Usaha Penggilingan
Usaha Penggilingan
Analisis Kelayakan Teknis dan ekonomi terhadap mesin penggiling padi keliling
(studi kasus Kabupaten Aceh Besar)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penggilingan merupakan salah satu tahapan dalam pasca panen padi yaitu suatu
proses pelepasan sekam dari beras. Karakteristik fisik padi sangat perlu diketahui
karena proses penggilingan padi sebenarnya mengolah bentuk fisik dari butiran padi
menjadi beras putih. Butiran padi yang memiliki bagian-bagian yang tidak dapat
dimakan, atau tidak enak dimakan, sehingga perlu dipisahkan. Selama proses
didapatkan beras yang dapat dikonsumsi yang disebut dengan beras sosoh atau beras
putih. Beras sosoh merupakan hasil utama proses penggilingan padi. Beras sosoh
adalah gabungan beras kepala dan beras patah besar. Beras patah kecil atau menir
sering disebut sebagai hasil samping karena tidak dikonsumsi sebagai nasi seperti
halnya beras kepala dan beras patah besar. Hasil samping proses penggilingan padi
padi keliling, antara lain belum terujinya kelayakan teknis, diantaranya menghitung
kapasitas kerja alat penggilingan, efisiensi alat, dan rendemen. Dan kelayakan
ekonomis, diantaranya biaya tetap dan biaya tidak tetap, break even point, B/ C ratio,
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kelayakan teknis dan ekonomi usaha
D. Ruang lingkup
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada mesin penggiling padi keliling yang
Montasik, indra Puri, dan Seulimum. meliputi diantaranya prospek kelayakan mesin
TINJAUAN PUSTAKA
Sebelum digiling, gabah biasanya dibersihkan dari benda lain yang bercampur
seperti jerami, kayu, pecahan batu, logam dan sebagainya. Benda lunak seperti jerami
akan mengurangi kapasitas giling, sedangkan benda keras seperti batu akan merusak
1) Pengeringan
Agar tahan lama disimpan dan dapat digiling menjadi beras maka gabah
semen terbuka. Penggunaan lantai semen terbuka ini agar sinar matahari
dapat secara penuh diterima gabah. Bila tidak memiliki halaman atau
tempat terbuka yang disemen maka halaman tanah pun dapat dipakai
tikar atau lembaran plastik tebal. Hal ini dilakukan agar gabah tidak
bercampur dengan tanah. Lama jemuran tergantung iklim dan cuaca, bila
2) Penggilingan
dapat dilakukan dengan cara modern atau dengan alat penggiling. Alat
penggilingan, yaitu pada tahap pertama diperoleh beras pecah kulit. Pada
3) Penyimpanan / penggudangan
diserang oleh hama bubuk. Biasanya hama bubuk ini menyerang beras
yang tidak kering benar saat pengeringan. Hama bubuk tidak menyukai
beras yang kering karena keras. Hama lebih menyukai tempat lembab
ventilasi udara.
4) Pemasaran
Aceh, pertama petani menjual langsung di lahan pada saat sudah siap
inilah yang akan memanen dan mengolahnya lebih lanjut menjadi beras.
langsung ke konsumen.
B. Penggilingan Padi
padi sangat perlu diketahui karena proses penggilingan padi sebenarnya mengolah
bentuk fisik dari butiran padi menjadi beras putih. Butiran padi yang memiliki bagian-
bagian yang tidak dapat dimakan, sehingga perlu dipisahkan. Selama proses
didapatkan beras yang dapat dikonsumsi yang disebut dengan beras sosoh atau beras
putih. Beras sosoh merupakan hasil utama proses penggilingan padi. Beras sosoh
adalah gabungan beras kepala dan beras patah besar. Beras patah kecil atau menir
sering disebut sebagai hasil samping karena tidak dapat dikonsumsi sebagai nasi
seperti halnya beras kepala dan beras patah besar. Jadi, hasil samping proses
penggilingan padi berupa sekam, bekatul, dan menir (Ritonga et al, 2008).
lapisan aleuron, sebagian mapun seluruhnya agar menghasilkan beras yang putih serta
beras pecah sekecil mungkin. Setelah gabah dikupas kulitnya dengan menggunakan
alat pecah kulit, kemudian gabah tersebut dimasukkan ke dalam alat penyosoh untuk
membuang lapisan aleuron yang menempel pada beras. Selama penyosohan terjadi,
penekanan terhadap butir beras sehingga terjadi butir patah. Menir merupakan
kelanjutan dari butir patah menjadi bentuk yang lebih kecil daripada butir patah
(Damardjati, 1988).
