“REAKSI-REAKSI KIMIA”
OLEH :
KELOMPOK : 8
2. MEILA ISTI
4. YOLANDA FITRI
2.
JURUSAN KIMIA
2018
DAFTAR ISI
C. DASAR TEORI
Reaksi kimia merupakan jantung dalam ilmu kimia. Saat reaksi kimia terjadi,
perubahan dramatis sering terjadi diantara bahan kimia yang terlibat. Suatu reaksi
kimia menarik untuk diteliti di labiratorium karena berperan besar dalam aplikasi di
dunia industri dan kehidupan sehari – hari. Beberapa reaksi terjadi dengan cepat dan
beresiko, seperti reaksi antara hidrogen dan oksigen di mesin utama pesawat luar
angkasa yang digunakan untuk membantu mengangkat pesawat dari landasan
luncurnya. Dalam kasus ini, reaksi akan menghasilkan uap air yang berbahaya.
Sementara reaksi lain yang kurang beresiko contohnya menggunakan Clorox sebagai
pemutih dan sebagai bahan aktif penghilang noda pada pakaian serta untuk
memusnahkan bakteri.
Untuk memahami reaksi kimia, kita seharusnya meneliti perubahan yang
terjadi pada sifat zat kimia. Sebagai pertimbangan, contohnya, campuran unsur besi
dan sulfur. Sulfur memiliki warna kuning terang dan besi terlihat pada campuran
sebagai bubuk hitam sera bersifat magnetik. Jika unsur – unsur tersebut bereaksi akan
membentuk sebuah senyawa yang dikenal dengan besi sulfida (juga dikenal sebagai “
emas tiruan”). Senyawa tersebut tidak terlihat seperti besi ataupun sulfur, dan tidak
bersifat magnetik. Tetapi ketika, unsur besi dan sulfur diombinsikan secara kimia sifat
dari unsur – unsur tersebut berbah menjadi sifat suatu senyawa yang baru(Brady,
2012)
Reaksi kimia adalah proses yang menonversi sekelompok zat, yang disebut
reaktan, menjadi sekelompok zat ata senyawa baru yang dinamakan dengan produk.
Dengan kata lain, reaksi kimia adalah proses yang mengasilkan perubahan kimia.
Walaupun dalam banyak kasus, tidak ada reaksi yang terjadi ketika sejumlah zat
dicampur, masing – masing mempertahankan komposisi dan sifat aslinya. Kita
memerlukan bukti seblum mengtakan bahwa suatu reaksi telah terjadi. Beberpa jenis
bukti fisik yang diperlukan antara lain:
1. Perubahan warna
2. Pembentukan padatan (endapan) dalam larutan jenih
3. Evolusi gas
4. Evolusi atau penyerapan kalor
Meskipun pengamatan seperti ini biasanya menandakan bahwa reaksi telah terjadi,
bukti kuat masih memerlukan analisi kimia terperinci dri campuran reaksi untuk
mengidentifikasi zat yang ada. Selain itu, analisis kimia dapat mengungkapkan
bahwa reaksi kimia telah terjadi meskipun tidak ada gejla fisik yng jelas(Petrucci,
2008).
Banyak reaksi kimia dan hampir semua reaksi biologis berlangsung dalam
medium air. Zat – zat (zat terlarut) yang larut dalam air (pelarut) dapat dibagi ke
dalam 2 golongan: elektrolit dan nonelektrolit, bergantung pada kemampuannya
menghantarkan arus listrik. Berikut ini merupakan reaksi yang mediumnya air
adalah sebagai berikut.
1. Reaksi Pengendapan
Salah satu jenis reaksi yang umumnya berlangsung dalam larutan berair adalah
reaksi pengendapan yang cirinya adalah terbentuknya produk yang tak larut,
atau mengendap. Endapan adalah padatan taklarut yang terpisah dari larutan.
Reaksi pengendapan biasanya melibatkan senyawa – senyawa ionik. Misalnya,
ketika larutan timbal nitrat [Pb(NO3)2] ditambahkan ke dalam larutan natrium
iodida (NaI), akan terbentuk endapan kuning timbal iodida (PbI2)
Pb(NO3)2 (aq) + 2NaI (aq) PbI2 (s) + 2NaNO3 (aq)
Ketika dua larutan dicampurkan atau ketika satu senyawa ditambahkan
kedalam suatu larutan endapan dapat diramalkan berdasakan kelarutan dari zat
terlarut, yaitu jumlah maksimum zat terlarut yang akan laut dalam sejumlah
tertentu pelarut pada suhu tertentu. Dalam konteks kualitatif, ahli kimia
membagi zat – zat sebagai: dapat larut, sedikitlarut, atau tak dapat larut. Zat
dikatan dapat larut jika sebagian besar zat tersebut melarut bila ditambahkan
air. Jika tidak, zat tersebut digambarkan sebagai sedikit larut atau tidak dapat
larut. Semua senyawa ionik merupakan elektrolit kuat, tetapi daya larutnya
tidak sama.
