Anda di halaman 1dari 5

Perkembangan Perundangan TV Digital di Indonesia

(Desember 2017)
Retno Renggani Nugroho
Dasar-Dasar Regulasi Telekomunikasi
Telkom University
Bandung, Indonesia
retnorengganin@gmail.com

Abstrak – TV digital semakin berkembang di Indonesia, Inti dari teknologi digital adalah proses encode semua bentuk
Pemerintah juga telah memperluas area Uji Coba penyiaran TV informasi (teks, suara, dan gambar) ke dalam kode digital
digital terestrial penerimaan tetap tidak berbayar (free to air).
terima (1) atau tidak (0). Artinya, apabila perangkat penerima
Perkembangan dimulai sejak tahun 2009 hingga sekarang 2017.
Era Uji Coba TV digital dengan standar DVB-T2 dimulai sejak 9 siaran digital dapat menangkap sinyal, maka program siaran
Juni 2016. Telah banyak perundangan yang ditetapkan akan diterima. Sebaliknya, jika sinyal tidak diterima maka
berkaitan dengan peralihan TV analog ke TV digital, namun gambar atau suara tidak muncul. (Flew, 2002:17).
tidak semua peraturan berpihak adil kepada semua pihak, Dibandingkan dengan analog, sinyal digital lebih tahanan
sehingga perlua adanya pengkajian ulang (judicial review) terhadap derau dan mudah untuk diperbaiki (recovery) pada
mengenai peraturan tersebut. bagian penerimanya dengan suatu kode koreksi kesalahan
Kata kunci – TV Digital; Roadmar; DVB-T2; Peraturan; (error correction code). Penyiaran TV digital bisa
dioperasikan dengan daya rendah namun tetap menghasilkan
kualitas yang bagus.
I. PENDAHULUAN
Sekalipun televisi digital membuka kemungkinan-
P erkembangan teknologi penyiaran TV terrestial baik yang
digunakan untuk jaringan TV diam (fixed) dan bergerak
(mobile) mengalami perkembangan yang cukup pesat seiring
kemungkinan yang menarik, namun realisasinya tidak secepat
yang dibayangkan. Penghambat terbesar adalah
dibutuhkannya pesawat televisi model baru atau set top box
dengan berkembangnya teknologi digital. Saat ini berbagai untuk televisi model lama yang memiliki fasilitas untuk men-
negara telah memutuskan untuk migrasi dari teknologi decode sinyal digital. Hal ini membuat perusahaan-perusahaan
penyiaran TV analog ke teknologi penyiaran TV digital. televisi siaran ragu untuk mulai melakukan siaran televisi
Terdapat beberapa standard teknologi penyiaran TV digital digital, dengan pertimbangan dibutuhkannya pembangunan
yang telah digunakan antara lain Digital Video Broadcasting infrastruktur baru untuk memproduksi dan menyiarkan
Terrestial (DVB-T) dari Eropa, Integrated Service Digital program televisi digital, harga pesawat televisi digital masih
Broadcasting Terrestial (ISDB-T) dari Jepang, Advanced belum terjangkau oleh sebagian besar masyatakat, dan pada
Television Systems Committee (ATSC) dari Amerika Serikat, saat masa transisi dibutuhkan biaya yang besar karena untuk
Terrestrial-Digital Multimedia Broadcasting (T-DMB) dari menyiarkan program ganda (analog dan digital) biayanya
Korea Selatan, Digital Multimedia Broadcasting Terrestrial terlalu mahal (Flew, 2002:111).
(DMB-T) dari China.
