Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. Kompetensi Inti
KI. 3 Memahami, menerapkan,menganalisis, dan mengevaluasi tentangpengetahuan faktual,
konseptual, operasional dasar,dan metakognitif sesuai dengan bidang dan lingkup kerja Teknik
Instalasi Tenaga Listrik pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks, berkenaan dengan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam konteks pengembangan potensi diri
sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dunia kerja, warga masyarakat nasional, regional, dan
internasional.
KI. 4 Melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, informasi, dan prosedur kerja
yang lazim dilakukan serta memecahkan masalah sesuai dengan bidang kerja Teknik Instalasi
Tenaga Listrik Menampilkan kinerja di bawah bimbingan dengan mutu dan kuantitas yang terukur
sesuai dengan standar kompetensi kerja. Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan
menyaji secara efektif, kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam
ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu
melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung. Menunjukkan keterampilan
mempersepsi, kesiapan, meniru, membiasakan, gerak mahir, menjadikan gerak alami dalam ranah
konkret terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu
melaksanakan tugas spesifik di bawa pengawasan langsung
B. Kompetensi Dasar
KD. 3.1 Memahami Instalasi Penerangan 1 fasa sesuai dengan Peraturan Umum Instalasi
Listrik (PUIL)
4.1 Menerapkan instalasi penerangan 1 fasa sesuai Peraturan Umum Instalasi Listrik
(PUIL).
E. Uraian Materi
1. Standarisasi dan peraturan
Standarisasi bertujuan untuk mencapai keseragaman, antara lain mengenai: a) ukuran,
bentuk, dan mutu barang, dan b) cara menggambar dan cara kerja.
Dengan makin meningkatnya konstruksi dan jumlah serta jenis barang yang dihasilkan, standarisasi
menjadi suatu keharusan.Standarisasi membatasi jumlah jenis bahan dan barang, sehingga
mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan.Standarisasi juga mengurangi pekerjaan tangan
maupun pekerjaan otak.Dengan tercapainya standarisasi, mesin-mesin dan alat-alat dapat
dipergunakan secara lebih baik dan lebih efisien, sehingga dapat menurunkan biaya dan
meningkatkan kualitas/mutu.
Secara umum ada dua organisasi internasional yang bergerak di bidang standarisasi, yaitu:
a) International Electrotechnical Commission (IEC), untuk bidang teknik listrik, dan b)
International Organization for Standardization (ISO), untuk bidang-bidang lainnya.
Organisasi-organisasi tersebut menerbitkan publikasi-publikasi yang disebut standar atau
norma. Untuk teknik listrik dikenal dengan norma-norma IEC, yang ditulis dalam dua bahasa
(bahasa Perancis dan Inggris).
Perbedaan antara standar atau norma nasional pada masing-masing negara menghambat
perdagangan internasional. Untuk mencegah permasalahan ini di bidang teknik listrik, Masyarakat
Eknomi Eropa (MEE) telah membentuk panitia yang disebut CENELCOM (Comite Europeen des
Normes Electriques des Etats Members de la Communaute Europeenne).
Sedangkan di Indonesia baru pada tahun 2000an terbentuk suatu badan standirisasi
Nasional yang disebut Standar Nasional Indonesia (SNI), yang mana sebelumnya kegiatan
standarisasi di Indonesia dilakukan oleh beberapa departemen untuk bidangnya masing-masing.
Untuk bidang teknik listrik arus kuat usaha standarisasi diprakarsai oleh Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI), Perusahaan Listrik Negara (PLN), dan beberapa instansi lain yang
terkait.
Pemasangan instalasi listrik yang terkait dengan peraturan-peraturan, bertujuan untuk: a)
pengamanan manusia dan barang, dan b) penyediaan tenaga listrik yang aman dan efisien.
Dapat diperkirakan bahwa kebanyakan orang tidak ahli di bidang listrik. Supaya listrik
dapat digunakan dengan seaman mungkin, maka syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan
sangat ketat.
