Anda di halaman 1dari 8

PEREKONOMIAN INDONESIA

RINGKASAN MATA KULIAH SAP 6

KEMISKINAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN

OLEH :

KELOMPOK 4

Ngurah Surya Maotama (1607532129/17)


I Gusti Ayu Agung Yustika Nanda (1607532136/23)
Anak Agung Mas Prabha Iswara (1607532152/34)

PROGAM REGULER SORE

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2018
1. Indeks dan Perkembangan Distribusi Pendapatan
Para ekonom pada umumnya membedakan dua ukuran pokok distribusi pendapatan, yang
keduanya digunakan untuk tujuan analisis dan kuantitatif tentang keadilan distribusi
pendapatan. Kedua ukuran tersebut adalah distribusi ukuran, yakni besar atau kecilnya bagian
pendapatan yang diterima masing-masing orang; dan distribusi “fungsional” atau distribusi
kepemilikan faktor-faktor produksi. Dari kedua jenis distribusi pendapatan ini kemudian
dihitung indikator untuk menunjukkan distribusi pendapatan masyarakat.
1) Distribusi Pendapatan Ukuran
Distribusi pendapatan perorangan (personal distribution of income) atau distribusi
ukuran pendapatan (size distribution of income) merupakan ukuran yang paling sering
digunakan oleh para ekonom. Ukuran ini secara langsung menghitung jumlah pendapatan
yang diterima oleh setiap individu atau rumah tangga tanpa memperdulikan sumbernya.
Contoh, Tabel 1 di bawah ini yang memperlihatkan distribusi pendapatan yang
walaupun datanya hipotetis, namun biasa ditemui di satu negara berkembang.
Tabel 1: Distribusi Ukuran Pendapatan Perorangan di Satu Negara Berdasarkan Pangsa
Pendapatan – Kuintil dan Desil

Individu Pendapatan/orang Pangsa (%) Pangsa (%)

(unit uang) Kuintil Desil


1 0,8 5 1,8

2 1,0 9 3,2

3 1,4 13 3,9

4 1,8 22 5,1

5 1,9 51 5,8

6 2,0 7,2

7 2,4 9,0

8 2,7 13,0

9 2,8 22,5

10 3,0 28,5
11 3,4

12 3,8

13 4,2

14 4,8

15 5,9

16 7,1

17 10,5

18 12,0

19 13,5

20 15,0
Total (pendapatan nasional) 100 100 100
Catatan: Ukuran ketimpangan = jumlah pendapatan dari 40 persen rumah tangga
termiskin dibagi dengan jumlah pendapatan dari 20 persen rumah tangga terkaya = 14/51 =
0,28.

