MAKALAH Media Konras
MAKALAH Media Konras
TEKNIK RADIOGRAFI 3
DOSEN PENGAMPU : rasyid S.Si, MT
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Tak lupa kami mengucap syukur kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah Teknik
Radiografi 3 ini yaitu Ibu Sri Mulyati, S.Si, MT yang telah memberikan bimbingan pada
penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Namun penulis menyadari
bahwa masih banyak kekurangan di dalam makalah ini. Oleh karena itu penulis mohon kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca demi kebaikan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Radiologi adalah ilmu kedokteran yang menggunakan radiasi untuk diagnosis dan
pengobatan penyakit. Radiasi dimanfaatkan untuk terapi atau studi pencitraan. Untuk
tujuan diagnostik, radiasi menjadi sumber energi untuk tes pencitraan. Radiologi diagnostik
juga disebut sebagai radioskopi. Dengan radiasi, dokter dapat melihat bagian dalam tubuh
tanpa prosedur invasif. Di jaman modern seperti sekarang ini, teknologi lebih berkembang
pesat. Contohnya seperti pemeriksaan menggunakan Ultrasonography (USG) dan juga
Magnetic Resonance Imaging (MRI). Pemeriksaan dengan memanfaatkan sinar-x pertama
kali ditemukan pada tanggal 8 November 1895 oleh Wilhelm Conrad Rontgen. Penemuan
ini merupakan suatu revolusi dalam dunia kedokteran kaena dengan hasil penemuan ini
dapat digunakan untuk pemeriksaan bagian-bagian tubuh manusia yang sebelumnya tidak
pernah tercapai.
Seriring dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi, sekarang ini dunia
radiologi sudah banyak mengalami perkembanga dalam segi peralatan maupun tata cara
pemeriksaannya. Adapun pemeriksaan di radiologi ada dua macam, yaitu :
1. Pemeriksaan Kontras
4
2. Pemeriksaan Non Kontras
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan media kontras ?
2. Bagaimana penjelasan mengenai fungsi media kontras ?
3. Bagaimana penjelasan mengenai jenis media kontras ?
4. Bagaimana penjelasan mengenai hal yang harus diperhatikan dalam media kontras ?
5. Bagaimana penjelasan mengenai pemberian media kontras ?
6. Bagaimana cara penggunaan dan penyimpanan media kontras?
7. Bagaimana reaksi dan penanganan efek samping media kontras?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari media kontras.
5
2. Untuk mengetahui penjelasan mengenai fungsi, jenis, hal yang harus diperhatikan,
dan penyimpanan media kontras.
D. Manfaat Penulisan
Dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk Manfaat untuk ilmu
pengetahuan yaitu untuk memberikan informasi tentang penggunaan media kontras
dalam radiologi
6
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. MEDIA KONTRAS
1. Definisi Media Kontras
a. Media Kontras adalah suatu bahan atau media yang dimasukkan kedalam tubuh
pasien untuk membantu pemeriksaan radografi, sehingga media yang
dimasukkan tampak lebih radioopaque atau lebih radiolucent pada organ tubuh
yang akan diperiksa.
b. Bahan Kontras merupakan senyawa-senyawa yang digunakan untuk
meningkatkan visualisasi (visibility) struktur-struktur internal pada sebuah
pencitraan diagnostic medik. Bahan kontras dipakai pada pencitraan dengan
sinar-X untuk meningkatkan daya attenuasi sinar-X (Bahan kontras positif) atau
menurunkan daya attenuasi sinar-X (bahan kontras negative dengan bahan dasar
udara atau gas). Ada berbagai macam jenis kontras tergantung dari muatannya,
cara pemberian dan lain sebagainya.
7
(putih) dalam citra radiografi, sedangkan bahan media kontras negatif
memberikan efek radiolulcent (hitam) dalam citra radiografi.
a. Kontras media negatif (mempunyai nomor atom rendah), contoh:
1) Udara
2) CO2
3) Gas lainnya
b. Kontras media positif ( mempunyai nomor atom tinggi), contoh:
1) Barium sulfat (media kontras non-Iodinated)
Bahan kontras barium sulfat, berbentuk bubuk putih yang tidak larut.
Bubuk ini dicampur dengan air dan beberapa komponen tambahan lainnya
untuk membuat campuran bahan kontras. Bahan ini umumnya hanya
digunakan pada saluran pencernaan; biasanya ditelan atau diberikan sebagai
enema. Setelah pemeriksaan, bahan ini akan keluar dari tubuh bersama
dengan feces.
