Tempat : SD
A.TUJUAN
1. Tujuan Umum
Pada akhirnya proses penyuluhan, siswa dan siswi di sekolah dasar dapat mengetahui dan dapat
mengerti tentang kemandirian .
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami bagian tubuh mana yang tidak boleh disentuh
b. Mengetahui cara melindungi diri dari bahaya pedofil
c. Mengetahui cara mencegah diri dari kejahatan sexual
B. SASARAN
C. MATERI
Terlampir
D. METODE
Metode yang digunakan saat penyuluhan adalah ceramah dan tanya jawab.
E. MEDIA
G. MATERI PENYULUHAN
Kekerasan seksual terhadap anak menurut ECPAT (End Child Prostitution In Asia
Tourism) Internasional merupakan hubungan atau interaksi antara seorang anak dan seorang
yang lebih tua atau anak yang lebih banyak nalar atau orang dewasa seperti orang asing, saudara
sekandung atau orang tua dimana anak tersebut dipergunakan sebagai sebuah objek pemuas bagi
kebutuhan seksual pelaku. Perbuatan ini dilakukan dengan menggunakan paksaan, ancaman,
suap, tipuan atau tekanan. Kegiatan-kegiatan tidak harus melibatkan kontak badan antara pelaku
dengan anak tersebut. Bentuk-bentuk kekerasan seksual sendiri bisa berarti melakukan tindak
perkosaan ataupun pencabulan.
Pengertian pelecehan seksual pada anak adalah segala jenis kontak seksual antara orang
dewasa kepada siapa pun yang berumur di bawah 18 tahun. Selain itu, dikatakan pelecehan
seksual pada anak jika salah satu pelakunya lebih tua atau lebih dominan. Kriteria kedua ini
tanpa melihat seberapa tua usia para pelakunya. Yang menjadi inti persoalan adalah salah satu
pihak tidak berdaya terhadap pihak lainnya.
Pelaku pelecehan seksual pada anak bukan saja berasal dari pihak luar. Ada juga pihak
keluarga yang melakukan hal semacam itu. Jika pelecehan seksual pada anggota keluarga
dilakukan oleh salah satu anggota keluarga, maka hal tersebut disebut inses. Beberapa tindakan
pelecehan seksual pada anak bisa berupa ciuman, menyentuh kemaluan anak, berhubungan
seksual, atau memberikan paparan pornografi pada anak.
Pelecehan seksual pada anak terjadi karena anak dipaksa atau dibujuk. Sayangnya,
banyak anak yang tidak menyadari atau memahami tindakan yang diminta kepada dirinya.
Apalagi, saat ini pelecehan seksual tidak semata-mata berbentuk kontak fisik. Pelecehan seksual
pada anak kini juga bisa terjadi secara daring (online).
Perhatikan apakah ada perubahan perilaku pada anak. Anak-anak yang mengalami
pelecehan seksual biasanya akan menarik diri, menjadi lebih agresif, tiba-tiba manja,
sering mengompol, atau susah tidur. Kejadian tidak pantas ini juga bisa menimbulkan masalah
kesehatan pada dirinya. Jika anak merasa nyeri pada kemaluan atau dubur mereka, maka orang
tua harus waspada. Bisa jadi hal tersebut menandakan anak mengalami infeksi menular seksual
atau bahkan hamil. Selain itu, dapat ditemukan anak mengalami kesulitan berjalan atau susah
duduk.
Selanjutnya, perhatikan apakah anak tersebut terlihat menghindari seseorang. Anak yang
mengalami pelecehan seksual tentu tidak ingin kejadian tersebut terulang. Maka wajar saja jika
anak tersebut kemudian takut menghabiskan waktu dengan pelaku tanpa ditemani orang lain.
Tanda-tanda lain yang mungkin muncul adalah anak memperlihatkan perilaku atau
pengetahuan tentang seks yang tidak sesuai dengan umur mereka. Hal lain yang perlu diwaspadai
adalah kemungkinan anak yang mengalami pelecehan seksual juga melakukan hal yang sama
kepada anak-anak lain.
Jika anak mengalami ciri-ciri di atas, periksalah secara seksama pakaian mereka.
Pelecehan seksual biasanya meninggalkan bekas berupa bercak darah di pakaian anak.Pelecehan
seksual pada anak juga bisa mengganggu pendidikan mereka. Anak yang mengalami hal ini
biasanya mengalami penurunan prestasi karena mereka kesulitan belajar dan fokus.Yang penting
untuk juga diketahui orang tua dalam mendeteksi kemungkinan terjadinya pelecehan seksual
pada anak adalah membaca petunjuk yang mungkin diberikan anak. Mereka mungkin akan sulit
untuk berbicara langsung mengenai tragedi yang menimpanya, namun mereka bisa memberikan
petunjuk-petunjuk tidak langsung terkait hal tersebut. Oleh karena itu, orang tua harus peka akan
hal semacam ini.
Pencegahan
Dengan mengajarkan anak nama-nama yang tepat untuk setiap bagian tubuh, mereka
akan lebih akurat saat menceritakan apa yang terjadi pada mereka jika seseorang melecehkan
mereka. Dengan menggunakan istilah anatomi yang sesuai, semua orang yang terlibat akan
memahami persis apa yang anak-anak maksud guna meminimalisir kemungkinan salah tafsir.
Misalnya, akan jauh lebih jelas jika seorang anak bisa melaporkan pelecehan yang terjadi
dengan, “orang itu menyentuh vaginaku dengan penisnya” dibanding dengan jika ia mengatakan
“orang itu pegang burungku.”