Dalam tabel tersebut, semua penduduk negara tersebut diwakili oleh 20 individu (atau
lebih tepatnya rumah tangga). Kedua puluh rumah tangga tersebut kemudian diurutkan
berdasarkan jumlah pendapatannya per tahun dari yang terendah (0,8 unit), hingga yang
tertinggi (15 unit). Adapun pendapatan total atau pendapatan nasional yang merupakan
penjumlahan dari pendapatan semua individu adalah 100 unit, seperti tampak pada kolom
2 dalam tabel tersebut. Dalam kolom 3, segenap rumah tangga digolong-golongkan
menjadi 5 kelompok yang masing-masing terdiri dari 4 individu atau rumah
tangga. Kuintil pertama menunjukkan 20 persen populasi terbawah pada skala
pendapatan. Kelompok ini hanya menerima 5 persen (dalam hal ini adalah 5 unit uang)
dari pendapatan nasional total. Kelompok kedua (individu 5-8) menerima 9 persen dari
pendapatan total. Dengan kata lain, 40 persen populasi terendah (kuintil 1 dan 2) hanya
menerima 14 persen dari pendapatan total, sedangkan 20 persen teratas (kuintil ke lima)
dari populasi menerima 51 persen dari pendapatan total.
Ada tiga alat ukur tingkat ketimpangan pendapatan dengan bantuan distribusi ukuran,
yakni: (1) Rasio Kuznets, (2) Kurva Lorenz, dan (3) Koefisien Gini.
(1) Rasio Kuznets
Ukuran umum yang memperlihatkan tingkat ketimpangan pendapatan dapat
ditemukan dalam kolom 3, yaitu perbandingan antara pendapatan yang diterima oleh
20 persen anggota kelompok teratas dan 40 persen anggota kelompok terbawah. Rasio
yang sering disebut sebagai rasio Kuznets inilah (dinamai berdasarkan nama pemenang
Nobel Simon Kuznets), yang sering dipakai sebagai ukuran tingkat ketimpangan antara
dua kelompok ekstrem, yaitu kelompok yang sangat miskin dan kelompok yang sangat
kaya di satu negara. Rasio ketimpangan dalam contoh ini adalah 14 dibagi dengan 51,
atau sekitar 0, 28.
(2) Kurva Lorenz
Kurva Lorenz menunjukkan hubungan kuantitatif aktual antara persentase
penerima pendapatan dengan persentase pendapatan total yang benar-benar mereka
terima selama, misalnya, satu tahun.
(3) Koefisien Gini dan Ukuran Ketimpangan Agregat
Rasio konsentrasi Gini (Gini concentration ratio) atau sederhananya disebut
koefisien Gini (Gini coefficient), mengambil nama dari ahli statistik Italia yang
merumuskannya pertama kali pada tahun 1912. Koefisien Gini adalah ukuran
ketimpangan agregat yang angkanya berkisar antara nol (pemerataan sempurna) hingga
satu (ketimpangan sempurna). Koefisien Gini untuk negara-negara yang derajat
ketimpangannya tinggi berkisar antara 0,50 hingga 0,70, sedangkan untuk negara-
negara yang distribusi pendapatannya relatif merata, angkanya berkisar antara 0,20
2. Distribusi Fungsional
Distribusi pendapatan fungsional atau pangsa distribusi pendapatan per faktor produksi
(functional or factor share distribution of income) berfokus pada bagian dari pendapatan
nasional total yang diterima oleh masing-masing faktor produksi (tanah, tenaga kerja, dan
modal). Teori distribusi pendapatan fungsional ini pada dasarnya mempersoalkan persentase
pendapatan tenaga kerja secara keseluruhan, bukan sebagai unit-unit usaha atau faktor produksi
yang terpisah secara individual, dan membandingkannya dengan persentase pendapatan total
yang dibagikan dalam bentuk sewa, bunga, dan laba (masing-masing merupakan perolehan dari
tanah, modal uang, dan modal fisik). Walaupun individu-individu tertentu mungkin saja
menerima seluruh hasil dari segenap sumber daya tersebut, tetapi hal itu bukanlah merupakan
perhatian dari analisis pendekatan fungsional ini.
Kurva permintaan dan penawaran diasumsikan sebagai sesuatu yang menentukan harga
per satuan (unit) dari masing-masing faktor produksi. Apabila harga-harga unit faktor
produksi tersebut dikalikan dengan kuantitas faktor produksi yang digunakan bersumber dari
asumsi utilitas (pendayagunaan) faktor produksi secara efisien (sehingga biayanya berada pada
taraf minimum), maka kita bisa menghitung total pembayaran atau pendapatan yang diterima
oleh setiap faktor produksi tersebut. Sebagai contoh, penawaran dan permintaan terhadap
tenaga kerja diasumsikan akan menentukan tingkat upah. Lalu, bila upah ini dikalikan dengan
seluruh tenaga kerja yang tersedia di pasar, maka akan didapat jumlah keseluruhan pembayaran
upah, yang terkadang disebut dengan istilah tersendiri, yakni total pengeluaran upah (total
wage bill).
3. Kebijakan Distribusi Pendapatan
Pilihan kebijakan ini berlaku untuk mengubah atau memperbaiki distribusi pendapatan dan
sekaligus memerangi kemiskinan antara lain :
1) Perbaikan distribusi pendapatan fungsional melalui serangkaian kebijakan yang
khusus dirancang untuk mengubh harga harg relative faktor produksi. Kebijakan ini
berupa :
a. Upah buruh yang dilaksanakan dengan menentukan tingkat upah minimum
nasional dan regional, seperti yang dilaksanakan di Indonesia.
b. Bunga modal yang dilaksanakan dengan menentukan harga modal terlalu murah
dibandingkan dengan harga modal yang ditetapkan atas permintaan dan
penawaran.
2) Perbaikan distribusi ukuran melalui redistribusi progresif kepemilikan asset.
3) Pengurangan distribusi ukuran golongan atas melalui pajak yang prograsif.
4) Pembayaran transfer secara langsung dan penyediaan berbagai barang dan jasa public