2) Media Kontras Ionadinated (mengandung yodium)
Bahan kontras iodium bisa terikat pada senyawa organik (non-ionik) atau
sebuah senyawa ionic. Bahan-bahan ionic memiliki profil efek samping yang
lebih buruk. Senyawa-senyawa organik memiliki efek samping yang lebih
sedikit karena tidak berdisosiasi dengan molekul-molekul komponen. Banyak
dari efek samping yang diakibatkan oleh larutan hyperosmolar yang
diinjeksikan, yaitu zat-zat ini membawa lebih banyak atom iodine per molekul.
Semakin banyak iodine, maka daya attenuasi sinar-X bertambah. Media kontras
yang berbasis iodium dapat larut dalam air dan tidak berbahaya bagi tubuh.
Bahan-bahan kontras ini banyak dijual sebagai larutan cair jernih yang tidak
berwarna.
Golongan larut dalam air ( water soluble )
(1) Bahan Kontras Ionik
Ion-ion penyusun media kontras terdiri dari kation (ion
bermuatan positif) dan anion (ion bermuatan negatif). Kation
terikat pada asam radikal (-COO-) rantai C1 cincin benzena. Kation
juga memberikan karakteristik media kontras, dimana setiap jenis
memberikan karakteristik yang berbeda satu sama lain. Ada
beberapa macam kation yang digunakan dalam media kontras,
8
(a) Bahan Kontras Ionik Monomer
Bahan Kontras ionik manomer merupakan bentuk bahan kontras
ionik yang memiliki satu buah cincin asam benzoat dalam satu
molekul.
(b) Bahan Kontras Ionik Dimer
media kontras ionik yang memiliki dua buah cincin asam benzoat
dalam satu molekul. Salah satu contoh bentuk dan susunan kimia
jenis bahan kontras ini adalah Ioxaglate (Hexabrix) yang merupakan
media kontras ionik dimer pertama dibuat.
Golongan tidak larut dalam air ( oil soluble )
- Vehikel berupa minyak tumbuhan (poppy-seed, sesame-seed)
- Digunakan untuk arthrografi, histerosalpingografi, limfografi,
fistulografi, mielografi
- Kekurangan:
Eliminasi sangat lamat, dalam tubuh untuk waktu lama
Dapat mengakibatkan peradangan menings (mielografi)
Dapat mengakibatkan emboli pulmoner (limfografi)
- Harus segera dihilangkan setelah tindakan diagnostik selesai
dilakukan.
9
tinggi tekanan osmotik , maka makin buruk toleransi kontras media tersebut
terhadap tubuh.
b. Protein Binding
Adalah daya ikat suatu bahan terhadap jaringan atau sel tubuh (protein).
Bertambah tinggi protein binding, maka bertambah tinggi chemotoxisity bahan
tersebut terhadap tubuh atau sebaliknya.
c. Lipophylisity
Adalah kelarutan bahan dalam larutan organik seperti lemak ( lipid ),
bertambah tinggi lipophylisity maka bertambah tinggi kemungkinan terjadi
reaksi bahan kontras media atau sebaliknya
d. Viscosity ( kekentalan )
Diukur dengan tingkat mengalirnya melalui tabung kapiler kecil dalam standar
tekanan dan temperatur yang ditentukan. Hal ini berhubungan dengan kekuatan
yang diperlukan untuk penyuntikan yang membatasi tingkat kecepatan
penyuntikan. Pada katerisasi diperlukan penyuntikan cepat dibandingkan
biasanya, sehingga kontras media yang dipilih adalah yang paling rendah
viscositynya.
Viscosity dapat dikurangi dengan merendahkan tingkat konsentrasi iodium, dan
tentu akan berpengaruh pada opasitas gambar. Dapat juga kontras media
dipanaskan pada temperatur tertentu untuk mengurangi viscosity.