penggilingan padi adalah mesin pemecah kulit/ sekam, (huller atau husker),
Connveyor, mesin pemisah gabah dan beras pecah kulit (brown rice separator), mesin
penyosoh atau mesin pemutih (polisher), mesin pengayak bertingkat (sifter), mesin
Rice milling unit (RMU) merupakan jenis mesin penggilingan padi generasi
baru yang kompak dan mudah dioperasikan, dimana proses pengolahan gabah
menjadi beras dapat dilakukan dalam satu kali proses (one pass process). RMU rata-
rata mempunyai kapasitas giling kecil yaitu antara 0.2 hingga 1.0 ton/ jam, mesin ini
penggerak motor diesel/ motor listrik. Di dalam RMU terdapat beberapa bagian mesin
yang berfungsi memecah sekam atau mengupas gabah, bagian mesin yang berfungsi
memisahkan gabah dari sekam lalu membuang sekamnya, bagian mesin yang
pengumpan, bagian mesin yang berfungsi menyosoh dan mengumpulkan dedak, dan
bagian mesin yang berfungsi melakukan pemutuan berdasarkan jenis fisik beras (beras
utuh, beras kepala, beras patah, dan beras menir). Skema penanganan bahan dalam
ekonomis yaitu volume atau jumlah satuan produk yang dihasilkan selama satu satuan
b. Efisiensi alat
input, berkaitan dengan tercapainya output maksimum dengan sejumlah input. Jika
rasio ouput besar maka efisiensi dikatakan semakin tinggi. Dapat dikatakan bahwa
2000). Farel (1957) membedakan efisiensi menjadi tiga yaitu: efisiensi teknik,
c. Rendemen
Menurut Nugraha et al. (1998). Kualitas fisik gabah terutama ditentukan oleh
kadar air dan kemurnian gabah. Yang dimaksud dengan kadar air gabah adalah jumlah
kandungan air dalam butiran gabah. Nilai rendemen beras giling dipengaruhi oleh
banyak faktor yang terbagi dalam tiga kelompok. Kelompok pertama adalah faktor
bahan baku dalam proses penggilingan yang meliputi varietas, teknik budidaya,
beras terutama derajat sosoh yang diinginkan, karena semakin tinggi derajat sosoh
E. Analisis Ekonomi
pendekatan studi kelayakan proyek. Suatu kelayakan atau feasibility study adalah
suatu study atau telaah agar sesuatu yang didirikan dapat dilaksanakan secara efektif
dan efisien (Soetrisno, 1984). Husnan dan Suwarsono (2000) juga menyatakan bahwa
studi kelayakan adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek dilaksanakan
dengan berhasil.
Dari segi ekonomi, usaha mesin penggiling padi keliling dapat menguntungkan
kedua belah pihak apabila biaya pokok penggilingan dapat ditekan. Untuk
menganalisa pemikiran ekonomi lebih lanjut maka harus dicari faktor-faktor dominan
yang sangat mempengaruhi biaya pokok penggiling padi tersebut. Faktor-faktor yang
menimbulkan kenaikan biaya pokok harus ditekan dengan cara memberikan kondisi
atau persyaratan yang mempengaruhi turunnya biaya agar lebih murah (Irwanto,
1980).
Apabila seorang petani hendak memiliki alat dan mesin pertanian hendaknya harus
menentukan buatan, ukuran, dan tipe mesin apa yang paling efesien untuk usaha tani.
Ketika seseorang petani membeli mesin dan peralatan untuk usaha taninya, petani
diklasifikaikan menjadi dua, yaitu (a) Biaya tetap (fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap
(variabel cost). Biaya tetap ini sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus
dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Sedangkan biaya
yang tidak tetap adalah biaya total yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi
yang diperoleh. Sebagai contoh sarana produksi, jika menginginkan produksi yang
tinggi maka tenaga kerja perlu ditambah, Sehingga biaya ini sifatnya tidak tetap dapat
Biaya tetap adalah suatu biaya yang tidak dipengaruhi oleh naik turunnya produksi
yang dihasilkan, seperti biaya tenaga kerja tidak langsung, penyusutan, bunga bank
Menurut Irwanto (1980) Biaya tetap adalah biaya yang tidak tergantung dari sistem
pemakaian alat mesin tersebut. Dengan kata lain bahwa biaya tetap per jam tidak
berubah dengan perubahan jam kerja tiap tahun dari pemakaian alat dan mesin pasca
panen tersebut. Ini berarti bahwa biaya ini tetap dihitung sebagai pengeluaran
walaupun alat dan mesin tidak dipergunakan. Komponen biaya ini sama sekali bersifat
independen terhadap pemakaian dari pada mesin atau alat. menyatakan bahwa yang
a. Depresiasi (Penyusutan)
sepanjang umur pakainya akibat berkurangnya fisik benda modal tersebut dan
pembelian mesin adalah harga mesin sampai di lokasi. Nilai sisa adalah harga
jual mesin setelah mencapai umur teknisnya. Nilai sisa diperkirakan senilai
bervariasi menurut umur desain dan perkiraan umur pemakaian dari mesin atau
nilai modal suatu mesin atau alat akibat pertambahan umurnya. Biaya
penyusutan sering merupakan biaya yang terbesar per jamnya dan juga dapat
merupakan penurunan nilai suatu mesin atau alat selama waktu yang terus
berjalan tanpa perduli apakah mesin atau alat tersebut dipakai atau tidak.