Dengan siaran televisi digital terdapat peningkatan
kapasitas layanan melalui efisiensi pemanfaatan spektrum II. TELEVISI DIGITAL DI INDONESIA
frekuensi radio. Sistem penyiaran televisi digital bukan hanya
mampu menyalurkan data gambar dan suara tetapi juga A. Frekuensi TV Digital
memiliki kemampuan multifungsi dan multimedia seperti Penyiaran televisi digital terrestrial adalah penyiaran yang
layanan interaktif dan bahkan informasi peringatan dini menggunakan frekuensi radio VHF / UHF seperti halnya
bencana. Pada era penyiaran digital, penonton TV tidak hanya penyiaran analog, akan tetapi dengan format konten digital.
menonton program siaran tetapi juga bisa mendapat fasilitas Dalam penyiaran televisi analog, semakin jauh dari stasiun
pemancar televisi signal akan makin melemah dan penerimaan
tambahan seperti EPG (Electronic Program Guide) untuk
gambar menjadi buruk dan berbayang. Lain halnya dengan
mengetahui acara-acara yang telah dan akan ditayangkan penyiaran televisi digital yang terus menyampaikan gambar
kemudian. Dengan siaran digital, terdapat kemampuan dan suara dengan jernih sampai pada titik dimana signal tidak
penyediaan layanan interaktif dimana pemirsa dapat secara dapat diterima lagi.
langsung memberikan rating terhadap program siaran.
Faktor yang menjadi penggerak utama terjadinya revolusi
ini adalah ditemukan dan dikembangkannya teknologi digital.
Mulai awal tahun 2012, Indonesia melalui Peraturan
Menteri Kominfo No. 05 tahun 2012, mengadopsi standar
penyiaran televisi digital terestrial Digital Video Broadcasting
– Terrestrial second generation (DVB-T2) yang merupakan
pengembangan dari standar digital DVB-T. Sebelum
menetapkan standar digital tersebut, pemerintah terlebih
dahulu melakukan kajian dan konsultasi publik dengan
melibatkan para stakeholders terkait. Beberapa peraturan
pemerintah maupun peraturan mentri Kominfo dibuat guna
mendukung implementasi peyiaran TV digital di Indonesia.
Pada awal tahun 2013 dilakukan pembukaan Peluang
Usaha Penyelenggaraan Penyiaran Multipleksing Pada
Gambar 2.1 Penyederhanaan frekuensi TV analog Penyelenggaraan Penyiaran Televisi Digital Terestrial
Penerimaan Tetap Tidak Berbayar (Free to Air) di Zona
(Sumber: Pemodelan Akselerasi Implementasi Digital Dividend di
Indonesia (Denny Setiawan, 2013)) Layanan 1 (Aceh dan Sumatera Utara) dan Zona Layanan 14
(Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan) Peraturan Perihal
TV Digital. Hal tersebut di jelaskan pada Siaran Pers No.
Tujuan pengalihan ke televisi digital adalah meningkatkan 18/PIH/KOMINFO/2/2013 tertanggal 25 Pebruari 2013 dan
efisiensi pemanfaatan spektrum frekuensi radio untuk telah didahului dengan diterbitkannya Keputusan Menteri
penyelenggaraan penyiaran. Teknologi kompresi digital dan Kominfo No. 42 Tahun 2013. Dipenghujung tahun 2013,
sistem pengkodean (coding) memungkinkan untuk Kementerian Kominfo mengadakan uji publik Rancangan
mengirimkan lebih banyak informasi dibandingkan dengan Peraturan Menteri (RPM) tentang Persyaratan Teknis Alat dan
teknologi analog. Multipleksing televisi digital membutuhkan Perangkat Penerima Televisi Siaran Digital Berbasis Standar
bandwidth sebesar 8 MHz seperti halnya televisi analog. Digital video Broadcasting Terrestrial – Second Generation
Secara teknis, pita spektrum frekuensi radio yang digunakan (beserta lampirannya) dan juga RPM Persyaratan Teknis
untuk televisi analog dapat digunakan untuk penyiaran televisi Sistem Peringatan Dini Bencana Alam Pada Alat Dan
digital. Perbedaanya terletak pada penggunaan teknik kompresi Perangkat Penerima Televisi Digital Berbasis Standar Digital
digital sedemikian hingga suatu sinyal dapat membawa Video Broadcasting Terrestrial Second Generation (beserta
informasi gambar dan suara tidak hanya satu, namun 4 sampai lampirannya).
