ATELEKTAKSIS
Oleh:
Raden Adityo THP 05.48859.00260.09
Nurhasanah 0708015023
Pembimbing:
dr. Hj. Sukartini, Sp.A
1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan laporan kasus tutorial ini adalah :
1. Menambah ilmu dan pengetahuan mengenai penyakit yang dilaporkan.
2. Membandingkan informasi yang terdapat pada literatur dengan kenyataan
yang terdapat pada kasus.
BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas pasien :
• Ruang perawatan : Melati
• Nama : An. R
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Umur : 1 tahun 5 bulan
• Alamat : Jl. Otista Rt 18 No. 11
• Anak ke : 1 dari 1 bersaudara
Keluhan Utama
Batuk
Riwayat Kehamilan
• Pemeliharaan Prenatal : Bidan
• Periksa di : Praktek bidan
• Penyakit kehamilan : Tidak ada penyakit selama kehamilan
• Obat-obatan yang sering diminum : vitamin dan penambah darah
Riwayat Kelahiran :
• Lahir di : Klinik bersalin
• di tolong oleh : Bidan
• Berapa bulan dalam kandungan : 9 bulan
• Jenis partus : Spontan
Pemeliharaan postnatal
• Periksa di : Posyandu
• Keluarga berencana : Tidak
• Memakai sistem :-
• Sikap dan kepercayaan :-
Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pada tanggal : 7 Oktober 2012 (pukul 09.00 WITA)
Antropometri
• Berat badan : 8,5 kg
• Panjang Badan : 72 cm
Tanda Vital
• Nadi : 123 x/menit (reguler, isi cukup, kuat angkat)
• Frekuensi napas : 40 x/menit
• Suhu aksiler : 36.8 ⁰C
Keadaan Umum
• Kesan sakit : Sakit sedang
• Kesadaran : Compos mentis
• Status Gizi : Gizi baik
Rumus Behrman
BB ideal = (umur dalam tahun x 2) + 8
= (1 x 2) + 8
= 10 kg
Status gizi = BB sekarang/BB ideal x 100% =
= 85 % (gizi baik)
Kepala
• Rambut : hitam
• Mata : cowong (-), edema pre orbita (-/-), anemis (-), ikterik (-), pupil 3
mm / 3 mm, refleks cahaya +/+, pembesaran KGB (-)
• Hidung : Sumbat (-), bau (-), selaput putih (-)
• Telinga : Bersih, bau (-), sakit (-)
• Mulut : Lidah dalambatas normal, faring tidak hiperemi, tonsil dalam batas
normal
Leher
• Pembesaran kelenjar : (+)
• Kaku kuduk : (-)
Kulit
Kering dengan turgor kulit baik
Dada
Inspeksi : Diam simetris, gerak simetris, retraksi suprasternal (-),retraksi
interkostal (+)
Palpasi : Krepitasi (-)
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara napas vesikuler, ronkhi (+/-), wheezing (-/-),suara napas
( menurun , N)
Jantung
• Inspeksi : Ictus Cordis tidak terlihat
• Palpasi : Ictus Cordis tidak teraba
• Perkusi : Batas Kiri = ICS V MCL Sinistra
Batas Kanan = ICS IV PSL Dextra
• Auskultasi : S1/S2 tunggal, reguler, suara tambahan (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, venektasi (-)
Palpasi : Soefl, organomegali (-), turgor baik, nyeri tekan epigastrium (+)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) kesan normal
Ekstremitas
Akral hangat, sianosis (-), edema (-)
Pemeriksaan refleks:
Refleks fisiologi :
Refleks patella : +/+ normal
Refleks Achilles : +/+ normal
Refleks tendo biceps : +/+ normal
Refleks triceps : +/+ normal
Pemeriksaan Penunjang
Darah lengkap 06 Oktober 2012 :
Hemoglobin : 10,3 GDS : 113
Leukosit : 18.800
Trombosit : 347.000
Hematrokit : 31.5
A. Definisi
Atelektasis adalah penyakit restriktif akut yang umum terjadi, mencakup
kolaps jaringan paru atau unit fungsional paru. Atelektasis merupakan masalah
umum klien pascaoperasi.
Ateletaksis adalah ekspansi yang tidak sempurna paru saat lahir (ateletaksis
neokatorum) atau kolaps sebelum alveoli berkembang sempurna, yang biasanya
terdapat pada dewasa yaitu ateletaksis didapat (acovired aeletacsis).
Atelektasis (Atelectasis) adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru
akibat penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat
pernafasan yang sangat dangkal.
Atelektasis adalah suatu keadaan paru atau sebagian paru yang mengalami
hambatan berkembang secara sempurna sehingga aerasi paru berkembang atau
sama sekali tidak terisi udara.
C. Macam-macam Atelektasis
1. Berdasarkan Faktor yang Menimbulkan
a. Atelektasis Neonatorum
Banyak terjadi pada bayi prematur, di mana pusat pernapasan dalam otak
tidak matur dan gerakan pernapasan masih terbatas. Faktor pencetus
termasuk komplikasi persalinan yang menyebabkan hipoksia intrauter.