Faktor-faktor yang menyebabkan nilai suatu mesin atau alat dapat merosot
adalah:
Adanya bagian-bagian mesin atau alat menjadi rusak karena pemakaian
yang dimaksud bagian mesin atau alat disini adalah bagian utama yang
Adanya peningkatan biaya oprasi yang dibutuhkan per unit out put yang
Munculnya mesin atau alat model baru yang lebih efesien dan praktis
yang bertambah besar mengakibatkan mesin atau alat yang ada dan
yang baru, sehingga mesin atau alat yang lama menjadi merosot nilainya.
lain dengan tingkat bunga tertentu. Irwanto (1980) menyatakan bahwa biaya
Biaya pajak tiap tahun bagi mesin/ alat pertanian sangat bervariasi dari satu
besarnya sekitar 2% dari harga awal pertahun, sedangkan beban asuransi kira-
kira 0 – 24% dari harga awal perubahan. Pada umunya bila diketahui besar
pajak maka dapat diperhitungkan pajak dari bunga serta asuransi dijumlahkan
tahunnya.
Beban garasi/ gudang terhadap mesin alat pertanian tidak nyata nilai uangnya
tetapi dapat terlihat terhadap alat/ mesin pertanian. Umumnya garasi/ gudang
dapat memberikan menejemen yang lebih baik, perbaikan yang mudah dan
aman, penampilan yang teratur dan baik, dapat mengurangi kerusakan tehadap
alat/ mesin akibat terkena suhu pada cuaca tertentu. Di Amerika Serikat beban
dari harga awal pertahun. Umumnya digunakan 1% per tahun untuk mesin/ alat
Menurut Purwandi (1999), biaya tidak tetap adalah biaya operasional yang
operasi alat dan mesin pertanian. Biaya Operasi baru ada, apabila alat dan mesin
pertanian dioperasikan dan besarnya pun berbeda-beda tergantung pada jam operasi,
jenis pekerjaan, serta usia penggunaan alat dan mesin pertanian. Biaya tidak tetap ini
Bahan bakar yang dibutuhkan alat mesin pertanian dihitung berdasarkan bahan
bakar yang digunakan oleh alat tersebut. Perkiraan penggunaan bahan bakar 0,2
liter/ Hp 100 jam tiap daya mesin. Irwanto (1980) menyatakan bahwa biaya ini
adalah pengeluaran solar atau bensin (bahan bakar) pada kondisi kerja per jam.
Satuannya adalah liter per jam, sedangkan harga per liter yang digunakan
adalah harga lokasi. Pemakaian bahan bakar suatu mesin/ peralatan yang tepat
(liter per jam) adalah bila ditentukan dengan mengukur rata-rata per jam
b. Biaya Pelumas
(MP) 0,8 liter per HP 100 jam setiap daya mesin. Minyak pelumas untuk mesin
meliputi oli mesin, oli transmisi, oli final drive, oli hydraulic. Biaya oli mesin
dimaksudkan sebagai jumlah volume oli baru yang diisikan ke dalam mesin
sekali dalam setahun. Wijanto (1996) menyatakan bahwa biaya perbaikan dan
pembelian-nilai sisa). Perawatan dan perbaikan sangat erat dengan operator dan
ketersediaan suku cadang. Apabila operator merawat mesin dengan baik sesuai
ditekan sampai batas wajar. Akan tetapi, bila operator ceroboh maka dalam
waktu singkat dapat terjadi kerusakan mesin yang fatal. Dalam perawatan dan
Wijanto (1996) menyatakan bahwa mesin biasanya dilayani oleh dua (2) orang
keadaan lokal. Besar gaji operator bervariasi menurut lokasi. Besar biaya
operator per jam dapat diambil dari gaji operator bulanan atau jumlah pertahun
yang terbatas dengan harga mesin pertanian yang relatif tinggi. Faktor iklim, kondisi
yang terbatas dalam setahun. Bila mesin tidak beroperasi maka mendapat kerugian
bagi pemilik mesin pertanian, maka pemilik mesin harus dapat mengatur,
penghambat agar mesin mempunyai efesiensi yang tinggi. Semakin besar jam kerja
pemakaian mesin, maka semakin baik dan menguntungkan bagi pemilik mesin
pertanian tersebut.
