Manusia yang sakit merupakan konsekuensi logis manusia sebagai makhluk yang
memiliki tubuh. Tubuh manusia sebagai makhluk hidup bersifat sangat rapuh. Oleh karena itu,
manusia tidak bisa untuk tidak menderita sakit. Sakit pun diderita manusia karena kelalaian
menjaga tubuh.
Pandangan tersebut dilandasi oleh pemahaman orang katolik tentang eksistensi Allah
sebagai Allah yang Mahabaik. Mabahaik berarti tidak bisa dibandingkan kebaikan-Nya dengan
kebaikan manusia. Allah Mabahaik artinya Allah tidak baik seperti manusia yang baik.
Pandangan yang demikian merupakan analogi entis, yaitu argument tentang derajat
kesempurnaan berdasarkan tingkat yang berbeda.
Allah adalah cinta kasih (1 Yoh 4:8-16). Bukan Tuhan yang menyebabkan manusia sakit
tetapi karena kelalaian manusia. Oleh karena itu segala sesuatu yang tidak baik tidak bersalah
dari Allah.
Penyakit merupakan percobaan yang paling berat dan setiap penyakit akan
mengingatkan kita pada suatu kematian (Katekismus Gereja Katolik (KGK) 1500). Penyakit
dapat menyebabkan rasa takut, sikap menutup diri, rasa putus asa dan pemberontakan
terhadap Allah. Tetapi ia juga dapat membuat manusia lebih matang, dan dapat membuka mata
untuk apa yang tidak penting dalam kehidupannya, sehingga ia berpaling kepada hal-hal yang
penting. Seringkali penyakit membuat orang mencari Allah dan kembali lagi kepada-Nya (KGK
1501).
BAB II
Pastoral Care
Pastoral Care merupakan cabang dari pastoral yang dikhususkan pada pemeliharaan
jiwa-jiwa. “Kegiatan pemeliharaan jiwa-jiwa, menurut F. Haarsma berpusat pada orang
perorangan dan atau kelompok kecil.” (bdk. F. Haarsma, Pastoral Dalam Dunia, Puspas
Yogyakarta,1991, hal 10). Inilah pastoral care di dalam arti luas. Dalam bahasa Latin
disebut “cura animarum” yang berarti pemeliharaan rohani, atau pemeliharaan jiwa-jiwa.
Dalam artinya yang sempit, pastoral care berarti pemeliharaan rohani dari golongan-
golongan yang memerlukan perhatian khusus, misalnya, pastoral care untuk orang sakit. Di
rumah sakit, mereka sudah menerima perawatan secara jasmani. Tetapi di samping itu,
mereka juga membutuhkan perawatan secara rohani. Inilah arti khusus, atau arti sempit
dari pastoral care yang dipakai oleh banyak rumah sakit, khususnya rumah sakit kristiani.
Di rumah sakit seperti itu, disediakan kamar khusus untuk bagian pastoral care, juga ada
tenaga khusus untuk pastoral care. Tenaga yang biasanya mendukung, antara lain: suster
atau tenaga awam lainnya, yang dilatih untuk perawatan rohani. Yang mengalami sakit
adalah manusia sebagai suatu keseluruhan. Maka, sebagai keseluruhan (totalitas) pasien
tidak hanya memerlukan penyembuhan badan, melainkan juga memerlukan pemeliharaan
rohani.
Pendampingan rohani diperuntukan bagi setiap pasien dan atau keluarganya tanpa
membedakan suku, agama, bangsa, ras, jenis kelamin, golongan, maupun status sosial.
Perbedaan suku, agama, bangsa, ras, jenis kelamin, golongan, maupun status sosial tetap
dihormati dan perlu dipahami justru untuk dapat memberikan asuhan sesuai dengan
kebutuhan pasien dan atau keluarganya secara lebih tepat.
Membimbing dan mendampingi orang sakit merupakan tugas yang sangat mulia, karena
telah menjaga serta merawat ciptaan Tuhan. Berdasarkan hal ini juga, maka di dalam tradisi
Gereja Katolik ada pelayanan bagi umat yakni Sakramen Pengurapan Orang Sakit. Hal ini juga
sekaligus sebagai wujud perhatian Gereja pada orang yang sakit dan menderita.