5. Cara Pemberian Media Kontras
a. Pemberian Media Kontras per oral (barium meal) Yakni pemberian media kontras per oral
atau melalui mulut pasien dengan cara meminum atau menelen media kontras, umumnya
media kontras barium sulfat.
b. Pemberian Media Kontras per anal (barium enema untuk usus besar & usus halus) Yakni
pemberian media kontras melalui dubur atau anus dalam bentuk media kontras dimasukan
melalui dubur layaknya enema dengan bantuan rectal kateter.
c. Pemberian Media Kontras intravascular (umumnya media kontras iodium) Yakni pemberian
media kontras melalui injeksi intra vascular (i.v), biasanya bahan kontras yang berbasis
iodium
10
d. Pemberian Media Kontras intra arterial, intrathecal (tulang belakang) dan intraabdominally
(hampir pada seluruh rongga tubuh atau ruang yang potensial) Pemberian media kontras
melalui injeksi intra arteri (i.a) dan lain sebagainya disesuaikan dengan objek yang akan
diperiksa atau ruang yang potensial untuk memasukan media kontras.
Posisi Pasien
Recumbent / erect
Posisi Pasien
• MSP pada pertengahan meja / kaset.
• Shoulder dan hip tidak ada rotasi.
• Tangan kanan memegang gelas barium.
• Tepi atas film 5 cm di atas shoulder.
12
Central Ray
Tegak lurus terhadap kaset.
Central Point
Pada MSP 2,5 cm inferior angulus sternum (T5-T6 ) atau 7,5 cm inferior
jugular notch.
FFD
100 cm
Eksposi pada saat tahan nafas setelah menelan barium.
Catatan
• Pasien menelan 2/3 sendok barium kental kemudian diekspose.
• Untuk “full filling” digunakan barium encer. Pasien minum barium
dengan straw langsung expose dilakukan setelah pasien menelan 3-4
tegukan.
Kriteria Evaluasi
• Oesophagus terisi barium.
• Tidak ada rotasi dari pasien (Sternoclavicular joint simetris ).
• Seluruh oesophagus masuk pada lapangan penyinaran.
• Teknik yang digunakan mampu menampakkan oesophagus
superimposed dengan vertebra thorakalis.
• Tepi yang tajam menunjukkan tidak ada pergerakan pasien saat eksposi.
13
2
2. Lateral
Posisi Pasien
Recumbent / erect ( recumbent lebih disukai karena pengisian lebih baik )
Posisi Pasien
Atur kedua tangan pasien di depan kepala saling superposisi dan elbow flexi.
MCP pada garis tengah meja / kaset.
Shoulder dan hip diatur true lateral, lutut flexi untuk fiksasi.
Tangan kanan memegang gelas barium.
Tepi atas kaset 5 cm di atas shoulder.
Central Ray
14
Tegak lurus terhadap kaset.
Central Point
Pada MSP setinggi T5-T6 / 7,5 cm inferior jugular notch.
FFD
100 cm bila pasien recumbent
180 cm bila pasien berdiri
Eksposi pada saat tahan nafas setelah menelan barium.
Catatan
• Pasien menelan 2/3 sendok barium kental kemudian diekspose.
• Untuk “full filling” digunakan barium encer. Pasien minum barium dengan straw langsung
expose dilakukan setelah pasien menelan 3-4 tegukan.
Kriteria Evaluasi
• Oesophagus terisi barium dan terlihat diantara columna vertebral dan jantung
• True lateral ditunjukan dari superposisi costa posterior.
• Bahu pasien tidak superposisi dengan oesophagus.
• Oesophagus terisi media kontras.
• Seluruh Oesophagus masuk pada lapangan penyinaran.
• Teknik yang digunakan mampu menampakkan oesophagus secara jelas yang terisi dengan
kontras.
• Tepi yang tajam menunjukkan tidak ada pergerakan pasien saat eksposi.
15
Definisi Pemeriksaan OMD adalah teknik pemeriksaan secara radiologi
saluran pencernaan atas dari organ oesofagus maag duodenum menggunakan
media kontras barium swallow dan barium meal, kemudian diamati dengan
fluoroscopy.
Anatomi
Indikasi
Stenosis pylorus: penutupan atau penyempitan dari lumen pylorus.
Gastritis: peradangan yang terjadi pada gaster (baik akut maupun
kronik).
Kontra indikasi
Obstruksi usus besar
Perforasi
Persiapan Alat dan Bahan
a. Pesawat sinar-x + fluoroscopy
b. Baju pasien c. Gonad shield
d. Kaset dan film ukuran 30 x 40 cm
e. Bengkok f. Marker R/L g. Tissue
h. Obat emergency: dexametason, delladryl, dll
i. Air masak sendok/sedotan dan gelas
j. Media kontras positif (+): BaSO₄ (1:4), Jumlah kurang lebih 100 ml s/d
200 ml
k. Media kontras negatif (-): Natrium Bicarbonat + Asam Sitrun misalnya Ez
gas.
