Anda di halaman 1dari 7

BAB I

Sakit Dalam Pandangan Katolik

Manusia yang sakit merupakan konsekuensi logis manusia sebagai makhluk yang
memiliki tubuh. Tubuh manusia sebagai makhluk hidup bersifat sangat rapuh. Oleh karena itu,
manusia tidak bisa untuk tidak menderita sakit. Sakit pun diderita manusia karena kelalaian
menjaga tubuh.
Pandangan tersebut dilandasi oleh pemahaman orang katolik tentang eksistensi Allah
sebagai Allah yang Mahabaik. Mabahaik berarti tidak bisa dibandingkan kebaikan-Nya dengan
kebaikan manusia. Allah Mabahaik artinya Allah tidak baik seperti manusia yang baik.
Pandangan yang demikian merupakan analogi entis, yaitu argument tentang derajat
kesempurnaan berdasarkan tingkat yang berbeda.
Allah adalah cinta kasih (1 Yoh 4:8-16). Bukan Tuhan yang menyebabkan manusia sakit
tetapi karena kelalaian manusia. Oleh karena itu segala sesuatu yang tidak baik tidak bersalah
dari Allah.
Penyakit merupakan percobaan yang paling berat dan setiap penyakit akan
mengingatkan kita pada suatu kematian (Katekismus Gereja Katolik (KGK) 1500). Penyakit
dapat menyebabkan rasa takut, sikap menutup diri, rasa putus asa dan pemberontakan
terhadap Allah. Tetapi ia juga dapat membuat manusia lebih matang, dan dapat membuka mata
untuk apa yang tidak penting dalam kehidupannya, sehingga ia berpaling kepada hal-hal yang
penting. Seringkali penyakit membuat orang mencari Allah dan kembali lagi kepada-Nya (KGK
1501).
BAB II
Pastoral Care

1. Pengertian Pastoral Care


Istilah pastoral berasal dari kata “pastor” dalam Bahasa Latin atau dalam Bahasa
Yunani disebut “primen” yang artinya “gembala”. Secara tradisional dalam kehidupan
gerejawi hal ini merupakan tugas pendeta yang harus menjadi gembala bagi jemaat atau
dombaNya. Istilah ini dihubungkan dengan diri Yesus Kristus dan karya-Nya sebagai
“Pastor Sejati atau Gembala yang Baik” (Aart Van Beek, 1999).
Istilah pastor dalam konotasi praktisnya berarti merawat atau memelihara. Sikap
pastoral harus mewarnai semua sendi pelayanan setiap orang sebagai orang-orang yang
sudah dirawat dan diasuh oleh Allah secara sungguh-sungguh. Penggembalaan adalah
istilah struktural untuk mempersiapkan rohaniawan untuk tugas pastoral atau tugas
penggembalaan. Ada beberapa tipe penggembalaan di masyarakat Kristen Indonesia,
yakni:
a. Penggembalaan sebagai bentuk pembinaan, yaitu tugas membentuk watak seseorang
dan mendidik mereka menjadi murid Kristus yang baik.
b. Penggembalaan sebagai pemberitaan firman Allah melalui pertemuan antar pribadi,
kelompok kecil, walaupun juga dilakukan dalam khotbah dan liturgi.
c. Penggembalaan sebagai pelayanan yang berhubungan dengan sakramen.
d. Penggembalaan sebagai pelayanan penyembuhan, yaitu pelayanan rohani yang
mengakibatkan penyembuhan fisik, dan lain-lain.
e. Penggembalaan adalah pelayanan kepada masyarakat, yaitu pelayanan sosial dan
pelayanan.
f. Penggembalaan sebagai pelayanan dimana manusia yang terlibat dalam interaksi
menantikan dan menerima kehadiran dan partisipasi Tuhan Allah.
g. Penggembalaan sebagai sebagai konseling pastoral yang menggunakan teknik-teknik
khusus (ilmu-ilmu humaniora) khususnya psikologi.

Pastoral Care merupakan cabang dari pastoral yang dikhususkan pada pemeliharaan
jiwa-jiwa. “Kegiatan pemeliharaan jiwa-jiwa, menurut F. Haarsma berpusat pada orang
perorangan dan atau kelompok kecil.” (bdk. F. Haarsma, Pastoral Dalam Dunia, Puspas
Yogyakarta,1991, hal 10). Inilah pastoral care di dalam arti luas. Dalam bahasa Latin
disebut “cura animarum” yang berarti pemeliharaan rohani, atau pemeliharaan jiwa-jiwa.
Dalam artinya yang sempit, pastoral care berarti pemeliharaan rohani dari golongan-
golongan yang memerlukan perhatian khusus, misalnya, pastoral care untuk orang sakit. Di
rumah sakit, mereka sudah menerima perawatan secara jasmani. Tetapi di samping itu,
mereka juga membutuhkan perawatan secara rohani. Inilah arti khusus, atau arti sempit
dari pastoral care yang dipakai oleh banyak rumah sakit, khususnya rumah sakit kristiani.
Di rumah sakit seperti itu, disediakan kamar khusus untuk bagian pastoral care, juga ada
tenaga khusus untuk pastoral care. Tenaga yang biasanya mendukung, antara lain: suster
atau tenaga awam lainnya, yang dilatih untuk perawatan rohani. Yang mengalami sakit
adalah manusia sebagai suatu keseluruhan. Maka, sebagai keseluruhan (totalitas) pasien
tidak hanya memerlukan penyembuhan badan, melainkan juga memerlukan pemeliharaan
rohani.