“Pengurapan terakhir”, atau lebih tepat lagi disebut “Pengurapan Orang Sakit”,
bukanlah sakramen bagi mereka yang berbeda di ambang kematian saja. Maka,
saat yang baik untuk menerimanya pasti sudah tiba bila orang beriman mulai ada
dalam bahaya maut karena menderita sakit atau sudah lanjut usia.
Gaya hidup manusia di zaman sekarang ini dipenuhi oleh sikap individualistik,
konsumeristik, hedonistik, dan materialistik. Hal tersebut tentunya mengakibatkan pergeseran
nilai-nilai hidup manusia. Dalam setiap perubahan dan perkembangan selalu diiringi krisis atau
ketegangan. Ini juga yang mempengaruhi aspek hidup manusia. Keempat aspek tersebut
meliputi, fisik, mental, spiritualitas dan sosial. Keempat aspek tersebut juga saling berkaitan dan
mempengaruhi satu sama lain.
Pekerjaan menolong orang yang menderita dipandang Yesus sebagai bagian hakiki dari
karya penyelamatan, seperti yang ditegaskan oleh-Nya dalam Injil Lukas:
“Lalu Yesus berkata kepada mereka: ”Aku bertanya kepada kamu: Manakah
yang diperolehkan pada hari sabat, berbuat baik atau berbuat jahat,
menyelamatkan nyawa orang atau membinasakannya” (Luk 6:9)
Tugas seorang petugas pastoral di rumah sakit adalah membantu pasien dalam
kesembuhan spiritualitasnya. Pelayanan tersebut dilakukan dengan tindakan kasih yang
mendalam, dengan harapan supaya pasien yang mengalami kerahiman dari Allah, dalam arti
penyembuh batin yang berasal dari kuasa kasih Allah terhadap dirinya.
Pelayanan petugas pastoral care harus mencerminkan kepribadian yang baik, sopan dan
penuh cinta kasih, demi peningkatan upaya keberhasilan penyembuhannya tidaklah akan
mencapai hasil yang optimal dengan adanya peran dari pasien itu sendiri di dalamnya. Dalam
hal ini pasien harus juga terlibat dengan aktivitas pastoral yang diberikan oleh pihak rumah sakit
melalui para petugasnya.
Petugas pastoral care dengan spiritualitas matang, hendaknya berusaha memberikan
pertolongan kepada orang lain dalam hal ini ialah para pasien, dengan sentuhan kasih, dan
membimbing ke arah hubungan yang lebih baik terhadap diri sendiri, sesama maupun dengan
Tuhan sendiri. Sehingga dapat berkembang menjadi manusia yang utuh.
Pastoral care yang dilaksanakan kelompok-kelompok basis gerejawi bukan hanya
dalam memelihara hidup rohani, tetapi memelihara umat Tuhan sebagai keseluruhan. Pastoral
care tidak hanya berarti mengajak berdoa, tapi perhatian terhadap orang, jiwa raganya
seluruhnya sebagai satu kesatuan. Seperti yang diungkapkan oleh Romo Janssen, pastoral
care itu tidak ada hubungannya dengan pastoran, atau dengan pastor, akan tetapi ada
hubungan dengan pastoral, dalam arti mengembangkancommunity yang berdasar atas kasih,
perhatian terhadap orang keseluruhan (www.bhaktiluhur.org/pendiri/).
Profil petugas pastoral care sangat berpengaruh terhadap keberhasilan bagi berproses
penyembuhan, maka dalam hal ini, seorang petugas pastoral care harus memiliki kualifikasi
tertentu, baik itu kepribadian, sikap dan keterampilan. Hal tersebut menjadi dasar dari modal
yang harus terus-menerus dihubungkan. Aktivitas berpastoral adalah aktivitas mencintai. Setiap
tenaga pastoral pertama-tama harus mencintai pekerjaannya, aktivitas kesehariannya dan lebih
dari itu ialah mencintai setiap orang yang menjadi medan pastoralnya. Itulah yang lantas
disebut sebagai cinta kasih pastoral.