Suatu perusahaan dikatakan break event apabila setelah dibuat perhitungan laba rugi
dari suatu periode kerja atau dari suatu kegiatan tertentu, perusahaan itu tidak
perusahaan tidak mendapat untung maupun rugi sehingga impas (penghasilan = total
Analisis BEP bertujuan menemukan satu titik baik dalam unit maupun rupiah
yang menunjukan biaya sama dengan pendapatan. Dengan mengetahui titik tersebut,
berarti belum diperoleh keuntungan atau dengan kata lain tidak untung tidak rugi.
Sehingga disaat penjualan melebihi BEP maka mulailah keuntungan diperoleh (Iman,
2007).
Sasaran analisis BEP mengetahui pada tingkat volume berapa titik impas
berada. Dalam kondisi lainnya, analisis BEP digunakan untuk membantu pemilihan
jenis produk atau proses dengan mengidentifikasi produk atau proses yang
mempunyai total biaya terendah untuk suatu volume harapan (Iman, 2007).
Metodologi break event analysis sekali lagi menjelaskan bahwa metode ini
dapat membantu pengusaha untuk menentukan berapa banyak barang yang harus
diproduksi dan penentuan harga per unit agar perusahaan tersebut dapat mencapai titik
impasnya sehingga tidak loss. Dan apabila perusahaan ingin bersaing dengan
kompetitornya dipasar, maka perusahaan tersebut harus bisa mengatur strategi agar
harga yang ditetapkan dapat bersaing tanpa harus menanggung loss, misalnya dengan
cara menekan variable cost agar lebih efisien lagi (Febri, 2010).
Setelah kita mengetahui manfaat dari BEP dalam suatu usaha komponen yang
berperan adalah biaya, dimana biaya yang dimaksud adalah biaya variabel dan biaya
tetap, dimana pada prakteknya untuk memisahkan atau menentukan suatu biaya
variabel atau tetap bukanlah pekerjaan yang mudah, Biaya tetap adalah biaya yang
harus dikeluarkan untuk keperluan produksi atau tidak, sedangkan biaya variabel
adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu unit produksi tetapi jika tidak
melakukan kegiatan produksi maka biaya tersebut dianggap tidak ada (Apriono,
2009).
Metode benefit cost ratio (B/ C) adalah salah satu metode yang sering
analisis tambahan dalam rangka mengvalidasi hasil evaluasi yang telah dilakukan
perbandingan antara aspek manfaat (Benefit) yang akan diperoleh dengan aspek biaya
dan kerugian yang akan ditanggung (cost) dengan adanya investasi tersebut (Giatman,
2006).
manfaat terhadap nilai ekivalen dari biaya-biaya. Nama lain rasio B/ C adalah rasio
(Ratnawidja, 2010).
J. Metode Pay back Period
Apabila kita telah mengumpulkan informasi yang diperlukan, kita sekarang dapat
menilai atau mengevaluasi layak tidaknya suatu usulan proyek. Karena pengkajian ini
hanya membahas berbagai konsep dasar dari pengujian usulan investasi tidaklah
berbeda dengan resiko perusahaan saat ini. Tingkat pengembalian modal memberikan
gambaran besarnya jumlah uang yang diterima kembali perusahaan karena melakukan
investasi dalam modal yang diukur dalam rupiah pertahun dari setiap rupiah yang
Dengan demikian, penerimaan suatu proyek investasi baru tidak akan merubah resiko
total perusahaan. Pada pengkajian ini kita hanya akan membahas pendekatan untuk
menentukan layak tidaknya suatu usulan investasi tersebut. Pendekatan atau metode-
menunjukkan berapa lama (dalam beberapa tahun) suatu investasi akan bisa kembali.
Payback period menunjukkan perbandingan antara investasi awal dengan aliran kas
tahunan. Apabila periode pengembalian kurang dari suatu periode yang telah
ditentukan proyek tersebut diterima, apabila tidak proyek tersebut ditolak. Jangka
penerimaan yang dihasilkan oleh proyek investasi tersebut juga untuk mengukur
investment) dengan menggunakan aliran kas, dengan kata lain payback period
merupakan rasio antara initial cash investment dengan cash flownya yang hasilnya
merupakan satuan waktu. Suatu usulan investasi akan disetujui apabila payback
period-nya lebih cepat atau lebih pendek dari payback period yang disyaratkan oleh
BAB III
METODE PENELITIAN
Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Mesin penggiling
padi keliling, padi, meteran, timbangan, komputer, kalkulator, dan alat tulis.