Ajarkan pula bahwa ada area-area tertentu yang tidak boleh dilihat atau disentuh sama
sekali oleh orang lain, dengan catatan, jika kondisi tubuh anak mengharuskan untuk diperiksa
oleh tenaga medis, jelaskan bahwa hal tersebut boleh-boleh saja karena pemeriksaan ini
berkaitan dengan kesehatannya, dan temani anak selama pemeriksaan berlangsung.
Sentuhan yang baik adalah sentuhan yang bisa memberikan kita kenyamanan dan merasa
dipedulikan. Jelaskan pula pada anak bahwa terkadang, sentuhan yang baik bisa saja terasa sakit,
misalnya, saat membersihkan luka. Memang sakit, tapi akan membuat ia jadi lebih baik.
Sedangkan sentuhan yang tidak baik adalah sentuhan yang menyakitkan, baik secara fisik
maupun emosional. Contohnya: saat seseorang memukul, mencubit, atau menendangnya.
Satu jenis sentuhan lainnya adalah sentuhan yang tidak diinginkan, yang biasanya adalah
sentuhan yang baik, tapi tidak diinginkan untuk saat ini. Misalnya, diayunkan di ayunan rasanya
sangat menyenangkan, tapi jika dilakukan setelah makan siang, mungkin anak Anda akan merasa
pusing dan mual, makanya mereka cenderung tidak menginginkannya.
Sentuhan yang termasuk pelecehan seksual sangat jelas, tidak akan membingungkan
orang lain bahkan jika menggunakan istilah yang tidak lazim digunakan. Sentuhan pelecehan
seksual adalah jenis-jenis sentuhan yang membuat anak-anak takut, cemas, atau gelisah di
bagian-bagian tubuh privat (yang biasanya tertutup pakaian sehari-hari, termasuk baju renang).
Jelaskan kepada anak bahwa sentuhan ini mungkin seperti “baik”, tapi terasa tidak nyaman.
Jelaskan pada anak bahwa jika seseorang menyentuh mereka dan kemudian meminta mereka
untuk menjaga rahasia tentang sentuhan tersebut, maka sentuhan tersebut adalah pelecehan
seksual. Terangkan dengan jelas bahwa pelecehan seksual juga bisa terjadi jika mereka disentuh
saat mereka menggunakan pakaian lengkap, contohnya seseorang meraba celana atau rok
mereka.
Saat Anda menyentuh anak Anda, tanyakan mereka tentang arti sentuhan tersebut
untuknya. Tanyakan pertanyaan seperti, “Sekarang, boleh nggak aku memegang tanganmu?”
atau, “Kalo sekarang orang lain (kakak/om/tante) pegang perutmu, boleh nggak?” Coba untuk
minta anak menjelaskan alasan mereka mengenai boleh atau tidaknya sentuhan tersebut.
Adalah hal yang sangat umum bagi anak untuk mendengar perintah seperti, “Turuti kata
ayahmu!” atau, “Jangan bandel, kan ibu sudah bilang jangan lakukan itu!”. Namun, di usia sedini
itu akan sangat sulit bagi anak-anak untuk bisa membedakan mana perintah yang harus mereka
turuti dan perintah yang tidak harus mereka jalankan.
Ajarkan anak bahwa mereka memiliki hak untuk menolak dan berkata tidak. Mayoritas
kasus pelecehan anak dilaporkan berdasarkan paksaan dan bukan kekerasan fisik. Mengajarkan
anak untuk bisa berkata “tidak!” dengan jelas dan tegas dapat memberikan perbedaan yang
signifikan di banyak situasi.
Memang ada beberapa batasan jelas di mana anak tidak bisa berkata tidak, dan disinilah
kebingungan orangtua bisa terjadi. Saat berdiskusi dengan anak, perjelas bahwa mereka bisa
bilang tidak kepada siapapun yang ingin mencium mulut, menyentuh vagina, penis, dada, atau
bokong mereka, atau bagian-bagian tubuh lainnya yang biasanya tertutupi pakaian. Perjelas pula
bahwa mereka punya hak untuk menolak dengan keras jika orang tersebut mengatakan bahwa
sentuhan ini aman dan tidak akan membuat mereka dihukum. Ajari anak untuk mempercayai
insting mereka dan jika sesuatu terasa aneh, katakan tidak.
Sisihkan sebagian waktu Anda untuk bersama anak di mana mereka bisa mendapatkan
perhatian penuh dari Anda. Pastikan kepada mereka bahwa mereka bisa curhat kapan saja
mengenai segala hal yang terjadi di keseharian mereka, atau jika mereka memiliki pertanyaan
tertentu, atau jika mereka merasa seseorang membuat mereka merasa tidak nyaman. Pastikan
pula bahwa mereka tidak akan mendapat masalah jika menceritakan hal-hal tersebut. Banyak
pelaku pelecehan yang menggunakan trik ancaman atau suap agar korbannya menjaga rahasia
tentang kekerasan yang mereka alami. Dibandingkan dengan menggunakan pertanyaan tertutup,
seperti, “Sekolah hari ini seru?”, berikan pertanyaan lanjutan yang memberikan anak kesempatan
untuk mengelaborasi ceritanya, seperti, “Ada lagi yang ingin kamu ceritakan ke mama?”
Selalu ingatkan anak bahwa tidak apa-apa untuk berbicara dengan Anda, terlepas dari
apapun topik pembicaraannya. Dan ingat, peran Anda sebagai orangtua adalah untuk selalu tepati
janji dan jangan berikan hukuman saat mereka bicara jujur dengan Anda.