2. Tujuan Pastoral Care


Pastoral care bertujuan memberikan pelayanan kasih, sebagai ungkapan iman
sekaligus jawaban konkrit atas panggilan hidup kristiani. Pelayanan ini juga, memberikan
perhatian kepada mereka yang menderita untuk meringankan beban mental psikologis dan
spiritual. Bentuk pelayanannya berwujud:
a. Menjadi teman secara intensif, sehingga orang yang menderita tidak merasa
sendirian.
b. Meneguhkan, mendorong dan mendukung sehingga pribadi yang didampingi semakin
berkembang atau serta mengalami penyembuhan.
c. Membangkitkan potensi kemampuan dan kemauan dalam diri orang yang didampingi
sehingga mempunyai harapan untuk maju dalam kesehatannya.

3. Fungsi Pastoral Care


Pastoral Care mempunyai sifat penggembalaan. Pastoral Care berfungsi:
membimbing sehingga orang yang didampingi semakin berkembang dan berani
menghadapi pergumulan dan perjuangan hidupnya. Sebagai petugas pastoral care,
seseorang diharapkan dapat membangkitkan potensi-potensi dalam diri orang yang
didampingi sehingga mempunyai harapan untuk bergerak maju.
Menurut Clinebell (1966:42-43), seorang ahli konseling pastoral, pendamping pastoral
mempunyai fungsi menyembuhkan, membimbing, menopang, memperbaiki hubungan dan
memelihara.
a. Fungsi Menyembuhkan
Pendampingan pastoral membantu pasien untuk menyembuhkan hatinya. Hal ini
pada umumnya pasien mengungkapkan beban hidupnya yang terpendam. Tidak
jarang tekanan batin dapat menimbulkan penyakit psikosomatis. Melalui
pengungkapan pengalaman “penolakaan”, pasien diantar keluar dari kepahitan
batinnya.
b. Fungsi Membimbing
Fungsi ini membantu pasien agar dapat mengambil keputusan yang realitas terhadap
persoalan hidup yang dihadapinya. Pendampingan bersama pasien mencari
kemungkinan pemecahan masalah, menimbang segi positif dan negatif dari setiap
alternatif jalan keluar.
c. Fungsi Menopang
Fungsi ini memberikan peneguhan, penghiburan kepada pasien, dengan harapan
mampu menerima kenyataan yang ada. Kehadiran yang baik dan komunikasi non
lisan, sangat membantu pasien karena memberikan kekuatan dan peneguhan.
d. Fungsi Memperbaiki Hubungan
Fungsi ini membantu pasien yang sedang mengalami konflik dengan dirinya sendiri,
sesama maupun dengan Tuhan.
e. Fungsi Memelihara
Fungsi memelihara ini membantu pasien agar dapat mendampingi diri sendiri, bahkan
orang lain yang memintanya. Dalam proses pembimbingan diharapkan pasien akan
berkembang terus menerus menjadi lebih dewasa dalam menghadapi persoalan
hidupnya.

Pada akhirnya, Pastoral Care merupakan bagian dari keseluruhan pelayanan


kesehatan holistik yang dilakukan dan diberikan oleh rumah sakit. Adapun maksud dari
pelayanan ini sebagai pelayanan pendampingan untuk menghadirkan kerahiman Allah
supaya dialami manusia, terutama bagi pasien yang sedang mengalami sakit atau
menderita. Dengan begitu manusia dapat menemukan makna hidupnya yang paling dalam
yakni persekutuan dengan Allah, asal dan tujuan hidup, melalui peristiwa hidup sehari-
hari, juga dalam penderitaan yang sedang dialami.
Pastoral Care tampak dalam bentuk pelayanan yang didasarkan pada semangat
Yesus sendiri, sebagaimana yang dikatakan oleh Yesus dalam Injil Matius;
“Yesus pun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat
dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan
kelemahan di antara bangsa itu. Maka tersiarlah berita tentang Dia di seluruh
Siria dan dibawalah kepada-Nya semua orang yang buruk keadaannya, yang
menderita pelbagai penyakit dan sengsara, yang kerasukan, yang sakit ayan dan
yang lumpuh, lalu Yesus menyembuhkan mereka. Maka orang banyak
berbondong-bondong mengikuti Dia. Mereka datang dari Galilea dan dari
Dekapolis, dari Yerusalem dan dari Yudea dan dari seberang Yordan” (Mat 4:23-
25).

