BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
Agar mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Sindrom
Steven Johnson
2
3
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1.2 Etiologi
Penyebab belum diketahui dengan pasti, namun beberapa faktor yang dapat
dianggap sebagai penyebab adalah:
1. Alergi obat secara sistemik (misalnya penisilin, analgetik, arti piuretik)
Penisilline dan semisentetiknya
3
4
Sthreptomicine
Sulfonamida
Tetrasiklin
Anti piretik atau analgesik (derifat, salisil/pirazolon, metamizol,
metampiron dan paracetamol)
Klorpromazin
Karbamazepin
Tegretol
Jamu
2. Infeksi mikroorganisme (bakteri, virus, jamur dan parasit)
3. Neoplasma dan faktor endokrin
4. Faktor fisik (sinar matahari, radiasi, sinar-X)
5. Makanan
2.1.3 Patofisiologi
Patogenesisnya belum jelas, kemungkinan disebabkan oleh reaksi hipersensitif
tipe III dan IV. Reaksi tipe III terjadi akibat terbentuknya komplek antigen
antibodi yang membentuk mikro-presitipasi sehingga terjadi aktifitas sistem
komplemen. Akibatnya terjadi akumulasi neutrofil yang kemudian melepaskan
lisozim dan menyebabkan kerusakan jaringan pada organ sasaran (target organ).
Reaksi hipersentifitas tipe IV terjadi akibat limfosit T yang tersintesisasi
berkontak kembali dengan antigen yang sama kemudian limfokin dilepaskan
sehingga terjadi reaksi radang (Djuanda, 2000: 147) .
4
5
tertarik ke daerah tersebut dan mulai memfagositosis sel-sel yang rusak sehingga
terjadi pelepasan enzim-enzim sel serta penimbunan sisa sel. Hal ini menyebabkan
siklus peradangan berlanjut (Corwin, 2000: 72).
5
6
3. Kelainan mata
Kelainan mata merupakan 80% diantara semua kasus yang tersering ialah
konjungtivitis kataralis. Selain itu juga dapat berupa kongjungtivitis purulen,
perdarahan, ulkus kornea, iritis dan iridosiklitis. Disamping trias kelainan tersebut
dapat pula terdapat kelainan lain, misalnya: nefritis dan onikolisis.
2.1.5 Komplikasi
Komplikasi yang tersering ialah bronkopneunomia yang didapati sejumlah 16
% diantara seluruh kasus yang ada. Komplikasi yang lain ialah kehilangan cairan
atau darah, gangguan keseimbangan elektrolit dan syok. Pada mata dapat terjadi
kebutaan karena gangguan lakrimasi.
2.1.6 Penatalaksanaan
1. Kortikosteroid
Bila keadaan umum baik dan lesi tidak menyeluruh cukup diobati dengan
prednisone 30-40 mg sehari. Namun bila keadaan umumnya buruk dan lesi
menyeluruh harus diobati secara tepat dan cepat. Kortikosteroid merupakan
tindakan file-saving dan digunakan deksametason intravena dengan dosis
permulaan 4-6 x 5 mg sehari.
Umumnya masa kritis diatasi dalam beberapa hari. Pasien steven-Johnson
berat harus segera dirawat dan diberikan deksametason 6×5 mg intravena. Setelah
masa krisis teratasi, keadaan umum membaik, tidak timbul lesi baru, lesi lama
mengalami involusi, dosis diturunkan secara cepat, setiap hari diturunkan 5 mg.
Setelah dosis mencapai 5 mg sehari, deksametason intravena diganti dengan tablet
kortikosteroid, misalnya prednisone yang diberikan keesokan harinya dengan
dosis 20 mg sehari, sehari kemudian diturunkan lagi menjadi 10 mg kemudian
obat tersebut dihentikan. Lama pengobatan kira-kira 10 hari.
Seminggu setelah pemberian kortikosteroid dilakukan pemeriksaan elektrolit
(K, Na dan Cl). Bila ada gangguan harus diatasi, misalnya bila terjadi hipokalemia
diberikan KCL 3 x 500 mg/hari dan diet rendah garam bila terjadi hipermatremia.