Peraturan instalasi listrik terdapat dalam buku Peraturan Umum Instalasi Listrik 1977,
disingkat PUIL 77, dan PUIL 87, kemudian diperbaharui/revisi lagi sehingga berubah nama menjadi
Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000) yang diterbitkan oleh Badan Standarisasi
Nasional (BSN). Dengan berlakunya PUIL 2000, maka PUIL sebelumnya dinyatakan tidak berlaku
lagi, demikian pula dengan peraturan atau ketentuan lain di bidang instalasi listrik, kecuali yang
tidak bertentangan dengan PUIL 2000.
PUIL 2000 berlaku untuk semua instalasi listrik arus kuat. Instalasi yang telah ada sebelum
PUIL 2000 berlaku, dapat terus digunakan, tetapi sedapat mungkin harus disesuaikan dengan PUIL
2000 dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Disamping PUIL 2000, harus juga diperhatikan
peraturan-peraturan lain yang ada hubungannya dengan instalasi listrik, seperti:
a) Undang-undang dan peraturan mengenai keselamatan kerja yang ditetapkan dalam Undang-
undang No.1 tahun 1970
b) Peraturan bangunan Nasional
c) Peraturan Pemerintah RI No.18 tahun 1972 tentang PLN
Peraturan-peraturan lain mengenai kelistrikan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan
PUIL 2000.
2. Prosedur K3 pada instalasi penerangan 1 fasa
1.1 Keselamatan Kerja
Dalam pemasangan instalasi listrik, biasanya rawan terhadap terjadinya kecelakaan.
Kecelakaan bisa timbul akibat adanya sentuh langsung dengan penghantar beraliran arus
atau kesalahan dalam prosedur pemasangan instalasi. Oleh karena itu perlu diperhatikan
hal-hal yang berkaitan dengan bahaya listrik serta tindakan keselamatan kerja. Bebrapa
penyebab terjadinya kecelakaan listrik diantaranya :
Kabel atau hantaran pada instalasi listrik terbuka dan apabila tersentuh akan
menimbulkan bahaya kejut.
Jaringan dengan hantaran telanjang
Peralatan listrik yang rusak
Kebocoran lsitrik pada peralatan listrik dengan rangka dari logam, apabila terjadi
kebocoran arus dapat menimbulkan tegangan pada rangka atau body
Peralatan atau hubungan listrik yang dibiarkan terbuka
Penggantian kawat sekring yang tidak sesuai dengan kapasitasnya sehingga dapat
menimbulkan bahaya kebakaran
Penyambungan peralatan listrik pada kotak kontak (stop kontak) dengan kontak
tusuk lebih dari satu (bertumpuk).
Contoh langkah -langkah keselamatan kerja berhubungan dengan peralatan listrik,
tempat kerja, dan cara-cara melakukan pekerjaan pemasangan instalasi lisrik dapat diikuti
pentunjuk berikut :
1. Menurut PUIL ayat 920 B6, beberapa ketentuan peralatan listrik diantaranya :
a) Peralatan yang rusak harus segera diganti dan diperbaiki. Untuk peralatan rumah
tangga seperti sakelar, fiting, kotak -kontak, setrika listrik, pompa listrik yang dapat
mengakibatkan kecelakaan listrik.
