Anda di halaman 1dari 13

REKAYASA BIOKIMIA

MEDIA FERMENTASI

Disusun oleh :
KELOMPOK 1

Rizka Dwi Utami Putri (16521198)


Karina Dwi Magfirah (16521207)
Anindita Ratih Hapsari (16521214)
Nur Itsnaini (16521218)
Cici Nurfaizah B. (16521266)

DOSEN MATA KULIAH :

Ajeng Yulianti Dwi Lestari, ST., MT

TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2017/2018
PORTOFOLIO ALERT 1

Contoh Produk yang Dihasilkan dari Proses Submerged


Fermentation, Surface Fermentation dan Solid State
Fermentation
Bioteknologi merupakan suatu bidang penerapan biosains dan teknologi yang menyangkut
aplikasipraktis organisme hidup atau komponen subselulernya pada industri jasa dan
manufaktur serta pengelolaan lingkungan.

Submerged Fermentation
Submerged Fermentation adalah fermentasi
yang melibatkan air sebagai fase kontinyu
dari sistem pertumbuhan sel bersangkutan
atau substrat, baik sumber karbon maupun
mineral terlarut atau tersuspensi sebagai
partikel-partikel dalam fase cair. Fermentasi
cair dengan teknik tradisional tidak
dilakukan pengadukan, berbeda dengan
teknik fermentasi cair modern melibatkan
fermentor yang dilengkapi dengan :
pengaduk agar medium tetap homogen,
aerasi, pengatur suhu (pendinginan dan
pemanasan) dan pengaturan pH.
Pada system fermentasi bawah permukaan Fig. 1 Acetators dalam pembuatan Cuka
(submerged fermentation) dapat digolongkan http://mb01vinegar.angelfire.com/processdescript
.html
lagi menjadi beberapa cara, diantaranya :
Batch Process merupakan fermentasi dengan cara
memasukan media dan inokulum secara bersamaan ke
dalam bioreactor dan pengambilan produk dilakukan pada
akhir fermentasi. Pada system batch, bahan media dan
inokulum dalam waktu yang hampir bersamaan di masukan
ke dalam bioreactor, dan pada saat proses berlangsung akan
terjadi terjadi perubahan kondisi di dalam bioreactor
(nutrient akan berkurang dan produk serta limbah). Contoh
produk Sistem Batch Process, yaitu: Untuk pembuatan
Bioetanol : Food Grade dan Industrial (Kosmetika ,
kesehatan dsb). Tidak direkomendasikan menambahkan
UREA,NPK dan Bahan Kimia lainya kecuali : Ragi (
Mikroba etanol ).
Fig. 2 Proses pembuatan bioetanol
dengan bantuan mikroorganisme
Saccharomyces Cerevisiae Continues Process merupakan pengaliran subtrat dan
pengambilan produk dilakukan secara terus menerus
(sinambung) setiap saat setelah diperoleh konsentrasi
produk maksimal atau subtract pembatasnya
mencapai konsentrasi yang hampir tetap. Atau dengan
kata lain subtrat dan inokulum dapat ditambahkan
bersama-sama secara terus menerus sehingga fase
eksponensial dapat diperpanjang. Contoh produk
Sistem Continues Process, yaitu: protein sel tunggal,
antibiotic, pelarut organic, kultur starter, dekomposisi
selulosa, pengolahan limbah cair, beer, glukosa
isomerase, etanol.
Fig. 3 Bakteri Penicillium chrysogenum
digunakan sebagai strain penghasil
Fed-Batch Process merupakan suatu sistem yang antibiotika
rnenambahkan media baru secara teratur pada kultur
tertutup, tanpa mengetuarkan cairan kultur yang ada di
dalam fermentor sehingga volume kultur makin lama
makin bertambah. Cara sistem Fed-Batch yaitu
memasukkan sebagian nutrisi (sumber C, N dan lain-
lain) ke dalam bioreactor dengan volumetertentu
hingga diperoleh produk yang mendekati maksimal,
akan tetapi konsentrasi sumber nutrisi dibuat konstan.
Contoh produk Sistem Fed-Batch Process, yaitu:
Dekstranase
Fig. 4 Leuconostoc Mesenteroides bakteri
penghasil Dextran