Untuk mengatasi efek katabolik dari kortikosteroid diberikan diet tinggi
6
7
7
8
Klien mengeluh demam tinggi, lemah letih, nyeri kepala, batuk, pilek,
dan nyeri tenggorokan / sulit menelan.
b. Data Obyektif
Kulit eritema, papul, vesikel, bula yang mudah pecah sehingga terjadi
erosi yang luas, sering didapatkan purpura.
Krusta hitam dan tebal pada bibir atau selaput lendir, stomatitis dan
pseudomembran di faring
Kongjungtivitis purulen, perdarahan, ulkus kornea, iritis dan
iridosiklitis.
Nefritis dan onikolisis.
c. Data Penunjang
Laboratorium : leukositosis atau esosinefilia
Histopatologi : infiltrat sel mononuklear, oedema dan ekstravasasi sel
darah merah, degenerasi lapisan basalis, nekrosis sel epidermal,
spongiosis dan edema intrasel di epidermis.
Imunologi : deposis IgM dan C3 serta terdapat komplek imun yang
mengandung IgG, IgM, IgA.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan integritas kulit b.d. inflamasi dermal dan epidermal
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. kesulitan menelan
3. Gangguan rasa nyaman, nyeri b.d. inflamasi pada kulit
4. Gangguan intoleransi aktivitas b.d. kelemahan fisik
5. Gangguan Persepsi sensori: kurang penglihatan b.d konjungtifitis
8
9
C. Intervensi Keperawatan
N
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
o
1. Gangguan integritas Menunjukkan kulit dan a. Observasi kulit setiap hari a.Menentukan garis dasar dimana
kulit b.d. inflamasi jaringan kulit yang utuh catat turgor sirkulasi dan perubahan pada status dapat dibandingkan
dermal dan epidermal sensori serta perubahan dan melakukan intervensi yang tepat.
lainnya yang terjadi. b.Menurunkan iritasi garis jahitan dan
b. Gunakan pakaian tipis dan tekanan dari baju, membiarkan insisi
alat tenun yang lembut. terbuka terhadap udara meningkat proses
c. Jaga kebersihan alat tenun. penyembuhan dan menurunkan resiko
d. Kolaborasi dengan tim medis infeksi.
untuk pemberian c.Untuk mencegah infeksi.
kortikosteroid. d.Untuk mencegah infeksi lebih lanjut.
2. Gangguan nutrisi kurang Menunjukkan berat a. Kaji kebiasaan makanan a.Memberikan pasien/orang terdekat rasa
dari kebutuhan tubuh badan yang disukai/tidak disukai. kontrol, meningkatkan partisipasi dalam
b.d. kesulitan menelan stabil/peningkatan berat perawatan dan dapat memperbaiki
badan. pemasukan.
9
10
10
11
11
12
yang cukup.
- Letakan alat-alat
ditempat yang tetap.
- Berikan bahan-bahan
bacaan dengan tulisan
yang besar.
- Hindari pencahayaan
yang menyilaukan.
- Gunakan jam yang ada
bunyinya.
d. Kaji jumlah dan tipe
rangsangan yang dapat
diterima klien.
12
13
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sindrom Steven Johnson adalah penyakit kulit akut dan berat yang terdiri dari
eropsi kulit, kelainan mukosa dan konjungtivitis dengan keadaan umum bervariasi
dari ringan sampai berat. Kelainan pada kulit berupa eritema, vesikel/bula dapat
disertai purpura. Penyebab dari penyakit SSJ ini belum diketahui dengan pasti,
namun beberapa faktor yang dapat dianggap sebagai penyebab infeksi virus, jamu,
bakteri, obat, makanan, dan lain-lain. sindrom ini terlihat adanya trias kelainan
berupa kelainan kulit, kelainan selaput lendir, kelainan mukosa, kelainan mata.
Adapun diagnosanya berupa gangguan integritas kulit, gangguan nutrisi,
gangguan nyaman, gangguan intoleransi aktivitas, gangguan persepsi sensori.
3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini kelompok menyadari masih minimnya bahan
yang kelompok gunakan untuk menyusun makalah ini. Untuk itu kelompok
menyarankan supaya ada pihak lain dapat membahas masalah ini lebih mendalam
mengenai masalah ini. Dan tentunya bagi perawat yang melakukan asuhan
keperawatan diharapkan harus menganalisa keadaan pasien dengan baik dan tepat.
13