dengan 6 kanal program siaran televisi. Dengan kata lain, pada
jumlah spektrum frekuensi yang sama dengan televisi analog, Melalui SIARAN PERS NO.42/HM/KOMINFO/06/2016,
dapat disediakan layanan televisi digital yang jumlahnya lebih Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika
banyak. Oleh karena televisi digital membutuhkan lebih sedikit telah menerbitkan Peraturan Menteri No. 5 Tahun 2016 tentang
spektrum dari pada televisi analog, sehingga akan ada Uji Coba Teknologi Telekomunikasi, Informatika dan
kelebihan spektrum setelah semua layanan TV analog tersebut Penyiaran. Pada Pasal 4 PM 5/2016 disebutkan bahwa
ditutup, yang dikenal dengan istilah digital dividend. Penyelenggaraan uji coba ditetapkan dengan Keputusan
Menteri. Oleh karena itu telah disiapkan turunan regulasi
tersebut dalam bentuk Rancangan Keputusan Menteri tentang
B. Roadmap TV Digital
Uji Coba Siaran Televisi Digital Terestrial yang telah final dan
Perkembangan TV digital di Indonesia dimulai pada tahun akan ditetapkan bersamaan dengan Memorandum of
sejak awal 2009. Pada tanggal 13 Agustus 2008 dilakukan Soft Understanding (MoU) antara LPP TVRI dengan Penyedia
Launching uji coba siaran TV digital di wilayah Jabodetabek, Konten digital pada tanggal 9 Juni 2016 di Kementerian
tepaytnya di TVRI. Kemudian pada tanggal 20 Mei 2009 Kominfo. Uji coba siaran TV digital dilaksanakan oleh
secara resmi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melakukan Kementerian Kominfo dengan melibatkan para pemangku
Grand Launching uji coba siaran TV digital untuk penerimaan kepentingan yaitu KPI, LPP TVRI, penyedia konten dan
industri perangkat. Uji coba bersifat non komersial dan dengan
tetap free to air di Studio SCTV Jakarta. Pada tanggal 3
masa laku uji coba selama 6 bulan dan dapat diperpanjang.
Agustus 2009 Menteri Kominfo Mohammad Nuh meresmikan Terdapat 20 wilayah uji coba yang telah terbangun
uji coba lapangan siaran digital untuk penerimaan televisi infrastruktur multipleksing TVRI. Tujuan uji coba siaran TV
bergerak (Mobile TV) yang dilakukan oleh Konsorsium Tren digital ini adalah dalam rangka penelitian aspek teknis dan non
Mobile TV dan Konsorsium Telkom, Telkomsel, dan teknis meliputi kinerja perangkat dan sistem penyiaran
Indonusa. Hal tersebut dijelaskan dalam Siaran Pers No. multipleksing. Sesuai ketentuan yang berlaku, kewajiban
164/PIH/KOMINFO/8/2009. pembayaran BHP frekuensi radio tidak berlaku/dikenakan
Pada awal tahun 2010, dilakukan uji coba lapangan untuk keperluan penelitan yang dilakukan oleh
penyiaran TV digital untuk wilayah Bandung dan sekitarnya. lembaga/instansi pemerintah. Terdapat 36 badan hukum
Sebanyak kurang lebih 1000 set top box diberikan kepada sebagai penyedia konten yang akan mengikuti uji coba siaran
TV digital dan bekerjasama dengan TVRI.
masyarakat Bandung sebagai bentuk sosialisasi dan dukungan
pemerintah dalam mensukseskan migrasi dari penyiaran TV
analog ke TV digital.