C. Metode Penelitian
Metode perolehan data yang diperlukan pada penelitian ini berupa data primer yang
diperoleh dari hasil observasi pada petani dan pengusaha penggiling padi keliling, dan
distributor, diantaranya adalah: mengukur rendemen, berat padi, berat beras, berat
sekam padi, dan berat dedak pada setiap usaha mesin penggiling padi keliling dengan
menggunakan bahan 15 kg setiap mesin penggiling padi keliling terhadap daerah yang
diteliti. Serta data-data sekunder dari dinas Biro Pusat Statistik dan Dinas Pertanian
Provinsi Aceh.
D. Analisa Data
1. Analisa Teknis
……..........................................................................................(1)
Dimana :
b. Efisiensi Alat
Efesiensi adalah suatu usaha untuk memperoleh output yang sebesar besarnya dengan
jumlah input tertentu, atau bagaimana mengusahakan input yang sekecil kecilnya
untuk memperoleh out-put yang tertentu. Nilai maksimal dari efisisiensi adalah 100
%, semakin mendekati angka 1 atau 100 % berarti semakin efisien suatu alat/ mesin
tersebut.
Ef = .............................................(2)
Dimana:
c. Rendemen
Rendemen adalah perbandingan antara berat awal dan hasil akhir produk. Adapun
……………………………………………..........(3)
Dimana :
R = Rendemen (%)
2. Analisa Ekonomi
- Biaya tetap (fixed cost) terdiri dari :
umur pemakaiannya, selain itu biaya penyusutan alat dan mesin pertanian
………………………………………………………….....(4)
dimana:
S = Harga akhir rice milling unit dimana 10% dari harga awal (Rp)
modal yang ditanam sehinga pada akhirnya umur peralatan diperoleh suatu
nilai uang yang “present value” nya sama nilai modal yang ditanam.
……………………………………………………..…(5)
dimana:
Biaya pajak diperkirakan 2% dari harga pembelian pertahun dan biaya garasi
dimana:
P = Harga pembelian mesin (Rp)
Bt = D + I + PD...........................................................................(7)
Menurut purwono (1992) pemakaian bahan bakar mesin adalah 0,2 lt/HP/jam,
biaya ini pengeluaran bensin atau solar pada kondisi jam kerja per jam.
Menurut Soedjatmiko diperkirakan biaya total oli pelumas dan gemuk adalah 0,8 –
…………………………………………………....(10)
dimana:
Menurut Wijanto (1996) biaya perawatan dan perbaikan setiap 100 jam kerja
peralatan diperkiran 2- 4 %.
Btt = Bb + OP + R + TK…………………………………………...(12)
………………………………...………………………......(13)
Dimana:
BT : biaya tetap
Melihat apakah biaya tetap mengimbangi nilai pendapatan, petani padi bisa
dilakukan break even point (BEP). Pada saat itu biaya suatu alat sama dengan
.......................................................................................(14)
Dimana:
FC : Biaya tetap
4. B/ C Ratio
- Benefit atau manfaat yang diperoleh adalah nilai yang diterima dari jasa
penggunaan alat dan mesin atau tarif upah terhadap suatu pekerjaan yang
dikerjakan dengan alat dan mesin per satuan waktu atau produk.
- Cost atau biaya yang dikeluarkan adalah nilai yang dikeluarkan atas
……………………………………….............(15)
Alternatif yang diambil adalah B/C > 1 maka usaha tersebut dinyatakan layak
diusakan, bila B/C < 1 maka usaha tersebut dinyatakan tidak layak diusahakan
(rugi).