Surface Fermentation
Surface Fermentation atau Fermentasi
Permukaan merupakan metoda fermentasi yang
telah lama diterapkan untuk memproduksi
berbagai produk fermentasi, yaitu sebelum
fermentasi terendam terbukti lebih efisien untuk
memproduksi berbagai produk fermentasi yang
bernilai ekonomi tinggi dan menghendaki
sterilitas yang tinggi. Tidak memerlukan aerasi
atau agitasi cairan fermentasi, jadi tidak
memerlukan instrumentasi untuk aerasi dan
agitasi. Pemisahan asam sitrat dari miselium
mudah dilakukan karena mikroorganisme tidak Fig. 5 Bakteri Acetobacter Xylinum digunakan
sebagai penghasil Nata de Coco
menyebar ke medium. Hanya suhu dan
kelembaban ruang fermentasi yang perlu dikontrol. Dengan fermentasi permukaan, cairan
fermentasi terkonsentrasi karena tingkat penguapan yang tinggi selama fermentasi. Dengan
demikian, biaya dan kerugian selama penggantian dan pemurnian rendah. Contoh produk dari
Surface Fermentation atau Fermentasi Permukaan, yaitu : Nata de Coco.
Solid State Fermentation
Solid State Fermentation atau Fermentasi media
padat merupakan proses fermentasi yang
berlangsung dalam substrat tidak larut, namun
mengandung air yang cukup sekalipun tidak
mengalir bebas. Solid State Fermentation
mempunyai kandungan nutrisi per volum jauh
lebih pekat sehingga hasil per volum dapat lebih
besar. Mikroorganisme yang digunakan pada
umumnya adalah fungi yang menghasilkan enzim
hidrolitik ekstraseluler yang mempu mendegradasi
materi terlarut. Contoh produk dari Solid State
Fermentation, yaitu: Bioherbisida, Tape, Oncom,
Keju, Tempe, Kecap, Produksi jamur (Eropa dan
Asia Timur), Pencucian logam, Asam-asam Fig. 6 Jamur Neurospora crassa digunakan
sebagai penghasil Oncom
organik, Pengkomposan, dan Enzim-enzim.
PORTOFOLIO ALERT 2

Contoh Produk yang Dihasilkan dari Proses Fermentasi


Intraseluler dan Fermentasi Ekstraseluler
Fermentasi adalah suatu proses dimana komponen-komponen kimiawi dihasilkan sebagai
akibat adanya pertumbuhan maupun metabolisme mikroba tanpa bantuan oksigen.

Produk Metabolit Primer (Intraseluler)


Produk Metabolit Primer (Intraseluler) merupakan
metabolit yang dihasilkan selama fase
pertumbuhan utama dan merupakan metabolit yang
penting bagi mikroorganisme. Contoh Produk
Metabolit Primer (Intraseluler), yaitu : Kecap
(Aspergillus Wentii); Keju ( Aspergillus Niger);
MSG, Lisin dan Asam Glutamat
(Corynobacterium sp.); Pengawet alami makanan
(Citrimyces Pfefferianus); Enzim Lipase
Triasilgliserol (Candida Lipolytica); Penghasil
Asam Sitrat (Penicillium Luteum, Mucor Fig. 1 Mikroba Aspergillus Niger digunakan
sebagai penghasil Keju
Piriformis).

Produk Metabolit Sekunder (Ekstraseluler)


Produk Metabolit Sekunder (Ekstraseluler)
merupakan metabolit yang dihasilkan saat
mendekati fase akhir pertumbuhan seringkali
terjadi pada saat fase stasioner dan tidak
mempengaruhi peran langsung dalam kehidupan
mikroorganisme. Contoh Produk Metabolit
Sekunder (Ekstraseluler), yaitu : Antibiotik
Penisilin (penicillium chrysogenum); Antibiotik
Sefalosporin (cephalosporium acremonium);
Imunosupresan Silosporin (trichoderma
polysoprum); Pigmen Ankaflavin (monascus
purpureus); Growth Promoter Zearalonone
(gibberella zeae).
Fig. 2 Mikroba Penicillium Chrysogenum
digunakan sebagai penghasil Antibiotik
Penisilin
PORTOFOLIO ALERT 3