Pendampingan rohani diperuntukan bagi setiap pasien dan atau keluarganya tanpa
membedakan suku, agama, bangsa, ras, jenis kelamin, golongan, maupun status sosial.
Perbedaan suku, agama, bangsa, ras, jenis kelamin, golongan, maupun status sosial tetap
dihormati dan perlu dipahami justru untuk dapat memberikan asuhan sesuai dengan
kebutuhan pasien dan atau keluarganya secara lebih tepat.

Membimbing dan mendampingi orang sakit merupakan tugas yang sangat mulia, karena
telah menjaga serta merawat ciptaan Tuhan. Berdasarkan hal ini juga, maka di dalam tradisi
Gereja Katolik ada pelayanan bagi umat yakni Sakramen Pengurapan Orang Sakit. Hal ini juga
sekaligus sebagai wujud perhatian Gereja pada orang yang sakit dan menderita.

“Pengurapan terakhir”, atau lebih tepat lagi disebut “Pengurapan Orang Sakit”,
bukanlah sakramen bagi mereka yang berbeda di ambang kematian saja. Maka,
saat yang baik untuk menerimanya pasti sudah tiba bila orang beriman mulai ada
dalam bahaya maut karena menderita sakit atau sudah lanjut usia.
Gaya hidup manusia di zaman sekarang ini dipenuhi oleh sikap individualistik,
konsumeristik, hedonistik, dan materialistik. Hal tersebut tentunya mengakibatkan pergeseran
nilai-nilai hidup manusia. Dalam setiap perubahan dan perkembangan selalu diiringi krisis atau
ketegangan. Ini juga yang mempengaruhi aspek hidup manusia. Keempat aspek tersebut
meliputi, fisik, mental, spiritualitas dan sosial. Keempat aspek tersebut juga saling berkaitan dan
mempengaruhi satu sama lain.
Pekerjaan menolong orang yang menderita dipandang Yesus sebagai bagian hakiki dari
karya penyelamatan, seperti yang ditegaskan oleh-Nya dalam Injil Lukas:

“Lalu Yesus berkata kepada mereka: ”Aku bertanya kepada kamu: Manakah
yang diperolehkan pada hari sabat, berbuat baik atau berbuat jahat,
menyelamatkan nyawa orang atau membinasakannya” (Luk 6:9)

Tugas seorang petugas pastoral di rumah sakit adalah membantu pasien dalam
kesembuhan spiritualitasnya. Pelayanan tersebut dilakukan dengan tindakan kasih yang
mendalam, dengan harapan supaya pasien yang mengalami kerahiman dari Allah, dalam arti
penyembuh batin yang berasal dari kuasa kasih Allah terhadap dirinya.
Pelayanan petugas pastoral care harus mencerminkan kepribadian yang baik, sopan dan
penuh cinta kasih, demi peningkatan upaya keberhasilan penyembuhannya tidaklah akan
mencapai hasil yang optimal dengan adanya peran dari pasien itu sendiri di dalamnya. Dalam
hal ini pasien harus juga terlibat dengan aktivitas pastoral yang diberikan oleh pihak rumah sakit
melalui para petugasnya.
Petugas pastoral care dengan spiritualitas matang, hendaknya berusaha memberikan
pertolongan kepada orang lain dalam hal ini ialah para pasien, dengan sentuhan kasih, dan
membimbing ke arah hubungan yang lebih baik terhadap diri sendiri, sesama maupun dengan
Tuhan sendiri. Sehingga dapat berkembang menjadi manusia yang utuh.
Pastoral care yang dilaksanakan kelompok-kelompok basis gerejawi bukan hanya
dalam memelihara hidup rohani, tetapi memelihara umat Tuhan sebagai keseluruhan. Pastoral
care tidak hanya berarti mengajak berdoa, tapi perhatian terhadap orang, jiwa raganya
seluruhnya sebagai satu kesatuan. Seperti yang diungkapkan oleh Romo Janssen, pastoral
care itu tidak ada hubungannya dengan pastoran, atau dengan pastor, akan tetapi ada
hubungan dengan pastoral, dalam arti mengembangkancommunity yang berdasar atas kasih,
perhatian terhadap orang keseluruhan (www.bhaktiluhur.org/pendiri/).
Profil petugas pastoral care sangat berpengaruh terhadap keberhasilan bagi berproses
penyembuhan, maka dalam hal ini, seorang petugas pastoral care harus memiliki kualifikasi
tertentu, baik itu kepribadian, sikap dan keterampilan. Hal tersebut menjadi dasar dari modal
yang harus terus-menerus dihubungkan. Aktivitas berpastoral adalah aktivitas mencintai. Setiap
tenaga pastoral pertama-tama harus mencintai pekerjaannya, aktivitas kesehariannya dan lebih
dari itu ialah mencintai setiap orang yang menjadi medan pastoralnya. Itulah yang lantas
disebut sebagai cinta kasih pastoral.

Anda mungkin juga menyukai