H2O (asam) + NH3 (basa) NH4+ (asam konjugat) + OH- (basa konjugat)
(Saito, 1996).
Definisi Arrhenius mengenai asam dan basa hanya terbatas pada
penerapan dalam larutan dengan medium air. Defini yang lebih luas, yang
dikemukakan oleh kimiawan Denmark Johanes Bronsted pad atahun 1932,
menyatakan asam sebagai donor proton dan basa sebagai akseptor proton. Zat
– zat yang berperilaku menurut definisi ini disebut asam Bronsted dan Basa
Bronsted.
Asam klorida merupakan asam Bronsted karena memberikan sebuah
proton dalam air:
HCl (aq) H+ (aq) + Cl-(aq)
Perhatikan bahwa ion H+ adalah atom Hidrogen yang telah kehilangan
elektronnya yang disebut dengan proton.
Reaksi penetralan asam basa merupakan reaksi antara asam dengan basa.
Reaksi asam basa dalam medium air biasanya menghasilkan air dan garam.
Yang merupakan senyawa ionik yang terbentuk dari suatu kation selain H+
dan suatu anion selain OH- atau O2-. Semua garam merupakan elektrolit kuat.
Zat yang kita kenal sebagai garam dapur, NaCl, merupakan contoh yang sudah
dikenal dengan baik.
Bahan:
KI 0,1 M Na2SO3
E. PROSEDUR KERJA
1. Reaksi Oksidasi Logam
a. Tabung reaksi
+ Larutan CuSO4 2 mL
+ Sepotong logam Mg
Mengamati awal reaksi dan setelah 5 menit berlangsung
b. Tabung reaksi
+ Larutan HCl 2 mL
+ Sepotong logam Zn
Mengamati awal reaksi dan setelah 5 menit berlangsung
c. Tabung reaksi
+ Larutan AgNO3 2 mL
+ Sepotong logam Cu
Mengamati awal reaksi dan setelah 5 menit berlangsung
d. Menentukan reaksi mana yang berlangsung secara spontan
Tabung 3 dan 4
+ Padatan KI
Memberi label C dan D masing-masing tabung
b. Menuangkan padatan pada tabung A ke tabung C.
Mengamati perubahan yang terjadi.
c. Tabung B dan D
+ 3 ml air
Diaduk hingga larut
Menuangkan larutan tabung B ke dalam tabung D
Mengamati perubahan yang terjadi.
d. Bedakan reaksi yang terjadi dalam fasa padat (tahap b) dengan fasa larutan
(tahap c).
e. Menulis persamaan reaksi.
Tabung reaksi 2
8. Reaksi Metatesis
a. Tabung reaksi
+ 0,5 gram Na2CO3
+ Beberapa tetes HCl 6 M
Mengamati gas yang terbentuk dan membuat persamaan reaksi
b. Tabung reaksi
+ 0,5 gram Na2SO3
+ Beberapa tetes HCl 6 M
Mengamati gas yang terbentuk dan membuat persamaan reaksi
F. TABEL PENGAMATAN
Reaksi Oksidasi Logam
Reaksi Metatesis
- Fasa padat
CuSO4.5H2O(s)+2KI(aq) Cu(I)2(s) + K2SO4aq) + 5H2O
+6 +2
Dari reaksi diatas, juga terlihat bahwa bilangan oksidasi dari Cu mengalami
penurunan. Hal tersebut menunjukkan bahwa reaksi diatas adalah reaksi reduksi. Untuk fasa
cair hasil yang kami dapatkan adanya endapan berwarna abu-abu dan larutan berwarna coklat
kemerahan. Pada reaksi ini adanya penambahan aquades, berdasarkan teori Cu tidak stabil
apabila dilarutkan dalam aquades karena akan mengakibatkan Cu(l) tidak stabil dilarutan
aquades disproporsionasi menjadi reaksi redoks, ia akan bertindak sebagai oksidator dan
reduktor bagi dirinya sendiri. Dapat dilihat dari reaksi sebagai berikut :
- Fasa larutan
CuSO4.5H2O(s)+H2O(l) Cu(OH)2(s) + H2SO4aq) + 3H2O
+6 +2
Cu(OH)2(s) + 2KI(aq) Cu(I)2(s) + 2KOH
Percobaan pertama pada reaksi ini, kami ,mereaksikan Ca(OH)2 yang merupakan basa
kuat dengan H2C2O4 yang merupakan asam lemah. Hasil yang kami dapatkan adalah saat
penambahan indicator pp warna larutan adalah ungu dan setelah ditambah H2C2O4 larutan
berubag menjadi keruh. Secara teori jika basa kuat dan asam lemah direaksikan akan
berlangsung hidrolisis sebagian sehingga terbentuk garam dan air. Ini sesuai dengan reaksi
berikut :