b) Tidak diperbolehkan :
Mengganti pengaman arus lebih dengan kapasitas yang lebih besar
Mengganti kawat pengaman lebur dengan kawat yang kapasitasnya lebih besar
Memasang kawat tambahan pada pengaman lebur untuk menambah daya
c) Bagian yang berteganagan harus ditutup dan tidak boleh disentuh seperti terminal-
terminal sambungan kabel, dan lain -lain
d) Peralatan listrik yang rangkaiannya terbuat dari logam harus ditanahkan
2. Menurut PUIL ayat 920 A1, tentang keselamatan kerja berkaitan dengan tempat kerja,
diantaranya :
a) Ruangan yang didalamnya terdapat peralatan lsitrik terbuka, harus diberi
tanda peringatan “ AWAS BERBAHAYA”
b) Berhati-hatilah bekerja dibawah jaringan listrik
c) Perlu digunakan perelatan pelindung bila bekerja di daerah yang rawan bahaya
listrik
3. Pelaksanaan pekerjaaan instalasi listrik yang mendukung pada keselamatan kerja,
antara lain :
Pekerja instalasi listrik harus memiliki pengetahuan yang telah ditetapkan oleh
PLN (AKLI)
Pekerja harus dilengkapi dengan peralatan pelindung seperti : Baju pengaman
(lengan panjang, tidak mengandung logam, kuat dan tahan terahadap gesekan),
Sepatu, Helm, Sarung tangan.
Peralatan (komponen) listrik dan cara pemasangan instalasinya harsus sesuai
dengan PUIL.
Bekerja dengan menggunakan peralatan yang baik
Tidak memasang tusuk kontak secara bertumpuk
Tidak boleh melepas tusuk kontak dengan cara menarik kabelnya, tetapi dengan
cara memegang dan menarik tusuk kontak tersebut.
1.2 Peraturan
Sistem penyaluran dan cara pemasangan instalasi listrik di Indonesian harus mengikuti
aturan yang ditetapkan oleh PUIL (Peraturan umum Instalasi Listrik) yang diterbitkan
tahun 1977, kemudian direvisi tahun 1987 kemudian direvisi kembali tahun 2000 dan
terakhir tahun 2011. Tujuan dari Peraturan umum Instalasi Listrik di Indonesia adalah:
Melindungi manusia terhadap bahaya sentuhan dan kejutan arus listrik.
Keamanan instalasi dan peralatan listrik.
Menjaga gedung serta isinya dari bahaya kebakaran akibat gangguan listrik.
Menjaga ketenagaan listrik yang aman dan efisien.
Agar energi listrik dapat dimanfaatkan secara aman dan efisien, maka ada syaratsyarat
yang harus dipatuhi oleh pengguna energi listrik. Peraturan instalasi listrik terdapat dalam
buku Peraturan Umum Instalasi Listrik atau yang seing disingkat dengan PUIL. Di mulai
dari tahun 2000, kemudian direviri tahun 1987, kemudian direvisi kembali tahun 2000
dan terakhir tahun 2011. Sistem instalasi listrik yang dimulai dari sumber listrik
(tegangan, frekwensi), peralatan listrik, cara pemasangan, pemeliharaan dan keamanan,
sudah diataur dalam PUIL. Jadi setiap perencana instalasi listrik, instalatir (pelaksana),
Operator, pemeriksa dan pemakai jasa listrik wajib mengetahui dan memahami Peraturan
Umum Instalasi listrik (PUIL).
PUIL tidak berlaku bagi beberapa sistem intalasi listrik tertentu seperti :
Bagian instalasi tegangan rendah untuk menyalurkan berita atau isyarat.
Instalasi untuk keperluan telekomunikasi dan instalasi kereta rel listrik.
Instalasi dalam kapal laut, kapal terbang, kereta rel listrik, dan kendaraan yang
digerakan secara mekanis.
Instalasi listrik pertambangan di bawah tanah.
Instalasi tegangan rendah tidak melebihi 25 V dan daya kurang dari 100 W.
Instalasi khusus yang diawasi oleh instansi yang berwenang (misalnya : instalasi
untuk telekomunikasi, pengawasan, pembangkitan, transmisi, distribusi tenaga listrik
untuk daerah wewenang instansi kelistrikan tersebut).