Pada autopsy, paru tampak kolaps, berwarna merah kebiruan, non
crepitant, lembek dan elastis. Yang khas paru ini tidak mampu
mengembang di dalam air. Secara histologis, alveoli mempunyai paru
bayi, dengan ruang alveoli kecil yang seragam, dilapisi dindingin septa
yang tebal yang tampak kisut. Epitel kubis yang prominem melaposi
rongga alveoli dan sering terdapat edapan protein granular bercampur
dengan debris amnion dan rongga udara. Atelektasi neonatorum pada
sistem, gawat napas, telah di bahas disebelumnya.
b. Atelektasis Acquired atau Didapat
Atelektasis pada dewasa, termasuk gangguan intratoraks yang
menyebabkan kolaps dari ruang udara, yang sebelumnya telah
berkembang. Jadi terbagi atas atelektasis absorpsi, kompresi, kontraksi
dan bercak. Istilah ini banya menyangkut mekanisme dasar yang
menyebabkan paru kolaps atau pada distribusi dari perubahan tersebut.
2. Berdasarkan luasnya atelektasis
a.Massive atelectase, mengenai satu paru
b.Satu lobus, percabangan main bronchus
Gambaran khas yaitu inverted S sign → tumor ganas bronkus dengan
atelectase lobus superior paru.
1) Satu segmen → segmental atelectase
2) Platelike atelectase, berbentuk garis
Misal : Fleischner line → oleh tumor paru
Bisa juga terjadi pada basal paru → post operatif
3. Berdasarkan lokasi atelektasis
a. Atelektasis lobaris bawah: bila terjadi dilobaris bawah paru kiri, maka
akan tersembunyi dibelakang bayangan jantung dan pada foto thorak
PA hamya memperlihatkan diafragma letak tinggi.
b. Atelektasis lobaris tengah kanan (right middle lobe). Sering
disebabkan peradangan atau penekanan bronkus oleh kelenjar getah
bening yang membesar.
c. Atelektasis lobaris atas (upper lobe): memberikan bayangan densitas
tinggi dengan tanda penarikan fissure interlobaris ke atas dan trakea ke
arah atelektasis.
d. Atelektasis segmental: kadang-kadang sulit dikenal pada foto thoraj
PA, maka perlu pemotretan dengan posisi lain seperti lateral,
miring (obligue), yang memperlihatkan bagian uang terselubung
dengan penarikan fissure interlobularis.
e. Atelektasis lobularis (plate like/atelektasis local). Bila penyumbatan
terjadi pada bronkus kecil untuk sebagian segmen paru, maka akan
terjadi bayangan horizontal tipis, biasanya dilapangan paru bawah
yang sering sulit dibedakan dengan proses fibrosis. Karena hanya
sebagian kecil paru terkena, maka biasanya tidak ada keluhan.
f. Atelektasis pada lobus atas paru kanan. Kolaps pada bagian ini
meliputi bagian anterior, superior dan medial. Pada foto thorak PA
tergambarkan dengan fisura minor bagian superior dan mendial yang
mengalami pergeseran. Pada foto lateral, fisura mayor bergerak ke
depan, sedangkan fisura minor dapat juga mengalamai pergeseran ke
arah superior.
D. Etiologi
Etiologi terbanyak dari atelektasis adalah terbagi dua yaitu intrinsik dan
ekstrinsik.
1. Etiologi intrinsik atelektasis adalah sebagai berikut :
a. Bronkus yang tersumbat, penyumbatan bias berasal di dalam bronkus
seperti tumor bronkus, benda asing, cairan sekresi yang massif. Dan
penyumbatan bronkus akibat panekanan dari luar bronkus seperti tumor
sekitar bronkus, kelenjar yang membesar.
b. Peradangan intraluminar airway menyebabkan penumpukan sekret yang
berupa mukus.
c. Tekanan ekstra pulmonary, biasanya diakibatkan oleh pneumothorah,
cairan pleura, peninggian diafragma, herniasi alat perut ke dalam rongga
thorak, tumor thorak seperti tumor mediastinum.
d. Paralisis atau paresis gerakan pernapasan, akan menyebabkan
perkembangan paru yang tidak sempurna, misalkan pada kasus
poliomyelitis dan kelainan neurologis lainnya. Gerak napas yang
terganggu akan mempengaruhi lelancaran pengeluaran sekret bronkus dan
ini akan menyebabkan penyumbatan bronkus yang berakhir dengan
memperberat keadaan atelektasis.
e. Hambatan gerak pernapasan oleh kelainan pleura atau trauma thorak yang
menahan rasa sakit, keadaan ini juga akan menghambat pengeluaran
sekret bronkus yang dapat memperberat terjadinya atelektasis
2.Etiologi ekstrinsik atelektasis:
a. Pneumothoraks
b. Tumor
c. Pembesaran kelenjar getah bening.
d. Pembiusan (anestesia)/pembedahan
e. Tirah baring jangka panjang tanpa perubahan posisi
f. Pernafasan dangkal
g. Penyakit paru-paru
E. Patofisiologi
Setelah penyumbatan bronchial yang terjadi secara mendadak sirkulasi darah
perifer akan diserap oleh udara dari alveoli, yang akan menyebabkan terjadinya
kegagalan pernapasan dan penarikan kembali paru-paru dalam beberapa menit,
hal ini tanpa desebabkan adanya infeksi. Paru-paru akan menyusut secara
komplek. Dalam tingkat awal, perfusi darah paru-paru akan kekurangan udara
yang menyebabkan hipoksemi arterial. Jika kapiler dan jaringan hipoksia
mengakibatkan timbulnya transudat berupa gas dan cairan serta udem paru.