Fungsi dan Contoh dari Sumber Energi, Sumber Karbon,


Sumber Nitrogen, dan Mineral yang Biasa Dipakai untuk
Proses Fermentasi

Sumber Energi
Ada beberapa sumber energi untuk mikroba yaitu senyawa organik atau anorganik yang dapat
dioksidasi dan cahaya terutama cahaya matahari. Berdasarkan atas sumber energi organisme
dibedakan menjadi organisme fototrof, jika menggunakan energi cahaya; dan khemotrof, jika
menggunakan energi dari reaksi kimia. Jika didasarkan atas sumber energi dan karbonnya,
maka dikenal organisme fotoototrof, fotoheterotrof, khemoototrof dan khemoheterotrof
Tipe Sumber karbon Sumber energi
Fotoototrof Zat anorganik Cahaya matahari
Fotoheterotrof Zat organik Cahaya matahari
Khemotrof Zat anorganik Oksidasi zat anorganik
khemoheterotrof Zat organik Oksidasi zat organik

Sumber Karbon
Sumber karbon untuk mikroorganisme dapat
berbentuk senyawa organik maupun anorganik.
Senyawa organik meliputi karbohidrat, lemak,
protein, asam amino, asam organik, garam asam
organik, polialkohol, dan sebagainya. Senyawa
anorganik misalnya karbonat dan gas CO2 yang
merupakan sumber karbon utama terutama untuk
tumbuhan tingkat tinggi.
Sebagai contoh adalah Methylomonas dan
Methylococcus yang hanya menggunakan metana
Fig. 1 Bakteri Patogen atau mikroorganisme
dan methanol sebagai sumber karbon dan energi. parasit yang dapat menyebabkan penyakit
pada inangnya.

Sumber Nitrogen
Mikroba dapat menggunakan nitrogen dalam bentuk amonium, nitrat, asam amino, protein, dan
sebagainya. Jenis senyawa nitrogen yang digunakan tergantung pada jenis jasadnya. Beberapa
mikroba dapat menggunakan nitrogen dalam bentuk gas N2 (zat lemas) udara. Mikroba ini
disebut mikrobia penambat nitrogen.
Medium pertumbuhan (disingkat medium) adalah tempat untuk menumbuhkan
mikroorganisme. Mikroorganisme memerlukan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan energi dan
untuk bahan pembangun sel, untuk sintesa protoplasma dan bagian-bagian sel lain. Setiap
mikroorganisme mempunyai sifat fisiologi tertentu, sehingga memerlukan nutrisi tertentu pula.
Susunan kimia sel mikroorganisme relatif tetap, baik unsur kimia maupun senyawa yang
terkandung di dalam sel. Dari hasil analisis kimia diketahui bahwa penyusun utama sel adalah
unsur kimia C, H, O, N, dan P, yang jumlahnya + 95 % dari berat kering sel, sedangkan sisanya
tersusun dari unsure unsur lain (Lihat Tabel). Apabila dilihat susunan senyawanya, maka air
merupakan bagian terbesar dari sel, sebanyak 80-90 %, dan bagian lain sebanyak 10-20 %
terdiri dari protoplasma, dinding sel, lipida untuk cadangan makanan, polisakarida, polifosfat,
dan senyawa lain.

Sumber Mineral
Mineral merupakan bagian dari sel. Unsur penyusun utama sel ialah C, O, N, H, dan P. unsur
mineral lainnya yang diperlukan sel ialah K, Ca, Mg, Na, S, Cl. Unsur mineral yang digunakan
dalam jumlah sangat sedikit ialah Fe, Mn, Co, Cu, Bo, Zn, Mo, Al, Ni, Va, Sc, Si, Tu, dan
sebagainya yang tidak diperlukan jasad. Unsur yang digunakan dalam jumlah besar disebut
unsur makro, dalam jumlah sedang unsur oligo, dan dalam jumlah sangat sedikit unsur mikro.
Unsur mikro sering terdapat sebagai ikutan (impurities) pada garam unsur makro, dan dapat
masuk ke dalam medium lewat kontaminasi gelas tempatnya atau lewat partikel debu.
Selain berfungsi sebagai penyusun sel, unsur mineral juga berfungsi untuk mengatur tekanan
osmose, kadar ion H+ (kemasaman, pH), dan potensial oksidasireduksi (redox potential)
medium.
PORTOFOLIO ALERT 4