Pada ayat 103 A1 dari PUIL merupakan peraturan lain yang berkaitan dengan
instalasi listrik, yakni :
a. Undang-Undang No. 1 tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja.
b. Peraturan Bangunan Nasional.
c. Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1972, tentang Perusahaan Listrik Negara.
d. Peraturan lainnya mengenai kelistrikan yang tidak bertentangan dengan PUIL.
Berdasarkan ketentuan PUIL 2011 ayat 202 B1 : semua instalasi yang selesai
dipasang sebelum dipergunakan harus diperiksa dan diuji lebih dahulu. Menurut ayat
110 T16, tegangan dibagi menjadi :
a. Tegangan rendah ( sampai 1000 V)
b. Tegangan Menengah (1000 V – 20 kV)
c. Tegangan Tinggi ( di atas 20 kV)
Bahan Penghantar
a. Jenis bahan penghantar
Penghantar yang digunakan pada instalasi listrik pada umumnya digunakan
bahan tembaga dan alumunium. Untuk penghantar tembaga kemurniannya minimal
2
99,9%. Tahanan jenis yang disyaratkan tidak melebihi 0,017241 ohm mm /m pada
0
suhu 20 C, atau sama dengan daya hantar 50 siemen =100% IACS (International
0
Annealid Copper Standard). Koefisien suhu pada suhu awal 20 C adalah 0,04% per
0
derajat celcius. Bila terjadi kenaikan suhu 10 C akan terjadi kenaikan tahanan jenis
4%. Luas penamapang penghantar teambaga harus memenuhi standar internasional,
Alumunium untuk penghantar kabel berisolasi harus juga alumunium murni.
umumnya digunakan alumunium dengan kemurnian sekurang-kurangnya 99,9%.
Tahanan jenis alumunium lunak untuk hantaran listrik telah dibakukan, yaitu tidak
2 0
boleh melebihi 0,028264 ohm mm /m pada suhu 20 C; atau sama dengan daya hantar
sekurang -kurangnya 61% IACS (international Annealid Copper Standard).. Daya
hantar alumunium juga dipengaruhi oleh keadaan kekerasannya ,tetapi tak sebesar
daya hantar tembaga. Alumunium lunak dengan daya hantar 61% IACS, memiliki
2
kekuattan tarik 60 -70N/mm . Alumunium keras dengan kekuatan tarik 150
2
-159N/mm hanya kira-kira 1% lebih rendah daripada daya hantar alumunium lunak.
0
Koefisien suhu pada suhu awal 20 C adalah 0,04% per derajat celcius dan berat
jenisnya pada suhu tersebut 2,7 dan 8,9. Daya alumunium sama dengan 61% IAC,
maka tahanan penghantar yang sama diperlukan luas penghantar :
100/60 x luas penghantar tembaga = 1,64 x luas penghantar tembaga
Kemampuan menghantar arusnya dari kabel NYM ini dapat dijelaskan pada tabel
2.2. Tbel 2.2 ini berlaku untuk semua kabel instalasi yang berisolasi dan berselubung
O
PVC termasuk kabel fleksibel dengan penghantar tembaga suhu maksimum 70 C
O
pada suhu keliling 30 C.
Kontak Listrik
a. Kotak-kontak (stop kontak)
Kotak kontak merupakan tempat untuk mendapatkan sumber tegangan listrik yang
diperlukan un tuk pesawat atau alat listrik. Tegangan Sunber listrik ini diperoleh dari
hantaran fasa dan netaral yang berasal dari PLN.
b. Kontak Tusuk
Kontak tusuk digunakan untuk menghubungkan pesawat atau alat listrik yang
dipasang tetap ataupun dapat dipindah-pindahkan. Jenis kontak tusuk dapat dilihat
pada gambar
(a) (b)
Gambar 2.3 Perlengkapan hubung bagi dan diagramnya
Kontak hubung bagi juga harus memenuhi persyaratan antara lain :
Kontak hubung bagi harus kokoh, terbuat dari bahan yang tidak mudah terbak ar dan
tahan lembab
Pada kontak hubung bagi yang berdiri sendiri sekurang -kurangnya harus
mempunyai satu saklar dengan kemampuan sakelar sekurang-kurangnya sama
dengan kemampuan arus nominal pengaman tetapi tidak kurang dari 10A.