C. DVB-T2 A. 07/P/M.KOMINFO/3/2007
DVB-T (Digital Video Broadasting Terrestrial) adalah Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika nomor 7
standar sistem transmisi terrestrial. DVB-T, menggunakan tahun 2007 tentang Standar Penyiaran Digital Terestrial untuk
OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing), Televisi Tidak Bergerak di Indonesia, peraturan ini ditetapkan
skematik OFDM adalah jumlah orthogonal yang sangat pada tanggal 21 Maret 2007. Menetapkan tentang standar
banyak, overlapping, narrow band sub-channel atau penyiaran digital terestrial untuk televisi tidak bergerak di
subcarrier, ditransmisikan secara paralel yang terbagi dalam Indonesia yaitu Digital Video Broadcasting - Terestrial (DVB-
bandwith transmisi. Keunggulan OFDM yang utama adalah T) dan juga menjelaskan agar semua Lembaga Penyiaran jasa
untuk menangani multipath interference di sisi penerima. televisi terestrial di Indonesia serta industri dan perdagangan
Multipath akan membangkitkan dua pengaruh: frequency terkait dapat mulai mempersiapkan segala sesuatu yang
selective fading dan intersymbol interference. Terdapat dua hal behubungan dengan peralihan (migrasi) dari sistem penyiaran
yang kurang baik dari OFDM yaitu Signal dynamic range yang analog ke sistem penyiaran digital.
luas (lebar) dan sangat sensitif terhadap frequency error.
Pemerintah mengubah kebijakan standar siaran FTA DVB-T B. 27/P/M.KOMINFO/8/2008
menjadi DVB-T2 pada awal 2012. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika nomor 27
Seperti standar DVB-T, spesifikasi DVB-T2 menggunakan tahun 2008 tentang Uji Coba Lapangan Penyelenggaraan
modulasi OFDM, tambahan untuk standar DVB-T2 adalah Siaran Televisi Digital ditetapkan tanggal 5 Agustus 2008.
mode 256 QAM yang mampu untuk menambah jumlah bits Menetapkan bahwa uji coba dilakukan untuk penerimaan tetap
yang dibawa dan memperbaiki FEC (Forward Error free-to-air maupun penerimaan bergerak (mobile-TV). Uji coba
Correction). DVB-T2 menggunakan coding LDPC (Low ini dilakukan guna mengkaji setiap aspek teknis dan non-teknis
Density Parity Check) digabungkan dengan BCH (Bose berupa kinerja perangkat dan sistem, model penyelenggaraan
Chaudhuri Hocquengham) untuk proteksi terhadap noise dan siaran televisi digital, model regulasi dan kelembagaan, serta
interferensi. Coding ini akan memberikan kepastian proteksi fitur layanan televisi digital yang diharapkan masyarakat. Uji
yang baik, memungkinkan lebih banyak data yang dibawa coba bersifat tidak komersial dan menggunakan sistem standar
dalam saluran, juga meningkatkan C/N dalam hubungannya DVB-T. Frekuensi radio yang digunakan untuk penerimaan
dengan BER yang mendekati kondisi ideal. tetap free-to-air adalah kanal 40, 42, 44, dan 46 UHF,
Tabel 2.1 Perbedaan DVB-T dengan DVB-T2 sedangkan untuk penerimaan bergerak (mobile-TV)
menggunakan kanal 24 dan 26 UHF. Di peraturan Menteri ini
juga dijekaskan mengenai tata cara dan persyaratan uji coba
serta ketentuan program siaran. Penyelenggara Uji Coba
diwajibkan melaporkan hasil uji coba kepada Menteri 1 bulan
sekali meliputi aspek teknis dan non-teknis.
Pada 9 Oktober 2009 dilakukan perubahan atas
27/P/M.KOMINFO/8/2008 dengan ditetapkannya
46/P/M.KOMINFO/10/2009. Beberapa pasal mendapatkan
perubahan karena dirasa tidak sesuai dengan kondisi yang ada,
seperti pada pasal 3 ayat (1) yang awalnya hanya ada 2 jenis
penyelenggara berubah menjadi 3 jenis penyelenggara.