Fungsi Spesifik Mineral Magnesium, Posfor, Kalium, Sulfur,


Kalsium dan Klorin pada Proses Fermentasi

Mineral merupakan elemen-elemen atau unsur-unsur kimia selain dari karbon, hidrogen,
oksigen dan nitrogen yang jumlahnya mencapai 95% dari berat badan. Mineral berfungsi
sebagai pengganti zat-zat mineral yang hilang, untuk pembentukan jaringan-jaringan pada
tulang, urat dan sebagainya serta untuk berproduksi

Magnesium (Mg)
Magnesium adalah unsur ke delapan yang
paling melimpah di kerak bumi. Magnesium
merupakan mineral esensial yang dibutuhkan
dalam jumlah besar oleh makhluk hidup
untuk proses fisiologis (mineral makro).
Magnesium adalah mineral utama yang perlu
dikonsumsi lebih dari 100 miligram per hari.
Salah satu fungsi magnesium yang paling
kritis adalah produksi energi. Sel tubuh
membutuhkan magnesium untuk
mengaktifkan ATP (adenosine triphosphate), Fig. 1 Mineral Magnesium
yang merupakan sumber energi utama yang digunakan tubuh. Selain produksi energi,
magnesium secara langsung diperlukan untuk enzim pemecah glukosa (gula darah), ia
mengendalikan produksi kolesterol, membuat asam nukleat seperti DNA.
Pada proses fermentasi Mineral Magnesium berfungsi untuk menghilangkan kadar air untuk
menghasilkan etanol murni (murni 100%). Air akan diubah menjadi Mg(OH)2 yang tidak larut,
kemudian etanol diperoleh dengan cara distilasi.

Fosfor (P)
Fosfor (P) merupakan mineral kedua terbanyak
dalam tubuh dengan distribusi dalam jaringan yang
menyerupai distribusi Ca. Fosfor memegang
peranan penting dalam proses mineralisasi tulang.
Dalam pembuatan bioetanol secara fermentasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kondisi
operasi selama fermentasi, sumber bahan baku, dan
pemilihan strain mikroorganisme. Mikroorganisme
yang sering digunakan adalah golongan
Fig. 2 Mineral Fosfor Saccaromyches. Faktor pertumbuhan
mikroorganisme sangat dipengaruhi oleh
kebutuhan nutrisi terutama senyawa fosfor. Fosfor dibutuhkan oleh semua mikroorganisme
terutama untuk menjaga integritas dari membran sel dan diniding sel, komponen dari asam
nukleat dan bagian dari molekul berenergi tinggi seperti ATP, ADP, dan lain-lain.

Kalium (K)
Kalium adalah mineral ketiga yang paling berlimpah
didalam tubuh manusia, bisa dibilang sebagai
sinonim dari asuransi kesehatan. Kalium berguna
untuk mempertahankan tingkat kesehatan dan gaya
hidup yang lebih ceria.
Penambahan kalium pada proses fermentasi
berfungsi untuk menjaga pH sebelum dan selama
fermentasi. Kerja enzim paling baik bekerja pada
kondisi asam. Fig. 3 Mineral Kalium

Sulfur (S)
Sulfur (S) merupakan komponen penting protein
pada semua jaringan tubuh. Sulfur, merupakan
suatu mineral yang tidak banyak dibahas dalam
buku-buku kesehatan, karena masih banyak yang
menganggap tidak begitu penting. Sebab,
kekurangan sulfur tidak begitu menampakkan
gejala yang signifikan.
Pada fermentasi wine atau anggur dilakukan
penambahan SO2 kedalam jus/cairan buah
anggur dengan tujuan untuk mencegah
Fig. 4 Mineral Sulfur browning selama penghancuran buah dan
menghambat aktivitas khamir lain yang tidak
diinginkan.

