Anda di halaman 1dari 6

KOMPONEN KONSEP DIRI

Konsep diri terbagi menjadi beberapa bagian, pembagian konsep diri tersebut dikemukakan
oleh stuart & sudeen (2013), yang terdiri dari :

1. Identitas Diri
Identitas diri adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dapat diperoleh
individu dari observasi dan penilaian terhadap dirinya, menyadari individu bahwa
dirinya berbeda dengan orang lain. Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri
yang kuat akan memandang dirinya berbeda-beda dengan orang lain. Dalam identitas
diri ada otonomi yaitu mengerti dan percaya diri, respek terhadap diri , mampu
menguasai diri, mengatur diri dan menerima diri.
Ciri individu dengan identitas diri yang positif :
a. Menegenal diri sebagai organisme yang utuh terpisah dari orang lain
b. Mengakui jenis kelamin sendiri
c. Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasan
d. Menilai diri sendiri sesuai dengan penilaian masyarakat.
e. Menyadari hubungan masa lalu, sekarang dan yang akan datang.
f. Mempunyai tujuan yang bernilai yang dapat dicapai/ direalisasikan
(Suliswati, 2015)
2. Gambaran Diri (Body Image)
Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya baik disadari atau tidak
disadari meliputi persepsi masa lalu atau sekarang mengenai ukuran dan bentuk,
fungsi, penampilan dan potensi tubuh. Citra tubuh sangat dinamis karena secara
konstan berubah seiring dengan persepsi dan pengalaman-pengalaman baru. Citra
tubuh harus harus realistis karena semakin dapat menerima dan menyukai tubuhnya
individu akan lebih bebas dan merasa aman dari kecemasan.
Stresor :
 Perubahan ukuran tubuh ( contoh : berat badan)
 Perubahan bentuk tubuh ( contoh : operasi)
 Perubahan struktur ( contoh : pemasangan alat)
 Perubahan fungsi ( contoh : penyakit )
 Keterbatasan gerak
(Ambarwati, 2010)
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi gambaran diri seseorang, seperti,
munculnya Stresor yang dapat menggangu integrasi gambaran diri. Stresor-stresor
tersebut dapat berupa :
a. Operasi.
Seperti: mastektomi, amputsi, luka operasi yang semuanya mengubah gambaran
diri. Demikian pula tindakan koreksi seperti operasi plastik, protesa dan lain –
lain.
b. Kegagalan fungsi tubuh.
Seperti hemiplegi, buta, tuli dapat mengakibatkan depersonlisasi yaitu tidak
mengkui atau asing dengan bagian tubuh, sering berkaitan dengan fungsi saraf.
c. Waham yang berkaitan dengan bentuk dan fngsi tubuh.
Seperti sering terjadi pada klien gangguan jiwa, klien mempersiapkan
penampilan dan pergerakan tubuh sangat berbeda dengan kenyataan.
d. Tergantung pada mesin.
Seperti : klien intensif care yang memandang imobilisasi sebagai tantangan,
akibatnya sukar mendapatkan informasi umpan balik engan penggunaan
lntensif care dipandang sebagai gangguan.

Beberapa gangguan pada gambaran diri tersebut dapat menunjukan tanda


dan gejala, seperti :

a. Syok Psikologis
Syok Psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan
dan dapat terjadi pada saat pertama tindakan. Syok psikologis digunakan
sebagai reaksi terhadap ansietas. Informasi yang terlalu banyak dan
kenyataan perubahan tubuh membuat klien menggunakan mekanisme
pertahanan diri seperti mengingkari, menolak dan proyeksi untuk
mempertahankan keseimbangan diri.
b. Menarik diri
Klien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan ,tetapi
karena tidak mungkin maka klien lari atau menghindar secara emosional.
Klien menjadi pasif, tergantung , tidak ada motivasi dan keinginan untuk
berperan dalam perawatannya.
c. Penerimaan atau pengakuan secara bertahap
Setelah klien sadar akan kenyataan maka respon kehilangan atau
berduka muncul. Setelah fase ini klien mulai melakukan reintegrasi
dengan gambaran diri yang baru.

Tanda dan gejala dari gangguan gambaran diri di atas adalah proses yang
adaptif, jika tampak gejala dan tanda-tanda berikut secara menetap maka respon
klien dianggap maladaptif sehingga terjadi gangguan gambaran diri yaitu :

 Menolak untuk melihat dan menyentuh bagian yang berubah.


 Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh.
 Mengurangi kontak sosial sehingga terjadi menarik diri.
 Perasaan atau pandangan negatif terhadap tubuh.
 Preokupasi dengan bagian tubuh atau fungsi tubuh yang hilang.