Perluasan wilayah uji coba yang sebelumnya hanya di Jakarta,
Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), sekarang
ditambah lokasi lain namun penyelenggaranya adalah
Direktorat Jendral Sarana Komunikasi dan Diseminasi
Informasi. Lokasi diluar Jabodetabek disediakan 1 kanal sesuai
ketersediaan kanal sesuai Master Plan frekuensi radio untuk
televisi siaran analog pada pita UHF. Perubahan juga dilakukan
pada pasal 9 dan pasal 17 ayat (3) serta terdapat sisipan pasal
11A antara pasal 11 dan 12 yang menjelaskan bahwa dalam
penyelenggaraannnya Direktorat Jendral Sarana Komunikasi
dan Diseminasi Informasi tidak perlu mengajukan permohonan
tertulis izin Uji Coba kepada Mentri karena izin Uji Coba
melekat dengan izin Stasiun Radio.

III. PERUNDANGAN TV DIGITAL C. 34/P/M.KOMINFO/10/2008


Dalam perjalanan pengalihan TV analog ke digital, telah Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika nomor 34
terdapat banyak sekali perundangan yang dibuat maupun tahun 2008 tentang Tata Cara Penilaian dalam Evaluasi pada
direvisi. Perundangan tersebut dibuat agar pelaksanaan Seleksi Dokumen Permohonan Uji Coba Lapangan
peralihan ke TV digital lebih tertata dan tidak menimbulkan Penyelenggaraan Siaran Televisi Digital yang ditetapkan pada
polemik di masyarakat. tanggal 24 Oktober 2008. Peraturan ini menerangkan tentang
anggota Tim Evaluasi penilaian uji coba, proses penilaian yang
didasarkan pada aspek administrasi, teknis serta isi siaran, Penyiaran Penyelenggara Penyiaran Multipleksing) dan tidak
sistem penilaian dan ketentuan kelulusan juga dijelaskan pada adanya zone baru. Keputusan MA tersebut tidak bersifat
Peraturan Mentri ini. retroaktif. Artinya, hasil Seleksi Lembaga Penyiaran
Penyelenggara Penyiaran Multipleksing yang sudah
D. 39/PER/M.KOMINFO/10/2009 berlangsung tetap berlaku. Keputusan MA tersebut tidak
Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika nomor 39 membatalkan proses migrasi teknologi sistem televisi analog
tahun 2009 tentang Kerangka Dasar Penyelenggaraan ke sistem televisi digital. Perkembangan teknologi adalah suatu
Penyiaran Televisi Digital Terestrial Penerimaan Tetap Tidak keniscayaan dan pemerintah akan segera mengupayakan
Berbayar (Free to Air) ditetapkan pada tanggal 16 Oktober payung hukum bagi perkembangan teknologi terkait.
2009. Pada Peraturan Mentri ini dijelaskan tujuan dari Kementerian Kominfo akan segera menerbitkan Peraturan
diselenggarakannya penyiaran televisi digital terestrial Menteri Kominfo sebagai pengganti Peraturan Menteri
penerimaan tetap tidak berbayar, penyelenggaraan Kominfo No. 22/PER/M.KOMINFO/11/2011 tentang
multipleksing, persyaratan pendirian, tata cara dan persyaratan Penyelenggaraan Penyiaran Televisi Digital Teresterial
perizinan, penyedia menara dan alat bantu penerima siaran, Penerimaan Tetap Tidak Berbayar (Free to Air).