5. Payback Period
Payback period adalah masa atau jangka waktu kembalinya modal yang
ditanamkan dalam usaha penggunaan alat dan mesin pertanian, dengan formula :
……………………………………………………………….(16)
dimana :
Utara dan 95,0° - 95,8° Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka,
Kota Sabang, dan Kota Banda Aceh, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten
Aceh Jaya, Sebelah Timur dengan Kabupaten Pidie, dan sebelah Barat berbatasan
dengan Samudera Indonesia. Luas wilayah Kabupaten Aceh Besar adalah 2.974,12
km2, Kabupaten Aceh Besar terdiri dari 23 Kecamatan, 68 Mukim, dan 604
kedua setelah Kabupaten Pidie, terutama pada Kecamatan Montasik dan Kecamatan
Indrapuri. Sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 1. padi dalam bentuk gabah harus
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Aceh Besar,
2011
sebagai alat untuk menggiling padi dikarenakan bagi para petani di pedalaman akses
menuju ke kilang padi jauh dan juga petani lebih diuntungkan dengan lebih murahnya
ongkos penggilinggan yaitu Rp 500/ Kg sampai Rp 550/ kg dan petani juga bisa
membagi hasil penggilingan kepada petani dengan beras dan dedak dengan
sebanyak 112 mesin penggiling dengan berbagai macam merk dan tenaga penggerak,
serta tersebar di seluruh Kabupaten Aceh Besar. Merk yang biasa digunakan adalah
Echo N70, N 120 D, dan Esho NX 110 dan tenaga penggerak Feng Tian DTF 1115 N
Bintang dan Seulimeum didapat tiga jenis motor penggerak yang biasa digunakan
sebagai penggerak mesin penggiling padi. Ketiga mesin Penggiling padi tersebut
Merk N120 D dengan motor penggerak merk XING DONG ZS 1115 merupakan
motor yang paling layak digunakan untuk mesin penggiling padi keliling karena
mesin tersebut memiliki umur ekonomis 5 tahun, mudah didapatkan di pasaran dan
harganya Rp. 4.500.000/ unit dan persentasi kehilangan hasil sebesar 1,05%.
pengupasan kulit gabah, syarat utama proses pengupasan gabah adalah kadar
keringnya gabah yang akan digiling, bila diukur dengan alat pengukur kadar air
(moister tester) kekeringan ini mencapai angka 14 - 14,5%. Pada kadar air ini, gabah
akan mudah digiling/ dikupas kulitnya, alat ini sering disebut huller atau husker.
Pada mesin penggiling padi keliling menggunakan roll pada proses penggilingan
padi. roll terdiri dari satu buah yang berputar berlawanan arah terhadap ulir pembawa
gabah, kecepatan roll tersebut dapat diatur sehingga beras tidak retak. Mesin
pengupas ini dilengkapi dengan blower, fungsi blower disini adalah untuk
memisahkan sekam dan kulit ari pada beras. Untuk hasil yang sempurna biasanya
dilakukan sampai tiga kali penggilingan agar menghasilkan beras putih dan bersih.
Dalam proses penggilingan padi menjadi beras diperoleh hasil samping berupa
dedak dan menir. Secara umum hasil samping dari proses penggilingan padi
- Dedak adalah campuran antara sekam dan kulit ari padi yang masih kasar.
- Menir adalah beras yang hancur kecil-kecil karena proses penggilingan yang
dilakukan berapa kali, patahan beras mencapai 1/3 bagian dari beras utuh
(Widiowati, 2001).
E. Analisa Data
1. Analisa Teknis
menunjukkan bahwa mesin dengan kapasitas kerja alat yang paling besar
adalah merk N 120 D buatan Cina dengan kapasitas kerja alat pada satu kali
681,81 Kg/ jam dan 652,17 Kg/ jam dengan rata rata kapasitas kerja alat
penggilingan 667 Kg/ jam. Sedangkan merk Echo N70 memiliki kapasitas
kerja alat 600 Kg/jam dan 555,55 dengan rata rata kapasitas kerja alat
penggilingan 577,75 Kg/ jam, dan Esho NX110 sebesar 375 Kg/jam dan
535,71 dengan rata rata kapasitas kerja alat penggilingan 455,35 Kg/ jam.