Sakelar masuk boleh ditiadakan kalau kontak hubung bagi merupakan suplai dari
hubung bagi lainnya
Setiap hantaran fasa keluar harus dipasang pengaman arus.
Komponen-komponen penting dari kontak hubung bagi adalah :
a. Kontak rel, (panel) berfungsi sebagai terminal untuk menyambungkan pada
beberapa saluran ke beban.
b. Kotak pengaman
Kotak Sakelar yang merupakan satu kesatuan dari kontak hubung bagi.
Fiting
Fiting adalah tempat memasang bola lampu listrik, dan menurut
penggunaannya dapat dibagi menjadi tiga jenis : fiting langit -langit, fiting gantung,
dan fiting kedap air.
a. Fiting langit-langit
Pemasangan fiting langit-langit ditempelkan pada langit-langit (eternit) dan
dilengkapi dengan roset. Roset diperlukan untuk meletakan/penyekerupan fiting
supaya kokoh kedudukannya pada langit-langit. Cara pemasangan fiting ini dapat
dilihat pada gambar 2.4.
Gambar 2.4
Pemasangan
b.
fiting langit-
it
langit
i
n
g
g
a
n
t
u
n
g
Pada fiting gantung dilengkapi dengan tali snur yang berfungsi sebagai penahan
beban bola lampu dan kap lampu, serta untuk menahan konduktor dari tarikan beban
tersebut. Konstruksi dari fiting gantung dapat dilihat pada gambar 2.5.
Gambar 2.5 Konstruksi fiting gantung Gambar 2.6 Konstruksi fiting kedap air.
Sakelar
Sakelar berfungsi untuk memutuskan dan menghubungkan rangkaian listrik.
c. Dalam keadaan terbuka, bagian sakelar atau pemisah bergerak harus tidak
b. Sakelar tumpuk
Sakelar jenis ini mempunyai empat kedudukan yang dapat diputar ke kanan
0
atau ke kiri dengan sudut masing-masing 90 , setiap hubungan mempunyai hubungan
yang bertingkat. Konstruksi sakelar tumpuk diperlihatkan pada gambar 2.11.
(b)
Gambar
2.11
Sakelar
c. S kotak
a
k
l
a
r
s
a
n
d
u
n
g
Saklelar jenis ini mempunyai hubungan tiga keadaan yaitu pada posisi nol (0)
saklar dalam keadaan terbuka, pada posisi satu (1) dan dua (2) keadaan terhubung
secara bergantian. Bentuk dan konstruksi saklar sandung dapat dilihat pada gambar
2.12.
Pada sakelar sandung bagian yang berputar adalah porosnya, sedangkan kotak-
kontaknya tida ikut berputar, sehingga usia dari sakelar ini adalah sangat panjang.
d. Saklar tuas
Sakelar tuas dilengkapi dengan pisau -pisau sebagai penghubung dan pemutus
yang digerakkan secara mekanis satu arah. Konstruksi sakelar ini dapat dilihat pada
gambar 2.13.
Gambar 2.13 Bentuk sakelar tuas Gambar 2.14 Bentuk sakelar giling
e. Saklar giling
Sakelar ini mempunyai titik putar yang bergerak bagian tengahnya, dimana gerakannya
bis a memutuskan atau menghubungkan kutub-kutub kontak. Contoh pemakaian pada
pengontrolan pengisian bak air oleh pompa, bila air berkurang mencapai titik tertentu,
maka pompa akan jalan. Sebaliknya bila air mencapai titik permukaan tertentu maka
pompa akan berhenti. Konstruksi sakelar giling dapat dilihat pada gambar 2.14.