pengamanan dan perlindungan konten, kepemilikan saham
penyelenggara program siaran, kontribusi pada masyarakat dan F. 23/PER/M.KOMINFO/11/2011
negara, serta ketentuan peralihan ke siaran tv digital. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika nomor 23
tahun 2011 tentang Rencana Induk (Master Plan) Frekuensi
E. 22/PER/M.KOMINFO/11/2011 Radio untuk Keperluan Televisi Siaran Digital Terestrial pada
Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika nomor 22 Pita Frekuensi Radio 478-694 MHz ditetapkan pada tanggal 23
tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Televisi Digital Nopember 2011. Dijelaskan bahwa penyiaran televisi siaran
Terestrial Penerimaan Tetap Tidak Berbayar (Free to Air) digital terestrial pada rentan frekuensi 478-526 MHz diatur
ditetapkan pada tanggal 22 Nopember 2011. Peraturan Mentri dalam Peraturan Menteri tersendiri, sedangkan penyiaran
ini menjelaskan tentang tujuan tv digital free-to-air, televisi siaran digital terestrial penerimaan tetap tidak berbayar
penyelenggaraannya, penyeleenggaranya, wilayah dan (Free to Air) pada rentang frekuensi 526-694 MHz. Lebar pita
zonanya, tata cara perizinan, penggunaan komponen dalam frekuensi, rasio proteksi, dan kuat medan juga diatur
negeri pada set-top-box, pelaksanaan penyiaran, tahapan didalamnya. Selain itu diatur pula pemetaan kanal frekuensi di
simulcast, evaluasi dan pengawasan penyelenggaraan siaran tv seluruh daerah di Indonesia, penerapan teknik Single
digital, serta sanksi administratif yang akan diberikan pada Frequency Network (SFN), sertifikasi penggunaan perangkat,
siapa saja yang melanggar. serta pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan
Namun, pada tanggal 17 September 2012 ada beberapa peraturan ini.
Lembaga Penyiaran yang mengajukan permohonan uji materiil
terhadap Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika RI. G. 05/PER/M.KOMINFO/2/2012
Nomor 22/PER/M.KOMINFO/11/2011 ke Mahkamah Agung. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika nomor 05
Keberatan diajukan mengenai perizinan, Lembaga Penyiaran tahun 2012 tentang Standar Penyiaran Televisi Digital
yang telah mempunyai izin penyiaran sesuai dengan Undang- Terestrial Penerimaan Tetap Tidak Berbayar (Free to Air)
Undang Penyiaran dan Izin Stasiun Radio sesuai dengan ditetapkan pada tanggal 2 Februari 2012. Pada peraturan ini
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang dijelaskan bahwa standar penyiaran televisi digital terestrial
Telekomunikasi ("Undang-Undang Telekomunikasi") harus penerimaan tetap tidak berbayar (free to air) di Indonesia
mendapatkan izin penyiaran lagi dan hal tersebut sangat adalah Digital Video Broadcasting Terestrial – second
merugikan. Selain itu pada periode simulcast Lembaga generation (DVB-T2). Pada pasal 3 peraturan ini menjelaskan
Penyiaran wajib melakukan pembayaran ganda atas biaya IPP bahwa peraturan ini mencabut Peraturan Menteri Nomor
kepada Negara (Pemerintah) berdasarkan Pasal 33 ayat (7) 07/P/M.KOMINFO/3/2007 tentang Standar Penyiaran Digital
Undang-Undang Penyiaran, biaya hak penggunaan spektrum Terstrial untuk Televisi Tidak Bergerak di Indonesia.
frekuensi radio berdasarkan Pasal 29 ayat (1) Peraturan
Pemerintah Nomor 53 Tahun 2000 tentang Penggunaan H. Peraturan Menteri Kominfo No. 32 Tahun 2013
Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit ("Peraturan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika nomor 32
Pemerintah Nomor 53 Tahun 2000") dan biaya tarif sewa tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Televisi Secara
saluran dari Penyelenggara Penyiaran Multipleksing Digital dan Penyiaran Multipleksing Melalui Sistem Terestrial.