Pada mesin rice milling unit tipe N120D mempunyai kapasitas teoritis 1100
Kg/ jam didapat efisiensi sebesar 61,98% dan 59,28% dengan rata rata
efisiensi 60,63%, pada Echo N70 memiliki kapasitas 1100 Kg/ jam 180
didapat efisiensi alat sebesar 54,54% dan 50,50% didapat rata rata efisiensi
52,52%, sedangkan pada Esho NX110 dengan kapasitas 1100 Kg/ jam
didapat efisiensi alatnya sebesar 34,09% dan 48,70%, rata rata efisiensi
sebesar 41,40%. Adapun total rata rata pada ke tiga mesin penggiling padi
keliling adalah 51,51%, untuk lebih jelasnya efisiensi alat untuk ketiga
Pada mesin penggiling padi keliling terdapat dua jenis produk/output yaitu
dari padi menjadi beras dan dari padi mejadi dedak. Beras utuh adalah hasil
terkupasnya antara kulit padi dan kulit ari pada beras dan dedak adalah
campuran antara sekam dan kulit ari padi yang masih kasar. Berdasarkan
sampel padi yang digunakan sebesar 15 Kg padi dan setelah mengalami dua
kali penggilingan menggunakan dua buah mesin penggiling padi keliling,
maka didapat hasil rata rata beras sebesar 71,65% dan rendemen dedak
sebesar 27% persentasi kehilangan hasil sebesar 1,35%, untuk mesin merk
Echo N70. Pada mesin merk N120D menggunakan berat sampel yang sama
diperoleh hasil rata rata beras sebesar 66,95% dan rendemen dedak sebesar
merk Esho NX110 diperoleh hasil rata rata beras sebesar 59% dan
diantaranya sebahagian tertiup angin dan adanya menir. Dari ke tiga tipe
alat tersebut, persentasi kehilangan terbesar terdapat pada tipe tiga yaitu
NX 110 D (b) 58 30 12
Rata rata 59 31,6 9,3
2. Analisa Ekonomi
- Biaya Tetap
a. Depresiasi (penyusutan) yang terjadi pada beberapa unit mesin penggiling padi
penyusutan menggunakan metode garis lurus, hal ini berarti nilai penyusutan
yang terjadi pada alat dan mesin sama besarnya setiap tahun sampai akhir
yang terbesar per jamnya dan juga dapat merupakan penurunan nilai suatu
mesin atau alat selama waktu yang terus berjalan tanpa perduli apakah mesin
Pada saat ini tingkat bunga bank pada umumnya sebesar 11 %. Bunga modal
ini sangatlah dipengaruhi oleh tingkat bunga bank yang berlaku di daerah
setempat. Tingkat bunga bank ini berubah-ubah untuk setiap tahunnya. Dari
harga mesin yang ada di pasaran, maka didapat nilai bunga modal berkisar
harga pembelian per tahun dan biaya garasi sebesar 1 % dari harga pembelian
per tahun. Dengan demikian maka didapat biaya pajak dan garasi alat
penggiling padi keliling berkisar antara Rp. 660.000/ tahun sampai Rp.
lebih baik, perbaikan yang mudah dan aman, penampilan yang teratur dan
baik, dapat mengurangi kerusakan tehadap alat/ mesin akibat terkena suhu
pada cuaca tertentu. Hal ini akan memberikan kerugian yang besar. Garasi
dapat memperkecil kerusakan alat/ mesin, diantaranya bebas dari hujan dan
biaya perbaikan menjadi lebih kecil bila dibandingkan dengan peralatan yang
Biaya tetap adalah suatu biaya yang tidak dipengaruhi oleh naik
turunnya produksi yang dihasilkan, seperti biaya tenaga kerja tidak langsung,
Biaya tidak tetap untuk setiap jam yang harus dikeluarkan oleh para pemilik
terlihat bahwa biaya tidak tetap yang dikeluarkan para pemilik mesin berkisar
antara Rp. 148.140/ jam sampai Rp. 151.694,98/ jam. Biaya tidak tetap ini
akan terus berubah-ubah setiap jamnya seiring dengan harga dari masing-
bahan bakar, bila harga bahan bakar naik maka dengan sendirinya harga atau
Jenis bahan bakar yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis solar.
Harga solar per liternya adalah Rp. 5000. Biaya bahan bakar yang
diperlukan untuk setiap jamnya berkisar antara Rp. 40/ jam sampai Rp.
bahan bakar 0,2 liter/ HP/ jam pada tiap daya mesinnya. Dengan demikian
maka biaya bahan bakar sangat dipengaruhi oleh daya mesin, jam kerja dan
Biaya pelumas sangat dipengaruhi oleh daya mesin. Oli pelumas sangat
oli pelumas diisi berlebihan yaitu melebihi batas tanda maksimum maka
silinder.
Biaya pelumas yang diperlukan untuk setiap jammya berkisar antara Rp.
89.600/ jam sampai Rp. 93.333/ jam. Ini berdasarkan perhitungan dengan
menggunakan oli pelumas 0,8 liter/ HP x 100 jam pada setiap daya mesin.
