi AP

Posisi Pasien :

Supine diatas meja pemeriksaan,

MSP tubuh tegak lurus meja, kedua

Tangan disamping tubuh dan kaki lurus

Posisi Objek :

Obyek diatur diatas meja,

Batas atas : Proc. Xypoideus,

Batas Bawah: Simp.pubiS

CP : MSP setinggi Krista iliaka


CR : vertical tegak lurus kaset
Kriteria Radiograf : seluruh kolon termasuk fleksura hepatica

b. Proyeksi PA

Posisi pasien : tidur tengkurap diatas meja pemeriksaan dgn MSP tubuh tegak lurus meja, kedua
tangan disamping tubuh & kaki lurus

Posisi objek :

Obyek diatur diatas meja

Batas Atas : Proc. Xypoideus,

Batas Bawah: Simp.pubis

CP : pada MSP setinggi kedua Krista iliaka

CR : vertical tegak lurus kaset

20
Kriteria Radiograf : seluruh kolon, termasuk fleksura dan rectum

c. Proyeksi LPO

Posisi Pasien : supine diatas meja pemeriksaan, tubuh dirotasikan ke kiri 35-45 derajat
terhadap meja, tangan kiri untuk bantalan, tangan kanan menyilang didepan tubuh dan kaki kiri
lurus, kaki kanan ditekuk untuk fiksasi

Posisi Objek : obyek diatur diatas meja, Batas atas : Proc. Xypoideus, Bats bawah: Simp.pubis

CP : 1 – 2 inchi ke kanan dari titik tengah kedua Krista iliakaCR : vertical tegak lurus kaset

21
Kriteria Radiograf : daerah sigmoid, rektosigmoid fleksura hepaticca sedikit superposisi
disbanding PA, colon ascenden, seikum.

b.saluran perkencingan

1. BNO-IVP

 Definisi
pemeriksaan radiografi dari Traktus Urinarius (Renal, Ureter, Vesica Urinaria dan
Urethra) dengan penyuntikan media kontras positif (+) secara intra vena.
 Anatomi
 Indikasi pemeriksaan
 Nephrolitiasis: suatu keadaan terdapat satau atau lebih batu di dalam Pelvis
atau Calyces dari ginjal.

22
 Hydronephrosis (pembesaran ginjal): distensi dan dilatasi dari Pelvis Renalis,
biasanya disebabkan oleh terhalangnya aliran urin dari ginjal.
 Urolithiasis: suatu keadaan terdapat satu atau lebih batu di dalam saluran
ureter.
 Renal Failure: kegagalan fungsi ginjal.
 Pyelonephritis: radang pada ginjal dan saluran perkencingan bagian atas.
 Kontra indikasi
 Infeksi saluran kemih akut
 Retensi cairan yang berlebihan
 Persiapan Alat dan bahan
 Peralatan Steril
a. Wings Needle No. 21 G 1 buah
b. Spuit 20 cc 2 buah
c. Kapas alkohol atau wipes
d.Tourniquet
 Peralatan Un-Steril
a. Plester
b. Marker R/L
c. Media Kontras (Omnipaque, Urografin, Iopamario)
d. Obat-obatan emergency
 Penggunaan media kontras
Kontras media positif :
 Media kontras yang digunakan adalah yang berbahan iodium, dimana jumlahnya
disesuaikan dengan berat badan pasien, yakni 1-2 cc/kg berat badan. (contoh :
iopamiro, ultravist,omnipaque)
 Urografin 20cc/lopamiro
Media kontras disuntikkan secara intravena.

Volume media kontras sebagai berikut:


1) Media kontras yang digunakan adalah yang berbaham iodium, dimana jumlahnya
disesuaikan dengan berat badan pasien, yaitu 1-2 cc/kg berat badan.
2) Untuk anak-anak kira-kira 2 ml/kg berat badan.
3) Bila ada dugaan kegagalan ginjal, dosis Bila ada dugaan kegagalan ginjal, dosis 4 ml/ kg
berat badan.
 Teknik pemeriksaan

Persiapan pasien :