Teknik pemeriksaan
Single Kontras
o Penjelasan pada pasien tentang prosedur Foto Polos Abdomen
o Dilakukan persiapan pemeriksaan
o Dibuat foto polos abdomen / dilakukan fluoroskopi hepar, dada dan abdomen.
o Pasien diberi media kontras 1 gelas
o Jika memungkinkan pasien dalam posisi berdiri, jika pasien recumbent pasien minum
dengan sedotan
o Pasien diinstruksikan minum 2 – 3 teguk media contrast, dilakukan manipulasi agar seluruh
mukosa terlapisi diikuti fluoroskopi atau dibuat foto yang diperlukan
o Setelah melihat rugae pasien minum sisa barium untuk melihat pengisian penuh dari
duodenum.
o Dengan teknik fluoroskopi pasien dirotasi dan meja dapat disudutkan sehingga seluruh
aspek oesophagus, lambung dan duodenum terlihat
Double Kontras
o Setelah minum media kontras positif, pasien diberi pil, bubuk carbonat dsb untuk
menghasilkan efek gas ( teknik lama, sisi sedotan dilubangi sehingga pada saat minum media
kontras sekaligus udara masuk ke lambung.
o Pasien diposisikan recumbent dan diinstruksikan untuk berguling – guling 4 – 5 putaran
sehingga seluruh mukosa terlapisi.
o Dapat diberikan glucagon atau obat lain untuk mengurangi kontraksi lambung ( lambung
tidak relax )
16
o Dilakukan pengambilan foto dengan proyeksi sesuai yang diinginkan sama pada teknik
single kontras.
o Bila menggunakan fluoroskopi diambil spot foto pada daerah – daerah yang diinginkan.
Proyeksi pemeriksaan
3)colon In Loop
Definisi adalah pemeriksaan radiografi dari usus besar dengan menggunakan media
kontras yang dimasukkan per anal.
Anatomi
Indikasi
Kolitis, adalah penyakit-penyakit inflamasi pada colon, termasuk didalamnya
kolitis ulseratif dan kolitis crohn.
Divertikel, merupakan kantong yang menonjol pada dinding colon, terdiri atas
lapisan mukosa dan muskularis mukosa.
Obstruksi atau illeus adalah penyumbatan pada daerah usus besar.
Invaginasi adalah melipatnya bagian usus besar ke bagian usus itu sendiri.
Stenosis adalah penyempitan saluran usus besar.
Atresia ani adalah tidak adanya saluran dari colon yang seharusnya ada.
Kontra Indikasi
Obstruksi akut atau penyumbatan.
Diare berat.
Metode Pemeriksaan
Kontras media(+): barium sulfat dengan viskositas 1:8
Kontras media(-) : udara
1) Metode kontras tunggal
2) Metode kontas ganda
a) Metode satu tahap: pemasukan media kontras negatif (-) dilakukan setelah
pemasukan media kontras positif (+) tanpa evakuasi terlebih dahulu.
b) Metode dua tahap: pemasukan media kontras negatif (-) dilakukan setelah
pemasukan media kontras positif (+) setelah evakuasi terlebih dahulu
Persiapan alat dan Bahan.
18
1) Pesawat sinar-x dengan fluoroscopy.
2) Irigator set atau disposable soft-plastic enema tips dan enema bags.
3) Receiver
4) Vaselin sebagai pelumas
5) Rectal canule/tube
6) Handscoen
7) Laken/kain penutup meja pemeriksaan
Barium dimasukkan lewat anus sampai mengisi daerah sekum. Pengisian diikuti dengan
fluoroskopi. Untuk keperluan informasi yang lebih jelas pasien dirotasikan ke kanan dan ke kiri
serta dibuat radiograf full filling untuk melihat keseluruhan bagian usus dengan proyeksi antero
posterior. Pasien diminta untuk buang air besar, kemudian dibuat radiograf post evakuasi posisi
antero posterior.
Merupakan pemeriksaan colon in loop dengan menggunakan media kontras berupa campuran
antara BaSO4 dan udara. Barium dimasukkan kira-kira mencapai fleksura lienalis kemudian kanula
diganti dengan pompa. Udara dipompakan dan posisi pasien diubah dari posisi miring ke kiri
menjadi miring ke kanan setelah udara sampai ke fleksura lienalis. Tujuannya agar media kontras
merata di dalam usus. Setelah itu pasien diposisikan supine dan dibuat radiograf.