Pengaman
Pengaman adalah suatu alat yang digunakan untuk melindungi sistem instalasi
dari beban arus yang melebihi kemampuannya. Biasanya arus yang mengalir pada
suatu penghantar akan menimbulkan panas, baik pada saluran penghantar maupun
pada alat listriknya sendiri. Untuk mencegahnya digunakan pengaman lebur dan
pengaman otomat. Alat ini digunakan untuk :
Mengamankan system instalasi listrik (hantaran, perlengkapan listrik dan alat/
pesawat yang menggunakan listrik)
Melindungi/membatasi arus lebih yang disebabkan oleh pemakaian beban yang
berlebihan dan akibat hubung singkat antara fasa dengan fasa, fasa dengan netral
atau fasa dengan badan (body).
Melindungi hubung singkat dengan badan mesin atau perlengkapan lainnya.
Pengaman lebur harus memutuskan rangkaian yang diamankan kalau arusnya menjadi
terlalu besar. Bagian pengaman yang memutuskan rangkaian disebut patron lebur. Untuk arus
nominal sampai dengan 25 A, menurut ayat 630 B15 harus digunakan patron lebur jenis D,
yaitu berupa patron ulir dan biasanya digunakan maksimum 63 A.
a. Pengaman ulir
Pengaman ulir ini terdiri dari rumah sekering, pengepas patron, dan patron
lebur. Gambaran mengenai rumah sekering, tudung sekering dan pengepas patron
dapat dilihat pada gambar 2.15.
2A : merah muda
4A : cokelat
6A : hijau
10A : merah
16A : kelabu
20A : biru
25A : kunig
35A : hitam
60A : putih
65A : warna tembaga
Untuk mengamankan sistem instalasi diatas 65 A dapat menggunakan
pengaman lebur jenis patron pisau. Konstruksi patron pisau dapat dilihat pada
gambar 2.16.
Gambar 2.16 Konstruksi patron pisau
Gambar 2.16 memperlihatkan sebuah kotak pengaman untuk enam patron pisau.
Supaya patronnya bisa masuk tepat pada tempatnya, di antara tempat patronnya
dipasang sekat -sekat dari bahan isolasi. Arus patron pisau ini mulai dari 15 A hingga
100 A.
b. Patron Pisau
Patron pisau jenis tahan hubungan singkat, dapat memutuskan arus hubung
singkat yang sangat besar tanpa meledak. Karena konstruksinya yang tertutup, maka
uap perak yang terbentuk kalau elemen leburnya putus tidak bisa keluar. Jadi di dalam
patron akan timbul tekanan yang sangat tinggi, sehingga konstruksi patron untuk arus
nominal yang besar harus kuat. Kadang-kadang nilai sesaat arus hubung singkat dapat
mencapai 100 kA, sehingga dapat merusak instalasinya. Oleh karena itu arus hubung
singkat ini harus diputuskan sebelum mencapai nilai maksimumnya dan sebelum
membahayakan instalasi. Nilai sesaat ini sangat tergantung kepada :
Nilai sesaat dari tegangan bolak-baliknya,
Impedansi seluruh rangkaian yang dihubungkan singkat pada saat
terjadinya hubungan singkat.
c. Pengaman otomatis
Gambar 2.18 Pengaman otomat ulir Gambar 2.19 Penampang pengaman otomat G
Rol isolator fungsinya tempat menempelkan/meletakan kabel instalasi jenis NYA atau
NGA, dan rol ini dipasang di dalam flafon (langit-langit) bangunan rumah tinggal,
gedung dan sejenisnya. Bentuk rol isolator dapat dilihat pada gambar 2.20, dan
contoh penyaluran daya listrik dari tiang distribusi menuju ke rumah-rumah dapat
lihat pada gambar 2.21. Sedangkan cara pemasangan hantaran (kabel listrik) pada
isolator dapat dilihat pada gambar 2.22
c. Sengkang (klem)
Sengkang atau klem adalah suatu bahan yang dipakai untuk menahan pipa agar
dapat dipasang pada dinding atau langit -langit. Sengkang dibuat dari pelat besi, serupa
dengan bahan pipa. Besar atau ukurannya disesuaikan dengan ukuran pipanya.