1. Sehari sebelum pemeriksaan atau mulai Pkl 14.00 pasien hanya makan makanan
lunak tidak berserat ( Bubur kecap ataupun Bubur kaldu ).
2. Pkl. 20.00 pasien minum dulcolax tablet 2 butir
3. Pkl. 22.00 sebelu tidur, pasien kembali minum dulcolax sebanyak 2 butir.
4. Pkl. 05.00 pagi masukkan 1 butir Dulcolax suposutoria melalui dubur atau anus

23
5. Selama persiapan dilakukan, pasien tidak diperbolehkan makan ( Puasa ), tidak
banyak berbicara, dan tidak merokok sampai dengan pasien datang ke instalasi radiologi
sesuai waktu yang dijanjikan dan pemeriksaan selesai dilakukan.
6. Selama persiapan pasien hanya diperbolehkan minum sebanyak 3x agar terhindar
dari dehidrasi.

Pemeriksaan IVP

 Pasien diminta memasuki ruangan pemeriksaan.


 Pasien atau keluarga pasien diberikan penjelasan dan jika telah jelas diminta
menandatangani inform consent.
 Pasien diminta tidur terlentang pada meja pemeriksaan dengan mid sagital plane menempel
dengan mid line meja \
 Lakukan skint tes kontras media sebanyak 1 - 1,5 ml
 Kaset sesuai ukuran yang dibutuhkan di tempatkan pada cassette tray dibawah meja
pemeriksaan
 Radiografer mengatur posisi pasien berada tepat dibawah meja pemeriksaan.

Foto Polos BNO / Plain Foto

 Untuk mengetahui keadaan abdomen ( BNO ), apakah ada banyak udara / artefak yang
akan mengganggu gambaran selama pemeriksaan.
 Untuk mengetahui keadaan awal dari Abdomen sebagai bahan penilaian ekspertise
radiograf.
 mengetahui kondisi faktor eksposi yang tepat ( Tidak boleh ada pengulangan )
 Jika radiograf baik maka pemeriksaan bisa dilajutkan.

Pemasukan kontras media :

 Dokter memasukkan kontras media didampingi oleh Radiografer. Memberikan zat kontras
melalui vena ( Apabila skint test negatif ) Sebanyak 40-50 cc kepada pasien.
 Nilai urium maksimal 50 mg/dl : Nilai creatinin maksimal 1,2 mg/dl
 Single dose ( 1ml/Kg BB )
 Double dose ( 1,5 cml/Kg BB )
 Misal Pasien 73Kg maka kontras 73 ml apabila Double : 73 + 36,5 = 110 ml

Fase Nefrogram :

Fase dimana kontras media memperlihatkan neufron pada ginjal ( terisi minimal )
5 menit setelah penyuntikan dilakukan kompresi ureter.
film : 24x30 cm
CP antara xypoideus dan umbilicus
CR Tegak Lurus
FFD = 1 meter
Hasil Gambaran :

24
 Densitas baik
 Tidak ada bagian neufron yang terpotong
 Kontras mengisi ginjal/ Calix sampai ureter proksimal
 Poasitas mampu menampilkan organ
Fase Nefrogram 15

 Fase dimana kontras media memperlihatkan neufron, pelvis renalis dan ureter proximal
terisi maksimal ( Fungsi eksresi ginjal yang terbendung )
 15 menit setelah penyuntikan
 Ekspose dilakukan tanpa pembukaan kompresi.
 Film 24x30 cm
 CP = Sedikit di atas umbilicus
 CR = tegak lurus
 FFD = 100 cm
Catatan kenapa harus dilakukan kompresi :

 Untuk membendung kontras media yang dieksresikan ginjal melalui ureter, sehingga nefron
dan pelvis dapat mengembang dengan baik.
Cara melakukan kompresi :

 Letakkan 2 buah bola tenis / compression ball pada daerah setinggi umbilicus / setinggi
SIAS
 Compression bandage dikatikan pada ujung lain meja dan compression ball ditekan dengan
tuas pengungkit.
 Diukur tekanan bandage tidak terlalu kencang maupun longgar.
Fase Ureter :

 Fase dimana kontras media memperlihatkan nefron, Pelvis renalis dan ureter proksimal
terisi maksimal dan ureter distal mulai mengisi kandung kemih ( Fungsi eksresi ginjal tidak
terbendung ).
 30 menit setelah penyuntikan
 Film 30x40 cm
 CP = Garis Pertengahan SIAS
 CR Tegak lurus film
 FFD 100 cm
Hasil Gambaran :