Ca(OH)2(aq)+H2C2O4(aq) CaC2O4(aq) + 2H2O(aq)
Untuk percobaan kedua kami mereaksikan NH3 yang merupakan basa kuat dan
CH3COOH yang merupakan asam kuat. Hasil yang kami dapatkan larutan tersebut berubah
bening yang semula ungu karna penambahan PP. Hal ini dikarenakan bahwa reaksi yang
terjadi adalah hidrolisis sempurna yang akan membentuk garam. Seperti reaksi berikut :
NH3(aq)+CH3COOH(aq) CH3COONH4(aq)
5. Kesetimbangan ion kromat dan dikromat
Pada percobaan ini, kami akan membandingkan reaksi yang terjadi antara ion kromat
dan ion dikromat yang akan direaksikan pada pereaksi asam dan basa. Untuk percobaan
terhadap ion kromat saat direaksikan dalam asam yaitu HCl terbentuk perubahan warna
menjadi orange dengan pH 2. Dan saat direaksikan dengan basa yaitu NaOH terbentuk juga
perubahan warna kuning dengan pH 11. Berdasarkan teori, jika kromat direaksikan dengan
asam akan berubag menjadi warna kuning dan apabila direaksikan dengan basa tidak berubah
warna. Sebagaimana reaksi berikut :
K2CrO4(aq)+2HCl(aq) 2KCl(aq) + H2CrO4(aq) (pH 2)
K2CrO4(aq)+2NaOH(aq) 2KOH(aq) + Na2CrO4(aq) (pH 11)
Reaksi pada ion dikromat kebalikan dengan ion kromat. Diamana berdasarkan teori
ion dikromat akan berubah warna apabila direaksikan dengan basa dan tidak berubah warna
jika direaksikan dengan asam. Tetapi dalam percobaan ini, kelompok kami mendapatkan
tidak adanya perubahan warna larutan pada kedua reaksi tersebut. Seperti reaksi berikut :
K2Cr2O7(aq)+2HCl(aq) 2KCl(aq) + H2Cr2O7(aq) (pH 3)
K2Cr2O7(aq)+2NaOH(aq) 2KOH(aq) + Na2Cr2O7(aq) (pH 6)
Kesalahan ini dapat disebabkan oleh kurang murninya NaOH yang digunakan
sehingga larutan tidak berubah warna dan hasil pH yang didapatkan juga tidak sesuai.
8. Reaksi Metatesis
Berdasarkan teori reaksi metatesis merupakan reaksi pertukaran ion dari dua buah
elektrolit pembentuk garam. Dalam reaksi ini terjadinya reaksi ditandai dengan terbentuknya
endapan, gas, dan elektrolit lemah.
Pada percobaan ini, kelompok kami mereaksikan pelarut HCl dengan natrium kabonat
dan natrium sulfit. Reaksi antara natrium karbonat dengan HCL menimbulkan adanya
gelembung gas. Dan pada natrium sulfit juga terbentuk gelembung gas. Terlihat pada reaksi
berikut :
Pada reaksi antara natrium karbonat dengan HCl, gas yang dihasilkan merupakan gas
karbon dioksida, sedangkan pada reaksi antara natrium sulfid denagan HCl, gas yang
dihasilkan merupakan gas sulfida.
H. KESIMPULAN
1. Reaksi kimia merupakan suatu proses yang melibatkan dua atau lebih pereaksi
yang menghasilkan suatu produk yang memiliki sifat fisik/kimia yang berbeda
dengan pereaksinya.
2. Secara garis besar reaksi kimia terbagi dua, yaitu reaksi asam-basa dan reaksi
reduksi-oksidasi.
3. Reaksi asam-basa merupakan reaksi yang tidak melibatkan perubahan bilangan
oksidasi. Sedangkan reaksi reduksi-oksidasi merupakan reaksi yang melibatkan
perubahan bilangan oksidasi.
4. Perubahan-perubahan yang dapat dijadikan patokan untuk menentukan terjadinya
reaksi kimia antara lain:
a. Timbulnya gas
b. Timbulnya endapan
c. Terjadi perubahan pH
d. Terjadi perubahan warna
e. Terjadi perubahan suhu
DAFTAR PUSTAKA
Brady, J. E. (2012). Chemistry (Sixth). New York: John Wiley and Sons, Inc.
Chang, R. (2004). Kimia Dasar Konsep - Konsep Inti. (L. Simarmata, Ed.) (Ketiga). Jakarta:
Erlangga.
Petrucci, R. H. (2008). Kimia Dasar Prinsip-Prinsip dan Aplikasi Modern. (A. Safitri, Ed.)
(Kesembilan). Jakarta: Erlangga.
Saito, T. (1996). Inorganic Chemistry. Tokyo: Kanagawa University.