Sengkang dipasang dengan disekerupkan pada tempat menggunakan sekrup kayu.
Sengkang dipasang sebagai penahan kotak penyambung atau pencabangan, potongan
penyambung, sakelar, kotak -kontak, dan sebagainya dengan jarak maksimum 10 cm
dar benda tersebut. Untuk meninggikan pemasangan pipa dipakai pelana, misalnya
dekat kotak sekering, terkadang pada kotak penyambungan atau pencabangan dan
tempat lain yang diperlukan. Bentuk sengkang ada beberapa macam, yaitu : sengkang
setengah, sengkang ganda, sengkang majemuk, dan sebagainya. Pembuatan berbagai
macam sengkang disesuaikan dengan keperluan pemakaiannya, seperti
Sengkang setengah, dipakai pada tempat yang sempit
Sengkang ganda , untuk dua pipa sejajar, dan
Sengkang majemuk, untuk pemasangan beberapa pipa yang sejajar
Contoh bentuk sengkang dan pelana ditunjukan pada gambar 2.23.
Gambar 2.23 Bentuk sengkang dan pelana Gambar 2.24 Jenis-jenis kotak sambung
d. Kotak sambung
Penyambungan kabel atau kawat dalam instalasi listrik harus dilakukan dalam
kotak sambung dan tidak boleh dilakukan dalam pipa, sebab dikhawatirkan akan
mengalami putus akibat penarikan, selain itu sambungan listrik dalam pipa pelat akan
memudahkan terjadi kontak listrik dengan pipa sehingga berbahaya bagi manusia.
Tujuan penyambungan kawat ada beberapa macam, seperti sambungan lurus, penca-
bangan atau penyekatan. Banyaknya pencabanganpun bermacam -macam sehingga
perlu disediakan beberapa jenis kotak sambung.
Kotak sambung listrik dapat dilihat dari cabangnya, seperti : kotak sambung
cabang satu, cabang dua, cabang tiga dan cabang empat. Contoh kotak sambung
listrik dan penggunaanya dapat dilihat pada gambar 2.24. Pada dasarnya bentuk kotak
sambung tersebut ada dua mac am, yaitu persegi dan bundar.
c. Rangkuman 1 :
Peraturan Umum Instalasi Listrik yang sering disingkat dengan PUIL
mempunyai peranan yang sangat penting dalam instalasi listrik, baik sebagai
pengetahuan dasar maupun untuk tingkat mahir bagi seorang instalatir. Dalam
peraturan ini tentunya membahas mengenai faktor keselamatan kerja, peraturan-
peraturan yang akan digunakan agar sesuai dengan ketentuan PUIL atau standar yang
berlaku seperti Standar Nasional Indonesia (SNI), Standar Industri Indonesia (S II),
dan lain-lain. Dalam kaitan dengan peraturan yang ada, maka tidak lepas pula dari
faktor pengujian terhadap peralatan listrik. Dalam pengujian ini tentunya diserahkan
kepada lembaga yang berwenang, dimana lembaga ini yang nantinya akan
mengeluarkan sebuah sertifikasi.
Berkaitan dengan perencanaan instalasi listrik ini, peranan daripada simbol-
simbol masalah kelistrikan (instalasi listrik) dan gambar-gambar instalasi listrik juga
harus diperhatikan, karena akan sangat membantu dalam pelaksanaan praktis di
lapangan. Di samping itu juga, gambar atau denah instalasi listrik bagi seorang
instalatir harus dibuat dengan baik dan benar, agar memudahkan dalam
pelaksanaannya.