25
 Densitas baik
 Tidak ada bagian ginjal yang terpotong
 Kontras mengisi ginjal sampai ureter distal dan sedikit mengisi kandung kemih
 Opasitas mampu menampilkan organ/ tractus urinarius

Fase Vesica Urinaria Full Blast

 Fase dimana kontras media memperlihatkan nefron, Pelvis renalis, ureter hingga kandung
kemih ( Fungsi eksresi ginjal tidak terbendung ).
 45 menit setelah penyuntikan
 Film 30x40 cm
 CP = Garis pertengahan SIAS atau diantara SIAS dan Symphisis Pubis.
 CR Tegak lurus Vertikal
 FFD = 100 cm
Hasil Gambaran :

26
 Densitas baik
 Tidak ada bagian ginjal yang terpotong
 Kontras mengisi kandung kemih hingga VU mengembang
 Opasitas mampu menampilkan organ vesica urinaria terisi penuh kontras media
 Seing disebut foto " Full Blast "
Fase Vesica Urinaria Post Void

 Fase dimana kontras media memperlihatkan kandung kemih dalam keadaan kosong (
Fungsi pengosongan kandung kemih ).
 50 menit setelah penyuntikan
 Film 30x40 cm
 CP = Garis pertengahan SIAS atau diantara SIAS dan Symphisis Pubis
 CR Tegak Lurus
 FFD 100 cm
Kriteria gambaran Post Void

 Densitas baik
 Tidak ada bagian ginjal hingg VU yang terpotong
 Kontras keluar melalui kandung kemih hingg VU terlihat kosong
 Opasitas mampu menampilan organ
 Vesica Urinaria terisi penuh kontras media
 Sering disebut " Post Void " atau " Post Mixie"
Late Foto :

 Adanya keadaan dimana kontras media terlambat menampilkan gambaran organ yang
diakibatkan oleh adanya kelainan pada organ ( Adanya batu di Nefron sehingga ureter tidak
tervisualisasikan )
 Apabila terjadi " Late Foto " sebaiknya pasien difoto post voiding satu jam kemudian.
 Late foto bisa sampai 2 jam.
Contoh Foto yang terdapat kelainan seperti " Nefrolithiasis"

27
c.Kardiologi (pencitraan pembuluh darah)

1. arteriografi femoralis
 Definisi
pemeriksaan radiografi untuk memperlihatkan pembuluh arteri pada ekstremitas bawah
dengan memasukkan media kontras positif (+).
 Anatomi
 Indikasi
 Arterosklerosis Obliterans
 Aneurysm
 Trauma arteri
 Arteriovenosus Malformasi
 Artritis
 Neoplasma
 Kontra indikasi
 Alergi terhadap media kontras
 Kelainan jantung
 Persiapan alat dan bahan
1) Steril
a. Jarum arteriogram
b. Adaptor
c. Spuit 50 ml sebanyak 2 buah
d. Spuit 10 ml sebanyak 1 buah
e. Spuit 2 ml sebanyak 1 buah
f. Drawing up canula g. Kateter
h. Sponge forceps
i. Mangkuk pelembab 2 buah
j. Gallipot
k. Kasa
l. Handuk
m.Baju pasien
2) Unsteril
28
a. Pembersih kulit
b. Ampuls media kontras
c. Saline
d. Jarum disposable
e. Pembuka ampuls
f. Lokal anastesi (Omnopone atau Scopolamine)
 Teknik Pengambilan Gambar

Persiapan Pasien

 Pasien puasa kurang lebih 5 jam sebelum dimulainya pemeriksaan.


 Mencukur rambut pada daerah yang akan dilakukan punksi ( pada daerah inguinal atau
lipatan paha dan pubis )
 Pasien diwajibkan mixie sebelum pemeriksaan dimulai.

Posisi Pasien

· Pasien diposisikan supine di atas meja pemeriksaan dengan jari-jari kaki diputar 30° ke
dalam.

· Kedua tumit sedikit dijauhkan agar mudah untuk diputar.

· Variasi posisi pasien juga dapat dilakukan untuk mendukung penglihatan yang lebih baik
pada daerah poplitea dan cabang-cabangnya.