Dengan demikian maka biaya oli pelumas sangat dipengaruhi oleh daya
mesin, jam kerja dan harga pelumas. Adapun biaya oli pelumas dapat
biaya perbaikan/ reparasi pada beberapa mesin berkisar antara Rp. 4.320/
Rata-rata hasil penggilingan padi perhari adalah 1.440 Kg padi, dengan dua
orang pekerja dan jam kerja adalah 8 jam perhari, maka diketahui dalam 1
jam hasil yang dapat digiling adalah 180 Kg/ jam padi. Padi yang
didapatkan oleh dua orang pekerja akan dibagi dua dengan pemilik mesin,
harga ongkos penggilingan padi adalah Rp. 500/ Kg, maka diperoleh 144 x
Rp. 500, sehingga akan didapatkan Rp. 90.000/ hari. Hasil ini akan dibagi
dua dengan pemilik mesin, dengan bagian pemilik mesin 40% dan pekerja
Rp. 54.000/hari. karena pekerja terdiri dari dua orang maka diperoleh upah
Biaya operasional adalah total biaya tetap pertahun dibagi dengan jumlah
jam kerja pertahun, yang pada penelitian ini diketahui bahwa dari ketiga
merk mesin penggiling padi keliling, total biaya tidak tetap berkisar antara
Rp. 148.140/ jam sampai Rp. 151.694,98/ jam. jumlah jam perhari adalah 8
jam, jika mesin beroperasi selama 6 hari/ minggu, maka dalam setahun
jumlah jam kerjanya adalah 2.304 jam/ tahun. Adapun total penggunaan
yang dikeluarkan si pemilik mesin dalam menjalankan usaha jasanya, BEP adalah
suatu metode analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar beberapa
variable didalam kegiatan dalam suatu usaha, seperti tingkat produksi, biaya yang
Break even point atau titik pulang pokok adalah suatu kondisi dimana
mesin beroperasi pada kapasitas yang tidak menguntungkan dan juga tidak
suatu keadaan dimana dalam suatu operasi perusahaan tidak mendapat untung
maupun rugi sehingga impas (penghasilan=total biaya). Pada penelitian ini dapat
diambil contoh pada mesin penggiling padi merk N120 D, dengan tenaga
penggerak Xing Dong ZS 1115 seharga satu unitnya Rp 22.000.000 dan umur
ekonomisnya 5 tahun. Dari hasil perhitungan, diperoleh Break event point sebesar
Rp 0,92/ Kg
4. B/ C Ratio
B/C ratio yang dihitung dalam penelitian ini adalah hasil dari perbandingan
antara Benefit dengan Total Cost, benefit dalam penelitian tersebut merupakan hasil
penelitian ini merupakan total biaya produksi dari perencanaan kapasitas produksi 180
kg perjamnya dengan biaya produksi Rp. 354.747.840/ tahun. Hasil analisis B/C ratio
dalam penelitian ini adalah 4,32, artinya jika nilai B/C lebih besar dari 1 maka proyek
apakah suatu rencana investasi layak ekonomis atau tidak adalah dengan melalui
metode sebagai berikut yaitu Jika BCR ≥ 1 maka investasi layak (feasible) dan
5. Payback Period
Perencanaan Pay back period dalam penelitian tersebut adalah selama 5 tahun.
Menurut Giatman (2006) analisis payback period pada dasarnya bertujuan untuk
mengetahui seberapa lama (periode) investasi akan dapat dikembalikan saat terjadinya
Pay back period yang diperoleh dari analisis adalah antara 0,08 sampai 0,09
tahun, artinya pengembalian modal investasi terjadi dalam jangka waktu dibawah satu
modal investasi yang sangat singkat (cepat) sehingga usulan proyek tersebut dapat
diterima.
Van (2005) menambahkan bahwa suatu usulan investasi akan disetujui apabila
payback period-nya lebih cepat atau lebih pendek dari payback period yang
A. Kesimpulan
Besar sebagai tenaga penggerak mesin penggiling padi keliling yaitu FENG
TIAN DTF 1115N 24 HP, XING DONG ZS 1115 24 HP, YING TIAN ZS
1-115 25 HP. Dan merk mesin penggiling padi keliling yang paling layak
1115 24 HP.
2. Mesin dengan kapasitas kerja alat yang paling besar adalah merk N 120 D
buatan Cina dengan kapasitas kerja alat pada satu kali proses penggilingan
dengan dua mesin penggiling padi keliling didapat 681,81 Kg/ jam dan
652,17 Kg/ jam dengan rata rata kapasitas kerja alat penggilingan 667 Kg/
jam, dan didapat efisiensi sebesar 61,98% dan 59,28% dengan rata rata
efisiensi 60,63% serta diperoleh rendemen rata-rata beras dan dedak sebesar
66,95% dan 32% dan persentasi kehilangan hasil adalah sebesar 1,05%.
3. Analisis BEP dalam unit adalah sebesar 3.120,37 Kg/ jam. BEP dari hasil
4. Berdasarkan nilai B/C Ratio, didapat kesimpulan bahwa semua jenis merk
Kesimpulan ini didapat karena nilai B/C berkisar 2,09. artinya jika nilai B/C
5. Analisis Pay back period adalah sebesar 0,08 sampai 0,09 tahun, analisis
digunakan untuk mesin penggiling padi keliling baik ditinjau secara teknis
maupun ekonomis.