Pengeluaran transudat dari alveoli dan sel merupakan pencegahan komplit kolaps
dari atelektasis paru. Daerah sekitar paru-paru yang mengalami udem
kompensata sebagian akan kehilangan volume. Bagaimanapun juga pada kasus
kolaps yang luas diafragma mengalami paninggian, dinding dada nyeri dan hal
ini akan mempengaruhi perubahan letak hati dan mediastinum.
Sesak yang disebabkan merupakan variasi perubahan stimulus pusat respirasi
dan kortek serebral. Stimulus berasal dari kemoreseptor di mana terdapat daerah
atelektasis yang luas yang menyebabkan tekanan O2 kurang atau berasal dari
paru-paru dan otot pernapasan, dimana paru-paru kekurangan oksigen tidak
terpenuhi dan penambahan kerja pernapasan. Kiranya aliran darah pada daerah
yang mengalami atelektasis berkurang. Tekanan CO2 biasanya normal atau
seharusnya turun sedikit dari sisa hiperventilasi parenkim paru-paru yang
normal.
F. Manifestasi Klinis
Atelektasis dapat terjadi secara perlahan dan hanya menyebabkan sesak
nafas yang ringan. Penderita sindroma lobus medialis mungkin tidak mengalami
gejala sama sekali, walaupun banyak yang menderita batuk-batuk pendek.
Gejalanya bisa berupa:
1. gangguan pernafasan
2. nyeri dada
3. batuk
Jika disertai infeksi, bisa terjadi demam dan peningkatan denyut jantung, kadang-
kadang sampai terjadi syok (tekanan darah sangat rendah).
Gejala klinis sangat bervariasi, tergantung pada sebab dan luasnya atelektasis.
Pada umumnya atelektasis yang terjadi pada penyakit tuberculosis, limfoma,
neoplasma, asma dan penyakit yang disebabkan infeksi misalnya bronchitis,
bronkopmeumonia, dan pain-lain jarang menimbulkan gejala klinis yang jelas,
kecuali jika ada obstruksi pada bronkus utama. Jika daerah atelektsis itu luas dan
terjadi sangat cepat akan terjadi dipsneu dengan pola pernapasan yang cepat dan
dangkal, takikardi dan sering sianosis, temperatur yang tinggi, dan jika berlanjut
akan menyebabkan penurunan kesadaran atau syok. Pada perkusi redup dan
mungkin pula normal bila terjadi emfisema kompensasi. Pada atelektasis yang
luas, atelektasis yang melibatkan lebih dari satu lobus, bising nafas akan melemah
atau sama sekali tidak terdengar, biasanya didapatkan adanya perbedaan gerak
dinding thorak, gerak sela iga dan diafragma. Pada perkusi mungkin batas jantung
dan mediastinum akan bergeser, letak diafragma mungkin meninggi.
I. Prognosis
Pada umumnya atelektasis dapat hilang jika penyebab obstruksi telah
dihilangkan kecuali jika ada infeksi sekunder. Cepat lambatnya pnyembuhan
tergantung pula pada luasnya daerah atelektasis dan atelektasis. Atelektasis pada
umumnya mudah terjadi infeksi, karena gerakan mukosilier pada bronkus yang
bersangkutan terganggu, sehingga efek batuk tidak bekerja. Jika infeksi ini
berlangsung lebih lanjut, dapat pula mengakibatkan bronkiektasis atau abses paru.
BAB IV
PEMBAHASAN
Teori Fakta
Anamnesis
Skoring TB : Skoring TB :
Skoring TB : Skoring TB :
d. Perkusi Normal
IVFD RL 8 tpm
Cefotaxime 2x300 mg
Ambroxol 3x ¼ cth
Ctm 0,8 mg
Ephedrin 4 mg
DMP 3 mg
Prognosis
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pasien
mengalami Bronchopnemonia dengan suspek TB dan komplikasi Atelektasis Pulmo
Dekstra. Pasien sudah mendapatkan terapi sesuai literatur dan memiliki prognosa
dubia ad bonam untuk kesembuhan penyakitnya.
5.2 Saran
Kasus Bronchopnemonia dengan komplikasi Atelektasis merupakan kasus
yang sering terjadi pada masyarakat sehingga diharapkan dokter muda mampu
menegakkan diagnosa dan memberikan terapi sesuai dengan literatur.
DAFTAR PUSTAKA