Beberapa komponen pokok instalasi listrik seperti bahan penghantar listrik,
kontak tusuk, fiting, sakelar, pengaman, dan peralatan pelindung juga dibahas dalam
kegiatan pembelajaran ini, karena komponen-komponen tersebut mempunyai peranan
yang sangat penting bagi seorang instalatir atau tenaga ahli bidang teknik listrik.
Perkembangan teknologi di bidang kelistrikan ini sangat pesat, dibuktikan dengan
banyak industri-industri yang memproduksi berbagai macam komponen instalasi listrik
dalam berbagai jenis dan merk. Namun dengan banyaknya berbagai macam jenis dan
bentuk hasil produksi tersebut, pada prinsipnya dasar dari sistem kerja komponen-
komponen peralatan untuk tipe dan jenis yang sama adalah sama
F. Soal Latihan, kunci jawaban dan rubrik
Kunci Jawaban
1. (a) menyentuh kabel atau hantaran listrik yang terbuka, (b) kebocoran listrik pada
peralatan listrik dengan rangka dari logam, (c) peralatan listrik yang rusak masih
dipakai, (d) pemasangan beban pada stop kontak yang bertumpuk, (e) penggantian
kawat sekering yang tidak sesuai besarnya, dan lain-lain
2. (a) melindungi manusia dari bahaya sentuhan dan kejutan arus listrik, (b)
keamanan instalasi dan peralatan listrik, (c) menjaga gedung dan isinya dari bahaya
kebakaran akibat gangguan listrik, (d) menjaga ketenagaan listrik yang aman dan
efisien.
3. Skala 1 : 100 atau 1 : 50
4. Diagram dasar, diagram lingkaran arus, dan diagram instalasi.
5. Diagram garis tunggal biasanya disebut diagram perencanaan instalasi listrik,
sedangkan diagram garis ganda adalah diagram pelaksanaan.
6. Harus memiliki (a) keandalan, (b) keamanan, dan (c) kontinuitas pelayanan
7. Suatu kabel berisolasi atau berselubung P VC
8. 108 A
9. tegangan nominal 500 V, dan warna selubung Putih
10. fiting langit-langit, fiting gantung, dan fiting kedap air
11. Sakelar kotak, sakelar tumpuk, sakelar sandung, sakelar tuas, dan sakelar giling
12. Mengamankan komponen-komponen sistem instalasi listrik,
melindungi/membatasi arus lebih, dan melindungi hubung singkat.
13. Otomat-H
14. Sengkang setengah, sengkang ganda, dan sengkang majemuk.
15. Untuk melakukan penyambungan kabel atau kawat harus dilakukan dalam kotak
tersebut dan tidak boleh dilakukan di dalam pipa, karena dikuatirkan akan
mengalami pemutusan akibat penarikan atau memudahkan terjadinya kontak listrik
dengan pipa sehingga membahayakan manusia.
Daftar Pustaka
Anwir B.S., 1952, Pengetahuan Dasar Tentang Teknik Listrik, Jakarta.
A. Rida Ismu W. Supartono, 1979, Instalasi cahaya dan Tenaga I, Dirjen Dikdasmen
Depdikbud, Jakarta.
Darsono dan Agus Panidjo, 1979, Petunjuk Praktek Listrik I, Dirjen Dikdasmen
Depdikbud, Jakarta.
D. Erwin, 1980, Rancangan Listrik Untuk STM dan Mahasiswa Teknik, Bandung.
P. Van Harten, dan E. Setiawan, 1991, Instalasi Listrik Arus Kuat I, Binacipta, Bandung.
Tia Setiawan dan Harun, 1980, Keselamatan Kerja dan Tata Laksana Bengkel ,
Dirjen Dikdasmen Depdikbud, Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional (BSN), 2000, Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000
(PUIL 2000), Standar Nasional Indonesia (SNI), Yayasan PUIL, Jakarta.