Pada tahap ini dilakukan pengisian larutan BaSO4 ke dalam lumen kolon, sampai mencapai
pertengahan kolon transversum. Bagian yang belum terisi dapat diisi dengan mengubah posisi
penderita.
Dengan menunggu kurang lebih 1-2 menit agar larutan BaSo4 mengisi mukosa kolon.
Setelah diyakini mukosa terlapisi maka larutan perlu dibuang sebanyak yang dapat dikeluarkan
kembali.
19
Pada tahap ini dilakukan pemompaan udara ke lumen kolon. Pemompaan udara tidak boleh
berlebihan (1800- 2000 ml) karena dapat menimbulkan kompikasi lain, misalnya refleks vagal yang
ditandai dengan wajah pucat, pandangan gelap, bradikardi, keringat dingin dan pusing.
Proyeksi Radiograf
a. Proyeksi AP
Posisi Pasien :
Posisi Objek :
b. Proyeksi PA
Posisi pasien : tidur tengkurap diatas meja pemeriksaan dgn MSP tubuh tegak lurus meja, kedua
tangan disamping tubuh & kaki lurus
Posisi objek :
20
Kriteria Radiograf : seluruh kolon, termasuk fleksura dan rectum
c. Proyeksi LPO
Posisi Pasien : supine diatas meja pemeriksaan, tubuh dirotasikan ke kiri 35-45 derajat
terhadap meja, tangan kiri untuk bantalan, tangan kanan menyilang didepan tubuh dan kaki kiri
lurus, kaki kanan ditekuk untuk fiksasi
Posisi Objek : obyek diatur diatas meja, Batas atas : Proc. Xypoideus, Bats bawah: Simp.pubis
CP : 1 – 2 inchi ke kanan dari titik tengah kedua Krista iliakaCR : vertical tegak lurus kaset
21
Kriteria Radiograf : daerah sigmoid, rektosigmoid fleksura hepaticca sedikit superposisi
disbanding PA, colon ascenden, seikum.
b.saluran perkencingan
1. BNO-IVP
Definisi
pemeriksaan radiografi dari Traktus Urinarius (Renal, Ureter, Vesica Urinaria dan
Urethra) dengan penyuntikan media kontras positif (+) secara intra vena.
Anatomi
Indikasi pemeriksaan
Nephrolitiasis: suatu keadaan terdapat satau atau lebih batu di dalam Pelvis
atau Calyces dari ginjal.
22
Hydronephrosis (pembesaran ginjal): distensi dan dilatasi dari Pelvis Renalis,
biasanya disebabkan oleh terhalangnya aliran urin dari ginjal.
Urolithiasis: suatu keadaan terdapat satu atau lebih batu di dalam saluran
ureter.
Renal Failure: kegagalan fungsi ginjal.
Pyelonephritis: radang pada ginjal dan saluran perkencingan bagian atas.
Kontra indikasi
Infeksi saluran kemih akut
Retensi cairan yang berlebihan
Persiapan Alat dan bahan
Peralatan Steril
a. Wings Needle No. 21 G 1 buah
b. Spuit 20 cc 2 buah
c. Kapas alkohol atau wipes
d.Tourniquet
Peralatan Un-Steril
a. Plester
b. Marker R/L
c. Media Kontras (Omnipaque, Urografin, Iopamario)
d. Obat-obatan emergency
Penggunaan media kontras
Kontras media positif :
Media kontras yang digunakan adalah yang berbahan iodium, dimana jumlahnya
disesuaikan dengan berat badan pasien, yakni 1-2 cc/kg berat badan. (contoh :
iopamiro, ultravist,omnipaque)
Urografin 20cc/lopamiro
Media kontras disuntikkan secara intravena.
Persiapan pasien :
1. Sehari sebelum pemeriksaan atau mulai Pkl 14.00 pasien hanya makan makanan
lunak tidak berserat ( Bubur kecap ataupun Bubur kaldu ).
2. Pkl. 20.00 pasien minum dulcolax tablet 2 butir
3. Pkl. 22.00 sebelu tidur, pasien kembali minum dulcolax sebanyak 2 butir.
4. Pkl. 05.00 pagi masukkan 1 butir Dulcolax suposutoria melalui dubur atau anus
23
5. Selama persiapan dilakukan, pasien tidak diperbolehkan makan ( Puasa ), tidak
banyak berbicara, dan tidak merokok sampai dengan pasien datang ke instalasi radiologi
sesuai waktu yang dijanjikan dan pemeriksaan selesai dilakukan.