Kalsium (Ca)
Kalsium merupakan sebuah elemen kimia yang memiliki simbol Ca dan nomor atom 20.
Kalsium adalah mineral penting yang paling banyak dibutuhkan oleh manusia. Kalsium
bermanfaat untuk membantu proses pembentukan tulang dan gigi serta diperlukan dalam
pembekuan darah, kontraksi otot, transmisi sinyal pada sel saraf. Kalsium dapat membantu
mencegah terjadinya osteoporosis.
Dalam usaha untuk memproduksi asam laktat lebih banyak, biasanya ditambahkan kalsium
karbonat dalam medium fermentasi. Kalsium karbonat pada dasarnya tidak larut dalam media
yang netral dan basa, tetapi merupakan penetralisir untuk asam yang dihasilkan selama
fermentasi (Lilly dan Barnet, 1951).
Fungsi penambahan kalsium karbonat tersebut adalah untuk mengatur derajat keasaman (pH)
medium fermentasi (Mirdamadi et al, 2002). Kalsium karbonat merupakan penetralisir dari
asam organik yang dihasilkan dalam proses fermentasi, sehingga pH medium dapat
dipertahankan.

Klorin (Cl)
Klorin merupakan salah satu mineral yang
mempunyai fungsi dalam membantu menjaga
keseimbangan asam basa yang ada dalam tubuh,
mendukung kinerja bagian saraf dan juga bagian
otot, serta menstabilkan atau pun
menyeimbangkan air yang ada dalam organ-organ
tubuh. Berfungsi sebagai cairan elektrolit dan
pengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh.
Saat menambahkan air ke dalam bahan fermentasi,
hindari air yang mengandung klorin. Klorin
Fig. 6 Mineral Klorin
ditambahkan pada persediaan air kota untuk
mencegah penumpukan bakteri dan mikroorganisme. Sehingga dengan demikian klorin dapat
menghambat pada proses fermentasi.
Daftar Pustaka
Agustian, Windy. 2014. “Media Fermentasi”.
http://windyagustianyarama.blogspot.co.id/2014/11/media-fermentasi.html. Diakses
tanggal 19 Maret 2018.

Anonim. 2008. “Solid State Fermentation and Submerged Fermentation”.


https://riezz.wordpress.com/2008/11/24/solid-state-fermentation-and-submerged-
fermentation/. Diakses tanggal 17 Maret 2018.

Anonim. 2010. “Pembuatan Wine”. https://lordbroken.wordpress.com/2010/06/14/pembuatan-


wine/. Diakses tanggal 18 Maret 2018.

Anonim. 2012. “Bakteri Nata de Coco : Acetobacter Xylinum”.


http://airkelapahijau.blogspot.co.id/2012/08/bakteri-nata-de-coco-acetobacter-
xylinum.html. Diakses tanggal 19 Maret 2018

Anonim. 2018. “Comparison of Surface Fermentation and Submerged Fermentation”.


https://www.barnardhealth.us/food-biotechnology/comparison-of-surface-fermentation-
and-submerged-fermentation.html. Diakses tanggal 19 Maret 2018

Architect, Swedish. 2014. “Why does pH affect fermentation?”.


https://chemistry.stackexchange.com/questions/11160/why-does-ph-affect-
fermentation. Diakses tanggal 18 Maret 2018.

Brok, T.D., Madigan, M.T. Martinko, J.M. 2006. Biology of Microorganisms. 11th Edition.
Pearson Prentice Hall. Upper Saddle River, Nj 07458

Budiyanto, Mochammd Agus Krisno. 2011. “Kebutuhan Dasar Nutrisi Mikroba”.


https://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/12/29/kebutuhan-dasar-nutrisi-mikroba/.
Diakses tanggal 19 Maret 2018

Casey, Elizabeth, Juri Adamec and Friends. 2013. “Effect of salts on the Co-fermentation of
glucose and xylose by a genetically engineered strain of Saccharomyces cerevisiae”.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3671970/. Diakses tanggal 18 Maret
2018

Chalal DS. 1985. Solid-State Fermentation with Trichoderma reesei for Cellulase Production.
Appl Environ Microbiol 49(1): 205-10.