Meskipun pemerintah Indonesia telah melaksanakan berbagai program pemerataan


distribusi dan program pengentasan kemiskinan seperti yang sudah dijelaskan, ternyata
ketimpangan distribusi masih belum memuaskan dan masih banyak jumlah orang miskin yang
luput dari program, di samping dalam jumlah yang tidak sedikit, sangat sulit untuk menyaring
orang orang yang sebenarnya tidak berhak atas bantuan yang disediakan.

4. Kemiskinan dalam Aspek Data dan Kebijakan


1) Analisis Kemiskinan dengan Menggunakan Indeks Serta Pendekatan Distribusi
Pendapatan.
Kemiskinan merupakan masalah yang hampir setiap negara di dunia mengalaminya.
Kemiskinan pun menjadi suatu masalah yang sulit diatasi oleh negara-negara berkembang.
BAPPENAS (1993) mendefisnisikan kemiskinan sebagai situasi serba kekurangan yang
terjadi bukan karena kehendak oleh si miskin, melainkan karena keadaan yang tidak dapat
dihindari dengan kekuatan yang ada padanya. Levitan (1980) mengemukakan kemiskinan
adalah kekurangan barang-barang dan pelayanan-pelayanan yang dibutuhkan untuk
mencapai suatu standar hidup yang layak.
Ada dua indikator yang dapat digunakan untuk mengukur distribusi pendapatan suatu
negara yaitu:
a. Koefisien Gini (Gini Ratio), adalah analisis yang digunakan untuk mengukur
distribusi pendapatan masyarakat pada suatu daerah atau negara pada suatu
periode.
b. Kriteria Bank Dunia, mengukur ketimpangan distribusi pendapatan suatu negara
dengan melihat besarnya kontribusi 40% penduduk termiskin terhadap
pendapatan atau pengeluaran nasional.
2) Analisis Distribusi Fungsional.
Teori distribusi pendapatan fungsional ini pada dasarnya mempersoalkan persentase
pendapatan tenaga kerja secara keseluruhan, bukan sebagai unit-unit usaha atau faktor
produksi yang terpisah secara individual, dan membandingkannya dengan persentase
pendapatan total yang dibagikan dalam bentuk sewa, bunga, dan laba (masing-masing
merupakan perolehan dari tanah, modal uang, dan modal fisik).
3) Analisis Kebijakan Distribusi Pendapatan.
Distribusi pendapatan adalah suatu keadaan yang mencerminkan merata atau
timpangnya pembagian hasil suatu negara di kalangan penduduknya. Para ekonom pada
umumnya membedakan dua ukuran pokok distribusi pendapatan. Keduanya digunakan
untuk tujuan analisis dan kuantitatif tentang keadilan distribusi pendapatan. Kedua ukuran
tersebut adalah distribusi
pendapatan ukuran dan
fungsional. Distribusi
fungsional sudah dibahas
pada poin 2. Distribusi
pendapatan ukuran adalah
besar atau kecilnya bagian
pendapatan yang diterima
masing masing orang.
Ukuran ini menghitung jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap individu tanpa
melihat sumbernya.
4) Analisis Fakta Kemiskinan Menggunakan Data dan Telaah Kebijakan.
Grafik tersebut menunjukan bahwa Negara Indonesia mengalami penurunan angka
kemiskinan yang signifikan tiap tahunnya. Penurunan ini disebabkan karena
perekonomian Indonesia yang mulai membaik setelah zaman reformasi. Lalu semakin
canggihnya teknologi dan kemajuan kualiatas SDA juga menyebabkan kemiskinan di
Indonesia menurun.
REFERENSI

Nehen, I K. 2012. Perekonomian Indonesia. Denpasar. Udayana University Press

Hall Hill. 1996. Transformasi Ekonomi Indonesia Sejak 1966. Yogyakarta: PAU
Ekonomi UGM

Anda mungkin juga menyukai