6. Selama persiapan pasien hanya diperbolehkan minum sebanyak 3x agar terhindar
dari dehidrasi.
Pemeriksaan IVP
Untuk mengetahui keadaan abdomen ( BNO ), apakah ada banyak udara / artefak yang
akan mengganggu gambaran selama pemeriksaan.
Untuk mengetahui keadaan awal dari Abdomen sebagai bahan penilaian ekspertise
radiograf.
mengetahui kondisi faktor eksposi yang tepat ( Tidak boleh ada pengulangan )
Jika radiograf baik maka pemeriksaan bisa dilajutkan.
Dokter memasukkan kontras media didampingi oleh Radiografer. Memberikan zat kontras
melalui vena ( Apabila skint test negatif ) Sebanyak 40-50 cc kepada pasien.
Nilai urium maksimal 50 mg/dl : Nilai creatinin maksimal 1,2 mg/dl
Single dose ( 1ml/Kg BB )
Double dose ( 1,5 cml/Kg BB )
Misal Pasien 73Kg maka kontras 73 ml apabila Double : 73 + 36,5 = 110 ml
Fase Nefrogram :
Fase dimana kontras media memperlihatkan neufron pada ginjal ( terisi minimal )
5 menit setelah penyuntikan dilakukan kompresi ureter.
film : 24x30 cm
CP antara xypoideus dan umbilicus
CR Tegak Lurus
FFD = 1 meter
Hasil Gambaran :
24
Densitas baik
Tidak ada bagian neufron yang terpotong
Kontras mengisi ginjal/ Calix sampai ureter proksimal
Poasitas mampu menampilkan organ
Fase Nefrogram 15
Fase dimana kontras media memperlihatkan neufron, pelvis renalis dan ureter proximal
terisi maksimal ( Fungsi eksresi ginjal yang terbendung )
15 menit setelah penyuntikan
Ekspose dilakukan tanpa pembukaan kompresi.
Film 24x30 cm
CP = Sedikit di atas umbilicus
CR = tegak lurus
FFD = 100 cm
Catatan kenapa harus dilakukan kompresi :
Untuk membendung kontras media yang dieksresikan ginjal melalui ureter, sehingga nefron
dan pelvis dapat mengembang dengan baik.
Cara melakukan kompresi :
Letakkan 2 buah bola tenis / compression ball pada daerah setinggi umbilicus / setinggi
SIAS
Compression bandage dikatikan pada ujung lain meja dan compression ball ditekan dengan
tuas pengungkit.
Diukur tekanan bandage tidak terlalu kencang maupun longgar.
Fase Ureter :
Fase dimana kontras media memperlihatkan nefron, Pelvis renalis dan ureter proksimal
terisi maksimal dan ureter distal mulai mengisi kandung kemih ( Fungsi eksresi ginjal tidak
terbendung ).
30 menit setelah penyuntikan
Film 30x40 cm
CP = Garis Pertengahan SIAS
CR Tegak lurus film
FFD 100 cm
Hasil Gambaran :
25
Densitas baik
Tidak ada bagian ginjal yang terpotong
Kontras mengisi ginjal sampai ureter distal dan sedikit mengisi kandung kemih
Opasitas mampu menampilkan organ/ tractus urinarius
Fase dimana kontras media memperlihatkan nefron, Pelvis renalis, ureter hingga kandung
kemih ( Fungsi eksresi ginjal tidak terbendung ).
45 menit setelah penyuntikan
Film 30x40 cm
CP = Garis pertengahan SIAS atau diantara SIAS dan Symphisis Pubis.
CR Tegak lurus Vertikal
FFD = 100 cm
Hasil Gambaran :
26
Densitas baik
Tidak ada bagian ginjal yang terpotong
Kontras mengisi kandung kemih hingga VU mengembang
Opasitas mampu menampilkan organ vesica urinaria terisi penuh kontras media
Seing disebut foto " Full Blast "
Fase Vesica Urinaria Post Void
Fase dimana kontras media memperlihatkan kandung kemih dalam keadaan kosong (
Fungsi pengosongan kandung kemih ).
