Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Epilepsi merupakan suatu kondisi kejang berulang

yang didefinisikan ILAE (International League Against

Epilepsy) sebagai kejang yang terjadi minimal dua kali

tanpa provokasi, minimal satu kali tanpa provokasi

dengan risiko rekurensi dalam 10 tahun sama dengan kejang

minimal dua kali tanpa provokasi, atau adanya sindrom

epilepsi (Lilihata dan Handriastuti, 2014). Epilepsi ini

merupakan penyakit kronis tidak menular (non

communicable disease) yang terjadi di otak yang dapat

menyerang semua golongan orang termasuk anak-anak. Anak-

anak sendiri merupakan golongan dengan prevalensi dan

insidensi kejadian epilepsi yang terbanyak dibandingkan

dengan golongan yang lain. Menurut WHO (2012), terdapat

50 juta anak dengan epilepsi di dunia. Sedangkan di

Indonesia sendiri, meskipun datanya masih belum jelas,

namun menurut Raharjo (2007), angka prevalensi epilepsi

pada populasi anak di Indonesia diperkirakan 0,3% hingga

0,4%.

Epilepsi dapat disebabkan oleh banyak sebab,

seperti lesi struktural pada otak, kelainan genetik,

1
2

dan gangguan keseimbangan neurochemical pada otak. Hal-

hal tersebut dapat menyebabkan peningkatan eksitasi

neuron dan metabolisme otak sehingga akan mengakibatkan

hipereksitasi sel-sel neuron otak yang apabila

berlangsung lama akan mengakibatkan kerusakan bagian

otak, baik fokal (hanya di suatu area) maupun general

(seluruh area otak).

Epilepsi sendiri dapat menjadi beban bagi pasien

dan juga orangtua pasien sendiri dikarenakan epilepsi

dapat berdampak pada aspek neurologis, psikologis,

kognitif, dan sosial individu sehingga dapat menurunkan

kualitas hidup anak dan tentunya menjadi beban bagi

orangtua pasien (Lilihata dan Handriastuti, 2014).

Fungsi kognitif merupakan kemampuan mental umum

seseorang yang meliputi kemampuan untuk berpikir,

berencana, memecahkan persoalan, berpikir abstrak,

memiliki ide yang komprehensif, belajar secara cepat,

dan belajar dari pengalaman. Fungsi ini sangat

dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan, dan

perilaku seseorang (Hutter & Legg, 2007). Penilaian

fungsi kognitif lebih sering disebut tes intelegensia

yang menghasilkan skor Intelligence Quotient (IQ).

Metode yang dapat digunakan pada anak adalah Stanford-

2
3

Binet dan WISC (Wechsler Intelligence Scale for

Children) (Becker, 2003; Susilawati, 2013).

Salah satu dari beberapa komplikasi epilepsi adalah

gangguan fungsi kognitif. Terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi terjadinya gangguan kognitif pada pasien

epilepsi, seperti onset terjadi epilepsi pertama kali,

jenis epilepsi, etiologi penyebab epilepsi, riwayat

epilepsi keluarga, kecepatan pemberian obat

antiepilepsi, dan riwayat status epileptikus. Menurut

Rantanen et al. (2011), angka kejadian gangguan fungsi

kognitif pada anak dengan epilepsi sebanyak 22% untuk

gangguan ringan dan 28% untuk gangguan sedang sampai

berat. Gangguan ini disebabkan oleh kerusakan area otak

yang mengatur fungsi kognitif, seperti area prefrontal

otak, sistem limbik, dan nucleus dentatus. Berbagai

masalah yang dapat muncul adalah gangguan kemampuan

recall (mengingat kejadian yang lalu), konsentrasi,

atensi, memori visual, dan lain sebagainya. Gangguan

kognitif ini apabila terjadi pada anak akan

mengakibatkan menurunnya kualitas hidup anak sehingga

berdampak pada perkembangan anak.

3
4

Berdasarkan uraian di atas, masih tingginya angka

kejadian epilepsi dan masih banyaknya pula gangguan

fungsi kognitif yang terjadi akibat epilepsi membuat

penelitian ini penting dilakukan. Penelitian ini akan

mendeskripsikan gambaran fungsi kognitif pada pasien

epilepsi anak di Instalasi Kesehatan Anak RSUP Dr.

Sardjito yang dikaitkan dengan berbagai faktor yang

telah disebutkan di atas.

1.2. Perumusan Masalah

Bagaimana hubungan fungsi kognitif dengan epilepsi

pada anak?

1.3. Tujuan Penelitian

A. Tujuan umum

Mengetahui hubungan fungsi kognitif dengan kondisi

epilepsi yang ada pada pasien epilepsi anak.

B. Tujuan khusus

a. Membandingkan dan menganalisis perbedaan

karakteristik pasien epilepsi anak yang

dihubungkan dengan nilai IQ yang dimiliki pasien

tersebut.

4
5

b. Mengetahui karakteristik pasien epilepsi anak

diantaranya data karakteristik pasien, onset

terjadinya epilepsi, jenis kejang, etiologi

epilepsi, macam obat antiepilepsi yang diberikan,

kecepatan pemberian obat antiepilepsi, riwayat

status epileptikus, riwayat kejang keluarga,

gambaran EEG dan CT scan, nilai IQ, dan faktor

komorbid.

5
6

1.4. Keaslian Penelitian

Tabel 1. Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan

No Peneliti Judul Metode Hasil


Penelitian penelitian

1 Neyens, Prospective Cohort Pasien epilepsi


et al., follow-up of prospektif cenderung memiliki
1999 intellectual tingkat intelektual dan
development nilai IQ yang lebih
in children rendah dari kontrol
with a normal.
recent onset
of epilepsy

2 Nolan et Intelligence Prospektif Kelompok anak dengan


al., in childhood cross onset kejang lebih dini
2003 epilepsy sectional dan frekuensi kejang
syndromes yang lebih sering
memiliki nilai full IQ
yang lebih rendah dari
kelompok lain.

Beda penelitian ini dengan penelitian Neyens, et

al., (1999) adalah pada penelitian Neyens IQ kasus

dibandingkan dengan IQ anak normal, sedangkan penelitian

ini mencari faktor risiko IQ rendah pada epilepsi. Beda

penelitian ini dengan penelitian Nolan, et al., (2003)

adalah pada penelitian Nolan dilakukan pada sindrom

epilepsi, sedangkan penelitian ini pada semua kasus

epilepsi.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Untuk menentukan prognosis IQ epilepsi anak yang

berhubungan dengan gangguan kognitif sehingga

6
7

dapat terjadi bahan edukasi kepada orangtua pasien

mengenai kemungkinan gangguan kognitif yang

terjadi.

b. Untuk menjadi sumber informasi kepada peneliti dan

tenaga kesehatan tentang gambaran fungsi kognitif

pada pasien epilepsi anak di Instalasi Kesehatan

Anak RSUP Dr. Sardjito.

c. Untuk memeberikan informasi sebagai dasar

penelitian selanjutnya mengenai hubungan fungsi

kognitif dengan epilepsi pada anak.

Anda mungkin juga menyukai