Hartono, Uki. 2016. “BIOINDUSTRI Aplikasi Bioteknologi dalam bidang industri”.


http://slideplayer.info/slide/3978323. Diakses tanggal 17 Maret 2018
Hidayati, Rezi. 2017. “Faktor Yang Mempengaruhi Proes Fermentasi Glukosa”.
http://ejiyurshal.blogspot.co.id/2017/10/faktor-yang-mempengaruhi-proses.html.
Diakses tanggal 18 Maret 2018.

http://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/48207/6/D11yma_BAB%20II%20Tinja
uan%20Pustaka.pdf. Diakses tanggal 19 Maret 2018.

http://standarpangan.pom.go.id/dokumen/peraturan/2016/Perka_BPOM_No_10_Tahun_2016
_tentang_Bahan_Penolong_Enzim.pdf. Diakses tanggal 19 Maret 2018.

https://en.wikibooks.org/wiki/Cookbook:Fermentation. Diakses tanggal 19 Maret 2018.

https://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/5820/Pengaruh%20Konsentra
si%20Fosfor.pdf?sequence=3&isAllowed=y. Diakses tanggal 19 Maret 2018.

Imbiardi. 2011. “Makalah Nutrisi Mikroorganisme”. http://imbiardi-


makalahnutrisimikroorganisme.blogspot.co.id/. Diakses tanggal 19 Maret 2018

Iqbal. 2010. “Soal Bioteknologi”. http://xbaliqmekey.blogspot.co.id/2013/11/soal-


bioteknologi.html. Diakses tanggal 19 Maret 2018

Julianti, Elisa. 2013. “Media Fermentasi”.


https://elisajulianti.files.wordpress.com/2013/03/media-fermentasi.pdf. Diakses tanggal
18 Maret 2018.

Kennedi, Nita. 2013. “Jamur Oncom (Monilia Sitophila)”.


http://nitaprabawatikennedy.blogspot.co.id/2013/02/jamur-oncom-monilia-
sitophila.html. Diakses tanggal 19 Maret 2018.

Lestari, Susi. “Fermentasi Alkohol”.


https://www.academia.edu/24415489/Fermentasi_Alkohol. Diakses tanggal 18 Maret
2018.

Pramudiyanti, Indiya Ayu, dkk. 2004. “Pengaruh Pengaturan pH dengan CaCO3 terhadap
Produksi Asam Laktat dari Glukosa oleh Rhizopus oryzae”.
http://biosains.mipa.uns.ac.id/C/C0101/C010104.pdf. Diakses tanggal 18 Maret 2018.

Prawira, Yusri. 2016. “Fermentasi Substrat Padat”.


https://yprawira.wordpress.com/fermentasi-substrat-padat/. Diakses tanggal 19 Maret
2018.
Pujaningsih, Retno I. “Teknologi Fermentasi dan Peningkatan Kualitas Pakan”.
http://nutrisi.awardspace.com/download/BiokimiaFermentasi.pdf. Diakses tanggal 19
Maret 2018.

Rahman, M. Arief. 2012. “Makalah Media Ferentasi untuk Skala Industri (Scale Up)”.
http://ariefrvi.blogspot.co.id/2012/09/makalah-media-fermentasi-untuk-skala.html.
Diakses tanggal 17 Maret 2018.

Singgih, Marlia. “Teknologi Fermentasi”.


http://download.fa.itb.ac.id/filenya/Handout%20Kuliah/Biosintesis%20Senyawa%20O
bat/Teknologi%20Fermentasi%20utk%20Farmasi.pdf. Diakses tanggal 19 Maret 2018.

Susanto, Anto. “Proses Fermentasi (Batch, Fed Battch Dan Continues Process)”.
https://anthosusantho.wordpress.com/bahan-ajar-kuliah/. Diakses tanggal 18 Maret
2018.

Tohir. “Jasa Bakteri Penghasil Antibiotik”. http://chyrun.com/jasa-bakteri-penghasil-


antibiotik/. Diakses tanggal 18 Maret 2018.

Zapta, Virginia. 2015. “Nutrisi Mikroba”. http://dewirha93.blogspot.co.id/2015/03/nutrisi-


mikrobia.html. Diakses tanggal 19 Maret 2018.

Anda mungkin juga menyukai