(Salbiah, 2008)

3. Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya
bertingkah laku berdasarkan standar pribadi. Standar dapat berhubungan dengan tipe
orang yang diinginkan atau disukainya atau sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang
ingin diraih. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita atau pengharapan diri berdasarkan
norma-norma sosial di masyarakat tempat individu tersebut melahirkan penyesuaian
diri. Pembentukan ideal diri dimulai pada masa kanak-kanak dipengaruhi
oleh orang yang penting pada dirinya yang memberikan harapan atau tuntutan
tertentu. Seiring dengan berjalannya waktu individu menginternalisasikan harapan
tersebut dan dan akan membentuk dasar dari ideal diri. Pada usia remaja,
ideal diri akan terbentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru dan teman.
Pada usia yang lebih tua akan dilakukan penyesuaian yang merefleksikan
berkurangnya kekuatan fisik dan perubahan peran dan tanggung jawab.
Individu cenderung menetapkan tujuan yang sesuai dengan kemampuannya,
kultur, realita, menghindari kegagalan dan rasa cemas. Ideal diri harus cukup
tinggi supaya mendukung respek terhadap diri, tetapi tidak terlalu tinggi, terlalu
menuntut, samar-samar atau kabur. Ideal diri berperan sebagai pengatur internal
dan membantu individu mempertahankan kemampuannya menghadapi konflik atau
kondisi yang membuat bingung. Ideal diri penting untuk mempertahankan
kesehatan dan keseimbangan mental.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ideal diri :
a. Menetapkan ideal diri sebatas kemampuan.
b. Faktor kultur dibandingkan dengan standar orang lain.
c. Hasrat melebihi orang lain
d. Hasrat untuk berhasil.
e. Hasrat untuk memenuhi kebutuhan realistikhasrat menghindari kegagalan.
f. Adanya perasaan cemas dan rendah diri (Suliswati, 2015)
4. Peran Diri
Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang
diharapk oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu didalam kelompok
sosialnya. Peran memberikan sarana untuk berperan serta dalam kehidupan sosial
dan merupakan cara untuk menguji identitas dengan memvalidasi pada orang yang
berarti.
Sikap peran :
- Konflik peran : jika peran yang diminta konflik dengan sistem individu/2
pran yang konflik satu sama lain
- Peran yang tidak jelas : jika individu diberi peran yang tidak jelas dalam
hal perilaku dan penampilan yang diharapkan.
(Ambarwati, 2010)
Faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri individu terhadap peran:
a. Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran.
b. Tanggapan yang konsisten dari orang-orang yang berarti terhadap
perannya.
c. Kecocokan dan keseimbangan antar peran yang diembannya.
d. Keselarasan norma budaya dan harapan individu terhadap perilaku.
e. Pemisahan situasi yang akan menciptakan penampilan peran yang tidak
sesuai. (Suliswati, 2015)
5. Harga Diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh prilaku memenuhi ideal diri (Stuart & Sudeen, 2013).
Frekuensi tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau harga diri yang
tinggi.
Karakteristik gangguan harga diri meliputi : tampak atau tersembunyi,
menyatakan kekurangan dirinya, mengekspresikan rasa malu atau bersalah, menilai
diri sebagai individu yang tidak memiliki kesempatan, ragu-ragu untuk mencoba
sesuatu/situasi yang baru, mengingkari masalah yang nyata pada orang lain,
melemparkan tanggung jawab terhadap masalah, mencari alasan untuk kegagalan
diri, sangat sensitive terhadp kritikan, merasa hebat.
Harga diri ada 2 macam : harga diri rendah kronis dan harga diri rendah situasi
(Carpenito, 2013 ).
 Harga diri rendah kronis adalah suatu kondisi penilaian diri yang
negatif berkepanjangan pada seseorang atas dirinya.
 Harga diri rendah situasional suatu keadaan dimana seseorang
memiliki perasaan-perasaan yang negatif tentang dirinya dalam
berespon terhadap peristiwa (kehilangan, perubahan).

Menurut Hurlock (1980) konsep diri memiliki tiga komponen utama, yaitu
komponen perseptual yaitu image seseorang mengenai penampilan fisiknya dan kesan
yang ditampilkan pada orang lain, komponen ini sering disebut physical self concept.
Kedua, komponen konseptual yaitu konsepsi seseorang mengenai karakteristik khusus
yang dimiliki, baik kemampuan dan ketidakmampuannya, latar belakang serta masa
depannya. Komponen ini sering disebut psycological self concept, yang tersusun dari
beberapa kualitas penyesuaian diri, seperti kejujuran, percaya diri, kemandirian,
pendirian yang teguh dan kebalikannya dari sifat-sifat tersebut. Ketiga, komponen
sikap yaitu perasaan seseorang tentang diri sendiri, sikap terhadap statusnya sekarang
dan prospeknya di masa depan, sikap terhadap harga diri dan pandangan diri yang
dimilikinya. (Andriani & Ni’matuzahroh, 2013)

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati. 2010. Asuhan Keperawatan Jiwa Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
pada Nn.S di Ruang Ketergantungan Obat Rumah Sakit Jiwa Dr. Amino Gondohutomo
Semarang. Semarang : Universitas Muhamadiyah Semarang

Stuart & Sudden. 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Suliswati. 2015. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Salbiah. 2008. Konsep Diri. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan USU
Carpenito, L. J. (2013). Diagnosa Keperawatan : Aplikasi pada Praktek Klinik. (Terjemahan).
Edisi 6. Jakarta: EGC

Andriani, Mutia & Ni’matuzahroh. 2013. KONSEP DIRI DENGAN KONFROMITAS


PADA KOMUNITAS HIJABERS. Vol. 01, No.01. Fakultas Psikologi, Universitas
Muhammadiyah Malang.

Anda mungkin juga menyukai