50 menit setelah penyuntikan
Film 30x40 cm
CP = Garis pertengahan SIAS atau diantara SIAS dan Symphisis Pubis
CR Tegak Lurus
FFD 100 cm
Kriteria gambaran Post Void
Densitas baik
Tidak ada bagian ginjal hingg VU yang terpotong
Kontras keluar melalui kandung kemih hingg VU terlihat kosong
Opasitas mampu menampilan organ
Vesica Urinaria terisi penuh kontras media
Sering disebut " Post Void " atau " Post Mixie"
Late Foto :
Adanya keadaan dimana kontras media terlambat menampilkan gambaran organ yang
diakibatkan oleh adanya kelainan pada organ ( Adanya batu di Nefron sehingga ureter tidak
tervisualisasikan )
Apabila terjadi " Late Foto " sebaiknya pasien difoto post voiding satu jam kemudian.
Late foto bisa sampai 2 jam.
Contoh Foto yang terdapat kelainan seperti " Nefrolithiasis"
27
c.Kardiologi (pencitraan pembuluh darah)
1. arteriografi femoralis
Definisi
pemeriksaan radiografi untuk memperlihatkan pembuluh arteri pada ekstremitas bawah
dengan memasukkan media kontras positif (+).
Anatomi
Indikasi
Arterosklerosis Obliterans
Aneurysm
Trauma arteri
Arteriovenosus Malformasi
Artritis
Neoplasma
Kontra indikasi
Alergi terhadap media kontras
Kelainan jantung
Persiapan alat dan bahan
1) Steril
a. Jarum arteriogram
b. Adaptor
c. Spuit 50 ml sebanyak 2 buah
d. Spuit 10 ml sebanyak 1 buah
e. Spuit 2 ml sebanyak 1 buah
f. Drawing up canula g. Kateter
h. Sponge forceps
i. Mangkuk pelembab 2 buah
j. Gallipot
k. Kasa
l. Handuk
m.Baju pasien
2) Unsteril
28
a. Pembersih kulit
b. Ampuls media kontras
c. Saline
d. Jarum disposable
e. Pembuka ampuls
f. Lokal anastesi (Omnopone atau Scopolamine)
Teknik Pengambilan Gambar
Persiapan Pasien
Posisi Pasien
· Pasien diposisikan supine di atas meja pemeriksaan dengan jari-jari kaki diputar 30° ke
dalam.
· Variasi posisi pasien juga dapat dilakukan untuk mendukung penglihatan yang lebih baik
pada daerah poplitea dan cabang-cabangnya.
Common femoral artery kanan merupakan arteri yang paling sering dijadikan akses puncture oleh
karena lumen yang cukup besar, pulsasi yang teraba lebih superficial, terdapat caput femoris di
bagian profunda sehingga mudah dilakukan penekanan arteri untuk menghindari hematoma dan
komplikasi lebih lanjut.
Pada pemeriksaan arteriografi femoralis, punksi dilakukan setelah anestesi lokal pada
daerah lipat paha (inguinal) dengan jarum no.18. Bila canul telah berada di dalam lumen arteri,
maka dimasukkan guide wire melalui jarum seldinger ke dalam lumen arteri. Pemasukkan guide
wire dilakukan di bawah kontrol fluoroskopi dan diarahkan ke bifurkartio aorta abdominalis (
lumbal dua atau lumbal tiga ). Kemudian jarum atau canul dicabut secara perlahan-lahan dan
hati-hati agar guide wire tidak tercabut. Daerah punksi ditekan agar tidak terjadi hematom.
Kateter dimasukkan melalui guide wire sampai ke daerah pembuluh yang dikehendaki dibawah
kontrol fluoroskopi. Guide wire dicabut selanjutnya dimasukkan bahan kontras (tes kontras) ke
dalam kateter untuk melihat apakah kateter sudah berada didalam pembuluh darah yang
diinginkan.
29
1) Single Technique
2) Serial Technique
b. Membutuhkan peralatan yang mempunyai variasi kecepatan pergantian film, termasuk rol film,
cut film, dan kaset charger yang berkemampuan dua eksposi dalam satu menit.
30
2) Periksa kembali sebelum penggunaan: buka karton pembungkus sesaat
sebelum digunakan, periksa kejernihan larutan, pastikan tidak ada
perubahan warna, tidak keruh, tidak ada endapan
Efek samping :
1. RINGAN :
Mual / muntah
Rasa panas sebagian / sekujur tubuh
Bersin atau menguap
Tenggorokan terasa mengelitik dan atau batuk
penanganan:
Tenangkan Pasien
Miringkan kepala
Berikan oksigen (O2)
Bila pasien terlihat gelisah, berikan valium 5-10 mg (Intra Vena) perlahan-lahan.
penanganan:
3. BERAT :
penanganan:
STOP KONTRAS!!!