berdasarkan Pasal 7 ayat (1) Peraturan Menteri Nomor 22. Namun dalam perjalanannya, peraturan Menteri ini mendapat
Padahal fasilitas dan hak yang dinikmati oleh lembaga gugatan dari beberapa pihak yang merasa dirugikan karena
penyiaran justru berkurang dan sebagian hilang, yaitu hak pihak Penggugat berpendapat bahwa Peraturan ini
pengelolaan dan penyelenggaraan infrastruktur penyiaran. mendasarkan diri pada Permenkominfo No. 22 Tahun 2011
Dengan adanya pengajuan keluhan tersebut maka yang telah dibatalkan oleh putusan Mahkamah Agung RI
Mahkamah Agung mengeluarkan surat putusan Nomor 38 melalui putusan No. 38 P/HUM/2012 dan No. 40
P/HUM/2012. Selanjutnya, Kementerian Kominfo akan P/HUM/2012. Setelah melalui beberapa pertimbangan, Majelis
menjaankan semua Keputusan MA sesuai peraturan memutuskan bahwa gugatan penggugat tidak diterima katena
perundang-undangan yang berlaku. Implikasi terhadap gugatan dengan tuntutan tidak saling bersesuaian.
Keputusan MA tersebut adalah tidak adanya switch off dari
analog ke digital, tidak adanya kelembagaan (Lembaga
I. Peraturan Menteri Kominfo No. 5 Tahun 2016
Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika nomor 5
tahun 2016 tentang Uji Coba Teknologi Telekomunikasi,
Informatika, dan Penyiaran yang ditetapkan pada 8 April 2016.
Peraturan ini menjelaskan apa saja yang dimaksud aspek teknis
dan non-teknis. Uji coba bersifat tidak komersial dan berbatas
waktu, diselenggarakan oleh Kementrian Komunikasi dan
Informatika. BHP sesuai dengan perundangan untuk keperluan
penelitian nonkomersial.

IV. KONKLUSI DAN REKOMENDASI


Televisi digital sudah berkembang di Indonesia sejak 2009,
namun dalam perjalanannya banyak rintangan yang harus
dilalui. Banyak pihak-pihak yang justru memanfaatkan kondisi
ini untuk mencari keuntunggan dari celah yang ditimbulkan
program peralihan ini. Pemerintah sudah berperan aktif dalam
peralihan TV analog ke TV digital baik dari segi perundangan,
sosialisasi, maupun materil. Namun pemerintah perlu berhati-
hati dalam membentuk suatu perundangan agar kasus
pengajuan judicial review terhadap Permen Kominfo Nomor
22/PER/M.KOMINFO/11/2011 tidak lagi terulang. Masyarakat
maupun Penyelenggara Layanan dan pihak-pihak yang
berhubunganpun harus turut serta aktif dalam perjalanan TV
digital, hal tersebut dapat diwujudkan dengan turut sertanya
masyarakat maupun pihak-pihak yang terlibat dalam memberi
tanggapan atau koreksi terhadap suatu Rancangan Peraturan
Menteri agar tidak ada pihak-pihak yang dirugikan dan tidak
ada polemik yang timbul setelah ditetapkan Peraturan Menteri
tersebut.
Era TV digital baru di Indonesia telah dimulai sejak 9 Juni
2016 dengan ditetapkannya Peraturan Menteri No. 5 Tahun
2016 tentang Uji Coba Teknologi Telekomunikasi, Informatika
dan Penyiaran. Terdapat 36 badan hukum sebagai penyedia
konten yang akan mengikuti uji coba siaran TV digital dan
bekerjasama dengan TVRI.

REFERENSI
[1] denysetia.files.wordpress.com
[2] tvdigital.kominfo.go.id
[3] putusan.mahkamahagung.go.id
[4] Buku Sistem TV Digital dan Prospeknya di Indonesia
[5] Buku Alokasi Frekuensi, Kebijakan dan Perencanaan Spektrum di
Indonesia
[6] jdih.kominfo.go.id
[7] kominfo.go.id

Anda mungkin juga menyukai