 Metode Pemasukan Bahan Kontras

· Penyuntikan secara langsung (direct puncture)

Common femoral artery kanan merupakan arteri yang paling sering dijadikan akses puncture oleh
karena lumen yang cukup besar, pulsasi yang teraba lebih superficial, terdapat caput femoris di
bagian profunda sehingga mudah dilakukan penekanan arteri untuk menghindari hematoma dan
komplikasi lebih lanjut.

· Kateterisasi teknik seldinger

Pada pemeriksaan arteriografi femoralis, punksi dilakukan setelah anestesi lokal pada
daerah lipat paha (inguinal) dengan jarum no.18. Bila canul telah berada di dalam lumen arteri,
maka dimasukkan guide wire melalui jarum seldinger ke dalam lumen arteri. Pemasukkan guide
wire dilakukan di bawah kontrol fluoroskopi dan diarahkan ke bifurkartio aorta abdominalis (
lumbal dua atau lumbal tiga ). Kemudian jarum atau canul dicabut secara perlahan-lahan dan
hati-hati agar guide wire tidak tercabut. Daerah punksi ditekan agar tidak terjadi hematom.
Kateter dimasukkan melalui guide wire sampai ke daerah pembuluh yang dikehendaki dibawah
kontrol fluoroskopi. Guide wire dicabut selanjutnya dimasukkan bahan kontras (tes kontras) ke
dalam kateter untuk melihat apakah kateter sudah berada didalam pembuluh darah yang
diinginkan.
29
1) Single Technique

a. Menggunakan film ukuran besar yaitu ukuran 35 cm x 43 cm.

b. Membutuhkan dua kali penyuntikan kontras yang masing-masing digunakan untuk


menggambarkan arteri femoralis dan arteri tibia sampai dorsalia.

2) Serial Technique

a. Menggunakan film ukuran 35 cm x 35 cm.

b. Membutuhkan peralatan yang mempunyai variasi kecepatan pergantian film, termasuk rol film,
cut film, dan kaset charger yang berkemampuan dua eksposi dalam satu menit.

c. Hanya memerlukan satu kali penyuntikan bahan kontras.

7. Tempat penyimpanan medikasi

a. Tempat penyimpanan bahan kontras Media Iodine Coumpound

1) Penyimpanan di tempat yang terlindungi dari cahaya

2) Penyimpanan untuk jangka waktu lama sebaiknya dijauhkan dari sumber


sinar-x

3) Penyimpanan pada suhu ruangan sebaiknya tidak diatas 30OC

4) Penyimpanan jangka pendek dalam lemari pemanas (37OC)

5) Sebaiknya sebelum penggunaan kontas media diperhatikan lembar


informasi produk yang disertakan dalam kemasan kontras media

6) Simpan kontras media pada suhu 15-25OC

7) Lakukan rotasi stock secara berkala

b. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada kemasan bahan kontras

1) Perhatikan tanggal kadaluarsa: Umumnya 5 tahun, produk baru pada


awalnya 2-3 Tahun

30
2) Periksa kembali sebelum penggunaan: buka karton pembungkus sesaat
sebelum digunakan, periksa kejernihan larutan, pastikan tidak ada
perubahan warna, tidak keruh, tidak ada endapan

8.Reaksi dan efek samping pemakaian media kontras

Efek samping :

1. RINGAN :

 Mual / muntah
 Rasa panas sebagian / sekujur tubuh
 Bersin atau menguap
 Tenggorokan terasa mengelitik dan atau batuk

penanganan:

 Tenangkan Pasien
 Miringkan kepala
 Berikan oksigen (O2)
 Bila pasien terlihat gelisah, berikan valium 5-10 mg (Intra Vena) perlahan-lahan.