Baringkan pasien dengan posisi tungkai lebih tinggi daripada kepala
Berikan Adrenalin dengan dosis 1 mg/1 ml secara Intramuscular
Pasang Infus
Bila pemberian Adrenalin memberikan respon, lanjutkan dengan memberi O2 (bisa
menggunakan masker atau endotracheal, tergantung kondisi pasien
31
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kontras media adalah suatu bahan atau media yang dimasukkan kedalam tubuh pasien untuk
membantu pemeriksaan radiografi, sehingga media yang dimasukkan tampak lebih radioopaque
atau lebih radiolucent pada organ tubuh yang akan diperiksa.
2. Kontras media digunakan untuk membedakan jaringan-jaringan yang tidak dapat terlihat dalam
radiografi dan memperlihatkan bentuk anatomi dari organ atau bagian tubuh yang diperiksa serta
untuk memperlihatkan fungsi organ yang diperiksa. Media kontras dibedakan menjadi media
kontras positif dan media kontras negatif. Media kontras positif dibagi lagi menjadi media kontras
non iodinated (barium sulfat) dan media kontras iodinated (mengandung yodium). Media kontras
iodinated juga dibagi lagi menjadi golongan larut dengan air (water soluble) dan golongan tidak
larut dengan air ( oil soluble). Dalam penggunaan media kontras tersebut perlu memperhatikan
osmolalitas, protein binding, lipophylisity, viscosity (kekentalan). Prosedur memasukkan media
kontras tergantung dari pemeriksaan yang dilakukan. Beberapa cara pemberian media kontras
yaitu pemberian media kontras per oral (barium meal), pemberian media kontras per anal
(barium enema untuk usus besar & usus halus), pemberian media kontras intravascular
(umumnya media kontras iodium), pemberian media kontras intra arterial, intrathecal (tulang
belakang) dan intraabdominally (hampir pada seluruh rongga tubuh atau ruang yang potensial).
Dalam penggunaan media kontras terdapat beberapa jenis reaksi diantaranyaNeutrotoksisitas,
Nyeri dan Rasa Sakit, Efek terhadap Jantung (Cardiac Effect), Reaksi Pseudoalergik. Untuk
menangani reaksi tersebut dilakukan terapi jika reaksi sedang, tidak perlu diilakukan terapi jika
reaksi ringan, jika terjadi reaksi berat dilakukan rawat intensif. Sedangkan untuk membuat media
kontras tetap baik jika digunakan maka perlu dilakukan penyimpanan pada media kontras.
3. Penggunaan media kontras pada radiologi dapat diaplikasikan pada pemeriksaan saluran
pencernaan yang meliputi oesofagografi, OMD, follow thhrough, colon Makalah Media Kontras |
41 in loop, appendicografi, lopografi, sialografi, saluran perkencingan meliputi BNO-IVP,
hydronefrosis, nephrotomografi, Retrograde pyelo-uretrografi, antegrade pyelografi, retrograde
pyelografi, retrograde cystografi, urethra cystografi, cysto uretrografi, cystografi, pencitraan
pembuluh darah arteriografi femoralis, angiografi, ct scan cardiac, MRI jantung, pemeriksaan ct
scan, pemeriksaan pada pediatrik meliputi lopografi pediatrik, appendicografi pediatrik, BNO-IVP
pediatrik, colon in loop pediatrik.
B. Saran
32
Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan informasi bagi pembaca dan penulis
mengenai media kontras dan pemeriksaan yang menggunakan media kontras. Khususnya bagi
calon radiografer, sebaiknya lebih teliti dan cermat ketika menangani pemeriksaan yang
menggunakan media kontras, lebih memperhatikan tentang jenis media kontras yang digunakan,
perbandingan media kontras dengan air dan, volume disesuaikan dengan kondisi pasien dan
ketetapan pemeriksaan. Sebaiknya calon radiografer lebih memperhatikan pasien mengenai
reaksi yang terjadi ketika dimasukkan media kontras dan mengerti penanganan yang harus
dilakukan agar kelak menjadi radiografer yang lebih profesional dan mampu dipertanggung
jawabkan.
33