2. SEDANG ( Reaksi kulit / sejenis alergi):

 Warna kemerahan lokal di tempat suntikan


 Urtikaria, baik dengan atau tanpa rasa gatal
 Bengkak urtikaria

penanganan:

 Berikan Antihistamin secara Intravena


 Berikan Kortikosteroid secara Intravena

3. BERAT :

 Kemerahan di muka & seluruh tubuh


 Timbul rasa takut, cemas, gelisah
 Utrikaria seluruh tubuh + gatal
 Menggigil & sakit punggung
 Muntah + hilang kesadaran

penanganan:

 STOP KONTRAS!!!
 Baringkan pasien dengan posisi tungkai lebih tinggi daripada kepala
 Berikan Adrenalin dengan dosis 1 mg/1 ml secara Intramuscular
 Pasang Infus
 Bila pemberian Adrenalin memberikan respon, lanjutkan dengan memberi O2 (bisa
menggunakan masker atau endotracheal, tergantung kondisi pasien

31
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kontras media adalah suatu bahan atau media yang dimasukkan kedalam tubuh pasien untuk
membantu pemeriksaan radiografi, sehingga media yang dimasukkan tampak lebih radioopaque
atau lebih radiolucent pada organ tubuh yang akan diperiksa.
2. Kontras media digunakan untuk membedakan jaringan-jaringan yang tidak dapat terlihat dalam
radiografi dan memperlihatkan bentuk anatomi dari organ atau bagian tubuh yang diperiksa serta
untuk memperlihatkan fungsi organ yang diperiksa. Media kontras dibedakan menjadi media
kontras positif dan media kontras negatif. Media kontras positif dibagi lagi menjadi media kontras
non iodinated (barium sulfat) dan media kontras iodinated (mengandung yodium). Media kontras
iodinated juga dibagi lagi menjadi golongan larut dengan air (water soluble) dan golongan tidak
larut dengan air ( oil soluble). Dalam penggunaan media kontras tersebut perlu memperhatikan
osmolalitas, protein binding, lipophylisity, viscosity (kekentalan). Prosedur memasukkan media
kontras tergantung dari pemeriksaan yang dilakukan. Beberapa cara pemberian media kontras
yaitu pemberian media kontras per oral (barium meal), pemberian media kontras per anal
(barium enema untuk usus besar & usus halus), pemberian media kontras intravascular
(umumnya media kontras iodium), pemberian media kontras intra arterial, intrathecal (tulang
belakang) dan intraabdominally (hampir pada seluruh rongga tubuh atau ruang yang potensial).
Dalam penggunaan media kontras terdapat beberapa jenis reaksi diantaranyaNeutrotoksisitas,
Nyeri dan Rasa Sakit, Efek terhadap Jantung (Cardiac Effect), Reaksi Pseudoalergik. Untuk
menangani reaksi tersebut dilakukan terapi jika reaksi sedang, tidak perlu diilakukan terapi jika
reaksi ringan, jika terjadi reaksi berat dilakukan rawat intensif. Sedangkan untuk membuat media
kontras tetap baik jika digunakan maka perlu dilakukan penyimpanan pada media kontras.
3. Penggunaan media kontras pada radiologi dapat diaplikasikan pada pemeriksaan saluran
pencernaan yang meliputi oesofagografi, OMD, follow thhrough, colon Makalah Media Kontras |
41 in loop, appendicografi, lopografi, sialografi, saluran perkencingan meliputi BNO-IVP,
hydronefrosis, nephrotomografi, Retrograde pyelo-uretrografi, antegrade pyelografi, retrograde
pyelografi, retrograde cystografi, urethra cystografi, cysto uretrografi, cystografi, pencitraan
pembuluh darah arteriografi femoralis, angiografi, ct scan cardiac, MRI jantung, pemeriksaan ct
scan, pemeriksaan pada pediatrik meliputi lopografi pediatrik, appendicografi pediatrik, BNO-IVP
pediatrik, colon in loop pediatrik.
B. Saran

32
Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan informasi bagi pembaca dan penulis
mengenai media kontras dan pemeriksaan yang menggunakan media kontras. Khususnya bagi
calon radiografer, sebaiknya lebih teliti dan cermat ketika menangani pemeriksaan yang
menggunakan media kontras, lebih memperhatikan tentang jenis media kontras yang digunakan,
perbandingan media kontras dengan air dan, volume disesuaikan dengan kondisi pasien dan
ketetapan pemeriksaan. Sebaiknya calon radiografer lebih memperhatikan pasien mengenai
reaksi yang terjadi ketika dimasukkan media kontras dan mengerti penanganan yang harus
dilakukan agar kelak menjadi radiografer yang lebih profesional dan mampu dipertanggung
jawabkan.

33

Anda mungkin juga menyukai